Uji Coba Konseling Individual Dapat Meningkatkan Self-Esteem pada Wanita Dewasa Madya yang Belum Menikah di gereja "X" Kota Bandung (Studi Kasus Mengenai Metode Konseling Individual Terhadap Peningkatan Self-Esteem Pada Wanita Dewasa Madya Yang Belum Meni

(1)

i

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah untuk melihat uji coba konseling individual terhadap peningkatan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah di gereja “x” kota Bandung . Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran konseling yang tepat untuk meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah di Gereja “X” kota B. Sedangkan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh rancangan konseling untuk meningkatkan self-esteem pada wanita deqwasa madya yang belum menikah sehingga dapat diperoleh modul konseling yang dapat meningkatkan derajat self-esteem.

Subjek penelitian ini berjumlah satu orang wanita dewasa madya yang belum menikah di Gereja “X” kota B yang memiliki self-esteem rendah. Hal ini dilakukan agar penelitian ini terfokus pada penyelidikan yang mendalam pada sejumlah kecil kasus yang sesuai dengan tema yang ingin di diskripsikan dan menjaring suatu kasus secara spesifik dan mendalam Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dirancang dan disusun berdasarkan teori self-esteem yang diukur menggunakan hasil dari wawancara dan observasi. Peneliti menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis hasil wawancara dan observasi selama konseling individual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek significant, aspek competence, aspek power, aspek virtue subjek mengalami peningkatan setelah melewati konseling individual. Melalui proses konseling individual, wanita dewasa madya yang belum menikah dalam penelitian ini dapat mencoba menganalisa masalah penyesuaian dirinya secara objektiif dan menyadari bahwa persepsi mereka terhadap diri sendiri dan orang lain selama ini salah. Peningkatan aspek significant, compotency, power dan virtue terlihat dari kemampuannya dalam melakukan problem solving, decision making, dan planning.


(2)

ii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The title of this study is to see the individual counseling trial of increasing self-esteem to middle adult woman who are not married in the church "x" in the Bandung city. The purpose of this study is to obtain appropriate counseling to improve self-esteem in middle adult woman who is not married in the Church "X" city B. Meanwhile the purpose of this study was to obtain counseling designed to improve self-esteem in unmarried middle adult woman so as to obtain counseling modules which can increase the degree of self-esteem.

The amount of the subjects of this study is one middle adult woman who is not married in the Church "X" town B who has low self-esteem. This is done so that this study focused on the in-depth investigation on a small number of cases that fit the theme which is wanted to be descripted and capture a specific case and the depth gauge used in this study was designed and is based on the theory of self-esteem was measured using the results from interviews and observations. Researchers used qualitative methods in analyzing the results of interviews and observations during individual counseling.

The results showed that significant aspect, competence aspect, power aspect, virtue aspect of the subject have increased after doing individual counseling. Through the process of individual counseling, adult women unmarried middle trying to analyze the problem itself objektiif adjustment and realize that their perceptions of themselves and others during this one. Improvement of significant aspect, compotency, power and virtue can be seen from her ability to problem solving, decision making, and planning.


(3)

ix

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

PERSYARATAN ORISALITAS PENELITIAN...ii

PERSYARATAN PUBLIKASI PENELITIAN...iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR BAGAN...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Identifikasi Masalah...14

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian...14

1.3.1 Maksud Penelitian...14

1.3.2. Tujuan Penelitian...14

1.4. Kegunaan Penelitian...15

1.4.1.Kegunaan Ilmiah...15

1.4.2. Kegunaan Praktis...15

1.5. Metodologi Penelitian...16

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Self Esteem...17

2.1.1. Definisi Self-esteem...17

2.1.2 Aspek-aspek Self-esteem...18

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem...21

2.1.4. Karakteristik Individu yang memiliki self-esteem tinggi dan rendah ...24


(4)

x

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

2.2. Usia Madya...26

2.2.1 Definisi Usia Madya...,...26

2.2.2 Tugas-Tugas Perkembangan Usia Madya...26

2.2.3 Karakteristik Dewasa Madya...27

2.3. Pernikahan...29

2.3.1 Definisi Menikah...29

2.4. Konseling...30

2.4.1 Definisi Konseling...30

2.4.2. Tujuan Konseling...32

2.4.3. Tahapan Konseling...38

2.4.4. Helping Skill For Understanding...42

2.5. Problem Solving, Decision Making, and Planning...50

2.5.1. The Rational Problem Solving Process...51

2.5.2. Skills Required In Rational Problem Solving...51

2.6. Kerangka Pikir...52

2.7. Asumsi Penelitian...64

BAB III 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian...65

3.2. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Opersional...67

3.2.1. Definisi Konseptual...67

3.2.2. Definisi Operasional...67

3.3. Program Konseling Individual ...68

3.4. Teknik Penentuan Subjek Penelitian ...70

3.4.1. Karakteristik Subjek...70

3.4.2. Instrumen Penelitian...71


(5)

