Pinastiti Agustina Suciwidati F3409051
commit to user
TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DENGAN MEDIA VIDEOTRON DI KOTA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Pinastiti Agustina Suciwidati NIM F3409051
PROGRAM DIPLOMA ΙΙI PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
(2)
commit to user
(3)
(4)
commit to user
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Seseorang harus punya mimpi dan cita-cita yang tinggi untuk mencapai kesuksesan.
Penulis mempersembahkan kepada :
- Bapak Ibu RMP Denantyo Tarpinadi tercinta, dan
(5)
commit to user
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkanRahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan Tugas Akhirdengan judul Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame dengan Media Videotron di Kota Surakarta ini dapat diselesaikandengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Dalam kesempatan ini penulissampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini:
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Faklutas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Diploma 3
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Arum Kusumaningdyah, S.E., M.M., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir.
4. Drs. AG. Agung Hendratno, M.Si selaku Kepala DPPKA Bagian Dafda
Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan penelitian.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Juni 2012
(6)
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRACT... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 1
B. Latar Belakang Masalah... 14
C. Perumusan Masalah... 17
D. Tujuan Penelitian... 18
E. Manfaat Penelitian ... 19
F. Metodologi Penelitian... 20
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 25
A. Tinjauan Pustaka...
B. Analisis Data dan Pembahasan...
25 45
(7)
commit to user
BAB III TEMUAN ... 73
A. Kelebihan... 73
B. Kelemahan... 74
BAB IV PENUTUP ... 76
A. Simpulan ... 76
B. Rekomendasi... 78 DAFTAR PUSTAKA
(8)
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.1 Running teks (petunjuk arah) yang berada di depan
Poltabes Jebres...
47
2.2 Visualisasi Bentuk Videotron yang Terletak di
Manahan Solo...
48
2.3 Kesemrawutan reklame di jalan protokol Brig. Jend.
Slamet Riyadi...
69
2.4 Penempatan videotron di sudut jalan dan halaman mol
di Jogyakarta...
(9)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sistem perizinan pemasangan reklame
2 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame
3 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame
4 Sistem lanjutan pembayaran pajak reklame
5 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame
6 Sistem lanjutan perizinan pemasangan reklame
7 Sistem lanjutan perizinan pemasangan reklame
8 Sistem Penetapan Pajak Reklame
9 Sistem lanjutan pembayaran pajak reklame
10 Sistem pembayaran pajak reklame
11 Sistem Pembukuan
12 Surat Pernyataan Tugas Akhir
13 Surat Perizinan Magang dari DPPKA Surakarta
14 Surat Selesai Magang
(10)
commit to user
ii
ABSTRACT
TAX COLLECTION PROCEDURES FOR ADVERTISING BY VIDEOTRON MEDIA IN SURAKARTA
Pinastiti Agustina Suciwidati NIM F3409051
The issue of overlapping installation advertising clutter handling solution in Surakarta is by installation facilities for promotion through Videotron. Videotron is a form of video advertising prepared as a replacement billboard-advertising that is currently installed in Surakarta. Advertising Tax is significant potential to increase regional revenue.
The purposes of this research are: 1) Forms of visualization and structuring advertising in the form of Videotron; 2) Procedures for the auction; 3) Method of calculating the amount of tax advertisement; 4) Procedure for tax collection billboard; 5) Videotron mounting opinion on the way the protocol Brig. Jend. Slamet Riyadi of the taxpayer and the Government of Surakarta by such plan.
Final assignment research object is a billboard tax in the protocol of Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta. Research Location is in the Department of Finance and Asset Management Revenue Surakarta Regional. Data sources are the primary data and secondary data. Data collection techniques in research of this final project will be done using several methods, which are: Direct Interview, Observation, and Documentation. Technical Analysis of data using an interactive model analysis.
Based on this research can be concluded, that: 1) Videotron is a large television-sized 2 x 4 meter. Setup and Procedure for collection of ad / advertisement on Videotron arranged in Surakarta Mayor Decision No. 4 of 2001; 2) Implementation procedures in the form of advertisement in two stages i.e. Videotron through the auction process and publicity standpoint licensing procedures; 3) Method of calculating the amount of tax in the form of billboard advertising by media Videotron with the formula rate = Cost + Maintenance Costs per year.
Based on the results of the research, the researcher give some suggestion: 1) Needs to be improved coordination among employees to avoid mistakes of data archiving; 2) DPPKA Surakarta more assertive in giving sanction to taxpayers who are late paying taxes / already exceeded due to the issuing Regional Tax Collection (STPD) and Letter of reprimand to the bookkeeping and tax reporting can be on time; 3) Improve the quality of tax collection, tax collection process so that the advertisement can obtain maximum results. For example by providing training in taxation as well as foster an honest and responsible attitude starts from the head.
(11)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah dan Perkembang DPPKA Surakarta
Setelah Proklamasi Kemerdekan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk baru dengan nama Kota Surakarta. Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan di Surakarta, karena 9 kelurahan diwilayah Karanganyar belum diserahkan. Kepada Bupati Karanganyar pelaksanaan penyerahan 9 kelurahan dari itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950 tersebut. Pelaksana teknis pemerintah Hamite Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain jawatan sekertariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D & K, Pamong Praja, dan jawatan Perekonomian Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi oleh Jawatan Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar
(12)
commit to user
Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahaan tersebut disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh urusan pajak.
Berdasar surat keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Febuari 1970 No.259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakata termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan pajak diganti menjadi Bagian Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Baru. Dinas Baru tersebut adalah dinas Pendapatan Daerah yang kemudian sering disebut DIPENDA.
Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Provinsi yang diserahkan kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya
(13)
langsung dibawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah.
Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) waktu itu sebagai pelaksana walikota dibidang perencanaan, penyelenggaraan, dan kegiatan bidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-undang Darurat No.11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta yang wewenag pemungutan dan pengelolaanya ada pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu: a) Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No.1 tahun 1992; b) Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No.11 tahun 1971; c)Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan daerah No. 54 tahun 1953; d)Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No.12 Tahun 1971.
DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah, yaitu: a) Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No.6 Tahun 1959; b)Pajak Pembangunan 1 yang diatur dalam Peraturan Daerah No.8 Tahun 1960; c)Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Derah No.1 Tahun 1970; d)Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No.5 Tahun 1957.
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/41-101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
(14)
commit to user
makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No.473-442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendapatan, penetapan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur tersebut terkenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan terbitnya Peraturan Daerah No.6 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.
Penataan pemerintahan Kota Surakarta kembali mengalami perbaikan, dengan pertimbangan yang matang Peraturan Daerah No.6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta ini berlaku mulai 1 Januari 2009.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dalam melaksanakan tugas kepemimpinan oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
(15)
Sekertariat Dinas. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dibagi dalam bidang-bidang yang dipimpin langsung oleh Kepala Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA).
2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Surakarta.
DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 pada Pasal 34 ayat (2) yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Fungsi DPPKA, antara lain: a) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas; b) Penyusunan rencana program,pengendalian,evaluasi ,dan pelaporan; c) Penyelengaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi; d) Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi; e) Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain; f) Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendaptan lain; g) Penyelanggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi; h) Pengelolaan aset barang daerah; i)
(16)
commit to user
dan belanja daerah; j) Penyelangaraan administrasi keuangan daerah; k) Penyelenggaraan sosialisasi; l) Pembinaaan jabatan fungsional; m) Pengelolanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta
Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan sesuatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat diperlukan sesuai dengan masing-masing. Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi adalah: a) Mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan; b) Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan; c) Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan; d) Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Susunan organisasi DPPKA Surakarta sesuai dengan Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Bagian Keempatbelas Pasal 35, Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut :
a. Kepala.
b. Sekretariat, membawahi: 1. SubbagianPerencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan, 2. Subbagian Keuangan, 3. SubbagianUmum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi : 1. Seksi
(17)
d. Bidang Penetapan, membawahi:1. Seksi Perhitungan, 2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.
e. Bidang Penagihan, membawahi: 1. Seksi Penagihan dan Keberatan, 2
SeksiPengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
f. Bidang Anggaran, membawahi: 1. Seksi Anggaran I, 2. SeksiAnggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan, membawahi:1. Seksi Pembendaharaan I, 2.
SeksiPerbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi, membawahi: 1. Seksi Akuntansi I, 2. SeksiAkuntansi
II.
i. Bidang Aset, membawahi:1. Seksi PerencanaanAset, 2. SeksiPengelolaan
Aset.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
k. Kelompok Jabatan Fungsional, membawahi: 1. Sekretariat; 2) Bidang
pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi; 3) Bidang Penetapan; 4) Bidang Penagihan; 5) Bidang Anggaran; 6) Bidang Perbendaharaan; 7) Bidang Akuntansi; 8) Bidang Aset; 9) Bidang UPTD; 10) Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekertariat dipimpin oleh seorang Sekertaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masing-masing dipimpin oleh
(18)
commit to user
kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada dibawah dan bertanggug jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan.
4. Diskripsi Tugas Jabatan Struktural
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah di bidang pendapatan daerah,yaitu: 1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas sesuai dengan Program Pembangunan Daerah; 2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas; 3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas.
b. Sekertariat
Posisi Sekertariat dibawah langsung Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan, kepegawaian, dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekertariat juga bertugas untuk melaksanakan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas, mengadakan monitoring dan pengendalian secara evaluasi, dan pelaporan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi
Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai
tugas yang penting yaitu menyelengarakan pembinaan dan
(19)
dan pengelolaan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi membawahi:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan dan pemerikasaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Pajak Retribusi Daerah (WRD).
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.
d. Bidang Penetapan
Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang perhitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan Retribusi secara perhitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Perhitungan
Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan
(20)
commit to user
2) Seksi Penertiban Surat Ketetapan
Seksi Penertiban Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR), dan surat-surat ketetapan pajak lainnya.
e. Bidang Penagihan
Bidang Penagiahan mempunyai tugas menyelengaakan
pembinaan dan bimbingan dibidang sumber pendapatan lain sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesainnya.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lainnya
Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Bidang Anggaran
Bidang anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran penerimaan pajak,retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluaan instansi penerimaan serta mengatur pengeluaran-pengeluaran dana yang telah dianggarkan atau direncanakan. Bidang Anggaran terdiri dari dua
(21)
seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja, yaitu: 1) Seksi Anggaran I; 2) Seksi Anggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang dana dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok seksi, yaitu: 1) Seksi Perbendaharaan I; 2) Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi
Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala bentuk kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas. Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1) Seksi Akuntansi I; 2) Seksi Akuntansi II.
i. Bidang Aset
Bidang Aset bertugas untuk mecatat dan mengelola semua aset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta, membawahi:
1) Seksi Perncanaan Aset ini mempunyai tugas merncanakan dan
mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah.
2) Seksi Pengelolaan Asetbertugas sebagai pelaksana rencana yang
telah dibuat oleh Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelolaan aset-aset tersebut.
(22)
commit to user
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah Kota Surakarta.
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Kelompok Jabatan Fungsional melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.
5. Tata Kerja DPPKA
Dalam melaksakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi baik dalam lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sekertariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kepala Sekertariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung jawab memberikan bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya menurut herarkis jabatan masing-masing. Kepala Sekertariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
(23)
Para Kepala Seksi pada DPPKA bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Sekertariat/Kepala Bagian yang membidanginya. Kepala Dinas, Kepala Sekertaria, dan Kepala Seksi dilingkungan DPPKA Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta Diangkat dan diberhentikan oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.
6. Visi dan Misi DPPKA
Visi DPPKA adalah menwujudkan peningkatan pendapatan daerah, pengelolaan keuangan dan aset daerah yang optimal, efektif, efisien, transparan serta akuntable, menuju kemandirian keuangan daerah untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarata. Sedangkan Misi DPPKA adalah: 1) Meningkatkan dan mengintensifkan pendapatan daerah secara optimal; 2) Meningkatkan kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku; 3) Mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif efisien serta akuntable dengan memperhatikan azas kepatutan dan keadilan; 4) Meningkatkan pemberdayaan aset daerah secara efektif dan efisien.
(24)
commit to user
B. Latar Belakang Masalah
Salah satu sumber penerimaan daerah diperoleh melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pajak Daerah yang diperoleh melalui pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah sendiri. Jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah, salah satunya adalah Pajak Reklame.
Pajak Reklame ini sangat potensial untuk meningkatkan Penerimaan Daerah. Sehingga dalam penyelenggaraan pajak reklame, Pemerintah Daerah harus melaksanakan sesuai dengan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan pajak reklame tersebut, meliputi: pemberian izin reklame, perhitungan besarnya pajak, sampai pemungutan terhadap pajak reklame tersebut. Dalam pelaksanaan pajak reklame di daerah tentunya terdapat permasalahan-permasalahan, demikian pula di Kota Surakarta terutama dalam hal penataan reklame. Berbicara permasalahan penataan reklame di Kota Surakarata memegang tidak pernah selesai. Meski kasus tersebut sudah sejak dulu mencuat, namun hingga saat ini belum ditemukan titik terang. Bahkan yang lebih negrinya lagi penataan reklame sudah tidak sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) No. 5 tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK) Walikota Nomor 4 tahun 2001. Banyak kerancuan di antaranya di dalam SK Walikota, pasal 22 ayat dua (2) yaitu izin reklame berlaku untuk waktu tertentu selama-lamanya satu tahun, namun yang terjadi di lapangan untuk
(25)
proses lelang berlaku hingga tiga tahun. Hingga saat ini perda reklame belum berjalan secara maksimal. Akibatnya penataan reklame di Kota Solo masih semrawut. Karena masih banyaknya reklame yang dipasang saling tumpang tindih tanpa mengacu pada aturan yang ada. Pemda mencatat banyak reklame dan baliho menjamur tanpa proses lelang. Saat ada titik reklame yang dilelangkan, tiba-tiba banyak reklame-reklame disekitar lokasi tersebut yang dibangun dengan bebas. Biro iklan yang telah memenangkan lelang titik reklame jadi tidak bisa menjual lokasi tersebut. Sehingga perlu ada ketegasan dalam aturan yang ada, termasuk penetapan angka pokok lelang yang saat ini sudah dirasakan terlampau tinggi.
