PENGARUH ASOSIASI MEREK TERHADAP RESPON KONSUMEN PADA PRODUK TELKOMFLASH DI SURABAYA.
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ANTONIO LEONALD DWI GOZALI
0712010042 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(2)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI
KONSUMEN PADA COFFEE CORNER DI SURABAYA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Dra. Ec. Nur Mahmudah, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(3)
ii
5.
Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6.
Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan
segalanya.
7.
Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, Desember 2011
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(4)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 7
1.3.
Tujuan Penelitian ... 7
1.4.
Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Pengertian Pemasaran... 10
2.2.2. Merek... 13
2.2.3. Ekuitas Merek... 17
2.2.4. Respon Konsumen Terhadap Merek ... 18
2.2.5. Tahap-tahap dalam Proses Pembelian Konsumen... 20
2.2.6. Minat Beli ... 24
2.2.7. Pengaruh Asosiasi merek terhadap respon konsumen ... 26
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(5)
ii
2.2.
Kerangka Pikir ... 28
2.3.
Hipotesis ... 29
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi
Operasional
dan Pengukuran Variabel ...
30
3.1.1. Pengukuran Variabel ...
32
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ...
33
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ...
34
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 39
4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 39
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 40
4.2.1. Analisis Deskriptif ... 40
4.2.2. Uji Outlier Multivariate... 41
4.2.3. Uji Reliabilitas ... 43
4.2.4. Uji Validitas ... 44
4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted... 45
4.2.6. Evaluasi Normalitas ... 46
4.2.7. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM... 47
4.2.8. Uji Kausalitas ... 49
4.3. Pembahasan... 60
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(6)
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1. Kesimpulan ... 52
5.2. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(7)
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin...50
Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur ...41
Tabel 4.3. Identitas Responden Menurut Pendidikan ...41
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate ...42
Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal...43
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas...44
Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated ...45
Tabel 4.7. Assessment of Normality ...46
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...48
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...49
Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas ...50
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(8)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ...48
Gambar 4.2: Model Pengukuran dan Struktural ...49
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(9)
viii
Antonio Leonald Dwi Gozali
ABSTRAK
Berbagai bentuk merek akses internet broadband telah menjadi factor utama daya tarik pemilihan internet. Pengguna internet accsess memiliki barbagai kemempuan. Asosiasi merek merupakan salah satu elemen penting dari pembentukan ekuitas merek, bahkan Keller menyatakan bahwa ekuitas merek terjadi ketika konsumen mengenali merek tersebut dengan baik dan mempunyai asosiasi merek yang kuat, layak, dan unik dalam benaknya. Pengaruh asosiasi merek pada respon konsumen merupakan subyek penting, ketika menganalisa nilai merek bagi perusahaan maupun konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asosiasi merek terhadap respon konsumen pada produk Telkomflash.
Populasi dalam penilitian ini adalah keseluruhan pelanggan Telkomflash di Surabaya. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik accidental sampling, yaitu teknik penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti sesuai dengan karakteristik maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sample dalam penelitian ini. Jumlah sample sebesar 100 pelanggan.model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM)
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal‐hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : factor Brand Assosiation berpengaruh positif terhadap factor Customer Response.
Keywords : assosiasi merek dan respon konsumen.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Merek produk berkembang menjadi sumber aset terbesar dan
merupakan faktor penting dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Hermawan
Kertajaya (2004: 11) mengungkapkan bahwa merek merupakan indikator
nilai (Value) suatu produk. Nilai bagi konsumen adalah perolehan Manfaat
Fungsional, dan Emosional. Manfaat fungsional adalah manfaat langsung
berkaitan dengan fungsi-fungsi yang diciptakan oleh suatu produk.
Sedangkan manfaat emosional adalah manfaat yang diperoleh berupa
stimulasi terhadapemosi dan perasaannya.
Persaingan di antara merek yang beroperasi di pasar semakin
meningkat, dan hanya produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat akan
tetap mampu bersaing, merebut dan menguasai pasar (Durianto, 2001: 3).
Untuk membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek
dan memahami perilaku merek. Merek yang prestisius memiliki ekuitas
merek yang kuat. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk maka semakin
kuat daya tariknya untuk mengiring konsumen mengkonsumsi produk
tersebut. Itu berarti akan menghantarkan perusahaan meraup keuntungan
dari waktu ke waktu. Karena merek aset amat penting dan bernilai. Maka hal
itu merupakan Visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(11)
mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan. Sehingga akan menjadi
lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang memiliki pabrik. Dan
satu-satunya cara untuk memiliki pasar adalah memiliki yang dominan
(Aeker,1997).
Masyarakat selalu membutuhkan informasi dalam berbagai
kepentingan. Informasi-informasi yang didapatkan berhubungan dengan
kepentingan yang berbeda pada setiap orang. Ragam dari informasi ini
berbeda sesuai dengan pekerjaan, status dan lainnya. Informasi sebagai
bentuk kebutuhan ini ternyata disikapi oleh pelaku bisnis dengan
menyediakan berbagai akses untuk mendapatkan informasi. Media-media
yang sudah umum digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi ini
adalah media elektronik (radio, telivisi,internet,dan lainnya) dan media cetak
(koran, majalah,dan lainnya).
Namun pada setiap media elektronik dan media cetak ada
keterbatasan dalam mencari informasi, hanya satu alat yang memberikan
kemudahan dalam mencari informasi tersebut yaitu internet. Karena
teknologi tersebut memiliki keunggulan sebagaimana keunggulan yang
dimilki media elektronik maupun cetak. Untuk itu ,internet merupakan salah
satu solusi untuk bisa mendapatkan informasi jauh lebih mudah dan ragam
informasi yang banyak.
Selain itu, media internet juga tidak hanya bisa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan informasi, namun juga bisa digunakan untuk
melakukan transfer data pada berbagai keperluan. Seseorang bisa membuat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(12)
e-mail sebagai salah satu media untuk bisa melakukan pengiriman data
kepada pihak lainnya. Selain itu, media Yahoo Messangger juga merupakan
salah satu media untuk bisa saling berinteraksi dengan lainnya.
Melihat begitu pentingnya informasi bagi masyarakat juga
mendorong berbagai telepon seluler untuk menempatkan layanan internet
service provider sebagai salah satu feature yang bisa menarik pembelian
konsumen. Dan yang kian marak pada zaman sekarang alat mencari
informasi yang sering digunakan pada masyarakat adalah internet
broadband accsess. Dalam perkembangannya teknologi internet broadband
sangat cepat sehingga menyebabkan sebagian para pengguna mengganti
berbagai merek akses internet broadband untuk mengikuti perkembangan
tersebut. hal ini juga memunculkan berbagai indikasi potensial dari
perpindahan merek yang dilakukan penggunanya.Indikasi tersebut muncul
karena saat ini berbagai perusahaan penyedia internet bersaing karena
penyedia accsess internet menyediakan fasilitas internet bukan hanya
digunakan sebagai alat mencari informasi , namun fungsi internet telah
bergeser dan menyentuh ke aspek – aspek sosial budaya berkaitan dengan
penggunanya,misalnya berbagai forum pertemanan seperti
Facebook,twitter,friendster,chating,dan lainnya.
