SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANG PASCA PERANG DUNIA II(1952-1974).

(1)

perkembangan yang sangat pesat pada perekonomian Negara Jepang pasca Perang Dunia II, padahal Jepang baru saja mengalami kekalahan di perang tersebut. Setelah membaca berbagai literatur mengenai perkembangan perekonomian Jepang, penulis menemukan bahwa faktor utama pemicu percepatan perekonomian Jepang adalah kehadiran perusahaan-perusahaan dagang atau Sogo Shosha. Sehingga masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Peranan Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-1974)?”. Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana keadaan perekonomian Jepang pada masa sebelum Perang Dunia II? (2) Bagaimana sejarah kemunculan sogo shosha dalam perekonomian Jepang sebelum Perang Dunia II? (3) Bagaimana kiprah sogo shosha dalam perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II? (4) Bagaimana dampak sogo shosha bagi Negara Jepang pasca Perang Dunia II?. Metode yang penulis gunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data digunakan studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner dari disiplin ilmu-ilmu sosial utamanya adalah ilmu ekonomi, karena penulis menggunakan Teori Perdagangan Internasional, konsep Anti-Dumping dan Monopoli. Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa kesimpulan. Pertama, pembangunan perekonomian Jepang yang sangat maju pasca Perang Dunia II tidak terjadi begitu saja secara instan, karena perekonomian modern Jepang mulai membangun fondasinya ketika lahirnya sebuah perubahan politik penting yang kemudian dikenal sebagai Restorasi Meiji di tahun 1868. Kedua, perekonomian modern Jepang yang mulai membentuk fondasi di masa Restorasi Meiji juga sekaligus menjadi periode lahirnya perusahaan-perusahaan dagang atau sogo shosha. Ketiga, kemajuan perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II tidak dapat dilepaskan dari peranan sogo shosha. Keempat, keaktifan sogo shosha dalam perdagangan internasional membawa dampak positif dan dampak negatif pada perekonomian Negara Jepang pasca Perang Dunia II. Secara garis besar, sogo shosha sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian Negara Jepang. Dampaknya terlihat dari hasil positif perekonomian mereka dalam periode pasca Perang Dunia II. Kesemuanya dikarenakan oleh peranan sogo shosha dalam perdagangan internasional yang mereka jalani. Sebagai rekomendasi, penelitian mengenai sogo shosha yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah pendudukan Amerika Serikat di Jepang belum banyak dibahas oleh penulis dalam penelitian ini, sehingga dapat dijadikan penelitian selanjutnya.


(2)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

This paper is entitled “Sogo Shosha in Japan Economic Development after The Second World War (1952-1974)”. The writer chose this problem after studying that there was a condition where a great economic development happened in Japan after the second world war – in which Japan was lost. After reading various literature about the development of Japan economic sector, the writer found that the main factor that fastened Japan econmic development was the presence of trading companies or Sogo Shosha. Therefore, the main problem rised in this paper was on “How was the role of Sogo Shosha in Japan economic development after the second world war (1952-1974)?” That main problem was divided into four research questions, those were (1) How was the condition of Japan economic sector before the second world war? (2) How was the history of the appearence of Sogo Shosha in Japan economic sector before the second world war? (3) How was the pace of Sogo Shosha in Japan economic sector after the second world war? And (4) How was the effect of Sogo Shosha for Japan after the second world war? The method used in this paper was historical method by doing four steps of research, such as heuristic, critic, interpretation, and histography. While the technique used in collecting the data was literature study which was examining the literure sources which were in line with the problem studied. The approach used in writing this paper was interdiscipline approach from social sciences especially economics, since the writer used the international trade theory, also the Anti-Dumping and monopoly concept. Based on the result, several conclusion were taken. First, the great development of economic sector in Japan did not happen instantly, for Japan modern economic started to build its foundation when an important politic revolution happened which was called Meiji Restoration in 1868. Second, the moment Japan modern economic started to form its foundation was the moment Sogo Shosha appeared in Japan. Third, the development of Japan economic sector after the second world war could not be separated from the role of Sogo Shosha. Fourth, the activeness of Sogo Shosha in international trade brought possitive and negative effects in Japan economic sector after the second world war. Over all, Sogo Shosha had a great impact in increasing Japan Economic sector. The effects could be seen in the possitive result in their economic sector after the second world war. All of them happened due to the role of Sogo Shosha in international trade they went through. As the recomendation, the research about Sogo Shosha which was connected with the regulation of the United States occupation government in Japan has not been elaborated a lot in this research, so that it can be elaborated more in the next study.


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ...vi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...11

2.1 Sogo Shosha ...11

2.2 Perkembangan Perekonomian Jepang sejak Restorasi Meiji hingga Pasca-Perang Dunia II ...16

2.3 Teori Perdagangan Internasional ...22

2.4 Dumping dan Monopoli Ekonomi ...26

2.5 Penelitian Terdahulu ...32

BAB III: METODE PENELITIAN ...34

3.1 Persiapan Penelitian ...37

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ...37

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ...38

3.1.3 Bimbingan ...40

3.2 Pelaksanaan Penelitian ...40

3.2.1 Heuristik ...41

3.2.2 Kritik Sumber ...45

3.2.3 Interpretasi ...48


(4)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV: KIPRAH SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN

PEREKONOMIAN JEPANG PASCA PERANG DUNIA II (1952-1974) ...53

4.1 Kondisi Perekonomian Jepang Pada Masa Pra-Perang Dunia II ...53

4.1.1 Keadaan Geografis dan Demografis Negara Jepang ...53

4.1.1.1 Kondisi Geografis ...53

4.1.1.2 Kondisi Demografis ...56

4.1.2 Kondisi Perekonomian Jepang ...61

4.2 Sejarah Kemunculan Sogo Shosha dalam Perekonomian Jepang ...69

4.2.1 Mitsui Bussan ...70

4.2.2 Mitsubishi Shoji ...73

4.2.3 Chubei Itoh dan Marubeni ...77

4.2.4 Iwai ...82

4.2.5 Nissho ...85

4.2.6 Kanematsu ...89

4.2.7 Ataka ...90

4.2.8 Toyo Menka, Nippon Menka (Nichimen), dan Gosho ...92

4.3 Kiprah Sogo Shosha dalam Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II .96 4.3.1 Kondisi Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II hingga Berakhirnya Pendudukan Amerika Serikat di Jepang ...96