Isu solusi penangangan kesemrawutan pemasangan reklame yang saling tumpang tindih di Surakarta adalah dengan pemasangan sarana promosi melalui videotron. Videotron adalah reklame yang berbentuk video yang disiapkan sebagai pengganti reklame-reklame yang saat ini terpasang di Surakarta. Hal ini dilakukan untuk meringkas reklame-reklame besar yang penataannya masih semrawut. Penataan titik-titik reklame di Surakarta nantinya akan dibagi menjadi tiga zona atau kawasan, yaitu kawasan reklame, kawasan reklame terbatas, dan kawasan bebas reklame. Disamping itu ada zona atau kawasan yang nanti akan steril dari reklame yaitu di Jalan Sudirman. Sedangkan kawasan reklame terbatas adalah sepanjang jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi dan kedepan untuk penataan reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi akan dibangun Videotron. Media ini
(26)
commit to user
dibangun untuk menggantikan reklame-reklame besar yang penataannya saat ini masih terkesan semrawut.
Videotron merupakan benda raksasa atau perangkat keras teknologi elektronika yang berfungsi sebagai media informasi yang mampu mendukung percepatan dan meningkatkan kualitas informasi. Dalam era sekarang ini informasi menjadi semacam kebutuhan hakiki bagi manusia. Videotron sebagai media audio visual sangat efektif untuk penyebarluasan informasi. Karena kelebihan inilah maka videotron dapat dimanfaatkan oleh pemerintah atau pihak swasta untuk menunjang program-program pembangunan maupun pengembangan usaha bagi masyarakat pengunanya atau produsen. Videotron merupakan media yang cocok untuk produk komsumsi masal. Saat ini media videotron di Surakarta sebagai media audio visual untuk penyebarluasan informasi sudah terpasang di kawasan Manahan (jalan Adi Sucipto). Terkait dengan pemungutan pajak reklame dengan media videotron, maka pertanyaan mendasar adalah mekanisme bagaimana tata cara pelaksanaan lelang titik reklame dalam bentuk videotron di Kota Surakarta; dan bagaimana cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di Kota Surakarta; bagaimana tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron di Kota Surakarta; serta Bagaimana opini pemasangan videotron di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi terhadap Wajib Pajak dan Pemerintah Daerah Surakarta dengan adanya rencana tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk memilih judul tugas akhir, sebagai berikut: “TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
(27)
PAJAK REKLAME dengan MEDIA VIDEOTRON di KOTA SURAKARTA ”.
C. Perumusan Masalah
Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pajak Daerah yang diperoleh melalui pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah sendiri, salah satunya adalah Pajak Reklame. Pemda mencatat banyak reklame dan baliho menjamur tanpa proses lelang. Sehingga perlu ada ketegasan dalam aturan yang ada, termasuk penetapan angka pokok lelang yang saat ini sudah dirasakan terlampau tinggi. Serta kesemrawutan pemasangan reklame yang saling tumpang tindih. Sehingga perlu disiapkan solusi pengganti yaitu dengan pemasangan sarana promosi dengan videotron. Hal ini dilakukan untuk meringkas reklame-reklame besar yang penataannya masih semrawut di Surakarta. Penataan titik-titik reklame di Surakarta nantinya akan dibagi menjadi tiga zona atau kawasan, yaitu kawasan reklame, kawasan reklame terbatas, dan kawasan bebas reklame. Disamping itu ada zona atau kawasan yang nanti akan steril dari reklame yaitu di Jalan Sudirman. Sedangkan kawasan reklame terbatas adalah sepanjang jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi dan kedepan untuk penataan reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi akan dibangun Videotron. Media ini dibangun untuk menggantikan reklame-reklame besar yang penataannya saat ini masih terkesan semrawut. Saat ini media videotron
(28)
commit to user
di Surakarta sebagai media audio visual untuk penyebarluasan informasi sudah terpasang di kawasan Manahan (jalan Adi Sucipto).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk visualisasi dan penataan reklame sebagai sarana
promosi dalam bentuk videotron?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan lelang titik reklame dalam bentuk
videotron di Kota Surakarta?
3. Bagaimana cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk
videotron di Kota Surakarta?
4. Bagaimana tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron
di Kota Surakarta?
5. Bagaimana opini pemasangan videotron di jalan protokol Brig. Jend.
Slamet Riyadi terhadap Wajib Pajak dan Pemerintah Daerah Surakarta dengan adanya rencana tersebut?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan, sebagai berikut:
1. Bentuk visualisasi dan penataan reklame sebagai sarana promosi dalam
bentuk videotron.
2. Tata cara pelaksanaan lelang titik reklame dalam bentuk videotron di Kota
(29)
3. Cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di Kota Surakarta.
4. Tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron di Kota
Surakarta.
5. Opini pemasangan videotron di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi
terhadap Wajib Pajak dan Pemerintah Daerah Surakarta dengan adanya rencana tersebut.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Dinas Pendapatan Kota Surakarta
Dapat mengetahui kelemahan sistem yang telah ada sebagai bahan masukan dan dapat memberikan ide-ide baru guna membantu dan menciptakan efisiensi dalam penataan reklame yang lebih baik.
2. Bagi Penulis
Sebagai tambahan wawasan serta pengetahuan tentang
pengelolaan Pajak Reklame dan perbandingan terapan ilmu di bidang perpajakan yang telah di peroleh selama dalam proses perkuliahan dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi di lapangan mengenai Pajak Reklame.
3. Bagi Pihak Lain
(30)
commit to user
informasi dan referensi, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
F. Metodologi Penelitian
1. Obyek penelitian
Obyek penelitian Tugas Akhir adalah pajak reklame di jalan protokol Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta. Sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang pedoman pelaksanaan reklame BAB I Ketentuan Umum Pasal 1.b (h: 58), pajak reklame dikenakan atas semua penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan dan memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang pedoman pelaksanaan reklame pasal 22 ayat dua (2) yaitu izin reklame berlaku untuk waktu tertentu selama-lamanya satu tahun.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA) Kota Surakarta yang terletak di jalan Jenderal Sudirman no 2 Surakarta Telp. 642020 (408), 648089,
(31)
666911, Fax. (0271) 646631, 642038 Kode Pos 57111. Pemilihan lokasi penelitian Tugas Akhir ini berdasarkan pada alasan, sebagai berikut:
a. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi
memiliki potensi yang tinggi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan.
b. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi
merupakan aset Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surakarta.
c. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi ini
merupakan daerah pusat perekonomian yang memiliki tingkat kemajuan cukup pesat dalam hal penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surakarta.
d. Terkait dengan akan dibangunnya videotron di jalan protokol Brig.
Jend. Slamet Riyadi sebagai zona atau kawasan reklame terbatas merupakan permasalahan pokok dalam pengambilan Tugas akhir.
