Motif Masyarakat Pembaca Tabloid POSMO ( Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Membaca Tabloid Posmo).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh : M. Imam Muklas NPM : 0643010395

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGDI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR


(2)

Nama : M. Imam Muklas

NPM : 0643010395

Progdi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Ir. H. Didiek Tranggono, MSi NIP. 195812251990011001

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dra. Ec.Hj. Suparwati, MSi NIP. 1955 0718 19830 22 001


(3)

pemberi nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas selesainya skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini melainkan kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses penyelesaian skripsi ini.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan yang berarti kepada penulis selama masa penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut mendukung tersusunnya skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec.Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.


(4)

5. Bapak dan Ibu beserta keluarga yang selalu berdoa untuk kesuksesan Penulis dalam meraih cita-cita.

6. Terakhir namun sangat berarti bagi penulis, ucapan terima kasih kepada teman angkatan 2005 Progdi Ilmu Komunikasi.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini akan berguna bagi rekan-rekan di Progdi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Maret 2011


(5)

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI …………... Ii HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI …… iii

KATA PENGANTAR ………. Iv DAFTAR ISI ………. ………... vi

DAFTAR GAMBAR ……….……….. viii

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

ABSTRAKSI ……… xi

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 7

1.3 Tujuan Penelitian………... 7

1.4 Kegunaan Penelitian………... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA……...…………... 8

2.1 Landasan Teori ………... 8

2.1.1 Sifat Berita... 8

2.1.2 Nilai Berita... 9

2.1.3 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa... 10

2.1.4. Pengertian Motif... 13

2.1.5. Model Uses and Gratifications... 15

2.1.6. Isi Tabloit Posmo ... 18

2.1.7. Pembaca Tabloit Sebagai Khalayak Aktif media Massa ... 21


(6)

3.1.1. Motif... 26

3.2 Populasi, Sampel, dan Metode Penarikan Sampel... 33

3.2.1 Populasi... 33

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 36

3.4. Teknik Analisis Data... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 37

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 37

4.1.1 Tabloit Posmo ... 37

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 41

4.2.1 Identitas Responden ... 41

4.2.2 Motif Responden Pembaca Tabloit Posmo ... 47

4.2.2.1 Motif kognitif 47 4.2.2.2 Motif diversi 55

4.2.2.3 Motif Identitas Personal 60 4.2.3 Motif responden keseluruhan dalam membaca tabloid Posmo 66 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(7)

Gambar .1 Model Uses And Gratifications... 17 Gambar .2 Kerangka Berpikir………... 22


(8)

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden……… 35

Tabel 3. Pendidikan Responden... 36

Tabel 4. Pernah membaca tabloid POSMO... 37

Tabel 5. Frekuensi membaca tabloid Posmo dalam satu bulan... 38

Tabel 6. Memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik... 39 Tabel 7. Mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik... 40

Tabel 8. Mengetahui segala informasi keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam... 41 Tabel 9. Mempercayai segala informasi fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik... 42

Tabel 10. Skor motif kognitif responden... 50

Tabel 11. Membaca tabloid Posmo hanya sebagai hiburan saja... 52

Tabel 12. Membaca tabloid Posmo hanya sekedar mengisi waktu luang 53 Tabel 13. Membaca tabloid Posmo saya dapat melepaskan diri dari kejenuhan dalam melakukan aktivitas sehari-hari... 54

Tabel 14. Membaca tabloid Posmo saya dapat pencerahan dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi saya... 55

Tabel 15. Skor motif diversi responden... 56

Tabel 16 Membaca tabloid Posmo karena pengalaman yang saya alami merupakan bagian dari peristiwa maupun kejadian mistik maupun klenik... 57 Tabel 17. Membaca tabloid Posmo karena ingin membuktikan peristiwa maupun kejadian mistik maupun klenik tersebut benar-benar ada... 58 Tabel 18. Membaca tabloid Posmo, karena ingin memperoleh pemahaman yang sama seperti masyarakat lainnya tentang peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik... 59 Tabel 19. Membaca tabloid Posmo, karena sering mengirimkan ulasan atau pertanyaan dalam rubrik-rubrik kontak batin dalam tabloid Posmo... 61 Tabel 20. Tabel total skor motif Identitas responden ... 62


(9)

(10)

(11)

Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Membaca Tabloid Posmo)

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana motif masyarakat Surabaya pembaca tabloid Posmo. Tabloid posmo merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal mengenai klenik. Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Tabloid posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, laput, sufi, pakuwon, alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen, pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan. Dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana motif masyarakat Surabaya dengan indikator tinggi, sedang dan rendah terhadap tabloid Posmo.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. pengklasifikasian motif digunakan kategori motif Blumler yaitu :Motif Cognitif (kebutuhan akan informasi) Motif Diversi (hiburan), Motif Identititas Personal (Personal Identity)

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang pernah membaca tabloid Posmo dengan batasan usia responden adalah 30 tahun sampai 70 tahun Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling yaitu purposive sampling. Orang yang menjadi sampel dalam penelitian diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif kognitif responden membaca tabloid Posmo mempunyai prosentase cukup tinggi diantara motif yang lainnya. Hasil ini mempunyai relevansi dengan karakter budaya dari masyarakat Surabaya yang masih ingin mengetahui tentang mistik dan klenik Kata kunci : Motif, Masyarakat, Tabloid Posmo


(12)

1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan yang cukup penting bagi masyarakat adalah kebutuhan akan informasi. Pada umumnya masyarakat selalu mencari informasi yang dianggapnya perlu untuk mereka ketahui. Masyarakat dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya maupun ditempat lain melalui informasi yang diperolehnya. Melalui informasi masyarakat dapat memperluas pandangan dan wawasan, serta dapat meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam strata sosial di masyarakat. Peristiwa-peristiwa atau informasi yang terjadi disekitarnya tersebut dapat diketahui melalui media massa seperti media cetak. Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh kondisi dimana media cetak tersebut muncul, yakni adanya sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Dari sisi lain sesuai dengan sifat media yang selalu kenyal dan dinamis, media cetak di Indonesia berkembang dengan segala sisinya. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, sebagai media harian, mingguan atau bulanan dan sesekali menerbitkan edisi khusus. Pengaruh unsur khalayak dalam media cetak juga sangat penting. Segala upaya penerbitan media cetak, sejatinya tertuju pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan publik. Media cetak melakukan kegiatan karena didorong oleh pengetahuan dan ketangkasan dalam mencapai


(13)

psikologi pembaca. Psikologi disini tertuju pada dorongan hati, selera, kepuasan, mimpi, popularitas, kehidupan modern, kesulitan hidup.