4.3.2 Kiprah Sogo Shosha ... 102

4.3.2.1 Pengimpor Bahan-bahan Makanan dan Bahan-bahan Mentah untuk Industri ... 103

4.3.2.2 Pelopor Gerakan Ekspor Jepang ... 106

4.3.2.3 Pemberi Bantuan Keuangan Dalam Negeri dan Membantu Pertumbuhan Perusahaan Kecil dan Menengah ... 109

4.3.2.4 Perantara dalam Alih Teknologi Maju ... 113

4.4 Dampak Sogo Shosha bagi Negara Jepang Pasca Perang Dunia II ... 117

4.4.1 Dampak Positif pada Perekonomian Jepang ... 117


(5)

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN ... 127

5.1 Simpulan ... 127

5.2 Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang, yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Pulau Honshu merupakan yang paling besar dan di sanalah terletak kota-kota terkenal seperti Tokyo, Osaka, Yokohama, Nagoya, dan Kyoto. Hokkaido merupakan pulau yang terletak paling utara, selalu tertutup salju tebal apabila musim dingin. Sedangkan Kyushu yang paling selatan, sebagian tempatnya beriklim subtropik.

Bila kita membicarakan Jepang, maka yang terbayang adalah negara modern, negara yang penduduknya memiliki kedisiplinan yang tinggi, maju, kaya dan sebutan-sebutan lainnya yang menggambarkan bahwa Jepang adalah negara yang dapat disejajarkan dengan negara-negara di Eropa atau Amerika Serikat. Apalagi Jepang saat ini merupakan salah satu Negara di Asia yang perekonomiannya paling maju. Karakter bangsa Jepang yang pekerja keras adalah salah satu faktor penting berkembangnya perekonomian negara mereka saat ini. Saat terpuruk pasca Perang Dunia II, pemerintah Jepang memilih perekonomian sebagai prioritas pembangunan mereka kala itu meskipun sumber daya alam mereka tidak memadai untuk perindustrian mereka, namun karena karakter bangsa merekalah Jepang dapat menguasai persaingan perdagangan dengan bangsa Barat.


(7)

Sebagaimana dikemukakan oleh Mangandaralam (1993: 70-71) bahwa:

Berdasarkan situasi sumber daya alam yang sangat minim sedangkan keperluan energi sepenuhnya bergantung kepada luar negeri, maka perekonomian Jepang memusatkan diri pada sektor perdagangan luar negeri. Jepang memasarkan barang-barang hasil industrinya ke segenap negara di dunia. Barang-barang Jepang bahkan merajai pasaran Amerika dan Eropa Barat. Negara-negara tersebut terpaksa melakukan politik proteksi untuk melindungi industry nasional masing-masing negara, untuk membendung arus impor barang-barang Jepang yang selalu unggul dalam persaingan di negara-negara tersebut.

Suatu negara, jika ingin berhasil dalam membangun aspek perekonomiannya maka negara tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan seperti, memiliki dasar kekuatan sendiri dengan bertumpu pada kekuatan dan kemampuan perekonomian yang dimiliki oleh negara tersebut. Selanjutnya dengan adanya perubahan struktural, yaitu suatu perubahan yang berasal dari masyarakat negara itu sendiri. Contoh yang paling banyak digunakan adalah perubahan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi masyarakat ekonomi industri modern. Perubahan ini juga mencakup berbagai aspek, mulai dari perubahan lembaga, sikap-sikap sosial dan budaya yang menunjang pembangunan. Sedangkan faktor yang memiliki pengaruh penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah modal, selain itu juga adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia dari negara itu sendiri. Modernisasi Negara Jepang sendiri dimulai sejak era Restorasi Meiji di tahun 1868. Pemerintah Jepang pada masa Meiji telah berani mengambil resiko untuk melakukan percepatan dalam bidang ekonomi dengan merombak sistem ekonomi tradisional menjadi sistem ekonomi modern. Percepatan ekonomi ini juga didukung oleh perubahan-perubahan besar dalam bidang pemerintahan, sosial serta pendidikan.

Pendidikan adalah salah satu dari bidang yang paling banyak dipelajari oleh utusan-utusan Jepang ke Barat, baik itu sebelum Restorasi Meiji maupun sesudahnya. Perluasan pendidikan akan menciptakan tenaga-tenaga ahli di bidang-bidang yang diperlukan demi kemajuan ekonomi suatu negara. Karena dengan meluasnya pendidikan ini akan melahirkan ahli-ahli yang mengkhususkan


(8)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

diri dalam suatu bidang yang dapat menciptakan teknologi baru, dan kemajuan teknologi ini merupakan sesuatu yang diperlukan untuk kemajuan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Suryahadiprojo (1982: 29) bahwa:

Faktor pendidikan itu nantinya berpengaruh besar sekali kepada pertumbuhan Jepang dalam menjadi negara yang modern dan kuat dalam bidang ekonomi, karena bagaimanapun juga pendidikan yang tersebar luas itu akan menciptakan tenaga manusia yang cakap dalam proses produksi dalam jumlah yang besar.