Berbagai bentuk merek akses internet broadband telah menjadi
faktor utama daya tarik pemilihan internet. Pengguna internet accsess
memiliki ragam kebutuhan dan keinginan untuk memiliki suatu internet
yang memiliki berbagai kemampuan .Juga intensitasnya tergantung dari
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(13)
orientasi secara kegunaan atu sekedar tuntutan emosional. Artinya,
perkembangan teknologi internet accsess yang semakin pesat yang
ditunjukkan dengan maraknya tipe – tipe baru yang bermunculan di pasar
sehingga konsumen hampir tertuju pada manfaat secara emosional dan
melupakan manfaat secara fungsional.
Mengingat banyaknya pilihan merek dan tipe internet broadband
yang ditawarkan di pasaran, serta sering berubahnya selera kosumen maka
tidak jarang dalam kurun waktu singkat seseorang pengguna berganti merek
atau tipe internet broadbandnya dari suatu merek ke merek lainnya.
Tabel 1.2. Layanan Internet Service Broadband
No Operator Seluler Layanan Internet Broadband 1 Simpati Telkomsel Telkomsel Flash Broadband
2 PT Excellcommindo Dataplan Broadband
XL Broadband
3 Indosat IM3 broadband
M2 broadband
MATRIX broadband
StarOne broadband
Mentari broadband 4 PT Telkom Indonesia Flexy net Broadband
Speedy Cable fiber optik 5 PT. Bakri Telecom Wimode broadband
6 PT.Mobile-8 Telecom Fren broadband 7 PT. Sinar Mas Smart broadband Sumber : PCInstaller.com
Namun disaat gencar – gencarnya produk internet access Broadband
Konsumen pada saat ini merasa kecewa dengan layanan telkomsel flash.
Dimana quota diturunkan dari 2GB menjadi 500MB. Data tersebut didukung
dengan sejumlah komplain dan pengaduan pengguna Telkomsel Flash dalam
forum di internet misalnya di harian Kompas tanggal 13 Oktober 2009, “
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(14)
Winursieto, salah seorang karyawan swasta, kian gemas dengan koneksi
internet Telkomsel Flash yang digunakannya. “Sudah sebulan ini internetnya
lemot. Mau buka blog saja susahnya setengah mati,” keluhnya. Padahal,
sudah setahun lamanya Winur menggunakan Telkomsel Flash paket
unlimited 2 gigabyte (GB) seharga Rp 125.000sebulan.” Dari sejumlah
media, Winur baru mengetahui kalau Telkomsel memangkas bandwidth
layanan internet dari sebelumnya 2 GB menjadi 500 megabyte (MB). “Ini
sangat tidak adil, karena Telkomsel tidak memberi tahu sebelumnya kepada
kami. Sebagai konsumen, saya merasa sangat dirugikan,” ucapnya.
Berikut gambar performance flash yang makin kacau setelah
penurunan quota ini:
Sumber : Telkomsel, 2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(15)
Hal ini juga dilihat pada peringkat Telkomsel Flash yang mengalami
penurunan dari tahun 2009 - 2011
Tabel 1.1. Posisi Top Brand Index Broadband Tahun 2009 - 2011 Merek Brand Index
2009
Brand Index 2010
Brand Index 2011
IM2 42.4 22.0 26.4
Telkomflash 41.5 32.1 26.3
Smart 11.5 18.0 24.8
Indosat Broadband 7.0 19.0 9.6
XL Broadband 3.3 7.1 7.1
Sumber : SWA
Menurunnya peringkat Top Brand Index Telkomflash dari tahun
2009 hingga tahun 2011, hal ini mengindikasikan respon konsumen yang
menurun. Turunya assosiasi masyarakat mengenai Telkomflash
mengakibatkan turunya nilai Top Brand Index Telkomflash. Turunya
penjualan tesebut diindikasikan banyak ditemukan keluhan pada
Telkomflash, seperti: kecepatan transmisi, kalah cepat dibanding broadband
pesaing, sering tidak connect dan lain sebagainya sehingga dapat
mempengaruhi respon konsumen.
Asosiasi merek merupakan salah satu elemen penting dari
pembentukan ekuitas merek, bahkan Keller menyatakan bahwa ekuitas
merek terjadi ketika konsumen mengenali merek tersebut dengan baik dan
mempunyai asosiasi merek yang kuat, layak, dan unik dalam benaknya
(Keller, 1993:2).
Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2001:69) mendefinisikan asosiasi merek
merupakan segala kesan muncul di benak seseorang yang terkait dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(16)
ingatannya mengenai suatu merek. Definisi lain, menurut Aaker (1997:160)
suatu asosiasi merek adalah segala hal yang “berkaitan” dengan ingatan
mengenai sebuah merek.
Fungsi merek terdiri dari jaminan, identifikasi personal, identifikasi
sosial, dan status (Rio, et al, 2001:414). Fungsi jaminan dapat dipahami
sebagai janji atau garansi terhadap kualitas. Fungsi identifikasi personal
berhubungan dengan identitas diri konsumen dengan beberapa merek yang
dibangun atas dasar daya tarik suatu merek. Fungsi identifikasi sosial
didasarkan pada kemampuan merek sebagai sarana komunikasi dalam
mewujudkan keinginan konsumen untuk berintegrasi atau sebaliknya,
memisahkan diri dari kelompoknya di lingkungan sosialnya. Terakhir,
fungsi status diekspresikan melalui rasa bangga atau kagum serta prestise
(wibawa) konsumen selama menggunakan merek (Rio, et al, 2001:412).
Assael (1995:22) mengatakan bahwa respon konsumen merupakan
hasil dari proses keputusan konsumen. Keller (1998:45) berpendapat bahwa
respon konsumen terhadap merek direfleksikan melalui persepsi, preferensi,
dan semua perilaku atau tindakan yang berhubungan dengan aspek
pemasaran sebuah merek.
Respon konsumen terhadap suatu merek telah diteliti oleh sejumlah
peneliti, hasilnya menunjukkan adanya pengaruh positif antara asosiasi
merek dengan pilihan konsumen, preferensi dan niat membeli, kesediaan
untuk membayar harga premium, merekomendasikan merek pada pihak lain,
dan menerima perluasan merek (Park dan Srinivasan, 1994; Cobb-Walgren
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(17)
et al, 1995, Agarwal dan Rao, 1996; Hutton, 1997; Yoo et al, 2000, dalam
Rio et al, 2001;413).
Pengaruh asosiasi merek pada respon konsumen merupakan subyek
penting, ketika menganalisa nilai merek bagi perusahaan maupun konsumen.
Rio et al, (2001:414) mengemukakan bahwa konsumen cenderung lebih
meyakinkan dirinya dengan cara merekomendasikan merek pada orang lain,
bahwa merek yang mereka asosiasikan mempunyai jaminan kualitas yang
tinggi. Persepsi tertinggi atas jaminan sebuah merek akan lebih
menguntungkan dalam mengevaluasi merek, sehingga mendorong
konsumen untuk bersedia membayar merek dengan harga premium,
merekomendasikan merek pada orang lain, dan menerima perluasan merek.
