KEBERGANTUNGAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK FOSFAT DI LAPANG (Mycorrhizal dependency of Mangosteen under field to Applicated Phosphate Fertilizer).

2
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

KEBERGANTUNGAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP
CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK FOSFAT
DI LAPANG
(Mycorrhizal dependency of Mangosteen under field
to Applicated Phosphate Fertilizer)
Auzar Syarif
ABSTRACT
The field experiment was conducted to evaluate the
mycorrhizal dependency of mangosteen to applicated
phosphate fertilizer from Januari 2000 until April 2001 in
the experimental field of Andalas University Padang. The
experiment was to evaluate two arbuscular mycorrhizal
fungi species (Glomus etunicatum and Glomus manihotis,
and control) and four dosages of phosphate fertilizer (0,
150, 300, and 450 mg plant-1 month-1). The experimental
design were Randomized Blocks Design in factorial
pattern with three replications. The results of the
experiments showed that (1) the maximum infection levels

of Glomus etunicatum, Glomus manihotis, and control on
roots of 16 months mangosteen were 68.53, 64.34, and
57.99 percent at the optimum dosages of phosphate
fertilizer 70.26, 288.18, and 265.49 mg plant-1 month-1 (2)
total dry weight of mangosteen inoculated with Glomus
etunicatum, Glomus manihotis, and control were 9.13, 8.58,
and 7.64 g plant-1 at the optimum dosages of 243.02,
421.99, and 863.82 mg plant-1 month-1 phosphorus
fertilizer respectively (3) Mycorrhizal dependency of
mangosteen under field was highest at the dosage on 150
mg P plant-1 month-1 for Glomus etunicatum and 450 mg P
plant-1 month-1 for Glomus manihotis.
Key words: mangosteen, mycorrhizal, phosphate

PENDAHULUAN
Kebergantungan tanaman terhadap CMA tinggi
pada tanaman yang mempunyai sistem perakaran
terbatas. Pada tanaman seperti itu, CMA efektif,
memperluas daerah jelajah akar dan meningkatkan pertumbuhan akar serta membebaskan hara
terikat menjadi tersedia bagi tanaman. Hasil penelitian Syarif (2002) menunjukkan bahwa kebergantungan tanaman manggis pada stadia bibit

terhadap inokulasi berbagai jenis CMA (Glomus
etunicatum dan Glomus manihotis) tergolong rendah. Kenyataan seperti itu dapat terjadi karena
tingkat kebergantungan manggis pada stadia bibit
terhadap CMA masih rendah karena selama periode perkecambahan dan pertumbuhan semai,
kebergantungan tanaman akan hara lebih
dominan ditentukan oleh penyediaan makanan
cadangan yang terdapat dalam biji.

Perbedaan kebergantungan tanaman terhadap
CMA sebagai akibat dari perbedaan kemampuan
CMA meningkatkan serapan hara yang diperlukan untuk kebutuhan tanaman. Keberadaan CMA
tidak hanya untuk membantu atau memfasilitasi
meningkatkan serapan hara, tetapi keberadaannya
juga dapat meningkatkan panjang akar tanaman.
Menurut Setiadi (2000), respons tanaman terhadap CMA ditentukan oleh tingkat kebergantungan tanaman terhadap CMA (mycorrhizal dependency) dan tingkat kebergantungan itu ditentukan
pula oleh jenis CMA. Konsep kebergantungan
tanaman akan CMA merupakan tingkat relatif dimana tanaman bergantung pada keberadaan CMA
untuk mencapai pertumbuhan maksimum pada
tingkat kesuburan tanah tertentu (Khalil et al.,
1994). Tanaman yang mempunyai tingkat kebergantungan tinggi terhadap keberadaan CMA

biasanya akan menunjukkan respons pertumbuhan yang lebih baik, tetapi sebaliknya tanaman
tidak tumbuh dengan baik jika berasosiasi dengan
CMA (Setiadi, 2000). Pada sisi lain, tanaman tetap dapat tumbuh dengan baik jika tidak berasosiasi dengan CMA, tetapi tidak tumbuh dengan
baik jika berasosiasi dengan CMA (Smith et al.,
1999). Selain ditentukan oleh ketersediaan P tanah dan atau pupuk P, kebergantungan terhadap
CMA juga ditentukan oleh jenis CMA (Khalil et
al., 1994). Kebergantungan tanaman terhadap
CMA tinggi pada tanah yang mengandung P
tersedia rendah, namun pupuk P tetap diperlukan
karena selain tanaman membutuhkan P yang cukup bagi pertumbuhannya, CMA juga memerlukan P bagi keberlangsungan hidupnya.
BAHAN DAN METODE
Percobaan telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang dari bulan Januari 2000 sampai April
2001. Pada percobaan ini dikaji dua jenis CMA
(Glomus etunicatum dan Glomus manihotis, dan