Usaha media cetak untuk mempertahankan dan menjaring pembaca mengindikasikan adanya khalayak yang beragam, khalayak pembaca biasanya teralokasi ke spesifikasi kelompok publik tertentu. Khalayak media cetak mempunyai banyak keragaman jenis dan karakteristik, karena media cetak kini sudah demikian penting bagi hidup bermasyarakat. Maka kerap yang dimaksud khalayak media adalah menyangkut suatu populasi yang luas, namun kini khalayak massa itu berpilah kedalam penggolongan khalayak tertentu (a specialized audience). Hal ini mengakibatkan perlunya membedakan antara khalayak dari sebuah media massa dengan khalayak berita dari sebuah media khusus sifat penerbitannya. (Santana,2005:211)

Media massa cetak memiliki keunggulan dalam hal informasi yang disajikan, salah satunya bentuk tulisan yang dapat mudah dipahami karena dapat dibaca berulang-ulang sehingga berita atau pesan yang disampaikan dapat dimengerti, selain informasi yang dikemas dalam bentuk tulisan juga sangat mudah didokumentasikan. Dalam hal ini media massa cetak yang diambil oleh peneliti adalah media cetak yang berbentuk tabloid. Tabloid sebenarnya adalah istilah suatu format surat kabar yang lebih kecil dengan ukuran 597 mm × 375 mm dari ukuran standar koran harian. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan penerbitan surat kabar reguler non harian (bisa


(14)

mingguan, dwimingguan) yang terfokus pada hal-hal yang lebih “tidak serius”, terutama masalah selebritas, olah raga, kriminal maupun masalah budaya.

Salah satu tabloid yang terbit di Indonesia adalah tabloid Posmo,

dengan slogan “membuka mata batin”. Tabloid posmo diterbitkan oleh

PT. Ubede Media Ahiwarta Surabaya, dengan Surat ijin (SIUPP) no; 1142/SK/Menpen/SIUPP/199 tanggal 31 Maret 1999. Tabloid posmo

merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal mengenai klenik. Tabloid posmo didistribusikan di pulau jawa maupun di luar pulau jawa. Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Tabloid posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, laput, sufi, pakuwon, alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen, pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan. (Posmo,2010:edisi 609)

Relevansi isi tabloid posmo dengan masyarakat secara umum bahwa posmo (post modernisme) didefinisikan sebagai suatu pemikiran/filosofi yang menisbikan segala kebenaran, tidak ada kebenaran mutlak. Semua relatif, tergantung siapa yang mengintrepretasikan kebenaran. Konsekuensi posmo yang merelatifkan kebenaran adalah bentuk-bentuk spiritualisme yang bersifat panteistik. Masyarakat Indonesia adalah salah satu negara yang mempercayai klenik. Di semua tempat selalu ada orang maupun benda atau makhluk apapun itu yang jadi tujuan orang-orang untuk meminta sesuatu. Mulai dari paranormal, buku-buku primbon, tempat-tempat yang dikeramatkan,


(15)

benda-benda bertuah. Klenik yang bisa diartikan mempercayai suatu kekuatan di luar kuasa manusia yang diwujudkan dalam bentuk benda-benda atau hapalan-hapalan, termasuk juga di dalamnya santet, susuk, jimat-jimat. Klenik adalah bagian dari syirik yang sifatnya bisa samar, maupun terang. Masyarakat Indonesia telah begitu terbiasa dengan perilaku ini, mulai dari rakyat kecil sampai pejabat, pengusaha dan politikus juga melakukannya. Mulai dari keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam. Seolah masyarakat tidak bisa hidup bila tidak melakukan klenik. Klenik pada dasarnya tidak bisa dinalar dengan logika. Klenik bekerja berdasarkan salah satu atau gabungan dari sugesti, adanya pihak ketiga dan faktor nasib. (http://www.henriwiratsongko.co.cc/2009/01/perilaku-klenik-politikus.html)

Dalam terbitannya, tabloid posmo lebih mengembangkan cerita human interest. Khalayak pembaca diajak mengenali persoalan dengan ringan, mengalir dan tidak rumit. Tiap soal menjelaskan melalui peristiwa. Peristiwa demi peristiwa yang menjalin kisah yang membingkai tema besar kemanusiaan. Human interest berarti berbagai hal yang terkait dengan ketertarikan dan minat orang-seorang. Kisah-kisah human interest bisa menyangkut tentang people dan things, orang-orang dan pikirannya. Pengisahan tentang orang-seorang lebih diminati khalayak daripada


(16)

kisah-kisah tentang pikiran orang. Terlebih kisah-kisah tentang orang-seorang itu lebih disukai yang bersifat tidak biasa dibanding yang lazim terjadi. Akan tetapi, ketidak biasaan orang itu bukan hal yang utama. Pada hakikatnya bukan people atau orang-seorang yang diburu, tapi ketidakbiasaan peristiwa itu penting, segala sesuatu yang menyangkut orang ialah sesuatu yang hidup titik berat terletak pada peristiwa-peristiwa hidup. Ketidakbiasaan peristiwa merupakan penarik cerita berikutnya. Kisah-kisah feature tidak muncul dari tempat yang bersifat formal. Cerita bersifat human interest tidak terjadi di tempat yang sudah solid kejadiannya. Kisah human interest tidak terdeteksi pola dan rincian kejadiannya. (Santana, 2005:35-37)

Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk di dalamnya tabloid posmo, tentu saja tidak terlepas dari adanya kebutuhan serta dorongan yang timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang menggunakan tabloid posmo sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang sering disebut motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya. (Effendi, 1984 : 45). Kebutuhan yang terkait dengan munculnya motif seseorang dalam membaca media massa cetak dibagi menjadi 3, yaitu kebutuhan kognitif (kebutuhan akan informasi), kebutuhan diversi (kebutuhan akan hiburan) dan kebutuhan identitas personal (kebutuhan untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan situasi khalayak sendiri).


(17)

Adanya kebutuhan untuk membaca tabloid posmo, sebagai jawaban dari adanya motif membaca. Kebutuhan inilah yang mendorong individu untuk bersikap dan bahkan berperilaku. Namun kebutuhan pada setiap individu tidaklah sama, kebutuhan yang tidak sama ini sesuai dengan keingintahuan individu tersebut yang tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangannya. Dengan adanya kebutuhan tersebut, maka peneliti akan tahu apa yang mendasari pembaca dalam membaca tabloid posmo, dimana motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri individu dalam melakukan sesuatu.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana motif masyarakat tentang tabloid posmo tersebut. Beberapa hal yang menjadi latar belakang penelitian salah satunya bahwa tabloid posmo telah sampai pada tahun ke 11 dalam terbitannya dan telah mencapai edisi 609 maka dapat diasumsikan bahwa tabloid posmo banyak di konsumsi masyarakat sebagai media informasi yang menarik. Jaringan distribusi yang tersebar diseluruh pelosok nusantara menjadikan tabloid posmo mempunyai distribusi meliputi pulau jawa dan luar pulau jawa. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat surabaya yang membaca tabloid posmo selama 3 bulan berturut-turut hal ini agar diperoleh informasi dan data yang diharapkan oleh peneliti.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana motif masyarakat Surabaya membaca Tabloid Posmo”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya dalam membaca tabloid Posmo.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan teoritis yaitu :

a. Menerapkan teori komunikasi massa mengenai motif pembaca dalam membaca tabloid.

b. Sebagai bahan acuan serta menambah referensi perpustakaan khususnya ilmu komunikasi kepada peneliti yang lain.

