Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inovasi Produk Pisang Aroma Mahkota, di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung T1 162009064 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Desa Gesing, Kecamatan Kandangan

Wilayah Kecamatan Kandangan yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung. Secara administrati batas wilayah Kecamatan Kandangan sebelah Barat Kecamatan Kedu dan Gemawang, sebelah Utara Kabupaten Semarang dan Kecamatan Gemawang, Sebelah timur Kabupaten Semarang dan kecamatan Kaloran, sebelah selatan Kecamatan Temanggung dan Kecamatan Kaloran. Kecamatan kandangan terletak pada ketinggian tanah rata-rata 657,31 m dpl dengan suhu antara 30 ºC dan 20 ºC.

Kecamatan Kandangan memiliki luas Wilayah 7.836 ha, dengan jumlah penduduk 46.669 orang dan mempunyai 16 desa. Desa Gesing terdapat 9 dusun yang terdiri dari 9 rukun warga (RW) dan 26 rukun tetangga (RT) dan terdapat 1.259 Rumah Tangga. Jumlah penduduk 4.834 jiwa terdiri dari 2.415 jiwa laki-laki dan 2.495 jiwa perempuan.

(Sumber:Kecamatan Kandangan tahun 2009)

Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu hasil pertanian yang paling unggul adalah tanaman pisang. seperti yang sudah dibahas dalam bab 1 bahwa penduduk di Desa Gesing lebih berminat dalam pengolahan buah pisang Raja Nangka dalam bentuk pisang aroma. Terdapat 14 home industri pisang aroma. Beberapa home industri tersebut sudah sukses dalam


(2)

memasarkan produknya hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Namun ada beberapa pengusaha yang tidak berkembang dengan baik karena hanya memasarkan produknya di daerah-daerah setempat dan kurang inovasi pada produknya.

Perkembangan pisang aroma di Desa Gesing Kecamatan Kandangan cukup pesat, dan sudah dikenal banyak masyarakt sebagai pusat oleh-oleh makanan ringan khas Temanggung. Pisang aroma Mahkota merupakan salah satu home industri yang terkenal dan banyak para pendatang yang membeli oleh-oleh, selain itu kunjungan dari beberapa sekolah, dan beberapa instansi untuk melakukan studi kewirausahaan. Perusahaan ini sebagai salah satu perusahaan yang telah melakukan inovasi pada produknya, yaitu pisang aroma yang merupakan produk unggulan. Inovasi pada produknya meliputi bentuk dan model kemasan.

4.1.2 Gambaran Objek Pisang Aroma Mahkota

Pisang Aroma Mahkota berdiri sejak 5 Desember 2005, sampai saat ini baru sekitar ±8 tahun berdiri. Perusahaan ini terletak disebuah desa kecil 8 km arah utara dari pusat kota Temanggung, bertempat di desa Gesing RT 01 RW 04 Kelurahan Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Perusahaan ini merupakan usaha binaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, pertanian, Koperasi dan UPK (PNPM.MD Kec. Kandangan).

Berkat tangan trampil ibu Endang selaku pendiri, saat ini pisang aroma menjadi sebuah industri kecil yang sebagian besar karyawannya berasal dari kalangan rumah tangga kurang mampu. Jumlah karyawan sudah mencapai 30 karyawan tetap, dan bisa mencapai 50 orang lebih ketika hari-hari besar seperti


(3)

hari raya idul fitri, karena pesanan semakin meningkat sehingga membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Dengan kata lain pisang aroma Mahkota mampu mengangkat serta membantu pengangguran di desa setempat.

Pisang aroma terbuat dari bahan dasar pisang Raja Nangka yang dipadukan dengan berbagai bahan seperti terigu, gula, vanily, dan lain-lain, yang diolah secara higenis. Pangsa pasar pisang aroma Mahkota telah merambah diseluruh pulau Jawa dengan kapasitas produksi ±2000Kg – 5000 kg per bulan dan kini juga sudah mulai merambah ke pasaran pulau Bali sejak tahun 2006.

Proses pembuatan pisang aroma dimulai dengan pembuatan kulit pisang aroma. Bagian tersebut digunakan untuk membungkus buah pisang aroma yang sudah dipotong sedemikian rupa. Dalam pembuatan kulit pisang aroma ini dibutuhkan keahlian khusus, tidak semua karyawan dapat mengerjakannya. Kulit pisang aroma tersebut terbuat dari bahan dasar terigu, garam, vanily dan air. Pembuatan dengan isi menggunakan buah pisang (pisang raja nangka). Sedangkan gula dan terigu digunakan sebagai bahan perekat. Kadaluarsa untuk pisang aroma yaitu 5 bulan.