Melalui pendidikan di sekolah, rakyat Jepang tidak hanya memperoleh pelajaran yang diperlukan untuk modernisasi bangsa dalam bidang pertanian dan terutama untuk industrialisasi. Tetapi juga etika samurai pun diperluas ke seluruh rakyat melalui sekolah-sekolah. Suryahadiprojo (1982: 29) di dalam bukunya menjelaskan:

Bersamaan dengan itu, sistem pendidikan ini dimanfaatkan juga untuk mendidik sifat-sifat yang terkandung dalam ajaran Bushido kepada seluruh rakyat. Patriotisme dan kesetiaan kepada Tenno Heika merupakan ajaran yang penting. Maka melalui penyebaran menyeluruh atau demokratisasi pendidikan, para pemimpin Jepang memperoleh tiga hal sekaligus. Pertama, meningkatkan mutu seluruh rakyat. Kedua, tumbuhnya kesetiaan kepada negara dan pemerintah (khususnya kepada Tenno Heika). Ketiga, digerakkannya semangat untuk orang yang mampu belajar. Jelaslah bahwa hal ini memperkuat partisipasi rakyat dalam melaksanakan modernisasi Jepang.

Modernisasi pendidikan yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Meiji membuat rakyat Jepang memiliki tambahan ilmu dan kecakapan, sehingga lebih mahir dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi negara mereka. Perusahaan-perusahaan zaibatsu seperti Mitsui, Mitsubishi, dan Sumitomo telah muncul di masa sebelum Restorasi Meiji, namun setelah sistem perekonomian Jepang mengalami modernisasi membuat usaha-usaha mereka semakin berkembang ke bidang-bidang lainnya, seperti tekstil, gula, kertas, dan permesinan. Dalam setiap zaibatsu biasanya ada perusahaan dagang dan bank yang mendukung perusahaan industrinya. Perusahaan dagang besar itulah yang kemudian dikenal dengan nama


(9)

Sogo shosha telah berjasa besar dalam ekspansi ekonomi Jepang, terutama ke luar negeri. Sogo shosha memiliki manfaat yang besar sekali untuk perdagangan produk-produk Jepang di luar negeri. Karena mereka memiliki perwakilan di banyak negara dan hal ini membuat mereka dapat menyediakan informasi tentang pasaran kepada para produsen. Selain itu, mereka juga telah mempunyai hubungan di banyak negara, mereka lebih cekatan dalam menjual barang-barang daripada bila perusahaan industri itu sendiri yang mengurus ekspornya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Alexander Young, “Dengan mengembangkan pertumbuhan ekonomi Jepang secara cepat, sogo shosha juga membantu untuk memperkuat persaingan barang-barang ekspor Jepang (terutama produk-produk berat dan kimia) dalam pasaran dunia...” (1985: 168).

Selain itu, sogo shosha juga menanggung resiko penjualan yang mereka lakukan, sehingga produsen dapat mengkonsentrasikan diri dalam memproduksi barang-barang mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Alexander K. Young (1985: 171) bahwa:

...bahwa peranan sogo shosha dalam meningkatkan jumlah besar dengan harga murah atas bahan mentah industri dan pasaran luar negeri yang luas yang mereka kembangkan, memungkinkan pengusaha-pengusaha Jepang terus menerus memusatkan diri dalam memperbesar jumlah produksi melalui rekor penanaman modal yang tinggi...

Hal ini penting sekali bagi perusahaan industri yang tidak terlalu besar yang biasanya sulit untuk mengetahui bagaimana keadaan pasar di luar negeri atau perusahaan industri yang tidak ingin menanggung resiko penjualan produk mereka di luar negeri. Oleh sebab itu, kemampuan penetrasi Jepang ke pasaran luar negeri tidak hanya berasal dari kemampuan perusahaan-perusahaan industrinya, tetapi juga merupakan hasil pekerjaan sogo shosha.

Far Eastern Economic Review bahkan berani menyebut sogo shosha sebagai faktor penting dalam tumbuh kembangnya perekonomian Jepang yang signifikan di tahun 1960-an hingga awal tahun 1970-an, karena pendapatan kotor negara Jepang tidak pernah kurang dari 10%. Ini merupakan pertumbuhan


(10)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

perekonomian yang sangat hebat. Majalah Far Eastern Economic Review (1980: 39) bahkan menulis:

Kalau kita harus memilih satu faktor penyebab pertumbuhan perekonomian Jepang yang luar biasa sejak Perang Dunia II, tidak akan diragukan lagi bahwa faktornya adalah keahlian tanpa tanding dari bangsa itu dalam perdagangan luar negeri. Di pusat jaringan seluruh dunia dari operasi perdagangan, pemasaran, dan keuangan ini, berdirilah Sembilan sogo shosha (perusahaan perniagaan umum) raksasa, yang memainkan perdagangan internasional Jepang yang kompleks dan beragam.

Yoshihara Kunio (1987: 10-11) di dalam bukunya mengemukakan definisi dari sogo shosha sebagai berikut:

Di sekitar masa kini, tidak terdapat definisi yang pasti dengan apa yang

dimaksudkan dengan “sogo shosha”, tetapi tampaknya orang mengerti secara kasar apa yang dimaksudkannya. Untuk menjadi suatu sogo shosha, sebuah perusahaan niaga harus menangani banyak produk (tidak hanya terpusat pada suatu pengelompokkan produk, seperti tekstil atau baja), bergerak baik dalam ekspor dan impor, mempunyai kantor di pelbagai kawasan dunia, dan mempunyai kekuasaan yang memadai di bidang pemasaran dan keuangan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila menyebut sogo shosha maka erat kaitannya dengan keajaiban ekonomi Negara Jepang pasca Perang Dunia II. Mereka inilah yang memainkan peranan utama dalam pertumbuhan ekonomi Jepang sejak Perang Dunia kedua. Dan perkembangan ekonomi yang pesat itu dengan sendirinya menjadikan Jepang sebagai pengusaha internasional yang sukses kala itu.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai sepak terjang sogo shosha dalam perkembangan perekonomian Jepang, karena terdapat alasan-alasan yang menarik dalam tema penelitian ini. Pertama, ketika Jepang mengalami kekalahan di Perang Dunia II. Terlebih saat itu kota Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan oleh Sekutu, padahal kedua kota tersebut merupakan pusat industri yang berpengaruh penting bagi perekonomian negara Jepang kala itu. Namun hanya dalam kurun waktu 1 dekade ternyata Jepang dapat menata kembali negara mereka, termasuk aspek perekonomiannya. Kesenjangan inilah


(11)

yang kemudian memunculkan sogo shosha sebagai salah satu faktor penting dari kemajuan perekonomian Jepang saat itu.