3. Sumber Data
a. Data Primer yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung
dari obyek yang diteliti berupa data-data tentang permasalahan-permasalahan penangangan kesemrawutan pemasangan reklame yang saling tumpang tindih di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi. Pemasangan sarana promosi dengan videotron. Videotron adalah reklame yang berbentuk video yang disiapkan sebagai pengganti reklame-reklame yang saat ini terpasang di jalan protokol
(32)
commit to user
reklame-reklame yang besar yang penataannya masih semrawut dijalan slamet riyadi karena jalan protokol tersebut akan ditetapkan sebagai zona atau kawasan reklame terbatas.
b. Data Sekunder yang digunakan berupa data dokumentasi yaitu data
yang diperoleh dari buku-buku, literatur, makalah-makalah, majalah, undang-undang pajak, surat keputusan, dan data lain yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Data sekunder ini bersifat melengkapi data primer dan juga digunakan sebagai landasan teori untuk memecahkan masalah dalam penelitian Tugas Akhir yang akan dilakukan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian Tugas Akhir yang akan dilakukan ini menggunakan beberapa metode, sebagai berikut:
a. Metode Wawancara
Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara secara langsung dengan informan untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai Pajak Reklame. Informan dalam penelitian yang akan dilakukan ini yaitu Drs. AG. Agung Hendratno,
M.Si selakuKepala Bidang Pendaftaran, Pendataan dan
Dokumentasi; Puguhno Mersiyanto, SE., MM selaku Kasi Pendaftaran dan Pendataan; Sumitro,S.SOS selaku Staf seksi Pendaftaran dan Pendataan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
(33)
b. Metode Observasi
Observasi adalah kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung terjun ke lapangan untuk mengamati bagaimana pelaksanaan pemungutan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta serta pengamatan di titik-titik lokasi penataan reklame di jalan protokol Brid Jend Slamet Riyadi Surakarta.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari buku-buku, majalah, surat kabar, Undang-undang Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah dan sumber-sumber lain yang dianggap penting dan berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini.
5. Teknik Analisis Data
Teknis Analisis Data adalah suatu teknik menyeleksi, mengorganisasikan dan menganalisis data sehingga menghasilkan data yang obyektif. Dalam penarikan kesimpulan atau verifikasi dari hasil penelitian setelah memandang data yang tersaji cukup memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Proses analisis model interaktif dimulai dari pengumpulan data dan penyajian data, pada saat pengumpulan data berakhir maka untuk menarik kesimpulan dilakukan penarikan direduksi dan dilakukan penarikan kesimpulan. Jika kesimpulannya kurang tepat,
(34)
commit to user
kurang mendukung maka pengumpulan data harus dilakukan kembali hingga mendapatkan data yang diperlukan dan terjamin validitasnya.
(35)
commit to user
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Dalam rangka kelancaran pembangunan daerah maka dibentuk daerah otonomi di tingkat kabupaten dan kota agar dapat dilaksanakan pembangunan sesuai
kemampuan dan pemberdayaan daerah. Pembiayaan belanja
pembangunan juga tergantung pada sumber Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dijelaskan bahwa untuk membiayai pembangunan di daerah,
penerimaannya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (pajak, retribusi, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah). Pemerintah daerah melakukan upaya maksimal dalam pengumpulan pajak dan retribusi daerah. Besarnya penerimaan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di daerah serta dapat mengurangi ketergantungan
(36)
commit to user
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang di inginkan dalam otonomi daerah.
2. Pajak
2.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajakmenurut pendapat beberapa ahli, antara lain:1) Usman dan K. Subroto(Usman dan Subroto, 1980 : 46), “Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan pada pembayaran sedangkan pelaksanaannya dimana perlu dapat dipaksakan”; 2) Rochmad Soemitro(Soemitro dalam Mardiasmo, 2003:1), menyatakan: “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat cara timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Undang–undang No. 18 Tahun 1987, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Maka yang dimaksud dengan pajak daerah adalah “Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk
(37)
membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah”. Bentuk pajak daerah antara lain: Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restauran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hiburan, Pajak Pengambilan Galian Golongan C.
Berdasarkan pendapat para ahli dan Undang-undang tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa pajak adalah iuran atau pungutan yang digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum (negara) untuk memasukkan uang ke dalam kas negara dalam menutupi segala pengeluaran yang telah dilakukan di mana pemungutannya dapat dipaksakan oleh kekuatan publik.
2.2 Fungsi pajak
Dalam pembuatan peraturan pajak daerah, harus didasarkan pada pemungutan pajak secara umum yaitu demi meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kesejahtaraan umum tidak hanya memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara saja, tetapi juga harus mempunyai sifat mengatur untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pemasukan uang demi meningkatkan kesejahtaraan umum perlu ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berasaskan dan dilaksanakan menurut norma-norma yang berlaku. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2003:1) dibagi menjadi dua yaitu 1) Fungsi budgetair, dalam fungsi budgetair ini pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya
(38)
commit to user
baik untuk pengeluaran rutin dalam melaksanakan mekanisme pemerintahan maupun pengeluaran untuk membiayai pembangunan; dan 2) Fungsi mengatur, pada lapangan perekonomian, pengaturan pajak memberikan dorongan kepada pengusahan untuk memperbesar produksinya, dapat juga memberikan keringanan atau pembesaran pajak pada para penabung dengan maksud menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya, antara lain ke sektor produktif. Dengan adanya industri baru maka dapat menampung tenaga kerja yang lebih bayak, sehingga pengangguran berkurang dan pemerataan pendapatan akan dapat terlaksana untuk mencapai keadilan sosial ekonomi dalam masyarakat.
2.3 Sistem Pemungutan Pajak
Waluyo (2007:17) mengemukakan bahwa ada beberapa sistem
pemungutan pajak, yaitu: a) Official Assessment System. Wewenang
pemungutan pajak ada pada fiskus. Fiskus berhak menentukan besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang merupakan bukti timbulnya suatu utang pajak. Wajib Pajak pasif menunggu ketetapan fiskal mengenai utang
pajaknya; b) SemiSelf Assessment System.Suatu sistem pemungutan pajak
dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan fiskus. Mekanisme pelaksanaan dalam system ini berdasarkan suatu anggapan bahwa Wajib Pajak pada awal tahun menaksir sendiri besarnya pajak
(39)
System. Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada pihak ketiga, dan bukan oleh fiskus maupun oleh Wajib Pajak itu sendiri.
2.4 Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka pemungutan pajak harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan), bahwa dalam
mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing wajib pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat
yuridis), hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomi), pemungutan
pajak tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efesien (syarat financial), sesuai dengan
fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pungutan.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, dengan adanya
(40)
commit to user
2.5 Pengelompokan Pajak
Ilyas (2001:17) menggolongkan jenis-jenis pajak menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Pengelompokan pajak menurut sifatnya terdiri dari:
1) Pajak Langsung yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
b. Pengelompokan pajak menurut sasaran/objeknya terdiri dari:
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang
berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c. Pengelompokan Pajak menurut lembaga pemungut terdiri dari:
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, contoh: Pajak Penghasilan.
(41)
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas: a) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, dan b) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Restoran, Pajak Parkir.
2.6 Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan Pemungutan Pajak menurut terdiri dari dua perlawanan, yaitu: a). Perlawanan Pasif, masyarakat enggan (pasif) membayar pajak disebabkan antara lain: 1. Perkembangan intelektuel dan moral masyarakat, 2. Sistem Perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat; 3. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik; b). Perlawanan aktif, meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
2.7 Tarif Pajak
Tarif pajak ada empat macam yang terdiri dari: a) Tarif Sebanding atau Proporsional, yaitu tarif yang berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh: Pajak Reklame sebesar 25% dari NJOP; b) Tarif Tetap, yaitu tarif yang berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapa jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh:
(42)
commit to user
nomiunal berapapun adalah Rp 6000,00; c) Tarif Progresif, yaitu presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contoh: Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan; d) Tarif Degresif, yaitu presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
3. Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah disamping Retribusi Daerah. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang dipisahkan. Menurut Undang-Undang nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Pemerintah Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah. Berdasarkan kriteria di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Pajak Daerah adalah pajak yang ditetapkan dan dipungut di wilayah daerah dan ada bagi hasil antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
(43)
3.1 Ciri-Ciri Pajak Daerah.
Untuk mempertahankan prinsip-prinsip Pajak Daerah maka perpajakan daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri yang dimaksud sebagai berikut: a) Pajak Daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya; b) Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu besar, kadang-kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam; c) Tax
base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (benefit)
dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).