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

3
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

*)

Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang

kontrol) dan empat level dosis pupuk fosfat (0,
150, 300, dan 450 mg tanaman-1 bulan-1).
Percobaan ini merupakan percobaan lapang yang
dirancang menurut rancangan acak kelompok
berpola faktorial. Pada percobaan ini dikaji 12
kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 unit perlakuan.
Penanaman bibit manggis ke lapang dilakukan pada saat bibit berumur 8 bulan di pembibitan dan bibit tersebut telah diinokulasi dengan
CMA jenis Glomus etunicatum dan Glomus
manihotis pada stadia persemaian dengan tingkat
infeksinya pada umur 8 bulan adalah 70 %. Pada
percobaan ini diberi pupuk buatan N, P, dan K
setiap bulan. Pupuk N dan K diberikan dengan
dosis yaitu 250 mg tanaman-1 bulan-1, sedangkan
pupuk P disesuaikan dengan perlakuan, yaitu 0,
150, 300, dan 450 mg tanaman-1 bulan-1 (0, 1, 2, 3
g pot-1 SP36).

Variabel respons yang diamati adalah infeksi
CMA, kandungan P tanaman, kebergantungan
terhadap CMA serta bobot kering total bibit
manggis. Kebergantungan terhadap CMA dihitung berdasarkan formulasi Khalil et al. (1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat infeksi CMA
Tingkat infeksi CMA ditentukan oleh efek
interaksi antara inokulasi CMA dengan pupuk P.
Hubungan tingkat infeksi CMA dengan dosis
pupuk P pada tanaman manggis umur 16 bulan di
lapangan menunjukkan pola hubungan kuadratik
(Gambar1). Pada semua dosis pupuk P, tingkat
infeksi Glomus etunicatum dan Glomus
manihotis selalu lebih tinggi daripada tanpa
CMA. Pada pemberian pupuk P dosis rendah,
tingkat infeksi Glomus etunicatum selalu lebih
tinggi daripada Glomus manihotis dan sebaliknya
pada tanaman yang diberi pupuk P dosis tinggi.
Dari data itu dapat dikatakan bahwa Glomus

etunicatum dan Glomus manihotis merupakan
CMA yang cocok hidup pada lingkungan rizosfer
tanaman manggis. Perbedaannya, Glomus
etunicatum lebih cocok hidup pada tanaman yang
diberi pupuk P dosis rendah, sedangkan Glomus
manihotis pada tanaman yang diberi pupuk P
dosis tinggi. Tanaman manggis yang tidak diinokulasi dengan CMA pada stadium bibit ternyata
terinfeksi juga oleh CMA indigen dan CMA itu
lebih cocok hidup pada lingkungan yang diberi
pupuk P dosis tinggi.

74

Tingkat infeksi CMA (%)

72
70
68
66
64

62
60
58
56
54
52

m0 : tanpa CMA
m2 : Glomus etunicatum

50
48
46

M2 : Glomus manihotis

44
42
40
0


150

300

450

Keterangan :
semua kurva sejajar (//)
atau tidak sejajar (x)
menurut uji kesejajaran dan
keberimpitan pada taraf
nyata 0.05 sebagaimana
diidentifikasikan dalam
matriks perbandingan

Dosis pupuk P (mg tanaman-1bulan-1

Matriks
Perbandingan KurvaYm0=54.35+0.03 x-5.65E-05 x2

(R2=0.53)Y/Ym0m1m2Ym1=65.74+0.03 x-8.81E-05 x2 (R2=0.63)m1x-Ym2=61.31+0.21 x-3.47E-05 x2 (R2=0.60)m2//xGambar 1. Infeksi CMA pada tanaman manggis umur 16 bulan di lapangan yang diinokulasi
dengan CMA berbagai jenis dan diberi pupuk P berbagai level dosis.