Kedua, ketika perusahaan-perusahaan sogo shosha memberikan dampak positif bagi pembangunan perekonomian negara Jepang pasca Perang Dunia II ternyata muncul juga tudingan-tudingan negatif dari pers, politisi, dan cendikiawan kiri di tahun 1970-an. Perusahaan-perusahaan sogo shosha dicaci-maki dengan berbagai sebutan, mulai dari “pengkhianat”, “pedagang licik”,

“parasit”, bahkan sampai sebutan “Drakula peminum darah masyarakat” pun

disematkan kepada perusahaan-perusahaan sogo shosha. “Sogo shosha mendapat serangan keras di Jepang pada tahun 1970-an. Pertanda pertama dari hal ini muncul pada tahun 1972 sewaktu diungkapkan bahwa beberapa sogo shosha

terlibat dalam pembelian beras yang rekat” (Kunio, 1897: 304). Kritik keras terhadap sogo shosha ini merupakan ironi di dalam sejarah perkembangan perekonomian Jepang. Karena disadari atau tidak, perusahaan-perusahaan sogo shosha telah berhasil dalam memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Jepang kala itu.

Melihat permasalahan yang telah dipaparkan oleh penulis kemudian dijadikan dasar untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai sogo shosha yang telah berhasil memajukan perekonomian Jepang namun kemudian sempat mendapat kritik keras dari masyarakat berupa tudingan-tudingan negatif. Dengan demikian penulis memilih untuk mengangkat judul: “Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-1974)”

Pemilihan judul dimulai dari tahun 1952, ketika ditandatanganinya Perjanjian San Fransisco yang menandai berakhirnya pendudukan Amerika Serikat di Jepang. Di tahun yang sama juga perusahaan-perusahaan sogo shosha mulai menggeliat setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II membuat perusahaan-perusahaan tersebut mendapat tekanan selama pendudukan Sekutu. Penelitian dibatasi hingga tahun 1974, yaitu tahun ketika sogo shosha mendapat tudingan-tudingan negatif dari pers, politisi, dan cendekiawan kiri.


(12)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal utama yang ditentukan pada saat pertama kali akan melakukan penelitian. Karena rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat tanya. Pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah inilah yang akan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dengan rumusan masalah yang jelas maka dapat dijadikan penuntun yang baik bagi langkah-langkah selanjutnya.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang selanjutnya akan menjadi kajian di dalam penulisan

skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan pokoknya adalah “Bagaimana Peranan Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-1974)? ”

Agar permasalahan dapat terarah dan mengacu pada permasalahan utama di atas, penulis merumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk pertanyaan berikut:

1. Bagaimana keadaan perekonomian Jepang pada masa pra-Perang Dunia II?

2. Bagaimana sejarah kemunculan sogo shosha dalam perekonomian Jepang sebelum Perang Dunia II?

3. Bagaimana kiprah sogo shosha dalam perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II?

4. Bagaimana dampak sogo shosha bagi Negara Jepang pasca Perang Dunia II?


(13)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran tentang keadaan perekonomian Jepang pada masa pra-Perang Dunia II

2. Memperoleh gambaran tentang sejarah kemunculan sogo shosha dalam perkembangan perekonomian Jepang

3. Memperoleh gambaran tentang kiprah sogo shosha bagi kemajuan perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II

4. Mengidentifikasi dampak kehadiran sogo shosha bagi perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi semua pihak, umumnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan sosial di bidang ekonomi dan khususnya di bidang sejarah, serta diharapkan mampu menambah khazanah pengetahuan mengenai perkembangan perekonomian Negara Jepang. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pengetahuan penulis dan menuangkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah, terutama mengenai sejarah perekonomian Jepang khususnya peranan sogo shosha bagi perkembangan perekonomian Jepang.

2. Berguna sebagai bahan referensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi pembaca mengenai sejarah perekonomian Jepang khususnya peranan sogo shosha bagi perkembangan perekonomian Jepang.

3. Penulis berharap dapat mengambil hal-hal positif mengenai perekonomian di Jepang khususnya peranan sogo shosha bagi perkembangan perekonomian Jepang.


(14)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Sistematika penulisan skripsi ini diawali dengan bab pertama. Dalam bab ini penulis mengungkapkan latar belakang penelitian yang menjadi alasan mengapa penulis mengkaji atau tertarik untuk melakukan penulisan mengenai tema ini. Bab ini juga memuat rumusan dan batasan masalah untuk membatasi permasalahan agar tidak melebar yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penulisan. Bab ini juga menguraikan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi. Serta struktur organisasi yang kemudian akan menjadi kerangka dan pedoman dalam penyusunan skripsi ini.

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori. Dalam bab ini dipaparkan mengenai sumber-sumber buku yang digunakan penulis sebagai bahan referensi yang dianggap relevan. Bab ini juga menyajikan teori-teori yang dipakai untuk menunjang penulisan skripsi ini. Selain itu, dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh para ahli mengenai sejarah perekonomian di Jepang.

Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis yang memang lazim digunakan dalam penelitian sejarah dan teknik yang digunakan adalah studi literatur.