2. Kegunaan praktis yaitu penelitian ini diharapkan memberikan masukan tentang minat pembaca terhadap tabloid dimana pembaca selalu mencari informasi apapun yang sedang terjadi di masyarakat.


(19)

2.1. Landasan Teori 2.1.1 Sifat Berita

Dalam setiap pesannya, pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap keping informasi mengimplikasikan realitas peristiwa kemasyarakatan. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif, yang tak berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Berita bersifat stabil dan bisa diperkirakan. Sifat stable dan predictable, terkait dengan standarisasi pesan. Tiap bahasa berita punya ciri yang dikenali masyarakat, acuan simboliknya diketahui. Tiap media memiliki pedoman untuk menyampaikan pemberitaan. Setiap pesan jurnalistik bersifat massal, bahasa berita ialah bahasa komoditas yang memiliki nilai tukar simbolik dan ekonomi. Nilai tukar simboliknya mengacu kepada unsur-unsur “component of the story”. Sifat berita adalah sebagai berikut; (a) Akurat, keakurasian adalah ketepatan dan kepastian mencatat: pertanyaan, nama, waktu, umur, kutipan, kata definitif, atau ekspresi kalimat dan seterusnya. (b) Seimbang (balanced), ialah keseimbangan dalam meletakkan perhatian, kelengkapan data, penekanan, perhubungan dengan kehidupan sosial serta perluasan kepentingannya kepada sejumlah khalayak. Agar pembaca dapat mengkontruksi kembali peristiwa-berita secara netral. (c) Obyektif, penghindaran kepada bias subyektif-personalitas atau pengaruh lain


(20)

yang mengandung opini dan sifat emosional. (d) Ringkas dan Jelas, ialah mengupayakan sajian pemberitaan secara ringkas, jelas dan sederhana; melalui gaya penulisan yang langsung, pendek, tepat, dan koheren dan menghindari frase klise, diksi sembrono dan kedangkalan. (e) Aktual, ialah soal “kehangatan” waktu-peristiwa mengikuti dinamika perubahan peristiwa yang terjadi dan harus dilaporkan kepada khalayak.

2.1.2 Nilai Berita

Nilai berita (news values), menurut Downie Jr Dan Kaiser dalam Santana, merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah di konsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikonkretkan. Nilai berita juga menjadi tambahan rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita. Maka, elemen-elemen nilai berita ialah; a) Immediacy, immediacy kerap diistilahkan dengan timelines. Artinya terkait dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. b) Proximity, khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa yang terjadi didekatnya. Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. c) Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. d) Conflict, perseteruan antar individu, antar tim atau kelompok, sampai antar negara merupakan elemen-elemen natural dari berita-berita yang mengandung konflik. e) Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan diperhatikan


(21)

segera oleh masyarakat. f) Sex, kerap sex menjadi satu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Tapi sex sering pula menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu. g) Emotion, elemen emotion ini kadang dinamakan dengan elemen human interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagian atau humor. h) Prominance, elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names make news” nama membuat berita. i) Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. j) Progress, elemen ini merupakan elemen perkembangan peristiwa yang ditunggu masyarakat.

2.1.3. Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa

Kebutuhan melalui media massa dipenuhi melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film, baik dalam isinya maupun melalui daya terpaannya (exposure) serta konteks sosial tempat dimana terpaan berlangsung.

Secara umum Katz Gueviricht dan Haas (Effendy,1993:294) berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu :

a. Kebutuhan Kognitif

Yaitu kebutuhan–kebutuhan yang berkaitan dengan usaha–usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk


(22)

mengerti dan menguasai lingkungan. Kebutuhan kognitif juga dapat dipenuhi oleh adanya dorongan–dorongan seperti keingintahuan (curiosity) dan penjelajahan (explaratory) pada diri kita.

b. Kebutuhan Afektif

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha–usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dan emosional. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media. c. Kebutuhan Integratif Personal

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha–usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan dan status pribadi. Kebutuhan seperti ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri.

d. Kebutuhan Integratif Sosial

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman-teman dan dengan alam sekelilingnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi.

e. Kebutuhan Akan Pelarian

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan, dan kebutuhan akan hiburan.


(23)

Dan pada pendapat McQuail (2002:72) terhadap tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan dalam 4 kelompok sebagai berikut :

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari :

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.

d. Keinginan untuk belajar (pendidikan terhadap diri sendiri). 2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang terdiri dari :

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.

b. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh. c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari :


(24)

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati social. b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.

c. Memperoleh teman selain dari manusia (media).

d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman, dan masyarakat.

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b. Bersantai.

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d. Mengisi waktu.

2.1.4. Pengertian Motif

Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti didasarkan pada motif–motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan daripada kebutuhan (need). Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu, sedikit banyak adanya kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapai.

Motif menurut W. A Gerungan adalah :

“Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan–alasan atau


(25)

dorongan–dorongan dalam diri manusia yang menyababkan individu berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif–motif itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku kita”. (Gerungan, 1991 : 140).

Menurut Teevan dan Smith mengatakan bahwa motivasi merupakan konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu disebut motif. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi, yaitu memberi daya untuk menggerakkan perilaku dan fungsi yang lain adalah menggerakkan perilaku. Sedangkan menurut Purwanto motif adalah sebagai seluruh aktifitas mental yang dirasakan atau dialami yang memberikan kondisi sehingga terjadi suatu perilaku.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, atau dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.

Ada beberapa pengklasifikasian motif dari berbagai ahli komunikasi, tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif Blumler dalam Rakhmat (2001:66) yaitu :


(26)

1. Motif Kognitif (kebutuhan akan informasi)

Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan pendapat suatu pilihan. Dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan untuk memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat.

2. Motif Diversi (hiburan)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

3. Motif Identititas Personal (Personal Identity)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri menemukan model perilaku diri dengan nilai-nilai, meningkatkan harga diri, dan meningkatkan pemahaman diri.

2.1.5. Model Uses and Gratifications

Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya adalah khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan


(27)

media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2003 : 289). Dalam pengertian ini tersirat pengertian bahwa komunikasi berguna (utility), bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (itentionality), bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). (Rakhmat, 1999 : 65). Sedangkan asumsi dasar dari model ini adalah :

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk nmengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber–sumber lain yang memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat tergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi–situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Rakhmat, 1999 : 65).