4.1.3 Produk

Kotler, (2002 : 3) mendefinisikan produk adalah tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Setelah dilakukan proses wawancara dengan narasumber, dan juga observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti, maka dapat disajikan hasil dan pembahasan penelitian.

Inovasi yang dilakukan dengan merubah makanan ringan yang berbahan dasar pisang dan balutan tepung yang teksturnya basah dan tidak tahan lama


(4)

menjadi makanan ringan pisang aroma dengan tekstur yang lebih kering dan tahan lama. Inovasi produk yang ada di pisang aroma Mahkota meliputi perubahan pada bentuk produk dan model kemasan. Kualitas produk lebih mengutamakan kekhasan rasa dari pisang aroma, belum pernah ada inovasi yang dilakukan untuk rasa pisang aroma. Perusahaan hanya merubah bentuk dari tampilan model produknya, sedangkan dalam dalam tampilan luarnya mengubah pada model kemasannya. Makanan ringan pisang aroma merupakan makanan sehat untuk dikonsumsi oleh masyarakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian produk pisang aroma oleh Departemen Perindustrian RI, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil pengujian produk oleh Departemen Perindustrian RI, di laboratorium pengujian limbah dan lingkungan dan aneka komoditi dihasilkan sebagai berikut :

No Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji

1 Kadar Air % 5,53 SNI.01-2891-992 Btr 5.1

2 Abu % 1,10 SNI.01-2891-992 Btr 6.1

3 Lemak % 17,40 SNI.01-2891-992 Btr 8.2

4 Protein % 7,33 Kjeldahl

5 Serat Kasar % 0,38 SNI.01-2891-992 Btr 11

6 Karbohidrat % 68,26 Perhitungan

Sumber : Departemen Perindustrian RI, data sekunder dari pisang aroma Mahkota. Distribusi hasil uji laboratorium pada produk pisang aroma Mahkota menunjukkan bahwa produk pisang aroma memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik. Bahan dasar buah pisang mengandung vitamin C yang berfungsi untuk daya tahan tubuh, protein dan serat yang berfungsi untuk menjaga kesehatan dan karbonhidrat sebagai sumber energi. Selain itu untuk menjaga


(5)

kepercayan pelanggan, pisang aroma Mahkota telah memiliki label “halal” pada produk kemasannya.

Semakin dikenalnya pisang aroma Mahkota membuat perekonomian pisang aroma Mahkota semakin membaik. Inovasi yang dilakukan pisang aroma Mahkota yaitu mengubah pisang aroma yang sebelumnya dibuat dengan tekstur yang lembek dan kurang tahan lama menjadi pisang aroma dengan tekstur yang lebih kering dan tahan lama untuk dikonsumsi selama berbulan-bulan. Adapun bentuk inovasi pisang aroma yang berbahab dasar buah pisang raja nangka dapat disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Proses Inovasi Pisang Aroma

no Deskriptor inovasi produk Keterangan

1.

Pisang rajangaka, bahan baku dalam pembuatan pisang aroma. Harga pisang tundungan biasanya berkisar antara 35ribu – 50ribu, tergantung ukuran pisang.

2.

Pisang raja nangka yang sudah dipotong per irisnya, yang dibeli para konsumen untuk dikonsumsi sebagai buah segar.


(6)

3.

Sebelumnya biasanya, pisang raja nangka digunakan untuk pisang goreng. Pisang raja nangka sering juga disebut pisang raja goreng.

4.

Buah pisang yang sudah dipoton-potong, bahan dasar untuk digunakan sebagai isi pisang aroma, normalnya dalam satu buah pisang dapat dipotong 16 irisan.

5.

Setelah disisir, buah pisang dimasukkan dalam balutan tepung yang sudah dibuat sedemikian rupa. Kemudian digulung. Dan siap untuk digoreng.

6.

Bentuk pisang aroma sebelum adanya inovasi, teksturnya masih basah dan tidak tahan lama untuk dikonsumsi berbulan-bulan.


(7)

7.

Bentuk pisang aroma setelah adanya inovasi, teksturnya lebih kering, dapat dikemas dan tahan lama untuk dikonsumsi selama berbulan-bulan.

8.