(15)

Bab IV Kiprah Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-1974). Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai kiprah sogo shosha dalam sejarah perekonomian Jepang, dimulai dari kondisi perekonomian Negara Jepang pada masa sebelum Perang Dunia II, lalu sejarah kemunculan sogo shosha pada masa sebelum Perang Dunia II, kemudian kiprah sogo shosha di Jepang pada masa setelah terjadinya Perang Dunia II, serta dampak sogo shosha bagi perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II.

Bab V Simpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan di dalam rumusan masalah.


(16)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul “Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-1974)”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis pada bab sebelumnya. Terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu:

Pertama, pembangunan perekonomian Jepang yang sangat maju pasca Perang Dunia II ternyata tidak terjadi begitu saja secara instan, namun awal mulanya sudah terjadi lama sebelumnya. Perekonomian modern Jepang mulai membangun fondasinya ketika lahirnya sebuah perubahan politik penting yang kemudian dikenal sebagai Restorasi Meiji di tahun 1868.

Langkah awal modernisasi perekonomian di Jepang dimulai dengan mendatangkan teknisi dari luar negeri dan mengirimkan mahasiswa-mahasiswa ke luar negeri untuk mempelajari dan mengamati perkembangan teknologi yang ada di Barat. Hal ini mengisyaratkan dimulainya abad mesin di Jepang, dan dampak yang paling terasa adalah meningkatnya industri tekstil kain katun pada periode tahun 1886 hingga tahun 1911. Langkah selanjutnya adalah kebijakan dalam mengembangkan prasarana negara seperti diperluasnya jaringan kereta api. Hal ini sekaligus merupakan upaya pemerintah untuk semakin meningkatkan mobilitas perekonomian yang ada di Jepang saat itu. Di tahun-tahun selanjutnya, perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II mengalami berbagai pasang surut.

Dimulai dari peristiwa Perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914 hingga tahun 1918, dan sangat mempengaruhi peningkatan produksi industri berat Negara Jepang. Lalu perekonomian Jepang mengalami dekade kemuraman di


(17)

tahun 1920-an yang diakibatkan oleh berakhirnya Perang Dunia I, Iishi Panic di tahun 1922, Gempa Bumi hebat di Kanto tahun 1923, selain itu terjadi juga peristiwa Great Depression yang menimpa perekonomian global. Muram disini dalam artian bahwa banyak perusahaan menderita kerugian, banyak terjadi kebangkrutan, dan banyak orang yang berhutang atau menganggur.

Periode kemuraman yang terjadi pada tahun 1920-an ternyata mengakibatkan suatu seleksi alamiah dalam perusahaan-perusahaan. Beberapa perusahaan kecil kemudian melakukan merger, sedangkan perusahaan yang kuat akan menjadi lebih dominan. Pada periode inilah perusahaan-perusahaan besar seperti Mitsui, Mitsubishi dan Sumitomo mulai membentuk posisi yang dominan. Perusahaan-perusahaan zaibatsu tersebutlah yang kemudian pada dekade 1930-an memegang peranan penting dalam perkembangan perekonomian Jepang.

Kedua, perusahaan-perusahaan zaibatsu yang di dalamnya juga pasti terdapat perusahaan-perusahaan dagang atau sogo shosha, sudah lahir sejak masa-masa awal pemerintahan Kaisar Meiji. Kebanyakan pendiri sogo shosha pada awalnya hanyalah seorang pedagang biasa yang menjual barang-barang dari luar negeri Jepang yang bisa dikategorikan sebagai barang langka namun sangat dibutuhkan. Contoh barang-barang tersebut adalah gelas, benang wool, minyak, korek api, obat-obatan, hingga minuman Barat.

Ketika perusahaan-perusahaan sogo shosha semakin mapan dan memiliki jumlah modal yang besar, bisnis mereka mulai beralih kepada bidang perindustrian. Fenomena ini terjadi di tahun 1900-an, ketika perekonomian Jepang mulai merangkak naik setelah adanya kemajuan dalam industri tekstil dan kain tenun. Diversifikasi yang dilakukan oleh kebanyakan sogo shosha terjadi ketika memasuki tahun 1930-an. Saat itu Jepang mulai terlibat dalam Perang Dunia II, dan pemerintah Jepang “memaksa” sogo shosha untuk terjun ke dalam bidang industri berat sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan persenjataan dan alat-alat perang lainnya.


(18)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Ketiga, kemajuan perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II tidak dapat dilepaskan dari peranan sogo shosha. Karena disadari atau tidak, Negara Jepang sangat bergantung pada sogo shosha. Contohnya adalah peranan sogo shosha dalam bidang impor, mulai dari impor bahan-bahan makanan untuk para penduduk Jepang, impor bahan-bahan mentah industri bagi keberlangsungan berbagai macam perindustrian yang ada di Jepang, hingga impor dalam alih teknologi maju dari Barat kepada para pabrikan Jepang.

Sogo shosha sangat mendukung industri-industri kecil yang ada di Jepang. Hal ini terlihat dari peran mereka dalam menyediakan bahan-bahan mentah yang menjadi faktor utama dalam memproduksi barang-barang industri tersebut. Selain itu, dukungan sogo shosha juga tercermin dari berbagai bantuan keuangan yang diberikan oleh mereka untuk membantu pertumbuhan perusahaan-perusahaan industri kecil dan menengah. Bantuan keuangan ini membuat perindustrian Jepang bisa tetap produktif dalam memproduksi barang-barangnya.

Peranan penting sogo shosha lainnya adalah sebagai kekuatan utama di belakang sukses Jepang yang luar biasa dalam penjualan barang-barang industri kepada berbagai negara. Terlebih lagi saat periode pasca Perang Dunia II, sogo shosha melakukan diversifikasi di berbagai komoditi. Mulai dari baja-baja Jepang, fiber sintetis, barang petrokimia, hingga mesin-mesin berat seperti perkapalan. Peranan perusahaan-perusahaan sogo shosha tersebut merupakan sumbangan terbesar mereka terhadap ekonomi Jepang setelah Perang Dunia II.