Dengan fenomena tersebut menyadarkan perusahaan kendaraan
bermotor Yamaha perlu menciptakan strategi yang lebih baik, sehingga
memberikan manfaat yang besar bagi konsumennya melalui merek yang
telah ditanamkan dan tidak beralih ke merek lain dan konsumen bersedia
menerima perluasan merek. Dengan demikian perusahaan perlu membangun
asosiasi merek berdasarkan fungsi merek yang baik bagi konsumen,
sehingga konsumen diharapkan mampu meningkatkan respon konsumen
yang lebih baik terhadap produk sepeda motor Yamaha khususnya untuk
tipe Yamaha Scorpio dalam bentuk merekomendasikan pada orang lain,
membayar dengan harga premium, dan menerima perluasan merek.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(18)
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti ingin mengetahui
Pengaruh Asosiasi merek Terhadap Respon konsumen Pada Produk Telkomflash.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran pada latar belakang tersebut diatas, maka
penulis merumuskan permasalahan, yaitu :
“Apakah asosiasi merek berpengaruh terhadap respon konsumen pada produk
Telkomflash?”
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
“Untuk mengetahui asosiasi merek terhadap respon konsumen pada produk
Telkomflash”.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Dengan adanya penelitian ini dapat membarikan masukan bagi
perusahaan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
2. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada
penulis untuk membahas mengenai ilmu-ilmu yang diterima selama
masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain apabila akan mengadakan
penelitian lebih lanjut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Untuk penelitian dengan masalah Ekuitas Merek memang sudah ada
yang melakukan pada penelitian sebelumnya. Seperti penelitian ini dengan topic
mengenai :
1. Stephani (2010) dengan judul Pengaruh Brand Association Terhadap
Consumer Response Pada Produk Louis Vuitton di Surabaya. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh brand associations
terhadap consumer response produk Lous Vuitton di Surabaya Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi
sederhana yaitu uji t. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan yang telah
diuraikan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan menyeluruh dari hasil
penelitian, bahwa terbukti adanya pengaruh brand associations terhadap
consumer response produk Lous Vuitton di Surabaya.
2. Haryanto, 2010, dengan judul Pengaruh Celebrity Endorser, Brand
Association, Brand Personality Dan Product Characteristics Dalam
Menciptakan Intensi Pembelian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh endorser
selebriti, asosiasi merek, kepribadian merek dan karakteristik produk yang
(20)
penelitian menunjukkan bahwa asosiasi merek dan karakteristik produk
berpengaruh signifikan terhadap niat untuk membeli Kuku Bima Ener-G
Rosa, sedangkan endorser selebriti dan kepribadian merek tidak berpengaruh
signifikan terhadap niat untuk membeli Kuku Bima Ener-G Rosa. Dengan
demikian, PT. Sido Muncul harus menggunakan iklan populer yang memiliki
kekuatan dan daya tarik fisik atau kepribadian sehingga dapat mempengaruhi
konsumen, dan perhatian lebih kepada pembentukan kepribadian merek yang
jelas dan produk yang kuat, karena akan mempengaruhi dalam membeli
produk yang menurut konsumen
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Konsep Pemasaran
Pemasaran berperan dalam memusatkan semua kegiatan organisasi yang
diarah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Kotler (2000 : 19) menyebutkan konsep pemasaran (marketing
concept) merupakan kunci untuk organisasi, yaitu perusahaan menjadi lebih
efektif dari pada pesaqing dalam menciptakan, menyampaikan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value) pada pasar sasaran yang
telah ditentukan oleh perusahaan.
Secara sederhana, konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu organisasi
harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat
(21)
memahami dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta
pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan diguankan oleh konsumen (Peter dan
Olson, 2002 : 3).
2.2.2. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk protes keputusan yang mendahuluhi (Engel, Balckwell, Miniard,
1994:3).
Loundon dan Bitta lebih menekankan kosumen sebagai suatu proses
sebagai pengambil keputusan. Mereka megatakan bahwa perilaku konsumen
adalah proses pengambil keputusan yang mensyaratkan aktivas individu untuk
mengevaluasi, memperoleh, mengguanakan, atau mengatur barang dan jasa
(Simamora, 2002 : 2) Menurut Kotler dan Amstrong (1997) mengantikan perilaku
konsumen sebagi perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun
ruamh tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal.
2.2.2.1. Model Perilaku konsumen
Model Pperilaku konsumen menurut Assael (1995 : 14) terdapat tiga factor
yang berpengaruh pada proses pengambilan keputusan seorang konsumen yaitu :
1. Faktor Individu (individual consumer)
Pemilihan suatu produk / merek dipengaruhi oleh motivasi untuk
(22)
proses belajar berdasrkan pengalaman, sikap terhadap produk, iklan,
wiraniaga, perusahaan, dan gaya hidup konsumen sehari-harinya.
2. Pengaruh Lingkungan (environment influences)
Lingkungan yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
konsumen adalah keluarga, kelas sosial, kelompok referensi dan budaya.
3. Strategi Pemasaran (market strategies)
Proses pembelian seorang konsumen dipengaruhi juga oleh alas an
membeli. Saat pembelian, dan situasi saat membeli. Ketiga factor berpengaruh
diatas dipengaruhi juga oleh stratetegi pemasaran yang dilakukan perusahaan.
Adapun strategi pemsaran itu sendiri meliputi strategi produk, harga, promosi, dan
distribusi.
Ketiga factor di atas merupakan suatu proses pemecahan masalah, dengan
konsumen sebagi pemecahan masalahnya. Setelah proses pembelian terjadi akan
terjadi umpan balik bagi konsumen maupun bagi pemasar. Bagi konsumen umpan
balik ini berupa evaluasi dan kemungkinan melakukan pembelian ulang. Sedang
(23)
Gambar 2.1. Model Sederhana Dari Perilaku Konsumen
Feedback to consumer Postpurchase Evaluation
Feedback to marketer
Development of marketing strategis
Sumber : Assael, (1995 : 14)
2.2.2.2. Presepsi Konsumen
Menurut Assael (1995 : 44) persepsi didefinisikan sebagi suatu cara yang
dilakukan konsumen dalam memilih, mengorganisasi, dan menterjemahkan
rangsangan untuk membuat pemahaman terhadap rangsangan yang diterima.
Stimuli pemasaran meliputi semua komunikasi dan stimuli fisik yang dirancang
untuk memikat konsumen. Produk dan komponen-komponennya (kemasan, isi,
dan cirri fisik lainnya) merupakan stimuli primer. Komunikasi merupakan stimuli
primer. Komunikasi merupakan stimuli sekunder yang disajikan dalam bentuk
kata-kata, gambar, dn symbol atau dalam bentuk stimuli lainnya yang berkaitan
dengan Produk (harga, toko, tenaga penjual) (Assael,1995 :186). The indv consumber
Environmental influences
Consumber Decision Making
Application of
Consumber Behavior to Marketing Strategis
Consumer Response
(24)
Menurut Kotler dan Amstrong (1997), persepsi adalah proses, yang
dengan proses itu konsumen memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan
stimuli untuk membentuk gambaran dunia yang penuh arti. Stimuli adalah sikap
input yang dapat ditangkap oleh indera, seperti produk, kemasan, merek, iklan,
haraga dan lain-lain. Stimuli tersebut diterima oleh pancaindera, seperti mata,
telinga, mulut, hidung dan kulit.
2.2.3. Strategi Pemasaran
Menurut Cravens (1996 : 78) mendefinisikan strategi pemasaran sebagi
analisis strategi pengembangan dan pelaksanaan kegiatan dalam strategi penetuan
pasar sasaran bagi produk pada tiap unit bisnis, penetapan tujuan pemasaran, dan
pengembangan, pelaksanaan, serta pengelolaan strategi progam pemasaran,
penentuan posisi pasar yang dirancang untuk dirancang untuk memenuhi
keinginan konsumen pasar sasaran.