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

4
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

Tingkat
infeksi
maksimum
Glomus
etunicatum, Glomus manihotis, dan tanpa CMA
adalah 68.29, 64.19, dan 58.33% yang masingmasing diperoleh dengan pupuk P optimum
secara berurutan 170,26, 288.18, dan 265.49 mg
tanaman-1. Hasil itu terjadi karena tingkat infeksi
CMA pada akar tanaman ditentukan oleh pupuk
P. Penurunan dosis pupuk P meningkatkan
tingkat infeksi CMA pada beberapa akar tanaman
(Kurle dan Pfleger, 1996). Franken dan

Gnadinger (1994) menemukan bahwa tingkat infeksi CMA pada tanaman yang tidak diberi pupuk P lebih tinggi daripada tanaman yang diberi
pupuk P. Peneliti lain menemukan pula bahwa
Glomus manihotis memberikan toleransi yang
tinggi terhadap P tinggi dan CMA tersebut masih
dapat menginfeksi akar tanaman dengan kemampuan yang juga tinggi, walaupun P tersedia di
dalam tanah cukup tinggi (Simarmata, 1995).
Ayako et al. (1999) menemukan bahwa tingkat
infeksi Glomus etunicatum lebih tinggi pada akar
kedelai yang diberi pupuk P daripada yang tidak
diberi pupuk P.
2. Kandungan P
Kandungan fosfor tanaman manggis ditentukan oleh efek interaksi antara CMA dan pupuk P

(Tabel 1 dan 2). Pada semua dosis pupuk P,
inokulasi CMA meningkatkan kandungan fosfor
pupus dan fosfor akar tanaman manggis, kecuali
kandungan fosfor pupus tidak meningkat jika
diberi pupuk P 450 mg tanaman -1. Pada tanaman
yang diinokulasi dengan Glomus etunicatum, peningkatan kandungan fosfor pupus tertinggi telah
dicapai dengan pemupukan P 150 mg tanaman-1,

sedangkan dengan Glomus manihotis baru tercapai dengan pemupukan 300 mg tanaman-1. Secara
umum data itu dapat disimpulkan bahwa kandungan fosfor pupus dan akar tanaman manggis
dengan Glomus manihotis tinggi pada tanaman
yang diberi pupuk P dosis tinggi, sedangkan
dengan Glomus etunicatum tinggi pada tanaman
yang diberi pupuk P dosis rendah.
Pada tanah yang mengandung P rendah diperlukan pupuk P yang cukup untuk meningkatkan efektivitas CMA dalam meningkatkan serapan hara tanaman. Perbedaan itu tampaknya dapat
dipahami karena Glomus manihotis memberikan
toleransi yang tinggi terhadap P tinggi dan CMA
tersebut masih dapat menginfeksi akar tanaman
dengan kemampuan yang juga tinggi, walaupun
hara P tersedia di dalam tanah cukup tinggi
(Simarmata,
1995).
Sebaliknya
Glomus
etunicatum efektif menginfeksi akar jika tanaman
diberi pupuk P dosis rendah (Ayako et al. (1999).

Tabel 1. Kandungan fosfor pupus tanaman manggis umur 16 bulan di lapangan yang diinokulasi dengan CMA pada
stadium bibit dan diberi pupuk P
Pupuk P (P) (mg tanaman-1 )
150
300
mg kg-1
0.12 c
0.13 c
0.13 b
Tanpa CMA
(c)
(b)
(b)
0.14 a
0.16 a
0.15 a
G. etunicatum
(c)
(a)
(b)
0.13 b
0.14 b
0.15 a
G. manihotis
(c)
(b)
(a)
Keterangan: Angka-angka yang ditandai dengan huruf yang sama (tanpa tanda kurung arah vertikal,
kurung arah horizontal) tidak berbeda menurut uji BNT a = 0.05
Jenis CMA (M)

0

450
0.14 a
(a)
0.14 a
(c)
0.14 a
(b)
dengan tanda

Tabel 2. Kandungan fosfor akar tanaman manggis umur 16 bulan di lapangan yang diinokulasi dengan CMA pada
stadium bibit dan diberi pupuk P
Pupuk P (P) (mg tanaman-1 )
Jenis CMA (M)
0
150
300
mg kg-1
0.19 c
0.19 c
0.20 b
Tanpa CMA
(c)
(c)
(b)
0.21 a
0.23 a
0.22 a
G. etunicatum
(c)
(a)
(b)
0.20 b
0.21 b
0.22 a
G. manihotis
(c)
(b)
(a)
Keterangan: Angka-angka yang ditandai dengan huruf yang sama (tanpa tanda kurung arah vertikal,
kurung arah horizontal) tidak berbeda menurut uji BNT a = 0.05