(28)

Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan seringkali akibat–akibat yang tidak dikehendaki (Rakhmat, 1999 : 65).

Untuk lebih jelasnya Model Uses and Gratifications dalam Rakhmat (1999: 66) digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Model Uses And Gratifications

Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan khusus. Pembaca dalam membaca tabloid Posmo karena ingin memenuhi kebutuhannya akan informasi, hiburan, dan identitas personal, dikarenakan tabloid Posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, laput, sufi,

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek 1. Variabel 1. Personal 1. Hubungan 1.Kepuasan

Individual 2. Diversi 2. Jenis Isi 2. Pengetahuan 2. Variabel 3. Identitas 3. Hubungan 3. Kepuasan


(29)

pakuwon, alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen, pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan

Pembaca tabloid Posmo juga ingin memenuhi kebutuhannya untuk menggunakan isi media guna memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan/situasi khalayak sendiri misalnya, dengan membaca tabloid Posmo maka para pembaca dapat saling bertukar informasi dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya.

Jadi jelaslah individu menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat dapat memberikan hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian dan media massa juga dapat berfungsi sebagai sahabat. (Rakhmat, 1999 : 207)

2.1.6. Isi Tabloid Posmo

Tabloid posmo merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal

mengenai klenik. Tabloid posmo didistribusikan di pulau jawa maupun di luar pulau jawa. Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Tabloid posmo berisikan kolom kontak batin,off print, majelis gaib posmo, laput, sufi, pakuwon,


(30)

meditasi, pasundan dan iklan. (Posmo,2010:edisi 609)

Relevansi isi tabloid posmo dengan masyarakat secara umum bahwa posmo (post modernisme) didefinisikan sebagai suatu pemikiran/filosofi yang menisbikan segala kebenaran, tidak ada kebenaran mutlak. Semua relatif, tergantung siapa yang mengintrepretasikan kebenaran. Konsekuensi posmo yang merelatifkan kebenaran adalah bentuk-bentuk spiritualisme yang bersifat panteistik. Masyarakat Indonesia adalah salah satu negara yang mempercayai klenik. Di semua tempat selalu ada orang maupun benda atau makhluk apapun itu yang jadi tujuan orang-orang untuk meminta sesuatu. Mulai dari paranormal, buku-buku primbon, tempat-tempat yang dikeramatkan, benda-benda bertuah. Klenik yang bisa diartikan mempercayai suatu kekuatan di luar kuasa manusia yang diwujudkan dalam bentuk benda-benda atau hapalan-hapalan, termasuk juga di dalamnya santet, susuk, jimat-jimat. Klenik adalah bagian dari syirik yang sifatnya bisa samar, maupun terang. Masyarakat Indonesia telah begitu terbiasa dengan perilaku ini, mulai dari rakyat kecil sampai pejabat, pengusaha dan politikus juga melakukannya. Mulai dari keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam. Seolah masyarakat tidak bisa hidup bila tidak melakukan klenik. Klenik pada dasarnya tidak bisa dinalar dengan logika. Klenik bekerja berdasarkan salah satu atau gabungan dari sugesti, adanya pihak ketiga dan faktor nasib. Dalam terbitannya, tabloid posmo lebih mengembangkan


(31)

ringan, mengalir dan tidak rumit. Tiap soal menjelaskan melalui peristiwa. Peristiwa demi peristiwa yang menjalin kisah yang membingkai tema besar kemanusiaan. Human interest berarti berbagai hal yang terkait dengan ketertarikan dan minat orang-seorang. Kisah-kisah human interest bisa menyangkut tentang people dan things, orang-orang dan pikirannya. Pengisahan tentang orang-seorang lebih diminati khalayak daripada kisah-kisah tentang pikiran orang. Terlebih kisah tentang orang-seorang itu lebih disukai yang bersifat tidak biasa dibanding yang lazim terjadi. Akan tetapi, ketidak biasaan orang itu bukan hal yang utama. Pada hakikatnya bukan people atau orang-seorang yang diburu, tapi ketidakbiasaan peristiwa itu penting, segala sesuatu yang menyangkut orang ialah sesuatu yang hidup titik berat terletak pada peristiwa-peristiwa hidup. Ketidakbiasaan peristiwa merupakan penarik cerita berikutnya. Kisah-kisah feature tidak muncul dari tempat yang bersifat formal. Cerita bersifat human interest tidak terjadi di tempat yang sudah solid kejadiannya. Kisah human interest tidak terdeteksi pola dan rincian kejadiannya. (Santana, 2005:35-37)

Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk di dalamnya tabloid posmo, tentu saja tidak terlepas dari adanya kebutuhan serta dorongan yang timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang menggunakan tabloid posmo sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang sering disebut motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya. (Effendi, 1984 : 45). Kebutuhan yang terkait dengan munculnya motif seseorang dalam membaca media massa cetak dibagi


(32)

diversi (kebutuhan akan hiburan) dan kebutuhan identitas personal (kebutuhan untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan situasi khalayak sendiri).

Adanya kebutuhan untuk membaca tabloid posmo, sebagai jawaban dari adanya motif membaca. Kebutuhan inilah yang mendorong individu untuk bersikap dan bahkan berperilaku. Namun kebutuhan pada setiap individu tidaklah sama, kebutuhan yang tidak sama ini sesuai dengan keingintahuan individu tersebut yang tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangannya. Dengan adanya kebutuhan tersebut, maka peneliti akan tahu apa yang mendasari pembaca dalam membaca tabloid posmo, dimana motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri individu dalam melakukan sesuatu.

2.1.7 Pembaca Tabloid Sebagai Khalayak Aktif Media Massa

Pembaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang membaca. Pembaca majalah berarti orang yang membaca majalah. Pembaca majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen–segmen demografis, ataupun secara geografis, psikografis, dan dari kebijakan editorial.

Salah satu prinsip teori Uses and Gratifications adalah bahwa khalayak secara aktif memanfaatkan media. Artinya, anggota khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Frank Bioca dalam


(33)

Little John (2002 : 577) lebih jelas mengungkapkan empat karakteristik khalayak aktif, yaitu :

1. Selectivity : khalayak yang aktif melakukan pertimbangan

dan seleksi untuk menentukan media yang digunakan.

2. Utilirianism : khalayak yang aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai tujuannya.

3. Intentionality : menunjukan bahwa salah satu kegunaan media

adalah mememberi kepuasan.

4. Involvement or effort : khalayak mengikuti dan berpikir dengan aktif

dan aktif menggunakan media. Dengan kata lain khalayak tidak begitu mudah dipengaruhi oleh media.