xi

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

3.5.1. Data Pribadi dan Data Penunjang...71

3.6. Analisis Data...73

3.7. Alat Ukur Evaluasi Konseling...75

3.8. Prosedur Penelitian...75

3.9. Lokasi Penelitian...83

BAB IV 4.1. Hasil Penelitian...84

4.1.1. Identitas...84

4.1.2. Keluhan...85

4.1.3.Anamnesa...85

4.1.4. Status Praesense...91

4.1.5. Observasi...92

4.2.Deskripsi Kasus...98

4.3. Hasil Evaluasi Konseling...100

4.2.1. Evaluasi Persesi...100

4.2.2. Evaluasi Sesi Konseling Secara Keseluruhan...107

4.3. Pembahasan...111

BAB V 5.1. Kesimpulan...122

5.2. Saran...124

5.2.1. Saran Teoretis...124

5.2.2. Saran Praktis...124

5.3. Keterbatasan...125

Daftar Pustaka...126


(6)

xii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Aspek dan Indikator Self-Esteem...69

Tabel 3.2. Aspek dan Indikator Evaluasi Konseling...78

Tabel 3.3. Rancangan Kegiatan Konseling Individual...80


(7)

xiii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Rancangan Penelitian ...16 Bagan 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran...63


(8)

xiv

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Konseling...1

Lampiran 2. Anamnesa...13

Lampiran 3. Pertemuan Konseling...18

Lampiran 4. Surat Kesediaan Subjek Penelitian...157

Lampiran 5. Riwayat Hidup...158

Lampiran 6. Alat Ukur Evaluasi Konseling...161

Lampiran 7. Hasil Evaluasi Konseling...164


(9)

1

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase yang ditandai dengan meninggalkan rumah dan menjadi orang dewasa yang hidup sendiri, yang kemudian bergabung dengan individu lainnya melalui pernikahan (keluarga baru), menjadi orang tua dan memiliki anak. Menurut Santrock (2002) pasangan baru (new couple) adalah fase kedua dari siklus kehidupan keluarga, dimana dua individu dari dua keluarga yang berbeda bersatu untuk membentuk satu sistem keluarga yang baru. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua individu yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda.

Dalam masyarakat Amerika Serikat, perempuan telah mengatisipasi pernikahan dengan antusiasme yang lebih besar dan harapan yang lebih positif daripada laki-laki meskipun secara statistik hal ini belum menjadi sistem yang menyehatkan bagi perempuan (Santrock, 2002). Di Indonesia pernikahan

dipandang sebagai sumber dukungan sosial bagi individu dan dianggap dapat membuat individu lebih bahagia (Susanti, 2012). Pernikahan juga dipandang dapat mempengaruhi harga diri, hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mandara, Johnston, Murray dan Varner (dalam Susanti, 2012), pada keluarga Amerika Afrika, menyebutkan pula pernikahan merupakansumber dukungan sosial dan membawa pengaruh yang signifikan pada harga diri


(10)

(self-2

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha esteem). Tetapi fenomena yang muncul di masyarakat saat ini adalah adanya

dewasa madya yang belum juga menikah atau melajang (Santrock, 2002)

Dalam kebudayaan perkawinan merupakan pola yang normal bagi kehidupan orang dewasa, sebagian besar orang dewasa ingin menikah dan mengalami tekanan dari orangtua dan teman-temannya agar segera menikah. Selama usia dua-puluhan, tujuan dari sebagian besar wanita adalah perkawinan. Apabila dia belum juga menikah pada waktu dia telah mencapai usia tigapuluh, mereka cenderung untuk menukar tujuan dan nilai hidupnya ke arah nilai dan tujuan serta gaya hidup baru yang berorientasi pada pekerjaan, kesuksesan dalam karier, dan kesenangan pribadi (Hurlock, 1999)

Usia tigapuluh disebut usia kritis bagi wanita yang belum menikah. Seperti yang ditunjukkan oleh Campbell dan kawan-kawan (1963) : “bagi wanita, usia tiga puluh merupakan pilihan yang mempunyai persimpangan. Hidup wanita sering diwarnai oleh stres ketika dia mencapai ulang tahunnya yang ketigapuluh, tetapi belum juga menikah. Stres ini biasanya mencapai puncak pada usia tigapuluh, kemudian secara bertahap berkurang karena dia mulai menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang baru. Bagi kebanyakan wanita, keingian untuk menikah dan berkeluarga berkurang setelah usia tiga puluh, karena mereka sadar bahwa nampaknya mereka tidak dapat mencapai tujuannya. Lebih lanjut, banyak wanita yang menjadi kecewa karena berpikir tentang perkawinannya, seperti hanya beberapa pengalaman yang tidak menggembirakan dan tidak menyenangkan. Makin besar hasrat seorang wanita untuk menikah, semakin besar resiko baginya untuk tetap lajang. Hal ini sebagian disebabkan oleh pendapat


(11)

3

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

kuno yang keliru dan tidak baik mengenai wanita lajang dan sebagian lagi disebabkan oleh perasaan kurang mampu dalam menarik perhatian lawan jenis, serta merasa tidak tahu apa-apa pada waktu teman-teman wanitanya berbicara tentang masalah keluarga masing-masing.