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

450
0.21 b
(a)
0.22 a
(b)
0.22 a
(a)
dengan tanda

5
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

3. Bobot kering total

Bobot kering total (g tanaman

-1

)

Bobot kering total tanaman manggis umur 16
bulan di lapangan yang diinokulasi dengan CMA
berbagai jenis menunjukkan pola hubungan
kuadratik dengan pupuk P berbagai level dosis
(Gambar 2). Bobot kering totalnya dengan
Glomus etunicatum dan Glomus manihotis menunjukkan pola hubungan kuadratik dengan nilainilai bobot yang selalu lebih tinggi daripada tanpa CMA. Bobot kering total maksimum tanaman
manggis dengan Glomus etunicatum, Glomus
manihotis, dan tanpa CMA adalah 9.13, 8.58, dan
7.64 g tanaman-1 yang diperoleh dengan pupuk P
dosis optimum 243.02, 421.99, dan 863.82 mg
tanaman-1. Informasi dosis pupuk P terhadap tanaman manggis yang diinokulasi dengan CMA
belum ada, namun pupuk P yang diperlukan bagi
tanaman manggis dengan inokulasi CMA terutama Glomus etunicatum lebih rendah daripada rekomendasi pupuk P oleh Rukmana (1995), yaitu
400-600 mg tanaman-1.
Efektivitas CMA terhadap bobot kering total
itu ternyata sejalan dengan beberapa peneliti lain,
CMA dan pupuk P meningkatkan bobot kering
Gmelina arborea, Paraserianthes falcataria dan
Swietenia macrophylla (Mufidah et al., 1999).
10
9.8
9.6
9.4
9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
8
7.8
7.6
7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4
6.2
6
5.8
5.6
5.4
5.2
5

Keterangan :
semua kurva tidak sejajar
(x) menurut uji kesejajaran
dan keberimpitan pada taraf
nyata 0.05 sebagaimana
diidentifikasikan
dalam
matriks perbandingan

m0 : tanpa CMA
m1 : Glomus etunicatum
m2 : Glomus manihotis

0

150

300

Hal itu terjadi karena CMA lebih efektif pada
tanaman yang tumbuh di lingkungan bermasalah
(Al-Karaki, 1998), seperti P tanah tersedia atau
pupuk P rendah (Kurle dan Pfleger, 1996).
Lingkungan yang bermasalah itu, terutama yang
berhubungan dengan keharaan tanaman yang dipengaruhi oleh kebergantungan antara CMA dan
pupuk P. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa bobot kering total tanaman manggis jelas
akan ditentukan pula oleh kebergantungan antara
CMA dan pupuk P.
Fakta yang hampir serupa ditemukan oleh
peneliti terdahulu bahwa Gigaspora margarita
lebih cocok pada tanaman albisia daripada
kaliandra (Suciatmih et al., 1999). Pada albisia,
Glomus manihotis lebih cocok daripada dengan
Glomus fasculatum dan Glomus geosporum
(Suhardi et al., 1999) serta Glomus mosseae
(Mansur et al., 1999). Pada tanaman yang sama,
Scutellospora weresubi lebih cocok daripada dengan Glomus mosseae (Prematuri dan Dodd,
1999). Putri et al. (1999) menemukan pula bahwa
Glomus manihotis Indo-1 lebih cocok daripada
Glomus etunicatum, NPI, Gigaspora roseae FL105, dan mycofer pada tanaman mangium, akasia, dan albisia.

450

Pupuk P (mg tanaman-1 bulan-1)

Matriks
Perbandingan KurvaYm0=6.9027+0.0017x-9.84E-07x2
(R2=0.53)Y/Ym0m1m2Ym1=8.0713+0.0087x-1.79E-05x2 (R2=0.63)m1x-Ym2=7.8842+0.0033x-3.91E-06x2 (R2=0.60)m2xxGambar 2.

Bobot kering total tanaman manggis 16 bulan di lapangan yang
diinokulasi dengan CMA berbagai jenis pada stadium bibit dan diberi pupuk P
berbagai level dosis.

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

6
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

4. Kebergantungan terhadap CMA
Tingkat kebergantungan tanaman manggis
umur 16 bulan di lapangan ditentukan oleh efek
interaksi antara CMA dengan pupuk P (Tabel 3).
Tingkat kebergantungan tanaman manggis yang
tidak diberi pupuk P terhadap Glomus etunicatum
lebih rendah daripada tanaman yang diberi pupuk

P 150 mg tanaman-1. Peningkatan pupuk P dari
150 mg tanaman-1 menjadi 450 mg tanaman-1,
tingkat kerbergantungan itu menurun, tetapi tetap
lebih tinggi daripada tanpa pupuk P. Tingkat kebergantungan tanaman manggis terhadap Glomus
manihotis selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk P.