2.2.3.1 Strategi Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke sesuatu pasar
untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Cravens, 1994 : 416). Produk-produk
yang dipasrkan meliputi barang fisik (misalnya buku, mobil), jasa (misalnya salon
dokter), orang (seperti artis, selebriti), tempat (misalnya tempat wisata), organisasi
(misalnya Yayasan Jantung Indonesia), dan gagasan (misalnya cara memasak
(25)
Menurut Kotler (2000 : 449) menyatakan bahwa ada lima tingkat produk
dalam merencanakan penawaran pasar. Tiap tingkat menambahkan lebih banyak
nilai pelanggan dan kelimanya membentuk suatu hierarki nilai pelanggan.
Tingkatan produk tersebut yaitu:
1. Manfaat inti (core benefit)
Yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan.
Misalnya seorang tamu hotel membeli “istirahat dan tidur , atau pembeli alat
bor membeli “lubang”. Pemsar harus memandang dirinya sendiri sebagai
pemberi manfaat.
2. Produk dasar (basic product)
Pada tahap ini pemasar harus mengubah manfaat inti itu menjadi produk
dasar. Jadi sebuah kamar hotel mencakup tempat tidur, kamar mandi, handuk,
meja tulis, meja rias, dan lemari pakaian.
3. Produk yang diharapkan (expected product)
Yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli
ketika.
4. Produk yang ditingkatkan (augmented product)
Yaitu pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan yang dapat memenuhi
keinginan pelanggan melampaui harapan mereka. Misalnya, sebuah hotel
dapat meningkatkan produknya dengan menyertakan satu set televisi dalam
(26)
5. Produk potensial (potencial product)
Yaitu mencakup semua peningkatan dan transfrormasi yang akhirnya akan
dialami produk tersebut di masa depan. Di sinilah perusahaan secara agresif
mencari berbagai cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan
tawaranya.
2.2.4. Merek
Menurut American Marketing Associattion (Kotler, 2000 : 460)
mendefinisikan merek sebagi berikut :
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal
tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari
seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing.
Merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan pengalaman
dalam pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh perusahaan tentang produk
tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu
merek muncul dari presepsi dan asaosiasi positif yang dipegang oleh seseorang
dan tidak hanya terdiri dari idwe tentang fungsi perasaan dan asosiasi. Merek
dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460)
1. Atribut (attributes)
Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen Merek
(27)
mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama,
bergengsi tinggi.
2. Manfaat (benefits)
Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional.
Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut
“mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.
3. Nilai (Value)
Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen.
Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
4. Budaya (culture)
Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya
Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian (personality)
Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang
memerintah (binatang), atauistana yang agung (obyek).
6. Pemakai (user)
Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk
tersebut.
Suatu merek mempunyai lima komponen (Assael, 1993 : 393-400)
1. Nama merek (brand name)
Nama merek merupakan indicator inti yang mendasar dari merek, basis
untuk kesadaran maupun usaha-usaha komunikasi. Bahkan sering kali
(28)
menggambarkan merek tersebut. Dengan kata lain, nama merek bisa
membentuk esesnsi dari konsep suatu merek (Aaker, 1997: 277).
2. Simbol (symbol)
Simbol adalah bagian yang penting dari suatu merek yang mempunyai
bentuk yang unik. Suatu simbol dapat mengkomunikasikan
asosiasi-asosiasi atau bahkan atribut-atribut yang spesisfik (Aaker, 1997). Sebuah
symbol bisa dengan sendirinya menciptakan kesadaran, asosiasi, dan rasa
suka atau perasaan mempengaruhi loyalitas atau kesan kualitas (Aaker,
1997: 294).
3. Pengemasan (the package)
Pengemasan mencakup kegiatan-kegiatan dalam mendesain dan
memproduksi kontainer atau pembungkus untuk suatu produk. Fungsi
utama kemasan adalah untuk membungkus dan melindungi produk. Selain
itu, kemasan juga berfungsi untuk menarik perhatian, menjelaskan produk,
hingga membuat penjualan (Aaker. 1997: 287)
4. The warranty
Pernyataan tertulis yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk
mengganti atau memperbaiki produk yang rusak / cacat.
5. Citra merek (brand image)
Keseluruhan kesan yang terbuentuk dalam benak konsumen oleh
karakteristik fisik merek, nama, symbol, keriaasan, dan reputasi untuk
(29)
Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk, dan
pamberian merek dapat menambah nilai produk tersebut (Kotler dan Amstrong,
1997: 267). Pemberian merek dapat bernilai bagi perusahaan dan pelanggan.
Keuntungan pemberian merek bagi perusahaan (Assael, 1993: 400) :
1. Bila nama merek diasosiasikan dengan produk yang sukses, hal ini akan
menarik loyalitas pelanggan
2. Merek yang telah membangun dasar loyalitas konsumen telah mempunyai
kekuatan.
3. Merek dengan loyalitas konsumen juga memlihara pendukung distribusi lebuih
mudah.
4. Merek yang kuat dapat diturunkan dengan menerapkannya pada spin-offs
dalam lini produk.
Keuntungan pemberian merek (branding) bagi konsumen
1. Nama merek mengidentifikasi manfaat produk sehingga konsumen
mengetahui apa yang akan mereka peroleh.
Konsumen tidak perlu kawatir tentang variasi dalam isi dan kualitas dari satu
pembeli ke pembelian berikutnya.
2. Branding memfasilitasi belanja.
Penghargaan nama merek mengijinkan konsumen untuk membeli dengan
(30)
3. Nama merek juga memberikan informasi kepada konsumen
Konsumen ingat rasa, isi, harga, dan kinerja suatu merek. Konsumen ingat
merek mana yang memuaskan mereka dan mana yang tidak. Karena hal inilah
branding membentuk kesempatan bagi konsumen untuk menjadi loyal pada
merek.
2.2.5. Respon Konsumen
Respon memainkan peranan utama dalam mem-bentuk perilaku, dimana
respon terhadap merek sering mempengaruhi apakah konsumen akan mem-beli
atau tidak. Respon positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan
konsumen melakukan pembeli-an terhadap merek itu, dan sebaliknya respon
negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut
Swastha dan Handoko (1997: 91): “Respon adalah predisposisi (keadaan mudah
terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang
dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut”. Sedang-kan
menurut Engel, Blackwell, Minniard (1994:336) mendefinisikan respon sebagai
”Suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang bertindak dengan cara
menguntungkan atau tidak menguntung-kan secara konsisten berkenaan dengan
obyek yang diberikan”.
Respon berguna bagi pemasaran dalam banyak cara. Sikap ini kerap
digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sikap dapat pula
(31)
pasar. Sikap juga berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan memilih target
pasar. Menurut Assael (1995 : 267) sikap memiliki tiga komponen yaitu:
1. Komponen kognitif /Berpikir : kepercayaan merek (brand belief)
Komponen ini menunjukkan pengetahuan dan keyakinan seseorang
terhadap suatu atribut manfaat (benefit) dan suatu obyek (persepsi). Umumnya
persepsi akan membentuk kepercayaan.
2. Komponen Afektif / Perasaan : evaluasi merek (brand evaluation)
Komponen ini akan menunjukan perasaaan dan keseluruhan evaluasi
seseorang terhadap suatu merek atau obyek tertentu.