Setelah melewati masa 30 tahun maka individu akan melewati masa usia dewasa madya yang menurut Santrock (2002) bahwa usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Wong (dalam Putri, 2010) diungkapkan bahwa penundaan pernikahan bisa terjadi karena wanita dewasa tersebut mempertimbangkan karir, pendidikan, dan finansial sebagai prasyarat dalam melakukan pernikahan. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi memilih untuk menata karir dan pendidikan mereka lebih dahulu, tetapi bukan berarti mereka tidak mempunyai hasrat untuk menikah. Hanya saja mereka memandang kedua hal tersebut sebagai prasyarat untuk menikah. Secara umum wanita yang belum menikah memiliki posisi pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang telah menikah. Hal ini dapat menghambat individu tersebut untuk


(12)

4

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

menjalankan tugas perkembangannya di masa dewasa madya yang seharusnya telah memiliki tugas untuk mendidik anak (Santrock, 2002)

Di kota besar, wanita yang belum menikah baik karena belum menemukan pasangan yang tepat atau belum ingin menikah, dianggap tidak lazim yaitu diangap sebagai “perawan tua”, banyak memilih dan lain-lain dari masyarakat (Sudiro, dalam Susanti, 2012). Hal ini karena adanya budaya timur yang dianut oleh Indonesia, yang memandang status pernikahan sebagai hal penting bagi seorang wanita. Perlakuan masyarakat dan status pernikahan yang dimiliki oleh seorang wanita menjadi salah satu faktor penting dalam pembentukan kesejahteraan psikologis. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kim dan Mckenny (dalam Susanti, 2012), wanita yang menikah memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak menikah. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai sumber dukungan sosial yang diperoleh. Sesuai dengan yang disebutkan oleh Ryff dan Keyes (dalam Susanti, 2012), bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis.

Ketika seorang dewasa tidak menikah, sebagian dari para dewasa muda akan merasa sebagai individu yang kesepian. Individu mungkin merasa bahwa tidak seorangpun memahami dirinya dengan baik. Individu mungkin merasa terisolasi dan merasa bahwa tidak memiliki seorangpun untuk dijadikan pelarian saat dibutuhkan atau pada saat stress. Penekanan masyarakat pada pemenuhan diri dan prestasi, pentingnya komitmen dalam suatu hubungan, dan penurunan dalam


(13)

5

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

hubungan dekat adalah sebagian alasan adanya perasaan kesepian yang umum terjadi saat ini (De Jong-Gieveral, 1987 dalam Santrock 2002).

Santrock (2002) juga berpendapat bahwa persoalan umum orang dewasa yang hidup sendiri terutama adalah hubungan intim dengan orang dewasa yang lain, menghadapi kesepian, dan menemukan tempat dalam masyarakat yang beroritentasi pada pernikahan. Kesepian dikaitkan dengan gender individu, sejarah

attachment, harga diri, dan keterampilan sosial. Kurangnya waktu dalam

berhubungan dengan lawan jenis, baik bagi laki-laki maupun perempuan, dihubungkan dengan rasa kesepian. Individu yang merasa kesepian seringkali memiliki sejarah hubungan yang jelek dengan pasangan mereka. Pengalaman awal akan penolakan dan kehilangan (seperti saat orang tua meninggal) dapat menyebabkan perasaan kesepian yang bertahan lama. Menurut Santrock (2002) individu yang kesepian seringkali memiliki harga diri yang rendah dan cenderung menyalahkan diri sendiri daripada yang seharusnya atas kekurangan mereka dan individu yang kesepian memiliki kekurangan dalam keterampilan sosial yang menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Coopersmith (1967), Self esteem adalah penghayatan individu atau hasil penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap kemampuan yang dimilikinya. Hal ini merupakan pengalaman individu yang melekat pada orang lain melalui penilaian dan tindakan dari orang lain. Self-Esteem memiliki beberapa aspek yang dapat meningkatkan penilaian diri seseorang yaitu, (1) Aspek Significance adalah bagaimana wanita dewasa madya yang belum menikah


(14)

6

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

menghayati bahwa dirinya berharga, sehingga mendapatkan kepedulian dari orang lain, perhatian dari orang lain, dan kasih sayang dari orang lain. (2) Aspek Power adalah bagaimana wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam tindakannya melalui kontrol perilakunya dan orang lain. (3) Aspek Competence adalah bagaiamana wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa dirinya berhasil sesuai dengan tujuan yang dimilikinya. Competence ditandai oleh individu yang berhasil memenuhi tuntutan prestasi, dan kemampuan individu dalam berasaptasi. (4) Aspek virtue adalah bagaimana wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa dirinya taat terhadap etika atau norma moral yang ada pada masyarakat. Hal ini ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan, dan individu merasa terbebas dari perasaan yang tidak menyenangkan.