Tabel 3. Kebergantungan tanaman manggis umur 16 bulan di lapangan terhadap CMA yang diinokulasikan pada stadium
bibit dan diberi pupuk P
Pupuk P (P) (mg tanaman-1 )
150
300
450
(%)
9.97 a
24.87 a
20.47 a
15.02 b
G. etunicatum
(c)
(a)
(ab)
(b)
8.04 b
12.02 b
16.80 b
21.72 a
G. manihotis
(bc)
(b)
(ab)
(a)
Keterangan: Berdasarkan sidik ragam, jenis CMA, pupuk P, dan CMA x P teruji nyata.
Angka-angka yang ditandai dengan huruf yang sama (tanpa tanda kurung arah vertikal, dengan tanda kurung arah
horizontal) tidak berbeda menurut uji BNT a = 0.05
Jenis CMA (M)

0

Tingkat kebergantungan tanaman manggis
terhadap Glomus etunicatum lebih rendah daripada Glomus manihotis jika diberi pupuk P dosis
tinggi (450 mg tanaman-1) dan sebaliknya pada
tanaman yang diberi pupuk P dosis rendah (0,
150, dan 300 mg tanaman -1). Secara umum dari
semua data itu dapat disimpulkan bahwa tingkat
kebergantungan tanaman manggis terhadap
Glomus etunicatum tinggi pada tanaman yang diberi pupuk P dosis rendah, sedangkan kebergantungannya terhadap Glomus manihotis tinggi pada tanaman yang diberi pupuk P dosis tinggi.
KESIMPULAN
(1) Tingkat
infeksi
maksimum
Glomus
etunicatum, Glomus manihotis, dan kontrol
pada akar tanaman manggis umur 16 bulan
di lapangan adalah 68.29, 64.19, dan 58.33
persen yang diperoleh dengan pupuk P dosis
optimum 170.26, 288.18, dan 265.49 mg
tanaman-1 bulan-1.
(2) Inokulasi dengan Glomus etunicatum lebih
efektif daripada Glomus manihotis, tetapi
keduanya lebih efektif daripada kontrol terhadap kandungan P dan bobot kering total
manggis. Bobot kering total maksimum
tanaman manggis yang diinokulasi dengan
Glomus etunicatum, Glomus manihotis, dan
kontrol berurut adalah 9.13, 8.58, dan 7.64 g
tanaman-1 yang diperoleh dari pupuk P dosis
optimum 243.02, 421.99, dan 863.82 mg
tanaman-1 bulan-1.

(3) Tingkat kebergantungan tanaman manggis di
lapang terhadap Glomus etunicatum tertinggi, yaitu 24.87 % jika diberi 150 mg P tanaman-1.bulan-1, dan Glomus manihotis yaitu 21.72 % jika diberi 450 mg P tanaman-1
bulan-1.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Karaki, G.N. 1998. Benefit, cost, and water-use efficiency
of arbuscular mycorrhizal durum wheat grown under
drought stress. Mycorrhiza 8:41-45.
Ayako, F., P. Katsura, and H. Hiroshi. 1997. Inoculation effect
of arbuscular mycorrhizal fungus (AMF) on soybean
(Glycine max) growth and phosphorus uptake under
different fertilized andosol. Papers Presented at the
International Coference Mycorrhizas in Sustainable
Trop. Agric. and Forest Ecosystem, Bogor, Indonesia,
Oct. 26-30, 1997. 5p.
Khalil, S.E., E.L. Thomas, M.A. Tabatabai. 1994.
Mycorrhizal dependency and nutrition uptake by
improved and unimproved corn and soybean cultivars.
Agron. J. 86:949-958.
Kurle, J.E, and F. L. Pfleger. 1996. The effects of cultural
practices and pesticide on VAM fungi. p.101-131. In:
F.L. Pfleger and R.G. Linderman (eds.). Mycorrhizae
and Plant Health. The Amer. Phytopath. Soc. St. Paul,
MN.
Mansur, I., J.C. Dodd, P. Jeffries, and Y. Setiadi. 1999. Dual
inoculation effects of microbial and AMF isolates on
early growth and nitrogen fixation of Paraserianthes
falcatara. p. 219-220. In: F.A. Smith et al. (eds.). Proc.
Int. Conf. Mycorrhizae in Sustainable Trop. Agric. and
Forest Ecosystem. Bogor, Indonesia, Oct. 27-30, 1997.
Mufidah, A., T. Setiana, N. Mayangsari, Y. Setiadi, dan C.
Wibowo. 1999. Efektifitas cendawan mikoriza arbuskular OG 105 dan mycofer, serta pemakaian pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan semai Gmelina arborea Roxb,
Paraserianthes falcataria (L) Nilsen, dan Swietenia