Bentuk pisang aroma dengan potongan bulat-bulat kecil ukuran 2 cm, rasanya lebih renyah. Merupakan bentuk awal dalam pembuatan produk pisang aroma.

9.

Kripik kulit pisang raja nangka, kulit pisang yang tadinya tidak bermanfaat dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi kripik pisang yang memberikan nilai ekonomi.


(8)

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa inovasi pada buah pisang Raja Nangka memberikan nilai lebih. Perkembangan inovasinya meliputi, pertama pisang Raja Nangka biasanya digunakan untuk pisang goreng yang hanya menggunakan balutan tepung terigu. Pisang goreng merupakan makanan ringan namun tidak dapat dikonsumsi dalam waktu yang lama. Selanjutnya dengan makanan serupa di inovasi dengan mengolahnya menjadi makanan ringan pisang aroma. Hampir sama dengan pisang goreng namun pada pisang aroma dibungkus dengan kulit tepung terigu yang sudah yang sudah dibentuk sedemikian rupa dengan maksud agar makanan tersebut lebih tahan lama. Namun ternyata kurang tahan lama karena teksturnya yang basah dan agak lembek.

Dengan pengalaman tersebut, pisang aroma Mahkota berinovasi dengan merubah makanan serupa dengan tekstur yang lebih kering, dapat dikemas dan tahan lama untuk dikonsumsi berbulan-bulan. Sehingga menjadi makanan ringan yang lebih praktis dan efisien untuk dikonsumsi.

Usaha pisang aroma Mahkota terus berkembang, awal berdirinya hanya memperkerjakan 26 karyawan dan kini sudah memiliki 30 orang karyawan tetap. Produk pertama yang dihasilkan pisang aroma berbentuk potongan bulat-bulat kecil ukran 2 cm dengan rasa gurih dan manis. Tahun 2007 pisang aroma Mahkota mulai berinovasi dengan model tampilan lain, yaitu merubah bentuk potongan menjadi dua bagian dan potongan utuh, bentuknya memanjang seperti selai pisang namun rasanya tetap gurih dan manis, agak sedikit kenyal karena teksturnya yang sedikit basah. Buah pisang selain dagingnya yang bisa dimanfaatkan, kulitnya pun bisa dimanfaatkan. Pemilik berinovasi dengan


(9)

mengolahnya menjadi kripik kulit pisang yang dipadukan dengan rasa trasi. Dengan nama produk sikulpis yaitu kripik kulit pisang rasa trasi.

4.1.4. Kemasan

Selain dari bentuk model produk, pemilik juga berinovasi pada kemasan produknya agar terlihat menarik. Hampir beberapa tahun sekali model kemasan selalu berubah-ubah, agar tampilan lebih baik dan menarik. Adapun gram netto untuk ukuran kemasan 200 gr, 250 gr, 450 gr, 500 gr, 900gr, 4kg dan 5 kg. Produk-produk kemasan dapat disajikan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3. Produk-Produk Kemasan Pisang Aroma Mahkota.

No Deskriptor Inovasi Kemasan Keterangan

1.

Kemasan pisang aroma, untuk pisang aroma dengan potongan bulat kecil-kecil dan pisang aroma dengan ukuran potongan menjadi dua.

2.

Kemasan dengan ukuran potongan menjadi dua bagian. Biasanya gram nettonya 250 g dengan harga Rp.6000,- dan 450 g dengan harga Rp. 10.000,-


(10)

3.

Kemasan box dengan gram netto ukuran 250 g, harganya Rp. 12.000,- ,lebih mahal dari kemasan sebelumnya walaupun ukurannya sama. Kemasan ini mulai di produksi pada tahun 2007.

4.

Kemasan box dengan ukuran gram netto 350 g, harganaya Rp. 13.000,-


(11)

5.

Kemasan dos paket, di produksi pada tahun 2010. Ada dua macam model bentuk dus paket. Paket dalam kemasan ini terdiri dari paket I Rp. 50.000,- ; paket II Rp.70.000,-; paket III Rp. 96.000,-; paket IV Rp.90.000,-; Paket V Rp. 90.000,-

6.

7.

Kemasan panjang, untuk pisang aroma dengan ukuran memanjang. Ukuran gram netto 400 g dengan harga Rp. 10.000,-


(12)

Dari tabel diatas produksi kemasan pertama kali, berbentuk memanjang dengan plastik yang sudah diberi label dan diikat menggunakan pita berwarna merah atau kemasan irit, biasanya untuk kemasan ini berisi pisang aroma yang dipotong kecil-kecil sekitar dua cm dan potongan dua bagian.