Menurut Copersmith (1967) ciri-ciri individu yang memiliki self-esteem rendah yaitu pertama menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini sering kali menyababkan individu yang memilih harga diri yang rendah, menolak dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya. Kedua, sulit mengontrol tindakan dan perilakunya terhadap dunia luar dirinya dan kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain. Tiga, tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit baginya utnuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum jelas baginya. Empat, tidak yakin akan pendapat dan kemampuan dirinya sendiri sehingga kurang berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat


(15)

7

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

mengekspresikan dirinya dengan baik. Lima, menganggap diri kurang sempurna dan segala sesuatu yang dikerjakannya akan selalu mendapat hasil yang buruk, walaupun dia telah berusaha keras, serta kurang dapat menerima segala perubahan dalam dirinya. Enam, kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang kurang realistis. Selalu merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan dari lingkungan.

Berdasarkan teori dan fenomena yang ada diatas, maka peneliti melakukan

observasi dan interview awal terhadap tujuh orang orang wanita madya yang

memiliki usia 35-60 tahun dan belum menikah di Gereja “X” Kota Bandung. Dalam aspek Significance yaitu wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa dirinya penting dan berharga, mendapatkan perhatian, kepedulian dan kasih sayang dari orang lain. Empat dari tujuh orang wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati positif tentang dirinya, mereka menghayati bahwa mereka mampu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang lain hal ini membuat mereka memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman dan juga rekan-rekan ditempatnya bekerja. Sedangkan tiga orang wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati negatif tentang dirinya, mereka menghayati bahwa mereka bukanlah siapa-siapa dan tidak ramah kepada orang lain. Dua orang wanita dewasa madya yang belum menikah bercerita bahwa mereka menjadi kurang dekat dengan saudaranya karena saudara-saudaranya sering mengejek mereka dan juga tidak memiliki sahabat, namun mereka mampu menjalin relasi yang baik dengan teman-teman kerjanya. Satu orang wanita dewasa madya bercerita bahwa dirinya tidak sering bertengkar


(16)

8

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

dengan saudara-saudaranya, tidak memili teman dekat dan juga kurang memiliki hubungan baik dengan lingkunga tempatnya tinggal saat ini. Wanita tersebut menghayati bahwa dirinya sering menjadi pembicaraan negatif dari tetanganya yang membuatnya jarang untuk berkumpul bersama tetangganya. Saat memiliki hubungan dekat dengan pria, wanita dewasa madya tersebut menghayati bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan yang menyebabkannya sering merasa tidak percaya diri.

Pada aspek Power yaitu bagaimana wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam tindakannya melalui kontrol perilakunya dan orang lain. Lima dari tujuh orang wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa mereka dapat mempengaruhi oleh orang lain, mereka bercerita bahwa mereka sering dimintai nasehat ataupun pendapat oleh teman ataupun keluarganya. Mereka juga cukup dekat dengan keponakan-keponakannya dan sering mengajak keponakan-keponakannya untuk berjalan-jalan atau menghabiskan waktu bersama-sama. Sedangkan dua orang wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati mereka kurang memiliki kuasa untuk mengatur orang lain, mereka bercerita bahwa hanya memiliki beberapa orang teman. Satu orang yang sama juga bercerita bahwa pendapat yang diberikannya sering tidak dihargai oleh keluarga dan teman-temannya. Wanita tersebut juga mengatakan bahwa dirinya sering tidak berani untuk mengutarakan pendapatnya ataupun perasaannya kepada keluarganya, wanita tersebut lebih memilih untuk berdiam diri dan memikirkan masalahnya seorang diri yang menyebabkannya sering merasa cemas. Begitupun


(17)

9

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

saat memiliki teman dekat atau pacar, wanita dewasa madya tersebut tidak berani untuk bercerita ataupun mengatakan pendapatnya kepada teman atau pacarnya.

Dalam aspek Competence adalah bagaiamana wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa dirinya berhasil sesuai dengan tujuan yang dimilikinya. Competence ditandai oleh individu yang berhasil memenuhi tuntutan prestasi, dan kemampuan individu dalam berasaptasi. Enam orang dari tujuh orang wanita dewasa madya yang belum menikah bercerita bahwa mereka saat ini masih bekerja dan mereka dapat memenuhi tuntutan pekerjaan yang di berikan oleh tempat mereka bekerja. Satu orang wanita dewasa madya yang sama dengan yang dibicarakan diatas menghayati bahwa dirinya kurang mampu memenuhi tujuan yang ingin dicapainya. Saat ini dirinya tidak memiliki pekerjaan yang pasti dan seringkali tidak memiliki biaya untuk kehidupannya sehari-hari. wanita dewasa madya tersebut sering merasa tidak memiliki kemampuan dan keahlian dibidang apapun yang membuatnya sering merasa menyesal karena saat muda tidak sungguh-sungguh belajar dan mengembangkan kemampuannya.