3.2 Ketentuan Pungutan Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Pengaturan kewenangan pengenaan pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia telah diatur sejak lama, terutama sejak tahun 1997 dengan dikeluarkannya UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Namun dalam perkembangannya UU No. 18 Tahun 1997 dianggap kurang memberikan peluang kepada Daerah untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam UU tersebut sebenarnya memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Pada waktu UU No. 18 Tahun 1997 berlaku belum ada satupun daerah yang mengusulkan pungutan baru karena dianggap hal tersebut sulit dilakukan.
(44)
commit to user
pusat juga dianggap telah mengurangi Otonomi Daerah. Seiring dengan keluarnya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, maka UU No. 18 Tahun 1997 menjadi UU No. 34 Tahun 2000, diharapkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dalam UU No. 34 Tahun 2000 pasal 2 ayat 2 dan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah menjelaskan jenis-jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota.
Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU tersebut. Dasar pengenaan tarif Pajak Daerah ada dalam UU No. 34/2000 Pasal 3 ayat (1). Berikut jenis Pajak Daerah beserta tarif maksimal yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah :
1. Jenis Pajak Propinsi
Jenis pajak prosinsi terdiri atas, berikut: a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5% (lima persen); b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Atas Air 10% (sepuluh persen); c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5% (lima persen); d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 20% (dua puluh persen).
(45)
Hasil penerimaan Pajak Provinsi sebagian diperuntukkan bagi daerah Kabupaten atau Kota di Wilayah Provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air diserahkan kepada daerah Kabupaten atau Kota paling sedikit 30% (tiga puluh persen);
b. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada daerah Kabupaten atau Kota peling sedikit 70% (tujuh puluh persen);
c. Hasil penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah dan Air Permukaan diserahkan kepada Kabupaten atau Kota paling sedikit 70% (tujuh puluh persen).
2. Jenis Pajak Kabupaten atau Kota
Dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, menyebutkan jenis-jenis pajak daerah terdiri dari: a) Pajak Hotel 10% (sepuluh persen); b) Pajak Restoran 10% (sepuluh persen); c) Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen); d) Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen); e) Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen); f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20% (dua puluh persen).Pengertian dari masing-masing pajak tersebut menurut penjelasan Undang-undang No. 34 Tahun 2000
(46)
commit to user
a. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan Hotel. Hotel adalah
bangunan yang khusus disediakan bagi orang-orang untuk dapat menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lain dengan dipungut termasuk bangunan lainya yang menyatu, dikelola dan dimiliki pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
b. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan makanan. Restoran
adalah tempat menyantap makanan dan atau minimal yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk jasa boga atau catering.
c. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan
adalah semua jenis pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga.
d. Pajak Reklame ada dua pengenaan pajak reklame yaitu sebagai
beikut: 1) pajak atas penyenggaraan reklame. Reklame merupakan benda, alat perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunaan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk mencari perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengarkan dari
(47)
suatu tempat umum kecuali yang perlukan oleh pemerintah. 2) Pajak Reklame tempat reklame adalah tempat reklame diluar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaran bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
e. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
f. Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan galian Golongan C
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Selain memungut pajak, Pemerintah daerah juga bisa memungut retribusi. Adapun yang dimaksud retribusi menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Seperti dengan pajak, retribusi juga ditetapkan dengan peraturan daerah. Retribusi dipungut dengan menggunakan surat keterangan retribusi daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.
(48)
commit to user
Berdasarkan hal tersebut diatas maka seharusnya masyarakat menyadari bahwa tujuan pemungutan pajak dan retribusi adalah untuk pembangunan daerah dan untuk lebih menegakkan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah, sebab kemungkinan pada dasarnya akan lebih menjamin ketahanan daerah khususnya ketahanan dibidang ekonomi.
Kesadaran yang tinggi dalam melakukan pembayaran pajak akan menjadikan pembangunan dapat lebih digiatkan lagi, sebaliknya apabila masyarakat menyadari maka penerimaan atau pemasukan uang akan berkurang, dengan sedirinya pembangunan kurang lancar. Demikian pula penerimaan pendapatan yang dikelola oleh pemerintah terutama pajak daerah seluruhnya untuk kepentingan daerah sendiri dan untuk melaksanakan pembangunan daerah.
4. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial. Dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.
(49)
4.1 Pengertian Pajak Reklame
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 tahun 2001 tentang Pajak Daerah, Pajak Reklame adalah pungutan daerah atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan pengertian dari reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
4.2 Objek dan subjek Pajak Reklame
Objek pajak reklame di sini adalah semua penyelenggaraan reklame.Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemasangan Reklame.Sementara itu, yang dimaksud Wajib Pajak Reklame adalah Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame yang mempunyai kewajiban untuk membayar pajak tersebut.
4.3 Jenis-Jenis Pajak Reklame
Sebagaimana dimaksud pada Peraturan daerah No.4 Tahun 2001 tentang pajak reklame, jenis-jenis pajak reklame terdiri atas sembilan pajak yaitu:
(50)
commit to user
a. Reklame Papan atau Bilboard
Reklame papan atau billboard adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, plastik, fibre glass, mika, plastik kaca, batu, logam, alat penyinar atau bahan lain yang berbentuk lampu pijar atau antara lain yang bersinar yang dipasang pada tempat yang disediakan berdiri sendiri atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan.
b. Reklame Kain
Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, dan atau bahan lain yang sejenis dengan itu. Reklame kain contohnya adalah umbul-umbul, reklame jenis ini sering digunakan pada acara-acara insidentiil, atau acara-acara tertentu saja.
c. Reklame Melekat atau Stiker
Reklame Melekat atau Stiker adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat diminta untuk ditempelkan, dipasang, pada suatu benda milik pribadi atau prasarana umum.
d. Reklame Selebaran
Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk selebaran lepas diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan, pada suatu benda lain.
(51)
g. Reklame Berjalan
Reklame berjalan adalah reklame yang berpindah dari lokasi satu atau ke lokasi lain dengan suara atau tidak dengan suara. Reklame pada bis yang berjalan dengan iklan ban mobil, jamu tradisional dan mie instans adalah contoh reklame berjalan.
f. Reklame Kendaraan
Reklame kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang digerakkan oleh tenaga mekanik, tenaga lain yang perusahaan dan perwakilannya berdomosili di wilayah daaerah. Reklame jenis ini hampir sama dengan reklame berjalan bisa kita lihat pada mobil-mobil suatu perusahaan.
g. Reklame Udara
Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan gas, pesawat, atau alat lain yang sejenis. Reklame ini
digunakan pada saat insidentiil saja misalnya launching produk.
h. Reklame Suara
Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan dengan atau yang ditimbulkan dari atau oleh penggunaan alat atau pesawat apapun, reklame jenis ini jarang sekali digunakan tetapi bukan berarti tidak pernah, karena dirasa kurang efektif untuk berpromosi menurut pendapat para wajib pajak maupun biro reklame.