Tahun 2007 perusahaan menawarkan model kemasan yang terbuat dari kardus disebut dengan kemasan box, harga lebih mahal dengan kemasan yang memakai pita 250 gr. Tahun 2010 berinovasi dengan model kardus ukuran lebih besar, dos paket yang memuat bermacam-macam snack dan pisang aroma kemasan irit dan kemasan box.

Tahun 2012 menggunakan plastik tebal, polos, dan label pisang aroma hanya ditaruh pada bagian penutup atau perekat plastik. Digunakan untuk pisang aroma dengan potongan utuh atau memanjang.

4.1.5. Prospek Perkembangan Pisang Aroma Mahkota

Menjaga kemitraan dilakukan dengan ASPO (asosiasi pengusaha pusat oleh-oleh), dengan tukar menukar produk makanan ringan atau saling menjualkan produknya.

Perkembangan pisang aroma Mahkota dipasarkan di daerah Temanggung hingga ke daerah lain seperti Purworejo, Yogyakarta, Magelang, Salatiga, Kudus, dan Bali. Prospek perkembangan meningkat setelah adanya inovasi pada model bentuk pisang aroma. Peningkatan produk lebih kepada pisang aroma dengan potongan memanjang. Potongan dalam bentuk ini paling sering dikirim ke Bali, sedangkan untuk pisang aroma dengan bentuk bulat kecil-kecil dengan kemasan


(13)

yang dari kardus dengan gram netto 250 gr. Permintaan paling banyak saat menjelang hari raya idul fitri.

4.1.6. Tipe Inovasi

Tipe pendekatan inovasi dapat berubah secara total maupun hanya berubah dengan menambahkan saja. Terdapat dua tipe pendekatan inovasi yaitu incremental innovaton dan radical innovaton. incremental innovaton dalam Davila , dkk (2006 : 46) adalah inovasi yang membawa sedikit peningkatan pada produk dan proses bisnis yang sudah ada. Sedangkan radical innovation dalam Davila, dkk (2006 : 46) inovasi dengan menghasilkan produk barag dan jasa baru yang disampaikan sepenuhnya dengan cara-cara baru.

Pisang aroma Mahkota menggunakan pendekatan incremental innovation. karena inovasi yang dilakukan pada pisang aroma tidak merubah secara keseluruhan dari keaslian produk. Inovasi hanya menambah produk dengan memanfaatkan kulit pisang untuk dijadikan kripik, mengubah bentuk produk pisang aroma dan menambahkan berbagai macam design kemasan.

4.2. Pembahasan 4.2.1. Produk

Inovasi dan kreativitas pada produk di suatu industri usaha kecil menengah merupakan alat untuk mengembangkan usaha. Pakar manajemen Peter Drucer dalam buku (Thomas, dkk. 2008:57) bahwa inovasi merupakan instrumen khusus wirausahawan, sarana yang mereka gunakan untuk mengeksploitasi perubahan menjadi peluang untuk bisnis atau jasa yang berbeda. Inovasi tersebut melibatkan produk baru, karateristik baru dan produk lama. Inovasi pada produknya


(14)

merupakan cara untuk pemabaharuan pada produk yang diproduksi suatu perusahaan.

Inovasi yang dilakukan pada pisang aroma Mahkota adalah dengan mengubah makanan ringan berbahan dasar pisang dan berbalut tepung terigu dengan tekstur basah kemudian dirubah menjadi makanan ringan yang serupa namun dengan tekstur yang lebih kering dan tahan lama sehingga dapat dikonsumsi selama berbulan-bulan. Inovasi pada buah pisang Raja Nangka dengan mengolahnya menjadi makanan ringan pisang aroma memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Satu siung pisang dapat bernilai tinggi karena tiap siung dipotong menjadi ±16 potong yang digunakan sebagai isi pisang aroma. Dalam satu pisang aroma dapat dipotong kira-kira 8-10 bagian.

Dengan kata lain pemilik telah mentransformasikan idenya dan dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk berwirausaha. Sesuai dengan pendapat Suryana dalam jurnal Ernani Hadiyati ( 2011:11) menyatakan inovasi sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memeperkaya kehidupan.