3. komponen Konatif / Tindakan : maksud untuk membeli (intention to buy)
Komponen ini menunjukan kecenderungan seseorang atau konsumen
untuk bertindak suatu obyek.
Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah karena evaluasi
merek merupakn ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau
tidak menyenangi merek tertentu. Kepercayaan merek datang sebelum dan
mempengaruhi evaluasi merek, dan evaluasi merek terutama menentukan perilaku
kehendak. Dalam faktanya, evaluasi merek sesuai dengan definisi dari sikap
terhadap merek yaitu untuk mengevaluasi merek baik disenagi atau tidak disenagi
(32)
2.2.6 Asosiasi Merek (Brand Association)
Menurut Aaker (2001 : 167) asosiasi merek adalah segala sesuatu yang
berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan ingatan konsumen
terhadap suatu merek. Ditambahkan oleh Susanto (2004 : 133) hal-hal lain yang
penting dalam asosiasi merek adalah asosiasi yang menunjukan fakta bahwa
produk dapat digunakan untuk mengekspresikan gaya hidup, kelas sosial, dan
peran professional; atau, yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi yang
memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang menggunakan produk
tersebut, toko yang menjual produk atau wiraniaganya.
Asosiasi merek merupakan segala sesuatu yang berkaitan langsung maupun
tidak langsung dengan ingatan konsumen terhadap suatu merek, yakni pencitraan
suatu merek yang tercermin dari kesan tertentu sehubungan dengan kebiasaan,
gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan
lain-lain. Dimensi asosiasi merek yaitu:
a. Brand Strength (kekuatan merek), definisi operasionalnya adalah asosiasi yang
berhubungan dengan kekuatan yang diteliti.
b. Brand Favorability (kesukaan merek), definisi operasionalnya adalah asosiasi
yang berhubungan dengan kesukaan terhadap yang diteliti yang terbentuk di
benak responden.
c. Brand Uniqueness (keunikan merek), definisi operasionalnya adalah asosiasi
yang berhubungan dengan keunikan merek yang tercipta dari asosiasi strength
dan favorability, yang ada di benak responden yang membuat sebuah menjadi
(33)
Nilai yang mendasari merek seringkali didasarkan pada asosiasi-asosiasi
spesifik yang berkaitan dengannya. Menurut David A.Aaker(1997), asosiasi
merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek
(Humdiana, 2005: 47). Asosiasi itu tidak hanya eksis namun juga mempunyai
suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih kuat jika dilandasi pada
pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Juga akan lebih kuat apabila kaitan
itu didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Sebuah merek adalah
seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam bentuk yang bermakna.
Asosiasi dan pencitraan, keduanya mewakili berbagai persepsi yang dapat
mencerminkan realita obyektif. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai
posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai
asosiasi yang kuat. Suatu brand positioning mencerminkan bagaimana orang
memandang suatu merek. Positioning dan positioning strategy dapat juga
digunakan untuk merefleksikan bagaimana sebuah perusahaan sedang berusaha
dipersepsikan.
Nilai mendasar sebuah merek seringkali merupakan sekumpulan asosiasinya,
dengan kata lain merupakan makna merek tersebut bagi khalayak.
Asosiasi-asosiasi menjadi pijakan dalam keputusan-keputusan pembelian dan loyalitas
merek. Menurut Simamora (2001: 82), asosiasi merek yang menciptakan nilai
bagi perusahaan dan para pelanggannya juga dapat digunakan untuk :
1. Membantu memproses / menyusun informasi
Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan
(34)
asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa
mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama saat
mengambil keputusan. Asosiasi juga bisa mempengaruhi interpretasi mengenai
fakta-fakta.
2. Membedakan / memposisikan merek
Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk
membedakan dan memisahkan suatu merek dengan merek yang lain.
Asosiasi-asosiasi pembeda bisa menjadi keuntungan kompetitif yang penting. Jika
sebuah merek sudah dalam kondisi yang mapan (dalam kaitannya dengan para
kompetitor) untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertetu atau untuk
suatu aplikasi tertentu, para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang.
3. Membangkitakan alasan untuk membeli
Banyak asosiasi merek, membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat
pelanggan (customer benefits) yang bisa menyodorkan suatu alasan spesifik
untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini
merupakan landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa
asosiasi juga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan
kredibilitas dan rasa percaya diri atas merek tersebut.
4. Menciptakan sikap / perasaan positif
Beberapa asosiasi mampu merangasang suatu perasaan positif yang akhirnya
merembet ke merek yang bersangkutan. Beberapa asosiasi mampu
menciptakan perasaan positif selama pengalaman menggunakan dan mengubah
(35)
5. Memberikan landasan bagi perluasan
Suatu asosiasi bisa menghasilkan suatu landasan bagi suatu perusahaan dengan
menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk
baru atau dengan menghadirkan alas an untuk membeli produk perluasan
tersebut.
3. Tipe-tipe Brand Asociation (Asosiasi merek)
Asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan
berbagai hal, dengan kata lain terdapat beberapa macam tipe asosiasi yang
dapat dihubungkan dengan suatu merek.
2.2.7 Pengaruh Asosiasi Merek terhadap Respon Konsumen
Fungsi merek terdiri dari jaminan, identifikasi personal, identifikasi
sosial, dan status (Rio, et al, 2001:414). Fungsi jaminan dapat dipahami
sebagai janji atau garansi terhadap kualitas. Fungsi identifikasi personal
berhubungan dengan identitas diri konsumen dengan beberapa merek yang
dibangun atas dasar daya tarik suatu merek. Fungsi identifikasi sosial
didasarkan pada kemampuan merek sebagai sarana komunikasi dalam
mewujudkan keinginan konsumen untuk berintegrasi atau sebaliknya,
memisahkan diri dari kelompoknya di lingkungan sosialnya. Terakhir,
fungsi status diekspresikan melalui rasa bangga atau kagum serta prestise
(wibawa) konsumen selama menggunakan merek (Rio, et al, 2001:412).
Assael (1995:22) mengatakan bahwa respon konsumen merupakan
hasil dari proses keputusan konsumen. Keller (1998:45) berpendapat bahwa
(36)
dan semua perilaku atau tindakan yang berhubungan dengan aspek
pemasaran sebuah merek.
Respon konsumen terhadap suatu merek telah diteliti oleh sejumlah
peneliti, hasilnya menunjukkan adanya pengaruh positif antara asosiasi
merek dengan pilihan konsumen, preferensi dan niat membeli, kesediaan
untuk membayar harga premium, merekomendasikan merek pada pihak lain,
dan menerima perluasan merek (Park dan Srinivasan, 1994; Cobb-Walgren
et al, 1995, Agarwal dan Rao, 1996; Hutton, 1997; Yoo et al, 2000, dalam
Rio et al, 2001;413). (Stephani, 2008 : 274)
Pengaruh asosiasi merek pada respon konsumen merupakan subyek
penting, ketika menganalisa nilai merek bagi perusahaan maupun konsumen.
Rio et al, (2001:414) mengemukakan bahwa konsumen cenderung lebih
meyakinkan dirinya dengan cara merekomendasikan merek pada orang lain,
bahwa merek yang mereka asosiasikan mempunyai jaminan kualitas yang
tinggi. Persepsi tertinggi atas jaminan sebuah merek akan lebih
menguntungkan dalam mengevaluasi merek, sehingga mendorong
konsumen untuk bersedia membayar merek dengan harga premium,
merekomendasikan merek pada orang lain, dan menerima perluasan merek.