Aspek virtue adalah bagaimana wanita dewasa madya yang belum menikah menghayati bahwa dirinya taat terhadap etika atau norma moral yang ada pada masyarakat. Hal ini ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan, dan individu merasa terbebas dari perasaan yang tidak menyenangkan. Enam orang dari tujuh orang wanita dewasa yang belum menikah menghayati bahwa mereka cukup patuh menjalankan ajaran agama yang diyakininya. Mereka rajin beribadah setiap pagi dan setiap minggu pergi kerumah ibadah. Mereka juga aktif melayani digereja sejak remaja. Sedang satu orang


(18)

10

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

wanita dewasa madya yang sama dengan yang diatas menghayati bahwa dirinya sejak dulu sering tidak patuh dengan ajaran agamanya, sering tidak pergi kegereja, setiap hari merokok walau mengetahui bahwa hal tersebut dilarang dan membahayakan kesehatannya, beberapa kali dirinya berpacaran dengan laki-laki yang berbeda agama dengannya karena jarang bertemu dengan pria yang seiman dengannya. Wanita tersebut menghayati bahwa dirinya berdosa karena tidak menjaga tubuhnya dengan baik dan yang dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran agamanya.

Dari proses penggalian data diawal tersebut di peroleh informasi bahwa Satu dari tujuh orang wanita dewasa madya yang belum menikah memiliki

self-esteem yang rendah hal ini terlihat dari wanita tersebut tidak memiliki teman

dekat dan juga kurang memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan tempatnya tinggal saat ini. Wanita dewasa madya terebut juga menghayati bahwa pendapat yang diberikannya sering tidak dihargai oleh keluarga dan teman-temannya yang membuat wanita tersebut sering tidak berani mengutarakan pendapatnya ataupun perasaannya kepada keluarganya, wanita tersebut lebih memilih untuk berdiam diri dan memikirkan masalahnya seorang diri yang menyebabkannya sering merasa cemas. Kemudian wanita dewasa madya tersebut menghayati dirinya kurang mampu memenuhi tujuan yang ingin dicapainya. Wanita dewasa madya tersebut juga sering merasa tidak memiliki kemampuan dan keahlian dibidang apapun yang membuatnya sering merasa menyesal karena saat muda tidak sungguh-sungguh belajar dan mengembangkan kemampuannya. Wanita tersebut juga sering tidak menjalankan ajaran agamanya, sering tidak pergi


(19)

11

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

kegereja, setiap hari merokok walau mengetahui bahwa hal tersebut dilarang dan membahayakan kesehatannya, wanita tersebut menghayati bahwa dirinya berdosa karena tidak menjaga tubuhnya dengan baik dan yang dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah pada wanita dewasa madya adalah ketidak mampuannya dalam menghadapi devaluasi dalam kehidupannya.

Berkaitan dengan masalah yang terjadi pada wanita madya yang belum menikah yaitu mengenai rendahnya self esteem (penilaian diri) yang dimilikinya untuk mengatasi penyesuaian diri yang salah pada wanita madya yang belum menikah. Maka dibutuhkan suatu bentuk intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan Self-esteem sehingga wanita tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya self esteem yang dapat membantunya untuk mengatasi penyesuaian diri yang salah dan meningkatkan ketrampilannya dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya.

Coopersmith (1967:37-43) mengungkapkan bahwa self esteem dalam perkembangannya terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang lain terhadap dirinya, sehingga self-esteem dapat berkembang dan ditingkatkan. Ada bermacam-macam intervensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah seperti training, psikoedukasi, ataupun konseling kelompok. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan intervensi konseling individual yang bertujuan untuk meningkatkan Self-Esteem


(20)

12

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

pada wanita dewasa madya yang belum menikah di gereja”X” kota Bandung yang berjumlah satu orang.

Konseling individual merupakan proses untuk membantu individu untuk berkembang menuju tujuan-tujuannya secara pribadi dan memperkuat kapasitasnya dalam mengatasi permasalahannya sendiri (Brammer & MacDonald, 2003). Alasan utama peneliti memilih teknik konseling individual sebagai bentuk intervensi bagi wanita dewasa madya yang belum menikah adalah penelitian ini terfokus pada penyelidikan yang mendalam pada sejumlah kecil kasus yang sesuai dengan tema yang ingin di diskripsikan tersebut, dan jumlah subjek penelitian yang terbatas yaitu berjumlah satu orang. Oleh karena itu, studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu memahami suatu kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu ataupun situasi unik secara mendalam. Sejumlah kecil kasus tersebut dapat memberikan contoh yang tepat mengenai fenomena yang dipelajari (Poerwandari, 2007) serta penangganan permasalahan dapat dilakukan secara mendalam. Melalui konseling individual ini,

self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah diharapkan dapat

meningkat, dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya, dan berani menghadapi krisis.