Dengan kata lain untuk memenuhi sebagian kebutuhannya, khalayak bebas untuk memilih dan menggunakan sejumlah media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lainnya (non media) sepanjang itu media dapat menunjang atau memperteguh (reinforcement) nilai, sikap, dan pengalamannya terhadap suatu obyek tertentu. Berkaitan dengan jenis medium dan isi yang dipilih, konsep khalayak aktif memiliki kaitan dengan motif dan juga berarti bahwa khalayak mempunyai kecenderungan untuk mengolah informasi yang diperoleh.


(34)

2.2. Kerangka Berpikir

Tabloid merupakan salah satu media cetak. Media ini adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, terdiri dari sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Tabloid lebih menspesialisasikan produknya untuk menjangkau konsumen tertentu, yang pada umumnya memuat iklan berlingkup nasional dan dengan produk bermutu tinggi untuk mencapai sasaran menengah ke atas (Kasali, 1992 : 109).

Pernyataan bahwa majalah adalah sebagai media massa yang mampu memenuhi sejumlah kebutuhan khalayak yang berangkat dari asumsi teori Uses and Gratification, dimana teori tersebut didasarkan pada setiap individu yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang memunculkan motif menggunakan media massa, khususnya tabloid sehingga menimbulkan ketertarikan untuk membacanya.

Tabloid dapat memenuhi dari sejumlah kebutuhan yang dimiliki khalayak melalui rubrik-rubrik yang disajikan. Menitik beratkan isi media pada apa yang diinginkan khalayak, berarti mengasumsikan khalayak menggunakan media (memilih isi) bukan merupakan kegiatan yang kebetulan atau dipengaruhi faktor eksternal, melainkan suatu perilaku yang didorong oleh motif-motif tertentu. Blumler dalam Rakhmat (1999 : 66) mengklasifikasikan motif yaitu :


(35)

1. Motif Kognitif (kebutuhan akan informasi) motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan pendapat suatu pilihan. Dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar, serta dorongan untuk memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat.

2. Motif Diversi (kebutuhan akan hiburan) motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

3. Motif Identitas Personal (personal identity) motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri menemukan model perilaku diri dengan nilai-nilai, meningkatkan harga diri, dan meningkatkan pemahaman diri.

Pengklasifikasian diatas dapat diartikan sebagai keinginan untuk menambah pengetahuan baru, keinginan untuk mencari hiburan, dan keinginan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.

Dalam hal ini peneliti berusaha melihat bagaimana motif pembaca tabloid Posmo di Surabaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian di bawah ini :


(36)

Gambar 2 : Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Motif Pembaca Tabloid Posmo di Surabaya

Kebutuhan - kebutuhan

kognitif - kebutuhan

afektif - kebutuhan

integrative personal - kebutuhan

integrative social - kebutuhan

escapist

Motif - Motif

Kognitif - Motif

Diversi - Motif

Personal Identity

Membaca Tabloid Posmo

Analisis


(37)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif, yakni bermaksud memberikan gambaran tentang : Bagaimana motif masyarakat Surabaya membaca tabloid Posmo ?

3.1. Definisi Operasional 3.1.1. Motif

Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut Blumler dalam Rakhmat (2001 : 66), dimana motif tersebut meliputi :

1. Motif Kognitif

Kebutuhan individu dalam menggunakan media massa untuk mendapatkan informasi yentang informasi terdekat. Pembaca dalam membaca tabloid Posmo diasumsikan mempunyai tujuan mencari hal-hal yang baru antara lain :

a. Mencari informasi yang dibutuhkan.

b. Mencari tambahan pengetahuan atau wawasan. c. Mengetahui informasi terbaru.

d. Mencari bimbingan yang berkaitan dengan masalah kehidupan yang membutuhkan penyelesaian.


(38)

2. Motif Diversi

Kebutuhan individu dalam menggunakan media massa untuk mencari hiburan antara lain :

a. Mengisi waktu luang. b. Bersantai.

c. Penyaluran emosi, dengan membaca hal-hal yang disukai membuat perasaan lebih tenang

d. Melepaskan diri dari kejenuhan 3. Motif Identitas Personal

Kebutuhan individu dalam menggunakan media massa untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan/situasi khalayak sendiri. Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan untuk mengikuti keadaan disekitarnya, antara lain :

a. Ikut-ikutan teman/orang lain yang membaca tabloid Posmo. b. Dapat memberikan berbagai macam informasi yang diperoleh

kepada teman/orang lain.

c. Dapat menjadikan segala informasi yang diperoleh sebagai bahan pembicaraan (masukan) dengan teman/orang lain.

d. Dapat mendiskusikan berbagai macam informasi yang diperoleh kepada teman/orang lain.


(39)

Indikator untuk motif pembaca di Surabaya dapat ditunjukkan melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuisioner, sehingga untuk mempermudah dapat diuraikan sebagai berikut :

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1 TS (Tidak Setuju) diberi skor 2 S (Setuju) diberi skor 3 SS (Sangat Setuju) diberi skor 4

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided), alasannya menurut Hadi (1981 : 20) adalah sebagai berikut:

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Motif pembaca dalam membaca tabloid Posmo digolongkan tiga itu tingkat, yaitu rendah, sedang, tinggi yang ditentukan berdasarkan jumlah skor


(40)

jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus :

Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh lebar interval untuk mengetahui motif pembaca dalam membaca tabloid Posmo, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berrikut :

1. Pada motif Kognitif terdapat 4 pernyataan tentang responden yang membaca tabloid Posmo akan mencari informasi yang dibutuhkan, responden ingin tambahan pengetahuan, responden mengetahui informasi terbaru, responden ingin mencari bimbingan yang berkaitan dengan permasalahan yang membutuhkan penyelesaian, maka :

(4 x 4) – (4 x 1) 16 - 4 12 Motif Kognitif = = = = 4

3 3 3

Batasan skor untuk mengetahui motif kognitif responden yang membaca tabloid Posmo adalah rendah (tidak bagus), sedang (netral), tinggi (bagus) :

Jumlah skor 4 – 8 dalam kategori penilaian rendah Jumlah skor 9 – 12 dalam kategori penilaian sedang


(41)

Jumlah skor 13 – 16 dalam kategori penilaian tinggi

Responden yang mempunyai penilaian rendah mereka dianggap tidak membutuhkan informasi tertentu dalam membaca tabloid Posmo.

Responden yang mempunyai penilaian sedang dalam kategori ini adalah mereka yang tidak terlalu membutuhkan informasi tabloid Posmo.

Responden yang mempunyai penilaian tinggi dalam kategori ini adalah responden yang sangat membutuhkan dan antusias terhadap segala informasi yang ada didalam tabloid Posmo.