(37)
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Diduga terdapat pengaruh antara asosiasi merek terhadap respon
konsumen pada produk Telkomflash Asosiasi Merek
(X)
Respon Konsumen
(38)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mempermudah pengertian dan menghindari kesalahan
persepsi maka penulis perlu menguraikan dimensi operasional dalam
penelitian ini, yaitu :
Asosiasi Merek (Brand Association) (X)
Asosiasi merek merupakan segala sesuatu yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung dengan ingatan konsumen terhadap Telkomflash,
yakni pencitraan suatu merek yang tercermin dari kesan tertentu
sehubungan dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk,
geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. Dimensi asosiasi merek
yaitu (Qomariah, 2008:54 A. Belen del rio, 2001):
a) Harga produk adalah kesesuaian harga dengan manfaat yang
diperoleh oleh konsumen Telkomflash.
b) Kualitas produk adalah kualitas produk sesuai dengan yang
dijanjikan oleh Telkomflash.
c) Lokasi penjualan adalah lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang
(39)
Respon Konsumen (Y)
Usaha konsumen yang tercermin dari sikap dan perilakunya untuk
memuaskan dorongan yang ada. Indikator respon konsumen adalah
(Stephani, 2008 : 271) :
1. Kesediaan konsumen membayar dengan harga premium
2. Kesediaan konsumen menerima produk hasil perluasan merek
3. Kesediaan merekomendasikan kepada orang lain
3.1.1. Pengukuran Variabel
Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval, sedangkan
teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial. Skala ini disusun
dalam satu garis kontinue dengan jawaban sangat positifnya terletak
disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak disebelah kiri.
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor
yang berada dalam rating nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing
(40)
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan
Telkomflash di Surabaya.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus
representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode
pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling
dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu pengambilan dengan cara
memberikan kuesioner kepada setiap pelanggan
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan
pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah
5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila
terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari pelanggan Telkomflash di
Surabaya, dengan jumlah 6 x 10 = 60 pelanggan. Dan digenapkan menjadi
(41)
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua macam:
a. Data Primer
Data primer adalah yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden,
baik secara langsung maupun menggunakan kuisioner berupa daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan dan diberikan pada responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data berupa dukumen yang terdapat pada instansi yaitu
dari Sabun Mandi Nuvo dan bagian bagian lain yang terkait untuk
mendukung palaksanaan penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
a. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari tanggapan responden. Dan data
sekunder adalah data tentang Sabun Mandi Nuvo yang meliputi data
sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur perusahaan serta uraian
tugas dan lain sebagainya.
b. Sumber data dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu memberikan
angket daftar pertanyaan kepada responden.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan antara
variabel dalam penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang
(42)
Kualitas data yang diperoleh sangat ditentukan oleh kesungguhan responden
dalam menjawab semua pertanyaan penelitian, alat pengukuran (berupa
kuisioner) yang dipergunakan mengumpulkan data tersebut, apakah
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Berdasarkan skala pengukuran yang dipakai dan kuisioner yang
digunakan dalam penelitian ini, maka untuk mengetahui sejauh mana suatu
uji dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur dengan AMOS 4.0,
teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis konfirmatori.
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modelling (SEM). Penaksiran pengaruh
masing-masing variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
1. Asumsi Model (Structural Equation Modelling)
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1 Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau
dapat diuji dengan metode-metode statistik.
2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi
koefisien sampel dengan standart errornya dan skewnwss value yang
biasanya disajikan dalam statistik deskriptif, dimana nilai statistik
untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z_value. Pada tingkat
signifikan 1% jika Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga
(43)
3. Normal Probabilitas Plot (SPSS 10.1).
4. Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga
ada tidaknya linieritas.
b. Evaluasi Atas Outlier
1. Mengamati nilai Z score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier.
2. Multivariate outlier diuji dengan criteria jarak mahalonobis pada
tingkat P < 0,001. Jarak diuji dengan chi_square [X2] pada df
sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila mahalonobis >
dari nilai X2 adalah multivariate outlier adalah observasi atau data
yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh
dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi
(Hair, 1998).
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinan Matriks Covarians. Dengan
ketentuan apabila determinant sample matriks mendekati angka 0
(kecil), maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick &
Fidell, 1998).
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh
sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran
(44)
mengenai konsistensi internal dari indicator-indikator sebuah konstruk
yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu
mengindikasikan senuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap
latent variabel/konstruk akan diuji dengan melihat loading faktor dari
hubungan antara setiap observed variabel dan latent variabel. Sedangkan
reliabilitas diuji dengan construc reliability dan variance extracted
dihitung dengan rumus berikut :
Construct Reliability
j ding dardizeloa s ding dardizeloa s 2 2 tan tanVariance Extracted =
s
dardizeloading
jding dardizeloa s 2 2 tan tan
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 –
[standardize loading]2 secara umum, nilai construct reliability yang
dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5 (Hair et.al., 1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01,
dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression
weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi
(45)
Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t
hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3. Pengujian Model dengan One – Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan
terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model
dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (One Step
Approach to SEM). One Step Approach to SEM digunakan apabila
model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan
reliabilitas data sangat baik (Hair, 1998)
4. Evaluasi Model
Hair et.al.,1998, menjelaskan bahwa pada “confirmatory”
menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data
empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data,
maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model
teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit”
dengan data. Amos dapat menguji apakah model-model “good fit” atau
“poor fit”. Jadi ,”good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modeling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai criteria
(46)
AGFI, Cmin / DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka
model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.
Tabel 3.1 : Goodness of Fit Indices Goodness of
Fit Index
Keterangan Cut-Off Value
X2 chi
square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample [apakah model sesuai dengan data]
Diharapkan kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi
square pada sampel besar
≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang
varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda]
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90 C min / DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Perbandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model
≥ 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak
sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model
≥ 0,94 Sumber : Hair et.al.,[1998]
(47)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1.
Analisis Statistik Deskriptif
Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap
unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.
a.
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 102 responden 90 responden (81,8%)
adalah laki-laki, 12 responden (18,2%) perempuan.
Tabel 4.1
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-Laki 90 81,8
Perempuan 12
18,2
Total 102 100
Sumber : Lampiran.
(48)
b.
Deskripsi responden berdasarkan Umur
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 19-20 tahun
sejumlah 40 orang (40%) selanjutnya, yang berumur sekitar 21–22 tahun
sejumlah 60 orang (60%).
Tabel 4.2
Identitas Responden Menurut Umur
No Umur Jumlah
(orang)
Persentase (%)
1. 19 – 20 tahun
40
40
2. 21 – 22 tahun
60
60
Total
100
100
c.