Terdapat 3 bentuk pisang aroma yaitu bentuk bulat kecil-kecil ukuran 2 cm, potongan menjadi dua dan potongan utuh. Inovasi pada bentuk pisang aroma dilakukan perusahaan di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dipengaruhi oleh permintaan pelanggan yang menginginkan bentuk lain dari pisang aroma. Khususnya pelanggan atau distributor yang biasa memasok pisang aroma Mahkota yang ada di Bali, hal ini berarti pisang aroma Mahkota telah melakukan inovasi guna memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan agar tetap setia pada


(15)

produk pisang aroma Mahkota. Sesuai dengan pendapat teori Kotler, (2002 : 13) yang mendefinisikan produk adalah tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan melakukan inovasi produk pengusaha pisang aroma telah mampu memenuhi kebutuhan para pelanggannya.

Faktor lain dari inovasi produk yaitu ide kreatif dari pemilik pisang aroma Mahkota yang memanfaatkan bahan dasar pisang rajangka untuk diolah lebih lanjut. Selain dagingnya yang digunakan untuk isi pisang aroma, kulitnya pun dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kripik. Sebelumnya di Desa Gesing sudah terdapat kripik kulit pisang namun terbuat dari kulit pisang yang masih mentah. Oleh karena itu pemilik berinovasi dengan memanfaatkan kulit pisang yang sudah matang, mengingat pisang yang digunakan untuk membuat pisang aroma adalah pisang yang sudah matang. Kripik kulit pisang tersebut dipadukan dengan rasa trasi, sehingga rasanya menjadi geti-getir renyah. Inovasi ini menambah nilai dari suatu produk. Barang yang mungkin tidak berguna dapat dimanfaatkan menjadi makanan ringan, yang memiliki nilai jual.

4.2.2. Kemasan

Kemasan pada pisang aroma Mahkota berbentuk memanjang dengan plastik yang sudah diberi label dan diikat menggunakan pita berwarna merah. Biasanya untuk kemasan ini berisi pisang aroma yang dipotong kecil-kecil sekitar dua cm dan potongan dua bagian.

Tahun 2007 mencoba menawarkan dengan model kemasan yang terbuat dari kardus, berbentuk persegi panjang. Walaupun harga yang ada pada kemasan box lebih mahal, namun netto gramnya sama dengan kemasan yang memakai pita


(16)

yaitu 250 gr. Inovasi pada kemasan ini dilakukan karena dipengaruhi beberapa faktor, yang pertama untuk membuat kemasan yang lebih praktis. Ide ini didapat dari pemilik karena melihat konsumen sekarang lebih menyukai hal-hal yang praktis. Dengan kemasan ini para konsumen tidak perlu repot-repot mencari tali untuk mengikat jika makanan masih sisa. Selain itu kemasan dari kardus juga ramah lingkungan. Kedua agar pembeli atau pelanggan tidak bosan untuk membeli produknya karena kemasan yang bervariatif sangat diperlukan. Hal ini sependapat dengan teori Robert (1981) dalam buku Lena, lina (2009 : 18) bahwa inovasi bukan hanya sekedar penemuan, tetapi lebih menekankan kepada ide-ide yang dibutuhkan untuk dipraktikkan.

Tahun 2010 kembali melakukan inovasi pada kemasan dengan model kardus ukuran lebih besar yaitu kemasan dos paket yang di dalamnya memuat bermacam-macam snack. Inovasi ini dilakukan karena permintaan dari Bank Jateng untuk oleh-oleh. Fungsi dari kemasan ini dapat digunakan sebagai parsel oleh-oleh makanan ringan pisang aroma Mahkota. Selain bentuknya yang simpel dan cukup menarik, dalamnya pun dapat diisi dengan berbagai macam makanan ringan yang diproduksi oleh pisang aroma Mahkota sesuai denggan paket-paket yang tersedia.

Tahun 2012 kemasan untuk potongan pisang aroma dengan model memanjang menggunakan plastik tebal, polos tidak ada label pada plastik. Label pisang aroma hanya ditaruh pada bagian penutup atau perekat plastik. Kemsanan dengan menggunakan bahan dari mica bening agar pisang aroma terlihat dengan jelas dan bersih. Sehingga dari tampilan luarnya sudah terlihat menarik.


(17)

Inovasi pada produk kemasannya perlu dimaksimalkan. Perusahaan harus terus melakukan inovasi-inovasi terbaru, namun tetap memperhatikan proses dalam melakukan inovasi. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko yang terlalu besar. Oleh karena itu riset pemasaran dilakukan oleh pemilik pisang aroma untuk mengetahui lebih jauh keinginan konsumen agar tetap setia dengan produk pisang aroma Mahkota.