Konseling individual ini, akan mengunakan kemampuan problem solving,

decision making dan planning dengan mempertimbangkan bahwa masalah yang

dihadapi oleh wanita dewasa madya yang belum menikah adalah kemampuannya yang rendah dalam menghadapi devaluasi dalam kehidupannya. Untuk dapat meningkatkan kemampuan tersebut maka didalam konseling diberikan problem


(21)

13

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha solving, decision making, dan planning yang jika berhasil maka dapat membantu

meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah. Konseling individual telah banyak dilakukan sebagai bentuk intervensi di beberapa penelitian lain, diantaranya : Penelitian yang dilakukan oleh Rina R.BR. Tarigan dengan topik “Penerapan konseling individual dalam meningkatkan kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpersonal pada mahasiswa jurusan teknik elektro Universitas “X” Bandung” di peroleh hasil bahwa metode konseling individual cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi pada mahasiswa yang memiliki kompetensi rendah. Disamping itu, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nor Mutaqin (2010) dengan topik “Konseling Individual pada siswa yang tidak lulus UN di SMK Muhammadiyah 1 Moyu dan Sleman” diperoleh hasil bahwa metode konseling individual cukup efektif dalam meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri siswa yang mengalami kegagalan dalam mengikuti UN. Hal inilah yang mendasari peneliti menggunakan metode konseling individual untuk membantu wanita dewasa madya yang belum menikah untuk dapat meningkatkan self-esteem yang rendah.

Program konseling individual ini secara spesifik akan dikaitkan dengan variabel penelitian yaitu self-esteem wanita dewasa madya yang belum menikah. Dalam konseling ini, wanita dewasa madya yang belum menikah diberikan kesempatan untuk menggali kelemahan dan kelebihan mereka yang dapat digunakan untuk meningkatkan aspek significant, competency, power dan virtue mereka serta penghayatan diri terhadap kemampuan yang mereka miliki dalam menyesuaikan diri sehari-hari.


(22)

14

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut dan melihat fakta yang ditunjang dengan teori bahwa self esteem cukup dapat membuat seseorang untuk bahagia menjalani kehidupannya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menguji coba rancangan modul konseling individual dapat berguna untuk meningkatkan derajat

self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah di Gereja “X” kota

Bandung.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah intervensi konseling dapat meningkatkan derajat self-esteem pada wanita madya yang belum menikah. Hal ini ditujukan untuk mengetahui apakah konseling individual dapat mempengaruhi peningkatan self-esteem pada wanita madya yang belum menikah di Gereja “X” di kota Bandung.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran konseling individual yang tepat untuk meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah di Gereja “X” kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh rancangan konseling untuk meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah sehingga dapat diperoleh modul konseling yang dapat meningkatkan derajat self-esteem.


(23)

15

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

a. Sebagai bahan masukan bagi ilmu Psikologi Klinis mengenai suatu program konseling individual bagi wanita dewasa madya terutama yang belum menikah.

b. Sebagai landasan informatif bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan suatu program konseling individual, khususnya pada wanita dewasa madya yang belum menikah.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat digunakan bagi :

a. Para wanita madya yang belum menikah untuk meningkatkan self-esteem nya sehingga wanita dewasa madya yang belum menikah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol perilakunya dan orang lain (power), memiliki kemampuan untuk dapat diterima, diperhatikan dan mendapatkan kasih sayang dari orang lain (significance), mampu untuk menjalankan nilai moral dan etika yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari (virtue) dan memiliki kemampuan untuk mendapatkan prestasi dalam tugas perkembangannya (Competence) yang dapat membuatnya mampu menyesuaikan diri dalam lingkungannya.

b. Para Konselor yang sedang menanggani wanita dewasa madya yang belum menikah, sehingga dapat berguna untuk memberikan konseling individual yang tepat dan dapat membawa pengaruh pada self-esteem wanita dewasa madya yang belum menikah.


(24)

16

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 1.5. METODOLOGI PENELITIAN

Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Merancang sebuah modul konseling individual.

• Pelaksanaan konseling

• Evaluasi dan revisi modul, di dapat dari :

- Pertama, melalui pretest dan post-test wawancara, mengenai self esteem, kemudian mengolah data melalui metode menganalisa data dengan cara kualitatif : a. Reduksi data, b. Penyusunan satuan, c. Kategorisasi d. Pemeriksaan keabsahan data, e. Penafsiran dan f. Membuat suatu kesimpulan. Melihat seberapa banyak perubahan pemahanan mengenai self

esteem pada wanita yang memiliki self esteem rendah.

- Kedua, melakukan evaluasi hasil konseling secara keseluruhan.

Bagan 1.1. Rancangan Penelitian Wanita dewasa madya

yang belum menikah di gereja “X” kota

Bandung yang memiliki self-esteem

rendah.

Konseling individual

Self-esteem

Perubahan self-esteem pada wanita dewasa madya yang

belum menikah dengan meningkatnya self-esteem


(25)

122

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang konseling individual dalam mengubah self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Subjek penelitian menunjukkan peningkatan dalam penghayatannya akan keyakinan dirinya dan kemampuan penyesuaian diri saat berada dilingkungan setelah mengikuti konseling individual.

2. Subjek penelitian berhasil mengubah penghayatan yang selama ini salah menjadi lebih baik yang diharapkan dapat membantu dalam penyesuaian diri wanita dewasa madya yang belum menikah saat berada dilingkungannya. 3. Melalui proses konseling individual, wanita dewasa madya yang belum

menikah pada penelitian ini, dalam aspek significant wanita dewasa madya mulai mengelola penghayatan dirinya dalam menghadapi keluarganya dan teman-temannya dari sudut pandang yang berbeda yaitu mengubah penghayatannya yang salah menjadi realistis mengenai dirinya sendiri saat bersama keluarga dan teman-temannya.