Deskripsi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar tingkat pendidikan
No tingkat pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 SD 10 9,6
2 SLTP 40 38
3 SMA 31 32,4
4 S-1 21 20
Total 102 100
Sumber : Data kuisioner Diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini adalah berpendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 10
orang atau sebesar 9,6%, SLTP sebanyak 40 orang atau sebesar 38%,
SMA sebanyak 34 orang atau sebesar 32,4%, sisanya S-1 sebanyak 21
(49)
4.2.2. Uji Outlier Multivariate
Outlier
adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap
outlier
multivariate
(antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang
dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak
antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan
menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah
ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji
terhadap
outliers multivariate
dilakukan dengan menggunakan jarak
Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan
menggunakan
χ
² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel
yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel
berikut :
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N
Predicted Value 25.874 82.975 51.500 12.001 102
Std. Predicted Value -2.135 2.623 0.000 1.000 102
Standard Error of Predicted
Value 6.413 19.333 10.591 3.583 102
Adjusted Predicted Value 22.169 108.510 51.726 13.589 102
Residual -66.264 63.860 0.000 27.046 102
Std. Residual -2.274 2.191 0.000 0.928 102
Stud. Residual -2.701 2.301 -0.003 1.000 102
Deleted Residual -93.510 70.395 -0.226 31.569 102
Stud. Deleted Residual -2.806 2.361 -0.004 1.009 102
Mahalanobis Distance [MD] 3.901 4 3 .4 6 7 13.863 10.630 102
(50)
Centered Leverage Value 0.039 0.430 0.137 0.105 102
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan
bahwa terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum
43,467
≥
39,252. Sebanyak 5 case outlier ini harus dieliminasi sehingga N
pada analisis selanjutnya 102-5=97
4.2.3. Uji Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s
Alpha
ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel
atau observasi indikator). Sementara itu
item to total correlation
digunakan
untuk memperbaiki ukuran – ukuran dan mengeliminasi butir – butir yang
kehadirannya akan memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha
yang
dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal
Konstrak Indikator Item to Total Correlation Koefisien Cronbach's Alpha X11 0.767 X12 0.825 Brand Awareness X13 0.829 0.734 X21 0.619 X22 0.627 Brand Association X23 0.748 0.352 X31 0.891 Quaality
Perception X32 0.837 0.656
Y1 0.407 Y2 0.532 Y3 0.525 Y4 0.528 Y5 0.436 Y6 0.557 Y7 0.475 Purchase Intention Y8 0.338 0.449
(51)
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi
karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya
≥
0,5. Indikator
yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap
construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien
Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of
thumb yang disyaratkan yaitu
≥
0,7 [Hair et.al.,1998].
4.2.4. Uji Validitas
Selain melakukan pengujian konsistensi internal
Cronbach’s
Alpha,
perlu juga dilakukan pengujian
construct reliability
dan
variance
extracted.
Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi
internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar
bahwa indikator – indikator individual mengukur suatu pengukuran yang
sama (Purwanto, 2002). Dan
variance extracted
direkomendasikan pada
tingkat 0,50. Hasil perhitungan
construct reliability
dan
variance extracted
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4 X11 0.382
X12 0.44 Brand Awareness
X13 0.996
X21 0.587
X22 -0.199 Brand Association
(52)
X31 0.112 Quaality
Perception X32 -0.047
Y2 0.357
Y3 0.362
Y4 0.426
Y6 0.202
Purchase Intention
Y7 0.385
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa
factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap
construct belum seluruhnya
≥
0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap
konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.
4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal crobach’s alpha,
perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance eztracted.
Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan
memberikan penelitian kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.
Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated
Konstrak Indikator Standardize
Factor Loading
SFL
Kuadrat Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated
X11 0.382 0.146 0.854
X12 0.440 0.194 0.806
Brand Awareness
X13 0.996 0.992 0.008
0.992 0.992
X21 0.587 0.345 0.655
X22 -0.199 0.040 0.960 Brand Association
X23 0.155 0.024 0.976
0.102 0.136
X31 0.112 0.013 0.987
Quaality
Perception X32 -0.047 0.002 0.998 0.002 0.007
Y2 0.357 0.127 0.873
Y3 0.362 0.131 0.869
Y4 0.426 0.181 0.819
Y6 0.202 0.041 0.959
Purchase Intention
Y7 0.385 0.148 0.852
(53)
Sumber : Lampiran
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s
Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance
extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal
yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability
dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya
≥
0,7.
Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya
bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70
pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang
terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan
pada tingkat 0,50..
4.2.6. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan kurtotis value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam bentuk statistik deskriptif.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai Z
lebih besar dari nilai kritis maka distribusi data adalah tidak normal.
Tabel 4.7. Assessment of Normality
Variable min max kurtosis c.r.
X11 4 9 4.940 10.185
X12 4 9 2.378 4.903
X13 4 8 0.195 0.403
X21 4 9 4.971 10.247
(54)
X23 4 9 4.774 9.842
X31 4 9 5.701 11.753
X32 4 8 0.918 1.893
Y2 4 10 7.060 14.554
Y3 4 10 9.130 18.821
Y4 4 9 7.260 14.966
Y6 4 10 3.114 6.419
Y7 4 10 7.189 14.820
M u lt iva r ia t e 86.420 2 2 .0 9 8
Sumber : Lampiran
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih
besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak
normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01
[1%] yaitu sebesar ± 2,58.
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di luar
2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak
menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa
jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood
estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat
menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam
estimasi selanjutnya.
4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
(55)
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan
terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan
structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one – steep approach
to SEM). One – steep approach to SEM digunakan bila model dilandasi teori
yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair, et,al, 1998).
Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Equity, & Purchase Intention
Model Specification : One Step Approach - Base Model
Brand Awareness Brand Association 1 Brand Equity d_bw 1 d_ba 1 X11
er_1 1 1
X12
er_2 1
X21
er_4 1 1
X22 er_5 1 Quality Perception d_qp X31 er_7 1 1 1 Purchase Intention d_pi Y1 er_9 Y2 er_10 1 1 1 1
Y3 1er_11
X13 er_3 1 X23 er_6 1 X32 er_8 1
Y4 1er_12
Y5 1er_13
Y6 1er_14
Y7 1er_15
Y8 1er_16
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Cmin/DF 1.637 ≤ 2,00 baik
Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik
RMSEA 0.079 ≤ 0,08 kurang baik
GFI 0.846 ≥ 0,90 kurang baik
AGFI 0.790 ≥ 0,90 kurang baik
TLI 0.600 ≥ 0,95 kurang baik
CFI 0.666 ≥ 0,94 kurang baik
Sumber : Lampiran
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata
dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya
(56)
dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi
oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta.
Gambar 4.3. Model Pengukuran dan Struktural
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURALBrand Equity, & Purchase Intention
Model Specification : One Step Approach - Elimination Modification Model
Brand Awareness Brand Association 1 Brand Equity 0,005 d_bw 1 0,005 d_ba 1 X11
er_1 1 1
X12 er_2 1
X21
er_4 1 1
X22 er_5 1 Quality Perception 0,005 d_qp X31 er_7 1 1 1 Purchase Intention d_pi Y2 er_10 1 1 1
Y3 1er_11 X13 0,005 er_3 1 X23 er_6 1 X32 er_8 1
Y4 1er_12
Y6 1er_14 Y7 1er_15
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Cmin/DF 1.102 ≤ 2,00 baik
Probability 0.279 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.032 ≤ 0,08 baik
GFI 0.915 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik
TLI 0.954 ≥ 0,95 baik
CFI 0.966 ≥ 0,94 baik
4.2.8. Uji Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix :
1.139.755.577
> 0.10 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau
(57)
besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya
sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.
Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate Estimate Prob.
Purchase_Intention Brand_Equity -0.059 -0.170 0.320
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran
4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis
yang menyatakan bahwa :
Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat
diterima [Prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif].