(52)
commit to user
i. Reklame peragaan
Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.
4.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklame
Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklamemenurut Peraturan Daerah Kota Surakarta No 4 Tahun 2001 tentang Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak adalah sebagai berikut :
a. Memperhitungkan dengan memperhatikan kawasan/zona
penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan dan ukuran media reklame.
b. Reklame yang diselenggarakan orang pribadi atau badan yang
memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa reklame dihitung berdasarkan besarnya biaya pemasangan, pemeliharaan, lama pemasangan, nilai strategis lokasi reklame, jenis reklame, ketinggian pemasangan dan ukuran media.
c. Reklame yang diselenggarakan pihak ketiga, maka nilai sewa
reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran untuk suatu masa penyelenggaraan reklame dengan memperhatikan biaya pemasangan, pemeliharaan, waktu, nilai strategis lokasi reklame, jenis reklame, ketinggian pemasangan dan ukuran media.
(53)
4.5 TataPenetapan Pajak Reklame
Terdapat beberapa tahapan dalam Tata cara penetapan pajak reklame, sebagai berikut :
1) Langkah pertama wajib pajak akan diberikan Surat Pemberitahuan
Terutang Pajak Daerah (SPTPD) setelah wajib pajak
menyelenggarakan/atau mendirikan reklame. Wajib pajak yang belum membayar pajak reklame akan ditetapkan sebagai pajak terutang. Kemudian Pemerintah Daerah akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) kepada wajib pajak tersebut. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
2) Selanjutnya, apabila SKPD tidak dibayar atau kurang bayar setelah
lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan denda.
3) Jika surat-surat tersebut (pada nomor 1 dan 2) tidak dipenuhi atau
tidak dihiraukan oleh wajib pajak, maka Wali Kota dapat menerbitkan:1)Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah
(54)
commit to user
dan jumlah yang masih harus dibayar; 2)Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan; 3) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN). SKPDN adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
4.6 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame
Tata cara pembayaran dan penagihan pajak reklame menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 Pasal 26 sampai pasal 31 adalah :
1. Pembayaran Pajak Reklame ini dilakukan di kas daerah atau tempat
lain yang ditunjuk oleh Wali Kota sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Wali Kota dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum dibayar atau kurang bayar.
2. Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban untuk membayar
(55)
reklame, maka petugas berhak melakukan penagihan. Adapun langkah-langkah dalam penagihan adalah sebagai berikut:a) Wali Kota akan menerbitkan Surat Teguran kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibanya setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh termpo pembayaran; b) Wali Kota akan menerbitkan Surat Paksa kepada wajib pajak, apabila setelah 21 (dua puluh satu) hari setelah tanggal Surat Teguran Wajib Pajak tidak melunasi pajak terutanganya; c) Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan
Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah
melaksanakan penyitaan; d) Setelah dilakukan penyitaan, Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melakukan penyitaan, Wali Kota mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
B. PEMBAHASAN
1. Bentuk Visualisasi dan Penataan Reklame sebagai Sarana Promosi
dalam Bentuk Videotron
a. Bentuk Visualisasi Videotron sebagai Sarana Promosi
Menurut Bedjo Sukarno (2011: 4) disebutkan bahwa, Videotron adalah benda raksasa atau perangkat keras teknologi elektronika yang
(56)
commit to user
dan meningkatkan kualitas informasi. Pada era sekarang ini informasi menjadi semacam kebutuhan hakiki bagi manusia dan mampu menempatkan diri bagaikan primadona dan menjadi komoditas yang sangat potensial untuk memperoleh keuntungan ideal maupun materil. Informasi yang bersumber dari manusia dan atau peristiwa dapat diolah atau diproduksi menjadi karya artistik, proses produksi menjadi pendekatan artistik yang menguntungkan keindahan.
Menurut Dennis Mc Quail dalam bedjo Sukarno (2011:4) Videotron sebagai media audio visual sangat efektif untuk penyebar luasan informasi, karena kelebihannya inilah dimanfaatkan pemerintah atau pihak swasta untuk menunjang program-program pembangunan maupun pengembangan usaha bagi masyarakat pengguna produsen. Videotron sering dikritik sebagai media yang sangat selektif dalam menjangkau audiensinya sehingga sering dianggap juga sebagai media lebih cocok untuk produk konsumsi masal.
Videotron merupakan model dari dunia advertising di Indonesia yang sedang berkembang. Sebagai salah satu model atau bentuk iklan
outdoor yang cukup mahal dibandingkan dengan iklan outdoor yang lain.Videotron adalah sebuah televisi besar yang berukuran 2 x 4 meter, layar videotron tersebut dari sekian banyak susunan lampu LED atau
dalam bahasa Inggrisnya Light Emitting Diode dan memiliki warna yang
sangat banyak sehingga gambar yang dihasilkan seperti gambar yang sering kita lihat di Televisi. Adapula yang hanya monocolor yaitu seperti
(57)
yang ada di running teks atau petunjuk arah depan solo squaer atau Poltabes jebres.
Gambar 2.1Running teks (petunjuk arah)yang berada di depan Poltabes
Jebres (Dokumentasi Pinastiti, 2012)
Tayangan iklan dalam Videotron yang terletak di Manahan Solo kebanyakan menampilkan segala macam produk rokok dari Djarum, seperti: Djarum Black, Djarum Super, LA light dan Djarum 76, Djarum Coklat. Iklan rokok ini menampilkan proses pembuatan rokok dari mulai pemetikan cengkeh, tembakau, proses pengelolahan dan pembuatan. Selain itu, Djarum juga mengiklankan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, seperti: perlombaan bulu tangkis, basket, musik, dan lain-lain. Tak hanya itu, Djarum juga menampilkan proses pemberian beasiswa bagi orang yang berprestasi. Tayangan-tayangan yang ditampilkan di dalam Videotron tidak hanya untuk komersial saja tetapi juga menampilkan tentang keanekaragaman kegiatan-kegiatan budaya yang
(58)
commit to user
diselenggarakan di Solo walaupun hanya sekilas, seperti: event Sekaten, Malem Suro, Solo Menari, Solo Batik Karnival.
Gambar 2.2 Visualisasi Bentuk Videotron yang Terletak di Manahan Solo (Dokumentasi Pinastiti, 2012)
Mungkin tayangan iklan dalam Videotron yang berada terletak di Manahan yang menampilkan segala macam produk rokok boleh
dikatakan sebagai sebuah pendekatan produsen untuk lebih
memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen akan lebih mengenal tentang produknya dan menjadi lebih percaya karena mengetahui tentang produk tersebut secara detail. Apalagi iklan rokok seperti yang kita semua tahu jam tayangnya di televisi sangat dibatasi yaitu jam 22.00 WIB keatas. Sementara itu, produk rokok merupakan produk yang memberikan kontribusi pajak terbesar pada pemerintah. Industri rokok juga menciptakan lapangan kerja yang sangat besar, baik secara langsung ataupun tidak.