2. Pada motif Diversi terdapat 4 pernyataan tentang responden yang membaca tabloid Posmo untuk mengisi waktu luang, responden ingin bersantai, responden ingin menyalurkan emosi dengan membaca hal-hal yang disukai dapat membuat perasaan lebih tenang, responden ingin melepaskan diri dari kejenuhan dalam melakukan aktivitas, maka :

(4 x 4) – (4 x 1) 16 – 4 12 Motif Diversi = = = = 4 3 3 3


(42)

Batasan skor untuk mengetahui motif diversi responden yang membaca tabloid Posmo adalah rendah (tidak bagus), sedang (netral), tinggi (bagus) :

Jumlah skor 4 – 8 dalam kategori penilaian rendah Jumlah skor 9 – 12 dalam kategori penilaian sedang Jumlah skor 13 – 16 dalam kategori penilaian tinggi

Responden yang mempunyai penilaian rendah mereka dianggap tidak mempunyai motif diversi terhadap tabloid Posmo yaitu membaca tabloid Posmo untuk mengisi waktu luang, bersantai, menyalurkan emosi dengan membaca hal-hal yang disukai dapat membuat perasaan lebih tenang, melepaskan diri dari kejenuhan dalam melakukan aktivitas mencari informasi tertentu.

Responden yang mempunyai penilaian sedang dalam kategori ini adalah mereka yang tidak terlalu mempunyai motif diversi terhadap tabloid Posmo.

Responden yang mempunyai penilaian tinggi dalam kategori ini adalah responden yang sangat membutuhkan dan antusias terhadap tabloid Posmo yaitu membaca tabloid Posmo untuk mengisi waktu luang, bersantai, menyalurkan emosi dengan membaca hal-hal yang disukai dapat membuat perasaan lebih tenang, melepaskan diri dari kejenuhan dalam melakukan aktivitas mencari informasi tertentu.


(43)

3. Pada motif Identitas Personal terdapat 4 pernyataan tentang responden yang membaca tabloid Posmo karena ikut-ikutan teman/orang lain, responden ingin menceritakan informasi yang diperoleh kepada teman/orang lain, responden ingin menjadikan informasi yang diperoleh sebagai bahan pembicaraan (masukan) dengan teman/orang lain, responden ingin mendiskusikan informasi yang diperoleh kepada teman/orang lain, maka :

(4 x 4) – (4 x 1) 16 – 4 12 Motif Identitas Personal = = = = 4

3 3 3

Batasan skor untuk mengetahui motif Identitas Personal responden yang membaca tabloid Posmo adalah rendah (tidak bagus), sedang (netral), tinggi (bagus) :

Jumlah skor 4 – 8 dalam kategori penilaian rendah Jumlah skor 9 – 12 dalam kategori penilaian sedang Jumlah skor 13 – 16 dalam kategori penilaian tinggi

Responden yang mempunyai penilaian rendah mereka dianggap tidak membutuhkan Identitas Personal dalam membaca tabloid Posmo.


(44)

Responden yang mempunyai penilaian sedang dalam kategori ini adalah mereka yang tidak terlalu ingin menunjukkan identitas personal mereka apabila membaca tabloid Posmo.

Responden yang mempunyai penilaian tinggi dalam kategori ini adalah responden yang sangat membutuhkan dan antusias terhadap segala informasi yang ada didalam tabloid Posmo. Motif mereka ini dalam membaca tabloid Posmo karena ikut-ikutan teman/orang lain, responden ingin menceritakan informasi yang diperoleh kepada teman/orang lain, responden ingin menjadikan informasi yang diperoleh sebagai bahan pembicaraan (masukan) dengan teman/orang lain, responden ingin mendiskusikan informasi yang diperoleh kepada teman/orang lain

3.2. Populasi, Sampel, dan Metode Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Surabaya. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sampai dengan Bulan Desember 2007. Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu keluarga hingga Desember 2007 adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala keluarga.

Komposisi penduduk Kota Surabaya pada Tahun 2007 berdasarkan jenis kelamin sebanyak 1.437.682 jiwa penduduk laki-laki (50,2%) dan 1.424.246 (49,7%) jiwa


(45)

penduduk perempuan. (http://www.surabaya.go.id/demografis.php). Selain karena merupakan kota besar kedua di Indonesia dan terbesar di Jawa Timur, kota Surabaya mempunyai penduduk heterogen yang mayoritas terbagi dalam tiga kategori budaya daerah yaitu “Surabaya” (Suroboyoan), “Madura” (Maduraan), dan “Mataraman” (Kulonan). Sehingga secara demografis masyarakat yang tinggal di Surabaya dapat menjadi representasi dari beberapa daerah atau kota di Jawa Timur. (www.wikipedia.org).

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah masyarakat Surabaya yang berumur 30-70 tahun. Akan tetapi karena mengingat populasi yang terlalu besar yaitu 2.861.928 orang. Maka peneliti akan menetapkan sampel yang dianggap mewakili populasi dengan jumlah yang lebih kecil. Jumlah sampel yang dihitung dengan rumus Yamane (Rahmat, 2001 : 82) sebagai berikut :

N

n =

Nd² + 1

Keterangan :

N = Ukuran / besar populasi n = Ukuran / besar sampel


(46)

Jadi

N

n =

N.(d)² + 1

2.861.928 n =

2.861.928 (0,1) + 1

n = 100

Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah teknik non probability sampling yaitu purposive sampling. Orang yang menjadi sampel dalam penelitian diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Maka sampel yang akan diteliti adalah masyarakat Surabaya yang membaca tabloid Posmo minimal tiga kali dan yang berumur 30-70 tahun. Usia 30 tahun sampai 70 tahun adalah usia dimulainya tahap kemasakan (maturity) sampai pada tahap tua (senility) secara umum tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagian, dan produktivitas. Pada tahap usia pertengahan antara 50 tahun sampai 70 tahun ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan fisik, sosial dan psikologikal. Pada tahap usia akhir melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan keluarga dan sahabat, pensiun kehilangan status di masyarakat mengikuti perasaan kesendirian dan tidak aman. (Alwisol,2009:248). Dari pemilihan batasan usia inilah peneliti ingin mengetahui


(47)

motif masyarakat dalam membaca tabloid Posmo berkaitan dengan psikologi kepribadian responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu :

a. Data Primer

Diperoleh melalui daftar pertanyaan dan pernyataan berstruktur kepada responden yang ada dalam kuisioner.

b. Data Sekunder

Diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Bahan-bahan pustaka yang digunakan bisa berupa buku-buku, internet, atau informasi lain.

3.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil kuisioner dimasukkan ke dalam tabel frekuensi yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pengolahan data dari kuisioner terdiri dari : mengedit, mengkode dan memasukkan data tersebut ke dalam tabel frekuensi berdasarkan kategori yang telah ditentukan.