4.4 Pembahasan
Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat
diterima karena prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif].
Hal ini tidak sesuai dengan jurnal Ponco Sepi (2007) yang menyatakan
bahwa ekuitas merek dari basis pelanggan telkomnet instan memiliki
pengaruh positif terhadap minat pembelian merek dengan pengaruh
sebesar 40.47% .
Dan di cofe corner banyak pengunjung yang berusia masih muda, dan
(58)
rasa serta kualitas dari produk tersebut, mereka hanya mementingkan
berkumpul bersama teman-teman atau Cuma dibuat nongkrong saja
sehingga mereka tidak ada yang mengerti kenikmatan dari coffe
Meskipun demikian, anak-anak muda betah untuk nongkrong di Coffe
Corner dikarenakan selain kopi, Coffe Corner juga menyajikan “Shisa”
atau lebih dikenal dengan rokok ala Arab. Wadahnya pun cukup unik
dengan aroma buah-buahan sehingga rokok ala Arab atau Shisa bisa
(59)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap Faktor minat beli,
tidak dapat diterima. (tidak signifikan negatif)
5.2
Saran
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah
disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
bermanfaat, antara lain agar kesukaan konsumen terhadap merek tersebut
tinggi, diharapkan pihak perusahaan lebih meningkatkan kualitas dan mutu
dari produk tersebut dan diharapkan pihak perusahaan memanfaatkan
keunikan merek, agar menjadikan produknya berbeda dengan produk
pesaing. Pihak perusahaan memperhatikan desain yang tampak elegan dan
menarik, agar mampu meningkatkan kesukaan terhadap merek tersebut.
Pihak perusahaan harus lebih sering mengadakan promosi dan
(60)
dan tertarik untuk menjadikan Coffe Corner sebagai tempat nongkrong
yang asik.
Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang berhubungan dengan
(61)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap Respon Konsumen, tidak
dapat diterima.
5.2
Saran
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah
disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
bermanfaat, antara lain agar kesukaan konsumen terhadap merek tersebut
tinggi, diharapkan pihak perusahaan lebih meningkatkan kualitas dan mutu
dari produk tersebut dan diharapkan pihak perusahaan memanfaatkan
keunikan merek, agar menjadikan produknya berbeda dengan produk
pesaing. Pihak perusahaan memperhatikan desain yang tampak elegan dan
menarik, agar mampu meningkatkan kesukaan terhadap merek tersebut.
Pihak perusahaan harus lebih sering mengadakan promosi dan
mendatangkan artis-artis ibu kota agar pengunjung tahu akan Coffe Corner
dan tertarik untuk menjadikan Coffe Corner sebagai tempat nongkrong
(62)
Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang berhubungan dengan
(63)
DAFTAR PUSTAKA
Aaker. A, David. 1991, Managing Brand Equity. New York : The Free Press a Division of Macmillan, inc.
Assael. 1995. Consumer Behavior. Edisi Bahasa Indonesia. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran I – Edisi Kesebelas. Jakarta
___________. (1997). Marketing management: Analysis, planning,
implementation and control (9th edn), New Jersey: Prentice Hall.
Kotler, P. and Armstrong, G. (2006) Principles of marketing (11th edn), New
Jersey: Prentice Hall.
Levine, S. K., and Berenson. (2002). Statistics for managers (3rd edn), New Jersey: Prentice Hall.
Parasuraman, A. Valerie A. Zeithmal and L.L. Berry. 1995. A Conceptual Model
of Service Quality and It’s Implications for Future Research. Journal of
Marketing Service. Vol. 49
Prabu Mangkunegara, Anwar. 2002. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama.
Schiffman dan Kanuk, 2004, Consumer Behavior, Eight Edition, rentice Hall Internasional, New Jersey
Soehadi, A. (2005). Effective branding, Bandung: Quantum.
Suliyanto. (2005). Analisis data dalam aplikasi pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia.
Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen-Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor : PT. Ghalia Indonesia
(64)
SWA Majalah edisi April. 2010.
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Liberty : 42.
Widjaja, Maya, Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuitas Merek Coffee
Shops Di Surabaya, Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol.3, No.2,
(1)
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap Faktor minat beli,
tidak dapat diterima. (tidak signifikan negatif)
5.2
Saran
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah
disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
bermanfaat, antara lain agar kesukaan konsumen terhadap merek tersebut
tinggi, diharapkan pihak perusahaan lebih meningkatkan kualitas dan mutu
dari produk tersebut dan diharapkan pihak perusahaan memanfaatkan
keunikan merek, agar menjadikan produknya berbeda dengan produk
pesaing. Pihak perusahaan memperhatikan desain yang tampak elegan dan
menarik, agar mampu meningkatkan kesukaan terhadap merek tersebut.
Pihak perusahaan harus lebih sering mengadakan promosi dan
mendatangkan artis-artis ibu kota agar pengunjung tahu akan Coffe Corner
(2)
52
dan tertarik untuk menjadikan Coffe Corner sebagai tempat nongkrong
yang asik.
Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang berhubungan dengan
ekuitas merek dan minat beli.
(3)
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap Respon Konsumen, tidak
dapat diterima.
5.2
Saran
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah
disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
bermanfaat, antara lain agar kesukaan konsumen terhadap merek tersebut
tinggi, diharapkan pihak perusahaan lebih meningkatkan kualitas dan mutu
dari produk tersebut dan diharapkan pihak perusahaan memanfaatkan
keunikan merek, agar menjadikan produknya berbeda dengan produk
pesaing. Pihak perusahaan memperhatikan desain yang tampak elegan dan
menarik, agar mampu meningkatkan kesukaan terhadap merek tersebut.
Pihak perusahaan harus lebih sering mengadakan promosi dan
mendatangkan artis-artis ibu kota agar pengunjung tahu akan Coffe Corner
dan tertarik untuk menjadikan Coffe Corner sebagai tempat nongkrong
yang asik.
(4)
40
Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang berhubungan dengan
ekuitas merek dan minat beli.
(5)
38
DAFTAR PUSTAKA
Aaker. A, David. 1991, Managing Brand Equity. New York : The Free Press a Division of Macmillan, inc.
Assael. 1995. Consumer Behavior. Edisi Bahasa Indonesia. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran I – Edisi Kesebelas. Jakarta
___________. (1997). Marketing management: Analysis, planning,
implementation and control (9th edn), New Jersey: Prentice Hall.
Kotler, P. and Armstrong, G. (2006) Principles of marketing (11th edn), New
Jersey: Prentice Hall.
Levine, S. K., and Berenson. (2002). Statistics for managers (3rd edn), New Jersey: Prentice Hall.
Parasuraman, A. Valerie A. Zeithmal and L.L. Berry. 1995. A Conceptual Model
of Service Quality and It’s Implications for Future Research. Journal of
Marketing Service. Vol. 49
Prabu Mangkunegara, Anwar. 2002. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama.
Schiffman dan Kanuk, 2004, Consumer Behavior, Eight Edition, rentice Hall Internasional, New Jersey
Soehadi, A. (2005). Effective branding, Bandung: Quantum.
Suliyanto. (2005). Analisis data dalam aplikasi pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia.
Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen-Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor : PT. Ghalia Indonesia
(6)
39
SWA Majalah edisi April. 2010.
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Liberty : 42.
Widjaja, Maya, Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuitas Merek Coffee
Shops Di Surabaya, Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol.3, No.2,