Keempat, keaktifan sogo shosha dalam perdagangan internasional membawa dampak positif dan dampak negatif pada perekonomian Negara Jepang pasca Perang Dunia II. Dampak positifnya adalah berupa pertumbuhan ekonomi sangat cepat yang terjadi setelah pendudukan Sekutu di Negara Jepang. Ketika itu Jepang mencapai keseimbangan dalam neraca pembayaran internasional dan juga berhasil mengakumulasikan nilai valuta asing cadangan. Selain itu, Jepang juga membangun kembali perindustrian utamanya dan meningkatkan produktivitas yang tingkatannya jauh di atas pada saat sebelum perang. Dan terakhir, Jepang


(19)

berhasil mengendalikan inflasi yang sempat terjadi setelah mengalami kekalahan di Perang Dunia II.

Namun keberhasilan sogo shosha dalam meningkatkan perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II juga dibarengi oleh dampak negatif. Sekitar awal tahun 1973-an mereka dicaci maki dengan sebutan-sebutan seperti “pengkhianat”, “pedagang licik”, “parasit”, dan bahkan sebutan “drakula peminum darah masyarakat”. Mereka dituduh oleh pers, politisi, dan cendikiawan kiri bahwa sogo shosha ini telah menyebabkan inflasi karena melakukan spekulasi dan mengambil untung berlebihan. Tuduhan-tuduhan tersebut kemudian membuat Komisi Perdagangan yang Adil atau Japan Trade Fair Commission (FTC) melakukan penyelidikan kegiatan-kegiatan sogo shosha.

Secara garis besar, sogo shosha sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian Negara Jepang. Dampaknya terlihat dari hasil positif perekonomian mereka dalam periode pasca Perang Dunia II. Kesemuanya dikarenakan oleh peranan sogo shosha dalam perdagangan internasional yang mereka jalani.

5.2.Saran

Skripsi dengan judul “Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-1974)” ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, baik untuk para akademisi maupun pembaca pada umumnya mengenai sejarah perkembangan perekonomian Negara Jepang pasca Perang Dunia II terutama mengenai Sogo Shosha serta peranannya bagi perkembangan perekonomian Jepang. Skripsi ini juga diharapkan dapat memberi rekomendasi pada pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas karena materi skripsi ini dapat dijadikan sebagai pendalaman materi pada kurikulum 2013 terutama sejarah peminatan kelas XI untuk Kompetensi Dasar (KD) 3.6 dan Kompetensi Dasar (KD) 4.6 pada materi pokok mengenai Pengaruh Perang Dunia I dan Perang Dunia II terhadap


(20)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Sogo shosha ini dapat dijadikan contoh atau inspirasi bagi perkembangan perekonomian Indonesia di masa depan.

Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum dipecahkan atau belum dibahas secara jelas dalam penelitian ini. Pembahasan tersebut ialah mengenai kebangkitan sogo shosha pasca pendudukan Amerika Serikat terkait kebijakan-kebijakan pemerintah pendudukan Amerika Serikat di Jepang pasca Perang Dunia II saat itu. Mengingat salah satu kebijakannya adalah untuk membubarkan zaibatsu-zaibatsu yang ada di Jepang, dan saat zaibatsu-zaibatsu tersebut dibubarkan maka kebijakan itu juga turut berdampak buruk pada perusahaan-perusahaan sogo shosha. Namun setelah pendudukan Amerika Serikat berakhir di tahun 1952, sogo shosha kembali bangkit dan segera memberikan dampak yang positif bagi perekonomian Negara Jepang dalam waktu yang terbilang singkat. Berdasarkan keresahan tersebut, penulis merekomendasikan peneliti lain untuk mengkaji mengenai sogo shosha yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah pendudukan Amerika Serikat di Jepang.


(21)

A.Buku

Abdurrahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Allen, G. C. (1958). Japan’s Economic Recovery. London: Oxford University Press.

Beasley, W. G. (2003). Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Erawati, E. Dan Badudu, J. S. (1996). Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia. Jakarta: Proyek ELIPS.

FitzGerald, C. P. (1966). A Concise History of East Asia. New York: Frederick A. Praeger, Inc.

Forbis, W. (1981). Japan Today. New York: Harper & Row Publisher Inc.

Hall, J. W. (1984). Japan From Prehistory to Modern Times. Frankfurt: Dell Publishing.

Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Historia Utama Press. JETRO, (1988). Kebijaksanaan Industri Jepang Sesudah Perang. JETRO.

Kunio, Y. (1983). Perkembangan Ekonomi Jepang: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia.

Kunio, Y. (1987). Sogo Shosha: Pemandu Kemajuan Ekonomi Jepang. Jakarta: PT. Gramedia.

Kunio, Y. (1992). Pembangunan Ekonomi Jepang. Jakarta: UI-Press.

Mangandaralam, S. (1993). Jepang Negara Matahari Terbit. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Miles, M.B., dan Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expended Sourcebook (2nd ed.). California: Sage Publishing Inc.


(22)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Murphey, R. (2004). East Asia: A New History. New Jersey: Pearson Education Inc.

Nakamura, T. (1985). Economic Development of Modern Japan. Tokyo: International Society for Educational Information, Inc.

Natabaya, H. A. S. (1996). Penelitian Hukum Tentang Aspek Hukum Antidumping dan Implikasinya bagi Indonesia. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI.

Nurhayati, Y. (1987). Langkah-Langkah Awal Modernisasi Jepang. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Okita, S. (1983). The Developing Economies and Japan. Tokyo: University of Tokyo Press.

Ravianto, J. (1986). Orientasi Produktivitas dan Ekonomi Jepang: apa yang harus dilakukan Indonesia?. Jakarta: UI-Press.

Reischauer, E. O. (1984). The Japanese. Massachusetts: Harvard University Press.

Rosidi, A. (1981). Mengenal Jepang. Jakarta: The Japan Foundation.