(59)
Cara beriklan seperti yang ditayangkan dalam videotron di atas mempunyai kelebihan. Produsen bisa menampilkan beberapa produknya hanya dalam satu tempat, tidak seperti billboard yang hanya satu produk. Selain itu, juga lebih menarik karena merupakan sebuah model baru, ditempatkan dalam posisi yang strategis di kawasan Manahan Surakarta yang telah dikonsep sedemikian rupa sehingga menarik perhatian bagi masyarakat yang melewati atau menggunakan jalan raya di sekitar manahan tersebut. Metode promosi seperti ini diharapkan masyarakat lebih terarah memperhatikan dan meluangkan waktunya sejenak untuk menikmati pesan-pesan apa yang disajikan pada televisi raksasa (videotron) tersebut sembari beristirahat.
b. Penataan Reklame sebagai Sarana Promosi dalam Videotron
Era sekarang ini kita diharapkan untuk mengetahui perkembangan dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Sehingga tidak mengherankan bila informasi menjadi kebutuhan pokok. Untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan informasi yang baru dan tidak membosankan, pemerintah daerah menyediakan tempat untuk menampilkan informasi tersebut. Salah satu bentuk media untuk menampilkan informasi tersebut adalah media iklan Videotron yang bisa menayangkan dan meringkas iklan-iklan dalam satu tempat melalui media audio visual.
Pemerintah daerah Surakarta berkewajiban menata dan
(60)
commit to user
Surakarta Nomor 4 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Reklame dalam Bab III Tim Penataan dan Standarisasi reklame Pasal 3 sampai Pasal 9, sebagai berikut:
1) Standart dan tempat pemasangan reklame diwilayah surakarta
ditetapkan oleh Tim Penataan Reklame yang disusun
keanggotaannya sebagai mana telah ditetapkan oleh tim pemasangan reklame;
2) Tim penataan reklame bertugas untuk:
- Menentukan standart reklame yang meliputi bentuk,bahan dan
ukuran reklame. Standar reklame dalam hal ini berlaku untuk pemasangan reklame jenis luar ruangan, baik yang disepanjang prasarana kota maupun diluar prasarana kota. Apabila kondisi, lokasi dan jenisnya tidak menggunakan standart reklame yang ada, maka harus mendapatkan ijin khusus dari walikota surakarta atau pejabat yang ditunjuk.
- Menentukan titik-titik lokasi pemasangan reklame sesuai dengan
standartisasi reklame yang ditentukan dengan pemancangan patok reklame yang klasifikasinya diatur, sebagai berikut:
a. Patok merah: untuk board reklame dengan ukuran besar (vedeotron).
b. Patok hijau: untuk board reklame dengan ukuran sedang. c. Patok kuning: untuk board petunjuk arah dengan klasifikasi
(61)
petunjuk arah dengan ukuran yang cukup besar dan /atau untuk reklame yang menggunakan standarisasi logo yang sudah dikenal; 2) Three in one : reklame petunjuk arah dengan ukuran kecil yang pemasangannya Tiga Bojek atau dijadikan satu.
- Menentukan besarnya kontribusi bagi reklame yang dipasang
difasilitasi umum, seperti jembatan penyeberangan, halte, pos polisi, dan lain-lain.
- Menyusun daftar titik reklame yang berada dijalan wilayah
surakarta.
3) Titik-titik lokasi reklame dikelompokkan menjadi: 1) Jalan protokol/ utama, 2) jalan ekonomi, 3) jalan lingkungan.
2. Tata Cara Pelaksanaan Lelang Reklame dalam Bentuk Videotron di
Kota Surakarta
Langkah-langkah untuk melaksanakan pemasangan reklame yang berbentuk Videotron harus melalui dua (2) tahapan, yaitu: 1) melalui proses lelang, dan 2) melalui tata cara pemberian izin pemasangan reklame.
1) Proses Pelelangan
Proses pelelangan reklame dalam videotron terdiri atas: Penjelasan Umum, Dokumen Pelelangan, Dokumen Pelelangan, Pelaksanaan Lelang, Pelaksanaan Lelang, Penetapan Pemenang, Waktu
(62)
commit to user
a. Penjelasan Umum
Penjelasan umum terdiri atas: Dasar Hukum, Ketentuan Umum, Nama Pekerjaan, Pemberi Kerja, Harga Dasar, Ruang Lingkup, Masa Kelola Titik Reklame, Calon Peserta Lelang Harus
Memenuhi Syarat-Syarat, Waktu Tempat Pendaftaran dan
Pengambilan RKS Lelang, Batas Akhir Pendaftaran dan Pengambilan RKS Lelang, Verifikasi Data.
1) Dasar Hukum
Dasar Hukum pelaksanaan leleng terdiri dari 7 Peraturan Daerah dan 1 Keputusan Walikota Surakarta, yaitu : 1) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta; 2) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah; 3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 4) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Bangunan; 5) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2011; 6) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang pajak Daerah; 7) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2009 tentang retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Berita
(63)
Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 20); dan 8) Keputusan Walikota Surakarta Nomor 510.1/45/1/2011 tentang Penetapan Harga Dasar Lelang Titik Lokasi Pemasangan Reklame.
2) Ketentuan Umum
Ketentuan Umum dalam pelaksanaan lelang yang termuat dalam RKS. Dalam peraturan RKS ini yang dimaksud dengan: a) Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancangan untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum; b) Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame; c) Retribusi pemakaian Kekayaan Daerah yang selanjutnya disingkat retribusi adalah pungutan daerah atas pemakaian kekayaan daerah; d) Titik Lokasi Reklame adalah tata letak tepatnya tempat pemasangan reklame pada suatu lokasi penggalan jalan dan penentuan standar reklame yang dipasang pada tempat itu; e) Dinas yang
menyelenggarakan pelelangan reklame adalah Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta (DPPKA). Jenis-jenis reklame yang dilelang oleh DPPKA
(64)
commit to user
sejenisnya; 2) Reklame kain; 3) Reklame melekat atau stiker; 4) Reklame selebaran; 5) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; 6) Reklame udara; 7) Reklame apung; 8) Reklame suara; 9) Reklame film/slide; 10) Reklame peragan, dan 11) Reklame lainnya.
3) Nama Pekerjaan
Nama proyek pekerjaan dalam pelaksanaan pelelangan adalah Pengelolaan Titik Lokasi Pemasangan Reklame Kota Surakarta.
4) Pemberi Kerja
Pemberi Kerja dalam pelaksanaan pelelangan reklame adalah Kepala Dinas Pendaptan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
5) Harga Dasar
Harga Dasar titik lokasi reklame sebagaimana Keputusan Walikota Surakarta Nomor 510.1/45/1/2011 tentang Penetapan Harga Dasar Lelang Titik Lokasi Pemasangan Reklame.
6) Ruang Lingkup
Ruang Lingkup titik lokasi reklame meliputi pengelolaan titik lokasi / lahan reklame sebagaimana media iklan luar ruang yang terletak di atas tanah hak pakai /milik Negara.