(48)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Tabloid Posmo

Tabloid posmo diterbitkan oleh PT. Ubede Media Ahiwarta Surabaya, dengan Surat ijin (SIUPP) no; 1142/SK/Menpen/SIUPP/199 tanggal 31 Maret 1999. Tabloid posmo merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal mengenai klenik. Tabloid posmo didistribusikan di pulau jawa maupun di luar pulau jawa. Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Tabloid posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, wuku-wuku, laput, sufi, pakuwon, alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen, pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan.

Salah satu kolom yang menarik perhatian pembaca menurut informasi yang didapatkan melalui deep interview dengan redaksional di Tabloid Posmo adalah kolom wuku-wuku. Contoh artikel wuku-wuku yang dimuat pada Periode: Minggu Wage-Sabtu Kliwon (16-22 Juli 2010) Dewa: Bathara Kuwera. Keris yang cocok: Pandhawa, Rarasindhuwa, Sempana Badhong, Semar Mesem, Semar Getak, Semar Tinandu dan Brojol. Perwatakan: Ludiro kumukus angganda arum : berwibawa, tegas, jujur, waspada, dermawan pada orang-orang yang dicintai, pandai memikat hati, mudah patah hati dan


(49)

pemberani, optimis. Burung Gagak : senang menyepi, menyenangi hal-hal ghaib. Gedhong di depan; berwibawa, suka pamer dan pemboros. Siaga dengan keris terhunus: waspada dan tajam nalurinya. KASO 23 Juni -2 Agustus Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku Wuye Umum: Peluang emas kembali melayang, hambatan besar gencar menerjang. Gerak cepat kontrol emosi, dasar sial menuai rugi. Perjalanan luar kota sangat menggoda, hati ditata harus ditunda.Keuangan : Sumber pendapatan harian tak menggembirakan. Pemasukan tak terduga tanpa kejutan. Atur pengeluaran sesuai kemampuan.Remaja : Cerita lama masih tersisa, diluar duga selalu menggoda. Lembaran baru perlu dibuka, hilang satu mendapat dua. Hati-hati kala bicara, lepas kendali buyar semua. Kesehatan : Rawan gangguan influenza, liver, reumatik dan pencernaan. Hindari es, air dingin, daging berlemak daun-daunan berwarna hijau. Atur istirahat, senam ringan jalan pagi. Permata : Zamrud-Aquamarin-Mata Kucing-Kristal.Asmara : Yang berkeluarga gencatan senjata. Yang berpacaran damai tapi gersang. Yang baru naksir cemburu buta. Hari buruk: Senin Kliwon. KARO 3 Agustus-25 Agustus; Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku WuyeUmum : Peluang emas mendadak hilang, hambatan besar datang menerjang. Kontrol emosi penuh strategi, dasar sial untung berlari. Perjalanan luar kota menggiurkan, usah tergoda lupakan semua.Keuangan : Sumber pendapatan harian merosot tajam. Pemasukan tak terduga tanpa kejutan. Atur pengeluaran sesuai kemampuan.Remaja : Tiap hari


(50)

kembali. Biar saja hati bicara, kala senja tiba saatnya.Kesehatan : Rawan gangguan pusing kepala, stress dan jantung. Hindari makanan berlemak, es, strop, sirup, teh dan kopi pahit. Jaga kondisi atur istirahat senam ringan jalan pagi.Permata : Kristal-Biduri Bulan-Aquamarin-Topaz Kuning.Asmara : Yang berkeluarga waspadai pihak ketiga. Yang berpacaran rawan godaan. Yang baru naksir dapat pandangan baru. Hari Buruk : Senin Kliwon. KATELU 26 Agustus-18 September Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku Wuye.Umum: Peluang emas datang bertadang, hambatan besar pergi menghilang. Tata emosi atur strategi, untung di tangan tinggal menanti. Perjalanan luar kota penuh harapan, tetap waspada hati-hati di jalan.Keuangan : Sumber pendapatan harian menggebirakan. Pemasukan tak terduga penuh kejutan. Atur pengeluaran sesuai rencana. Remaja: Yang diimpi jadi, yang diharap dapat. Jauh mengantri, dekat merapat. Jaga emosi bahagia didapat, o lalaaa hati bahagia. Kesehatan: Waspadai gangguan pernapasan, nyeri otot syaraf dan nyeri lambung. Tata pola makan, hindari: es, strop, sirup, makanan berlemak dan daun daunan warna hijau. Atur istirahat jaga kondisi, senam ringan jalan pagiPermata : Giok-Aquamarin-Zamrud-Onix Hitam.Asmara : Yang berkeluarga kembali damai. Yang berpacaran kembali mesra. Hari buruk: Senin Kliwon. KAPAT 19 September-13 Oktober Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku Wuye.Umum : Peluang emas dikiri kanan, hambatan hilang sepanjang jalan. Penuh ambisi tata strategi, untung di tangan telah


(51)

waspada.Keuangan : Sumber pendapatan harian melonjak tajam. Pemasukan tak terduga penuh kejutan. Atur pengeluaran sesuai rencana. Remaja : Ada dusta di balik cinta, hati merana dikhianati. Patah tumbuh hilang berganti, putus satu cari lagi. Sama yang baru, lebih nyaman. Kesehatan: Waspadai gangguan batuk, pernapasan dan nyeri otot syaraf. Tata pola makan, hindari : es, strop, sirup, makanan berlemak daun-daunan berwarna hijau. Atur istirahat jaga kondisi, olah napas medhitasi.Permata : Berlian-Zamrud-Onix Hitam- Mutiara. Asmara : Yang berkeluarga gencatan senjata. Yang berpacaran perang syaraf. Hari buruk : Senin Kliwon. KALIMO 14 Oktober – 9 November Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku Wuye.Umum : Kesempatan emas dalam jangkauan, hambatan besar tinggal kenangan. Bertindak cepat tanpa strategi, untung besar telah menanti. Perjalanan luar kota menjanjikan, bila dicoba bawa suasana baru.Keuangan : Sumber pendapatan harian melonjak tajam. Pemasukan tak terduga penuh kejutan. Atur pengeluaran sesuai rencana.Remaja : Hati -hati kala bicara, lupa daratan lahir derita. Kata manis penuh puja, hati terbelah cinta merana. Harga diri lebih berarti, undur diri mencari ganti.Kesehatan : Waspadai gangguan Ginjal, Stress dan jantung. Tata pola makan, hindari: daun-daunan, kopi pahit daging berlemak. Atur istirahat jaga kondisi olahnapas medhitasi.Permata : Onix Hitam – Mutiara – Mata kucing. Asmara : Yang berkeluarga nafsu besar tenaga kurang. Yang


(52)

Buruk : Senin Kliwon.

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, sampel penelitian ini berjumlah 100 orang. Dengan alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner dan disebar pada seluruh sampel penelitian sebagai responden. Setelah diisi dan ditabulasi, keadaan data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi.