4.2.3. Prospek Perkembangan Pisang Aroma Mahkota

Inovasi dilakukan para pengusaha untuk tetap dapat bersaing dan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Dalam menjaga kemitraan, perusahaan pisang aroma Mahkota menjalin kemitraan dengan ASPO (asosiasi pengusaha pusat oleh-oleh), dengan tukar menukar produk makanan ringan, dengan kata lain mereka saling menjualkan produknya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk saling memperkenalkan produk dari setiap industri rumahan yang ada di Temanggung, namun dalam hal ini tidak menukarkan produk dengan barang yang sejenis.

Perkembangan pisang aroma Mahkota sudah cukup luas, selain dipasarkan secara lokal di daerah Temanggung, pisang aroma Mahkota kini mampu memasarkan ke luar daerah seperti Purworejo, Yogyakarta, Magelang, Salatiga, Kudus, hingga Bali. Prospek perkembangan pisang aroma semakin meningkat, setelah adanya inovasi pada model bentuk pisng aroma peningkatan produk yang dihasilkan lebih kepada pisang aroma dengan potongan memanjang, potongan dalam bentuk ini paling sering dikirim ke Bali.


(18)

Pisang aroma dengan potongan utuh rasanya berbeda dengan pisang aroma dengan potongan bulat kecil-kecil, padahal tidak ada perbedaan penggunaan bahan dasarnya. Pisang aroma dengan bentuk memanjang rasanya lebih kenyal dan agak sedikit basah, juga lebih manis, sedangkan pisang aroma dengan potongan bulat kecil-kecil rasanya gurih, manisnya kurang karena modelnya yang kecil.

Pelanggan dalam hal ini para distributor menginginkan pisang aroma dengan bentuk bulat kcil-kecil yang diletakan pada kemasan kardus dengan gram netto 250 gr. Karena dengan kemasan ini, dinilai lebih praktis dalam penataan di etalase toko dan terlihat menarik pembeli, selain itu lebih mudah jika ingin dibawa saat berpergian. Permintaan dari berbagai daerah pun meningkat, permintaan paling banyak saat menjelang hari raya idul fitri, dimana pada saat hari besar digunakan untuk kue lebaran, sehingga kadang perusahaan perlu menambah karyawan dalam memproduksi pisang aroma karena permintaan terlalau banyak. 4.2.4. Tipe inovasi

Tipe pendekatan inovasi dapat berubah secara total maupun hanya berubah dengan menambahkan saja. Dalam inovasi produk pisang aroma Mahkota menggunakan pendekatan incremental innovation, peneliti dapat mengkatagorikan kedalam pendekatan incremental innovation karena inovasi yang dilakukan pada pisang aroma tidak merubah secara keseluruhan dari keaslian produk. Inovasi hanya menambah atau mengubah bentuk produk yang sudah ada dan menambah berbagai model kemasan. Dapat terlihat dari prosesnya membuat produk berubah secara incremental yaitu inovasi dengan cara perluasan lini produk atau


(19)

penambahan modifikasi dari produk yang telah ada untuk meningkatkan kinerja perusahaan, Lena,Lina (2009 : 56).

Inovasi yang hanya menambahkan saja tanpa harus mengubah total dinilai sangat cocok bagi pengusaha pisang aroma Mahkota yang masih dalam katagori usaha kecil menengah. dengan mnggunakan pendekatan tipe incremenntal innovation sangat ekonomis, mudah dan murah. Hal ini sesuai dengan pendapat Davila dkk. (2006:50) mengungkapkan bahwa Incrementa innovationl adalah cara untuk memerah sebanyak mungkin nilai dari produk barang atau jasa yang sudah ada tanpa membuat perubahan singnifikan atau investasi besar. Hanya dengan menambahkan produk dengan memanfaatkan kulit pisang untuk dijadikan kripik, merubah bentuk atau model tampilan pisang aroma dan menambahkan design baru untuk kemasannya. Hal ini sudah merupakan bentuk inovasi yang dapat dijual dan memberi nilai lebih pada barang tersebut.


(20)

(1)

produk pisang aroma Mahkota. Sesuai dengan pendapat teori Kotler, (2002 : 13) yang mendefinisikan produk adalah tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan melakukan inovasi produk pengusaha pisang aroma telah mampu memenuhi kebutuhan para pelanggannya.