(1)
commit to user
bersangkutan; c) Salinan dua untuk camat/lurah yang bersangkutan; d) Salinan ketiga untuk arsip. Proses penyelesaian Izin Pemasangan reklame adalah 6 (enam) hari kerja
3. Cara Perhitungan Besarnya Pajak Reklame dalam Bentuk Videotron di
Kota Surakarta
Cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di Kota Surakarta diatur dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 10-A Tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas keputusan walikotamadya daerah tinggat II surakarta nomor 03/DRT/1999 tentang pedoman pelaksanaan reklame. Keputusan Penetapan NJOP reklame, khusus untuk Reklame Videotron Nilai NJOP Reklame dihitung berdasarkan tata cara perhitungan sebagai berikut :
Biaya Pembuatan = Biaya Konstruksi + Biaya Mecanical Elektrical (ME) Biaya Pemeliharaan per tahun = 2% x (biaya pembuatan)
4. Pemungutan Pajak Reklame dengan Media Vedeotron
Pengertian Pemungutan menurut Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari menghimpun data obyek pajak dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetoran. Dalam
(2)
commit to user
tugas akhir ini penulis ingin menjabarkan bagaimana tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron. Proses pemungutannya sama seperti pajak reklame, yaitu atas dasar Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reklame dalam Bab X tentang tata cara pembayaran dan penagihan pasal 26-31, sebagai berikut:
Tata Cara Pembayaran
Setiap penyelenggara reklame akan diterbitkan Surat Keputusan oleh Dinas Pendapatan Daerah atau pejabat yang ditunjuk yang meliputi SKPD Reklame dan SKRD Reklame selain itu Wajib Pajak diharuskan membayar Uang Jaminan Pembongkaran Reklame. Jika semua Surat Keputusan ini telah dibayar lunas maka izin pemasangan reklame akan diterbitkan, pembayaran ini dilaksanakan dimuka. Tanda bukti pembayaran pemasangan reklame diberikan berupa Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dan bagi reklame yang dipasang diatas tanah yang dikuasai Daerah tanda bukti Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD). Pembayaran ini dilakukan dibendaharawan khusus penerima daerah pada Dinas Pendapatan Daerah.
Tata Cara penagihan
Apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban membayar pajak reklame dan biaya-biaya lain yang telah ditetapkan maka petugas Dinas Pendapatan Daerah melakukan penagihan. Penagihan dilakukan dengan menyampaikan surat peringatan atau surat tegoran sampai dengan surat paksa yang diterbitkan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Jatuh tempo pembayaran Surat Peringatan atau Surat Tegoran sampai dengan penerbitan Surat Pakasa
(3)
commit to user
adalah 21 hari, apabila kewajiban yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 kali 24 jam sesudah tanggal surat paksa maka akan diterbitkan surat perintah pembongkaran.
5. Opini Pemasangan Videotron di Jalan Protokol Brig. Jend. Slamet
Riyadi
Berbicara permasalahan penataan reklame di Kota Surakarata memegang tidak pernah selesai. Meski kasus tersebut sudah sejak dulu mencuat, namun hingga saat ini belum ditemukan titik terang. Pemerintah Daerah mempunyai wacana yang termuat dalam kabar berita tentang akan dibangunnya videotron di jalan Slamet Riyadi, disebabkan oleh banyaknya titik-titik reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi yang menggangu lalu lintas dan merusak pemandangan.
Gambar 2.3. Kesemrawutan reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi (Dokumentasi Pinastiti, 2012).
(4)
commit to user
Sekilas kabar berita yang ada dimedia massa (koran) memberitakan isu dibangunnya videotron di Jalan Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta, antara lain:
“Surat kabar Sepanjang Jalan Slamet Riyadi Akan Dibangun
Videotron”, SOLO, tanggal 22 Februari 2012 | 17:00
WIB,suaramerdeka.com,diunduh tanggal 22 maret 2012
DPRD sepakat Jalan Slamet Riyadi dibangun videotron. Media ini dibangun untuk menggantikan reklame-reklame yang ada. Wali Kota Joko Widodo (Jokowi) pernah menyampaikan jalan yang menjadi ikon Kota Bengawan itu dihiasi dengan videotron. Menurutnya, keberadaan videotron akan meringkas semua reklame-reklame yang besar di Jalan Slamet Riyadi dan diganti dengan videotron.Disinggung mengenai penataan reklame secara luas di Surakarta, untuk menindaklanjuti hal itu pansus tengah menunggu kajian dari tim bentukan Pemkot. Tim tersebut akan melakukan analisa dan penentuan zona-zona reklame di Surakarta. ( Budi Sarmun S / CN31 /
JBSM ).
“Wow Empat Videotron Bakal Nangkring di Slamet Riyadi”Rabu, 22/02/2012 06:00 WIB, PT JOGLOSEMAR PRIMA MEDIA, diunduh tanggal 22 maret 2012
KARANGASEM-Jalan Slamet Riyadi direncanakan dilengkapi tiga hingga empat videotron. Media tersebut disampaikan sebagai pengganti reklame-reklame yang saat ini terpasang di jalan tersebut. Pemkot dalam hal
(5)
commit to user
ini Walikota Surakarta, Joko Widodo (Jokowi) berencana melengkapi jalan yang menjadi ikon Kota Bengawan itu dengan Videotron.”Dulu Pak Wali sempat mengatakan akan meeringkas semua reklame-reklame yang besar di jalan Slamet Riyadi dan diganti dengan Videotron. Kalau tidak salah tiga atau empat buah,”kata Honda kepada Joglosemar, selasa (21/2).
Berikut tanggapan masyarakat (pelajar, pedangang, maupun mahasiswa dan DPPKA) berdasarkan kabar berita yang ada di surat kabar tentang isu dibangunnya videotron di Jalan Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta tersebut di atas dan penempatan videotron di Manahan saat ini (wawancara, 27 mei 2012).
1) Videotron di Manahan sudah tepat tetapi sebaiknya ditempatkan ditepi jalan. Karena penempatan videotron di Manahan menggangu pandangan masyarakat yang melewati jalan persimpangan dan tanyangannya mengalihkan pandangan orang yang kebetulan melewati jalan tersebut. 2) Jika penempatan videotron diletakkan di jalan Brig. Jend Slamet Riyadi
akan lebih bagus, karena jalan tersebut lebih strategis dan lebih komersil. 3) Menurut DPPKA penempatan videotron di Manahan sudah tepat. Dari
jarak jauh masyarakat pengguna jalan sudah bisa melihat tanyangan iklan di dalam videotron, dan durasi untuk menonton tayangan yang ada lebih lama. Kalau dibandingkan di Jalan Brig. Jend Slamet Riyadi waktu untuk melihat cuplikan tayangan iklan yang ada sangat singkat karena lampu Traffic light durasinya sangat singkat. Dan jalan Brig. Jend Slamet
(6)
commit to user
Riyadi hanya satu arah sehingga masyarakat pengguna jalan tersebut hanya bisa menikmati tayangan iklan sebentar.
Sebagai gambaran perbandingan dan referensi serta apresiasi tentang videotron. Berikut penempatan videotron yang ada di kota Jogjakarta: 1) Penempatan videotron selalu ada di setiap sudut jalan yang sering dilalui masyarakat pengguna jalan di Yogyakarta; 2) Bahkan di pusat halaman mol ada videotron walau berbentuk kecil sehingga orang bisa melihat tayangan-tayangan iklan secara santai.
Gambar 2.4. Penempatan videotron di sudut jalan dan halaman mol di Jogyakarta (Dokumentasi Pinastiti, 2012)