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

7
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005
macrophylla King. Kumpulan Abstr. Sem. Nas. Mikoriza
I, Bogor, 15-16 Nop. 1999. Hal 5.
Prematuri, R., and J. C. Dodd. 1999. The effect of arbuscular
mycorrhizal fungi on Albisia saman and their biochemical detection in roots. p. 219-220. In: F.A. Smith et al.
(eds.). Proc. Int. Conf. Mycorrhizae in Sustainable Trop.
Agric. and Forest Ecosystem. Bogor, Indonesia, Oct. 2730, 1997.
Putri, E.R., Y. Setiadi, dan Y. Alkatiri. 1999. Uji keefektifitas
beberapa isolat mikoriza arbuskula untuk meningkatkan
pertumbuhan semai Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Acacia crassicarpa, A.Cunn ExBenth, dan
Acacia mangium Wild pada media tailing. Kumpulan
Abstr. Sem. Nas. Mikoriza I, Bogor, 15-16 Nop. 1999.
Hal 11.
Setiadi, Y. 2000. Pengembangan cendawan mikoriza
arbuskula sebagai alat biologis untuk merehabilitasi lahan kritis di Indonesia. Makalah “Seminar sehari”,
Peranan mikoriza dalam pertanian yang berkelanjutan.
Univ. Padjadjaran, Bandung, 28 Sept. 2000,13 hal.
Simarmata, T. 1995. Strategi pemanfaatan mikroba tanah
(pupuk biologis) dalam era bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan-lahan marginal di Indonesia
menuju pertanian yang berwawasan lingkungan. Makalah seminar Bioteknologi, Fakultas Pertanian Unpad,
Bandung, 21 hal.

Smith, S. E., S.M. Ayling, G. Rosewarne, S. Dickson, D. P.
Schachtman, S. J. Barker, R.J. Reid, G. D. Delp, and F.
A .Smith. 1999b. Transport of nutrients between
Vesicular-arbuscular (VA). mycorrhizal symbiont insight
from molecular and physiological studies. p. 25-34. In:
F.A. Smith et al. (eds.). Proc. Int. Conf. Mycorrhizae in
Sustainable Trop. Agric. and Forest Ecosystem. Bogor,
Indonesia, Oct. 27-30, 1997.
Suciatmih, Suliasi, and N. Hidayati. 1999. Application of
microsymbiont and organic fertilizer on fast growing
legume trees for reclamation of degraded lands. p. 219220. In: F.A. Smith et al. (eds.). Proc. Int. Conf.
Mycorrhizae in Sustainable Trop. Agric. and Forest
Ecosystem. Bogor, Indonesia, Oct. 27-30, 1997.
Suhardi, M. Naiem, B. Radjagukguk, O. Karyono, and
Widada, W. W. Wiennarni, T. Herawan. 1997. Interaction
among progenies/provenance of sengon (Paraserianthes
falcataria), arbuscular mycorrhizal and rhizobial isolates
grown on Ultisol Soils. Papers Presented at the
International Coference Mycorrhizas in Sustainable
Trop. Agric. and Forest Ecosystem, Bogor, Indonesia,
Oct. 26-30, 1997. 13p.
Syarif, A. 2002. Kebergantungan bibit manggis yang diberi
pupuk fosfat terhadap cendawan mikoriza arbuskular.
Stigma J.10(3):242-246.

------------------------------oo0oo------------------------------

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

PATISI FOTOSINTAT BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK FOSFAT PADA ULTISOL DI LAPANG (Photosyntate partitioning of mangosteen under field as affected by arbuscular mycorrhizal fungi and phosphate fertilize

0 0 1

SERAPAN P DAN LAJU PERKEMBANGAN BIBIT MANGGIS TERHADAP NAUNGAN, CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA, DAN PUPUK FOSFAT (P uptake and development of mangosteen seedling to shading, arbuscular mycorrhizal fungi inoculation, and phosphate fertilizer application).

0 0 1