Faktor lain dari inovasi produk yaitu ide kreatif dari pemilik pisang aroma Mahkota yang memanfaatkan bahan dasar pisang rajangka untuk diolah lebih lanjut. Selain dagingnya yang digunakan untuk isi pisang aroma, kulitnya pun dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kripik. Sebelumnya di Desa Gesing sudah terdapat kripik kulit pisang namun terbuat dari kulit pisang yang masih mentah. Oleh karena itu pemilik berinovasi dengan memanfaatkan kulit pisang yang sudah matang, mengingat pisang yang digunakan untuk membuat pisang aroma adalah pisang yang sudah matang. Kripik kulit pisang tersebut dipadukan dengan rasa trasi, sehingga rasanya menjadi geti-getir renyah. Inovasi ini menambah nilai dari suatu produk. Barang yang mungkin tidak berguna dapat dimanfaatkan menjadi makanan ringan, yang memiliki nilai jual.

4.2.2. Kemasan

Kemasan pada pisang aroma Mahkota berbentuk memanjang dengan plastik yang sudah diberi label dan diikat menggunakan pita berwarna merah. Biasanya untuk kemasan ini berisi pisang aroma yang dipotong kecil-kecil sekitar dua cm dan potongan dua bagian.

Tahun 2007 mencoba menawarkan dengan model kemasan yang terbuat dari kardus, berbentuk persegi panjang. Walaupun harga yang ada pada kemasan box lebih mahal, namun netto gramnya sama dengan kemasan yang memakai pita


(2)

yaitu 250 gr. Inovasi pada kemasan ini dilakukan karena dipengaruhi beberapa faktor, yang pertama untuk membuat kemasan yang lebih praktis. Ide ini didapat dari pemilik karena melihat konsumen sekarang lebih menyukai hal-hal yang praktis. Dengan kemasan ini para konsumen tidak perlu repot-repot mencari tali untuk mengikat jika makanan masih sisa. Selain itu kemasan dari kardus juga ramah lingkungan. Kedua agar pembeli atau pelanggan tidak bosan untuk membeli produknya karena kemasan yang bervariatif sangat diperlukan. Hal ini sependapat dengan teori Robert (1981) dalam buku Lena, lina (2009 : 18) bahwa inovasi bukan hanya sekedar penemuan, tetapi lebih menekankan kepada ide-ide yang dibutuhkan untuk dipraktikkan.

Tahun 2010 kembali melakukan inovasi pada kemasan dengan model kardus ukuran lebih besar yaitu kemasan dos paket yang di dalamnya memuat bermacam-macam snack. Inovasi ini dilakukan karena permintaan dari Bank Jateng untuk oleh-oleh. Fungsi dari kemasan ini dapat digunakan sebagai parsel oleh-oleh makanan ringan pisang aroma Mahkota. Selain bentuknya yang simpel dan cukup menarik, dalamnya pun dapat diisi dengan berbagai macam makanan ringan yang diproduksi oleh pisang aroma Mahkota sesuai denggan paket-paket yang tersedia.

Tahun 2012 kemasan untuk potongan pisang aroma dengan model memanjang menggunakan plastik tebal, polos tidak ada label pada plastik. Label pisang aroma hanya ditaruh pada bagian penutup atau perekat plastik. Kemsanan dengan menggunakan bahan dari mica bening agar pisang aroma terlihat dengan jelas dan bersih. Sehingga dari tampilan luarnya sudah terlihat menarik.


(3)

Inovasi pada produk kemasannya perlu dimaksimalkan. Perusahaan harus terus melakukan inovasi-inovasi terbaru, namun tetap memperhatikan proses dalam melakukan inovasi. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko yang terlalu besar. Oleh karena itu riset pemasaran dilakukan oleh pemilik pisang aroma untuk mengetahui lebih jauh keinginan konsumen agar tetap setia dengan produk pisang aroma Mahkota.

4.2.3. Prospek Perkembangan Pisang Aroma Mahkota

Inovasi dilakukan para pengusaha untuk tetap dapat bersaing dan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Dalam menjaga kemitraan, perusahaan pisang aroma Mahkota menjalin kemitraan dengan ASPO (asosiasi pengusaha pusat oleh-oleh), dengan tukar menukar produk makanan ringan, dengan kata lain mereka saling menjualkan produknya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk saling memperkenalkan produk dari setiap industri rumahan yang ada di Temanggung, namun dalam hal ini tidak menukarkan produk dengan barang yang sejenis.