Sakamoto, T. (1982). Jepang Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Soelistyo. (1981). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Liberty

Sood, M. (2011). Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sukarmi. (2002). Regulasi Antidumping di Bawah Bayang-Bayang Pasar Bebas. Jakarta: Sinar Grafika.

Sukirno, S. (1985). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta: Bima Grafika.

Suryohadiprojo, S. (1982). Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup. Jakarta: UI-Press.

Syahbuddin, M. (1993). Jepang Negara Matahari Terbit. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


(23)

Syahyu, Y. (2004). Hukum Antidumping di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tambunan, T. (2001). Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran:

Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vogel, E. F. (1982). Jepang Jempol. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Yani, A. dan Widjaja, G. (2000). Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Yoshino, M. Y. dan Lifson, T. B. (1986). The Invisible Link: Japan’s Sogo Shosha and the Organization of Trade. Massachusetts: The Massachusetts Institute of Technology.

Young, A. K. (1985). Sogo Shosha: Menyingkap Jaringan Organisasi Bisnis Jepang di Dunia. Jakarta: Sang Saka Gotra.

B.Sumber Skripsi

Gandini, R. (2010). Peranan Keiretsu dalam Perekonomian Jepang 1953-1973. Skripsi pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Pangastoeti, S. (1989). Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Sogo Shosha dalam Perekonomian Jepang Setelah Perang Dunia II. Skripsi pada FS UI. Depok: tidak diterbitkan.


(24)

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

C.Sumber Internet

Aghniya, D. F. (2013). Kondisi dan Iklim di Negara Jepang. [Online]. Tersedia di: http://benkyoukaihimabajaupi.wordpress.com/2013/09/17/kondisi-dan-iklim-di-negara-jepang-2/ [Diakses 18 April 2014].

Apepherya. (2013). Kondisi Demografi Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://jepang.panduanwisata.com/2012/04/24/kondisi-demografi-jepang/ [Diakses 16 April 2014].

Apriyanti, R. (2010). Kuantitas dan Kualitas Penduduk Jepang. [Online].

Tersedia di: http://aapgrisna.blogspot.com/2010/12/kuantitas-dan-kualitas-penduduk-jepang.html [Diakses 15 April 2014].

Bintoro, B. (2013). Teori Heckscher-Ohlin. [Online]. Tersedia di: http://bambangbintorosutarno.blogspot.com/2013/01/teori-heckscher-ohlin-salah-satu.html [Diakses 8 Mei 2014].

Nurcahyanti, F. (2010). Teori Perdagangan Internasional. [Online]. Tersedia di: http://fajrina.wordpress.com/teori-perdagangan-internasional/ [Diakses 8 Mei 2014].

Nuril, S. (2013). Demografi Negara Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://safiranh.blogspot.com/2013/03/demografi-negara-jepang.html [Diakses 14 April 2014].

Prasetyo, R. (2012). 7 Unsur Kebudayaan Negara Jepang. [Online]. Tersedia di: http://riopraset.wordpress.com/2012/11/01/7-unsur-kebudayaan-negara-jepang/ [Diakses 13 April 2014].

Reka, M. (2012). Struktur Masyarakat Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://mizucha.wordpress.com/2012/04/07/struktur-masyarakat-jepang/ [Diakses 11 April 2014].

Wikipedia. (2013). Demografi Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://id.wikipedia.org/wiki/Demografi_Jepang [Diakses 18 April 2014]. Yusuf, M. 2011. Mengenal Negara Maju Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://yusufsila.blogspot.com/2011/12/mengenal-negara-maju-jepang.html [Diakses 10 April 2014].


(25)

Ziah. (2013). Teori Keunggulan Komparatif. [Online]. Tersedia di: http://hidupberawaldari.blogspot.com/2013/06/keunggulan-komparatif.html [Diakses 8 Mei 2014].

---. (2012). Perdagangan International : Definisi, Ciri Utama, Faktor

Penyebab terjadinya Perdagangan International dan Istilah istilah dalam Perdagangan Luar Negeri. [Online]. Tersedia di:

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2012/02/perdagangan-international-definisi-ciri.html [Diakses 8 Mei 2014].


(1)

131

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Sogo shosha ini dapat dijadikan contoh atau inspirasi bagi perkembangan perekonomian Indonesia di masa depan.

Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum dipecahkan atau belum dibahas secara jelas dalam penelitian ini. Pembahasan tersebut ialah mengenai kebangkitan sogo shosha pasca pendudukan Amerika Serikat terkait kebijakan-kebijakan pemerintah pendudukan Amerika Serikat di Jepang pasca Perang Dunia II saat itu. Mengingat salah satu kebijakannya adalah untuk membubarkan zaibatsu-zaibatsu yang ada di Jepang, dan saat zaibatsu-zaibatsu tersebut dibubarkan maka kebijakan itu juga turut berdampak buruk pada perusahaan-perusahaan sogo shosha. Namun setelah pendudukan Amerika Serikat berakhir di tahun 1952, sogo shosha kembali bangkit dan segera memberikan dampak yang positif bagi perekonomian Negara Jepang dalam waktu yang terbilang singkat. Berdasarkan keresahan tersebut, penulis merekomendasikan peneliti lain untuk mengkaji mengenai sogo shosha yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah pendudukan Amerika Serikat di Jepang.


(2)

A.Buku

Abdurrahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Allen, G. C. (1958). Japan’s Economic Recovery. London: Oxford University Press.

Beasley, W. G. (2003). Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Erawati, E. Dan Badudu, J. S. (1996). Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia. Jakarta: Proyek ELIPS.

FitzGerald, C. P. (1966). A Concise History of East Asia. New York: Frederick A. Praeger, Inc.

Forbis, W. (1981). Japan Today. New York: Harper & Row Publisher Inc.

Hall, J. W. (1984). Japan From Prehistory to Modern Times. Frankfurt: Dell Publishing.

Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Historia Utama Press. JETRO, (1988). Kebijaksanaan Industri Jepang Sesudah Perang. JETRO.

Kunio, Y. (1983). Perkembangan Ekonomi Jepang: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia.

Kunio, Y. (1987). Sogo Shosha: Pemandu Kemajuan Ekonomi Jepang. Jakarta: PT. Gramedia.

Kunio, Y. (1992). Pembangunan Ekonomi Jepang. Jakarta: UI-Press.

Mangandaralam, S. (1993). Jepang Negara Matahari Terbit. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Miles, M.B., dan Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expended Sourcebook (2nd ed.). California: Sage Publishing Inc.


(3)

133

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

Murphey, R. (2004). East Asia: A New History. New Jersey: Pearson Education Inc.

Nakamura, T. (1985). Economic Development of Modern Japan. Tokyo: International Society for Educational Information, Inc.

Natabaya, H. A. S. (1996). Penelitian Hukum Tentang Aspek Hukum Antidumping dan Implikasinya bagi Indonesia. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI.

Nurhayati, Y. (1987). Langkah-Langkah Awal Modernisasi Jepang. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Okita, S. (1983). The Developing Economies and Japan. Tokyo: University of Tokyo Press.

Ravianto, J. (1986). Orientasi Produktivitas dan Ekonomi Jepang: apa yang harus dilakukan Indonesia?. Jakarta: UI-Press.

Reischauer, E. O. (1984). The Japanese. Massachusetts: Harvard University Press.

Rosidi, A. (1981). Mengenal Jepang. Jakarta: The Japan Foundation.

Sakamoto, T. (1982). Jepang Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Soelistyo. (1981). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Liberty

Sood, M. (2011). Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sukarmi. (2002). Regulasi Antidumping di Bawah Bayang-Bayang Pasar Bebas. Jakarta: Sinar Grafika.

Sukirno, S. (1985). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta: Bima Grafika.

Suryohadiprojo, S. (1982). Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup. Jakarta: UI-Press.

Syahbuddin, M. (1993). Jepang Negara Matahari Terbit. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


(4)

Syahyu, Y. (2004). Hukum Antidumping di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tambunan, T. (2001). Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran:

Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vogel, E. F. (1982). Jepang Jempol. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Yani, A. dan Widjaja, G. (2000). Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Yoshino, M. Y. dan Lifson, T. B. (1986). The Invisible Link: Japan’s Sogo Shosha and the Organization of Trade. Massachusetts: The Massachusetts Institute of Technology.

Young, A. K. (1985). Sogo Shosha: Menyingkap Jaringan Organisasi Bisnis Jepang di Dunia. Jakarta: Sang Saka Gotra.

B.Sumber Skripsi

Gandini, R. (2010). Peranan Keiretsu dalam Perekonomian Jepang 1953-1973. Skripsi pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Pangastoeti, S. (1989). Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Sogo Shosha dalam Perekonomian Jepang Setelah Perang Dunia II. Skripsi pada FS UI. Depok: tidak diterbitkan.


(5)

135

Rizky Aditya, 2014

SOGO SHOSHA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN JEPANGPASCA PERANG DUNIA II (1952-1974)

C.Sumber Internet

Aghniya, D. F. (2013). Kondisi dan Iklim di Negara Jepang. [Online]. Tersedia di: http://benkyoukaihimabajaupi.wordpress.com/2013/09/17/kondisi-dan-iklim-di-negara-jepang-2/ [Diakses 18 April 2014].

Apepherya. (2013). Kondisi Demografi Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://jepang.panduanwisata.com/2012/04/24/kondisi-demografi-jepang/ [Diakses 16 April 2014].

Apriyanti, R. (2010). Kuantitas dan Kualitas Penduduk Jepang. [Online].

Tersedia di: http://aapgrisna.blogspot.com/2010/12/kuantitas-dan-kualitas-penduduk-jepang.html [Diakses 15 April 2014].

Bintoro, B. (2013). Teori Heckscher-Ohlin. [Online]. Tersedia di: http://bambangbintorosutarno.blogspot.com/2013/01/teori-heckscher-ohlin-salah-satu.html [Diakses 8 Mei 2014].

Nurcahyanti, F. (2010). Teori Perdagangan Internasional. [Online]. Tersedia di: http://fajrina.wordpress.com/teori-perdagangan-internasional/ [Diakses 8 Mei 2014].

Nuril, S. (2013). Demografi Negara Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://safiranh.blogspot.com/2013/03/demografi-negara-jepang.html [Diakses 14 April 2014].

Prasetyo, R. (2012). 7 Unsur Kebudayaan Negara Jepang. [Online]. Tersedia di: http://riopraset.wordpress.com/2012/11/01/7-unsur-kebudayaan-negara-jepang/ [Diakses 13 April 2014].

Reka, M. (2012). Struktur Masyarakat Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://mizucha.wordpress.com/2012/04/07/struktur-masyarakat-jepang/ [Diakses 11 April 2014].

Wikipedia. (2013). Demografi Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://id.wikipedia.org/wiki/Demografi_Jepang [Diakses 18 April 2014]. Yusuf, M. 2011. Mengenal Negara Maju Jepang. [Online]. Tersedia di:

http://yusufsila.blogspot.com/2011/12/mengenal-negara-maju-jepang.html [Diakses 10 April 2014].


(6)

Ziah. (2013). Teori Keunggulan Komparatif. [Online]. Tersedia di: http://hidupberawaldari.blogspot.com/2013/06/keunggulan-komparatif.html [Diakses 8 Mei 2014].

---. (2012). Perdagangan International : Definisi, Ciri Utama, Faktor

Penyebab terjadinya Perdagangan International dan Istilah istilah dalam Perdagangan Luar Negeri. [Online]. Tersedia di:

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2012/02/perdagangan-international-definisi-ciri.html [Diakses 8 Mei 2014].