(26)

123

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

4. Pada aspek competence dan power wanita dewasa madya yang belum menikah pada penelitian ini, mulai menghayati bawah dirinya memiliki keterampilan, mulai mampu membuat keputusan dan menyusun perencanaan untuk dirinya berdasarkan keputusan yang telah diambil.

5. Pada aspek virtue wanita dewasa madya yang belum menikah pada penelitian ini, mulai mengelola penghayatannya tentang nilai-nilai dalam dirinya mengenai kebiasaan buruknya yang menyebabkannya sulit untuk berinteraksi dalam lingkungan gereja dan penghayatannya mengenai anggota gereja dari sudut pandang yang berbeda yaitu mengubah penghayatannya yang salah menjadi realistis kepada orang lain.

6. Supportive relationship dalam konseling individual dapat meningkatkan

aspek competency pada wanita madya yang belum menikah di gereja “X” kota Bandung. Mereka menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan-perasaan yang mereka hayati ketika mengalami pengalaman kegagalan dan kecemasan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri bahwa mereka mampu, mereka dapat menolong diri mereka, dan berusaha untuk menghadapi permasalahan sehari-harinya.


(27)

124

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran

Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai pengaruh konseling individual dalam rangka meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah di gereja “X” kota Bandung, peneliti memandang perlu mengajukan beberapa saran :

5.2.1. Saran Teoretis

• Melakukan penelitian lanjutan dengan menambah pertemuan konseling individual dalam rangka mengeksplorasi self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah secara mendalam, khususnya aspek virtue.

• Melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan konseling individual yang bertujuan untuk mengembangkan self-self lain selain self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah, khususnya

self-acceptance dan self-efficacy berkaitan dengan aspek significant, competency dan power.

• Mencoba intervensi lain, seperti : training, psikoedukasi dan konseling kelompok untuk meningkatkan aspek significant, aspek competency, aspek

power, dan aspek virtue.

5.2.2. Saran Praktis

• Wanita dewasa madya yang belum menikah pada penelitian ini diharapkan dapat berusaha untuk melakukan pengembangan diri dengan mengaplikasikan proses-proses yang terjadi dalam konseling individual di


(28)

125

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam menghadapi masalah-masalah keluarga dan relasi dengan teman-teman.

• Bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai konseling individual yang dapat meningkatkan self-esteem maka diharapkan menggunakan subjek penelitian dua atau tiga sebagai pembanding kasus.

5.3. Keterbatasan

• Penelitian ini hanya menggunakan satu subjek penelitian sehingga hasil dari penelitian ini terbatas dan tidak bisa digeneralisasikan pada wanita dewasa madya yang belum menikah.


(29)

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Brammer, Lawrence M. 2003. The helping Relationship : Process and Skill. 8th ed. Boston: University of Washington.

Branden, Nathaniel. 1995. The Six Pillars Of Self-Esteem. The Definitive Work On

Self Esteem by The Leading Pioneer In The Field. Bantam : United States.

Bruce E. Wampold, P. Paul Heppner and Dennis M., Jr. Kivlighan .1998.

Research Design in Counseling. USA : Wadsworth.

Campbell, Donald T & Stanley, Julian C. 1963. Experimental & Quasi

Experimental Design for Research. Chicago: RandMc, Nally College

Publishing Company.

Cinde, Anjani, Suryanto. 2006. Pola Penyesuaian Perkawinan Pada Periode

Awal. Jurnal : Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Cresswell, John W. 1994. Reseach Design:Qualitative & Quantitative

Approaches. USA : SAGE Publication, Inc.

Gunarsa,SD.,&Gunarsa, Y.S.D. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta : PT.BPK.Gunung Mulia.

Coopersmith, S 1967. The Antecedents Of Self-Esteem. USA Sanfrancisco : WH. Freeman

Hackney, Harold L.&Cornier, L. Sherilyn.1987. The Professional Counseling; A

Process Guide To Helping. USA : Ailyn and Bacon.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Developmental Psychology : A Life Span Approach.

Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional. Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :

PT. Remaja Rosadakarya.

Poerwandari, K. (2007), Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia (Cetakan Kedua). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas


(30)

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Santrock, Jhon W. 2002. Life Span Developmental Jilid II Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. 1990. Basic Of Qualitative Research. California : Sage Publication.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta


(31)

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Putri, Shavreni Oktadi.2010. Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Madya

Yang Bekerja. Skripsi, Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

Tarigan, Rina R. 2012. Perancangan Dan Uji Coba Konseling Individual Dalam

Meningkatkan Kompetensi Intelektual, Fisik Manual, Dan Interpersonal Pada Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas “X” Bandung. Tesis,

Bandung : Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Tri, Yuliana. 2006. Kecemasan Dan Coping Pada Wanita Karir Dewasa Madya

Yang Belum Menikah. Skripsi, Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas

Gunadarma.