Perkembangan pisang aroma Mahkota sudah cukup luas, selain dipasarkan secara lokal di daerah Temanggung, pisang aroma Mahkota kini mampu memasarkan ke luar daerah seperti Purworejo, Yogyakarta, Magelang, Salatiga, Kudus, hingga Bali. Prospek perkembangan pisang aroma semakin meningkat, setelah adanya inovasi pada model bentuk pisng aroma peningkatan produk yang dihasilkan lebih kepada pisang aroma dengan potongan memanjang, potongan dalam bentuk ini paling sering dikirim ke Bali.


(4)

Pisang aroma dengan potongan utuh rasanya berbeda dengan pisang aroma dengan potongan bulat kecil-kecil, padahal tidak ada perbedaan penggunaan bahan dasarnya. Pisang aroma dengan bentuk memanjang rasanya lebih kenyal dan agak sedikit basah, juga lebih manis, sedangkan pisang aroma dengan potongan bulat kecil-kecil rasanya gurih, manisnya kurang karena modelnya yang kecil.

Pelanggan dalam hal ini para distributor menginginkan pisang aroma dengan bentuk bulat kcil-kecil yang diletakan pada kemasan kardus dengan gram netto 250 gr. Karena dengan kemasan ini, dinilai lebih praktis dalam penataan di etalase toko dan terlihat menarik pembeli, selain itu lebih mudah jika ingin dibawa saat berpergian. Permintaan dari berbagai daerah pun meningkat, permintaan paling banyak saat menjelang hari raya idul fitri, dimana pada saat hari besar digunakan untuk kue lebaran, sehingga kadang perusahaan perlu menambah karyawan dalam memproduksi pisang aroma karena permintaan terlalau banyak. 4.2.4. Tipe inovasi

Tipe pendekatan inovasi dapat berubah secara total maupun hanya berubah dengan menambahkan saja. Dalam inovasi produk pisang aroma Mahkota menggunakan pendekatan incremental innovation, peneliti dapat mengkatagorikan kedalam pendekatan incremental innovation karena inovasi yang dilakukan pada pisang aroma tidak merubah secara keseluruhan dari keaslian produk. Inovasi hanya menambah atau mengubah bentuk produk yang sudah ada dan menambah berbagai model kemasan. Dapat terlihat dari prosesnya membuat produk berubah secara incremental yaitu inovasi dengan cara perluasan lini produk atau


(5)

penambahan modifikasi dari produk yang telah ada untuk meningkatkan kinerja perusahaan, Lena,Lina (2009 : 56).

Inovasi yang hanya menambahkan saja tanpa harus mengubah total dinilai sangat cocok bagi pengusaha pisang aroma Mahkota yang masih dalam katagori usaha kecil menengah. dengan mnggunakan pendekatan tipe incremenntal innovation sangat ekonomis, mudah dan murah. Hal ini sesuai dengan pendapat Davila dkk. (2006:50) mengungkapkan bahwa Incrementa innovationl adalah cara untuk memerah sebanyak mungkin nilai dari produk barang atau jasa yang sudah ada tanpa membuat perubahan singnifikan atau investasi besar. Hanya dengan menambahkan produk dengan memanfaatkan kulit pisang untuk dijadikan kripik, merubah bentuk atau model tampilan pisang aroma dan menambahkan design baru untuk kemasannya. Hal ini sudah merupakan bentuk inovasi yang dapat dijual dan memberi nilai lebih pada barang tersebut.


(6)

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Epidemiologi Penderita Hipertensi di Dusun Gesing Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung T1 462010002 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Epidemiologi Penderita Hipertensi di Dusun Gesing Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung T1 462010002 BAB II

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Epidemiologi Penderita Hipertensi di Dusun Gesing Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung T1 462010002 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Epidemiologi Penderita Hipertensi di Dusun Gesing Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung T1 462010002 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Epidemiologi Penderita Hipertensi di Dusun Gesing Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inovasi Produk Pisang Aroma Mahkota, di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung T1 162009064 BAB I

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inovasi Produk Pisang Aroma Mahkota, di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung T1 162009064 BAB II

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inovasi Produk Pisang Aroma Mahkota, di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung T1 162009064 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inovasi Produk Pisang Aroma Mahkota, di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inovasi Produk Pisang Aroma Mahkota, di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung

0 0 20