Siregar, Ade Rahmawati. 2006. Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Susanti. 2012. Hubungan Harga Diri Dan Psychological Well-Being Pada

Wanita Lajang Di Tinjau Dari Bidang Pekerjaan. Jurnal, Surabaya :


(1)

123

4. Pada aspek competence dan power wanita dewasa madya yang belum menikah pada penelitian ini, mulai menghayati bawah dirinya memiliki keterampilan, mulai mampu membuat keputusan dan menyusun perencanaan untuk dirinya berdasarkan keputusan yang telah diambil.

5. Pada aspek virtue wanita dewasa madya yang belum menikah pada penelitian ini, mulai mengelola penghayatannya tentang nilai-nilai dalam dirinya mengenai kebiasaan buruknya yang menyebabkannya sulit untuk berinteraksi dalam lingkungan gereja dan penghayatannya mengenai anggota gereja dari sudut pandang yang berbeda yaitu mengubah penghayatannya yang salah menjadi realistis kepada orang lain.

6. Supportive relationship dalam konseling individual dapat meningkatkan aspek competency pada wanita madya yang belum menikah di gereja “X” kota Bandung. Mereka menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan-perasaan yang mereka hayati ketika mengalami pengalaman kegagalan dan kecemasan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri bahwa mereka mampu, mereka dapat menolong diri mereka, dan berusaha untuk menghadapi permasalahan sehari-harinya.


(2)

124

5.2. Saran

Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai pengaruh konseling individual dalam rangka meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah di gereja “X” kota Bandung, peneliti memandang perlu mengajukan beberapa saran :

5.2.1. Saran Teoretis

• Melakukan penelitian lanjutan dengan menambah pertemuan konseling individual dalam rangka mengeksplorasi self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah secara mendalam, khususnya aspek virtue.

• Melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan konseling individual yang bertujuan untuk mengembangkan self-self lain selain self-esteem pada wanita dewasa madya yang belum menikah, khususnya self-acceptance dan self-efficacy berkaitan dengan aspek significant, competency dan power.

• Mencoba intervensi lain, seperti : training, psikoedukasi dan konseling kelompok untuk meningkatkan aspek significant, aspek competency, aspek power, dan aspek virtue.

5.2.2. Saran Praktis

• Wanita dewasa madya yang belum menikah pada penelitian ini diharapkan dapat berusaha untuk melakukan pengembangan diri dengan mengaplikasikan proses-proses yang terjadi dalam konseling individual di


(3)

125

dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam menghadapi masalah-masalah keluarga dan relasi dengan teman-teman.

• Bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai konseling individual yang dapat meningkatkan self-esteem maka diharapkan menggunakan subjek penelitian dua atau tiga sebagai pembanding kasus.

5.3. Keterbatasan

• Penelitian ini hanya menggunakan satu subjek penelitian sehingga hasil dari penelitian ini terbatas dan tidak bisa digeneralisasikan pada wanita dewasa madya yang belum menikah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Brammer, Lawrence M. 2003. The helping Relationship : Process and Skill. 8th ed. Boston: University of Washington.

Branden, Nathaniel. 1995. The Six Pillars Of Self-Esteem. The Definitive Work On Self Esteem by The Leading Pioneer In The Field. Bantam : United States. Bruce E. Wampold, P. Paul Heppner and Dennis M., Jr. Kivlighan .1998. Research Design in Counseling. USA : Wadsworth.

Campbell, Donald T & Stanley, Julian C. 1963. Experimental & Quasi Experimental Design for Research. Chicago: RandMc, Nally College Publishing Company.

Cinde, Anjani, Suryanto. 2006. Pola Penyesuaian Perkawinan Pada Periode Awal. Jurnal : Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Cresswell, John W. 1994. Reseach Design:Qualitative & Quantitative Approaches. USA : SAGE Publication, Inc.

Gunarsa,SD.,&Gunarsa, Y.S.D. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT.BPK.Gunung Mulia.

Coopersmith, S 1967. The Antecedents Of Self-Esteem. USA Sanfrancisco : WH. Freeman

Hackney, Harold L.&Cornier, L. Sherilyn.1987. The Professional Counseling; A Process Guide To Helping. USA : Ailyn and Bacon.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Developmental Psychology : A Life Span Approach. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional. Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :

PT. Remaja Rosadakarya.

Poerwandari, K. (2007), Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia (Cetakan Kedua). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia


(5)

Santrock, Jhon W. 2002. Life Span Developmental Jilid II Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. 1990. Basic Of Qualitative Research. California : Sage Publication.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Putri, Shavreni Oktadi.2010. Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Madya Yang Bekerja. Skripsi, Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara. Tarigan, Rina R. 2012. Perancangan Dan Uji Coba Konseling Individual Dalam

Meningkatkan Kompetensi Intelektual, Fisik Manual, Dan Interpersonal Pada Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas “X” Bandung. Tesis, Bandung : Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Tri, Yuliana. 2006. Kecemasan Dan Coping Pada Wanita Karir Dewasa Madya

Yang Belum Menikah. Skripsi, Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Siregar, Ade Rahmawati. 2006. Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Susanti. 2012. Hubungan Harga Diri Dan Psychological Well-Being Pada Wanita Lajang Di Tinjau Dari Bidang Pekerjaan. Jurnal, Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.