4.2.1 Identitas responden

Identitas responden dari penelitian ini adalah identitas responden berdasarkan wilayah yang telah ditentukan dalam penelitian meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan responden

Tabel.1 Usia Responden

(n =100)

Kelompok Usia Responden F %

1 30-35 Tahun 17 17

2 36-40 Tahun 26 26

3 41-45 Tahun 25 25

4 46-50 Tahun 21 21

5 51-55 Tahun 9 9

6 56-70 Tahun 1 1

Total 100 100


(53)

Dari tabel usia responden yang diolah berdasarkan hasil survei dilapangan menunjukkan bahwa kelompok usia responden 30 tahun sampai 35 tahun mempunyai prosentase sebesar 17 persen, kemudian kelompok usia 36 tahun sampai 40 tahun sebesar 26 persen, kelompok usia 41 tahun sampai 45 tahun sebesar 25 persen, kelompok usia 46 tahun sampai 50 tahun mempunyai prosentase sebesar 21 persen, kelompok usia 51 tahun sampai 55 tahun mempunyai prosentase sebesar 9 persen dan kelompok usia 56 tahun sampai 60 tahun hanya 1 persen. Mayoritas responden dari hasil penelitian ini adalah 26 persen dengan kelompok usia 36 tahun sampai 40 tahun.

Dari data peneliti menyebutkan bahwa komposisi kelompok umur/struktur usia pada tahun 2007 penduduk Kota Surabaya (www.surabaya.go.id) dapat dijelaskan bahwa proporsi terbanyak adalah pada kelompok usia 36-45 Tahun (524.829 jiwa) dan 46-59 Tahun (464.205 jiwa). Dari data inilah salah satu alasan peneliti memfokuskan batasan usia responden dalam penelitian ini. Peneliti membatasi usia responden sebagai sampel dalam penelitian dengan batas usia 30 tahun sampai 70 tahun, pembatasan ini dengan dilihat dari segi psikologis bahwa seseorang pada umur tersebut memulai tahapan kemasakan (maturity) sampai pada tahap tua (senility), secara umum tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagian dan produktivitas. Pada tahap usia pertengahan antara 50 tahun sampai 70 tahun ada perubahan penyesuaian


(54)

dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan fisik, sosial dan psikologikal. Pada tahap usia akhir melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan keluarga dan sahabat, pensiun kehilangan status di masyarakat mengikuti perasaan kesendirian dan tidak aman. Peneliti mengamati pada sisi kehidupan budaya responden, pada umumnya responden ini masih sangat kental dengan dengan budaya atau norma budaya yang dianut, responden yang di tinggal Surabaya terdiri dari tiga klan, yaitu mataraman, suroboyoan dan kulonan. Pada umumnya mereka sangat peka terhadap religi dan hal yang sifat klenik.

Dari hasil penelitian ini pula dapat diketahui segmentasi pembaca tabloid Posmo yang tertuju pada usia diantara 30 tahun sampai 70 tahun. Pembaca usia ini yang masih percaya dengan adanya hal bersifat mistik, klenik bahkan diantara sebagai penganut aliran budaya jawa. Mereka membutuhkan media Posmo sebagai jembatan informasi yang memberikan nilai-nilai tambah terhadap pemahaman budaya yang dipercaya.

Tabel.2

Jenis Kelamin Responden (n =100)

Jenis kelamin responden F %

1 Laki-laki 35 35

2 Perempuan 65 65

Total 100 100


(55)

Dari hasil tabel menunjukan bahwa mayoritas responden yang didapat dalam survei di lapangan adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 65 persen dan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 35 persen. prosentase yang sangat jauh ini diasumsikan bahwa ketika responden mengobservasi lingkungan dan data dilapangan banyak ditemui kaum perempuan, mereka mempunyai aktifitas yang sangat beragam seperti ibu rumah tangga, pemilik warung, toko dan untuk kaum laki-laki ditemui dilapangan dengan kondisi sebagai pensiunan dan beberapa diantaranya berprofesi sebagai tukang becak, dilihat dari tingkat SES responden yang ditemui ini mereka yang masih percaya terhadap budaya dan pandangan yang bersifat klenik dan mistik rata-rata adalah masyarakat dengan tingkat perekonomian yang dibawah rata-rata. Mereka ini mencari tambahan nilai-nilai kehidupan dari membaca tabloid Posmo sebagai panduan kehidupan sehari-hari mereka. Kaum perempuan yang paling banyak ditemui dan sebagai responden ini mempunyai waktu luang yang cukup banyak untuk membaca media ataupun menonton televisi.

Tabel. 3

Pendidikan Responden ( n =100 )

Pendidikan F %

1 SMP 13 13

2 SMU 59 59

3 D-1/D-3/S-1 28 28

Total 100 100


(56)

Dari hasil tabel menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden adalah SMU dengan prosentase sebesar 59 persen. Selanjutnya dengan prosentase sebesar 28 persen adalah berpendidikan sarjana maupun diploma, 13 persen responden dengan pendidikan terakhir adalah SMP. Banyaknya responden dengan pendidikan akhir Sekolah Menengah Umum atau dahulu disebut sebagai Sekolah Menengah Atas, disebabkan banyak hal salah satunya adalah masalah perekonomian. Berkaitan dengan prosentase mayoritas usia responden dan prosentase mayoritas perempuan, diasumsikan bahwa nilai budaya lama yang kurang benar masih dianut, khusus untuk perempuan ‘tidak perlu sekolah tinggi karena nantinya juga menjadi ibu rumah tangga nilai ini lah yang kurang sesuai dengan kondisi perekonomian sekarang ini’. Mayoritas para perempuan ini sekarang mencoba bertahan hidup dengan berwirausaha seperti usaha warung maupun toko kelontong. Keterbatasan kemampuan pendidikan terkadang juga menjadi hambatan bagi mereka untuk bertahan di kondisi seperti sekarang ini.

Tabel. 4

Pernah membaca tabloid POSMO ( n =100 )

Responden yang membaca F %

1 Pernah membaca 100 100

2 Tidak pernah membaca - -

Total 100 100

Sumber : Kuisioner B no 5

Dari hasil survei menunjukkan bahwa 100 persen responden menyatakan pernah membaca tabloid Posmo. Dari hasil survei ini


(57)

menunjukkan bahwa eksistensi dan citra dari tabloid Posmo sebagai tabloid yang membahas supranatural, mistik, klenik masih bagus dan hal ini dapat dibuktikan bahwa 100 persen responden menyatakan pernah membaca tabloid Posmo. Dari hasil survei ini juga diasumsikan bahwa jaringan maupun jalur distribusi tabloid Posmo sangat luas, masyarakat dari seluruh pelosok dapat mengkonsumsi tabloid ini sebagai bagian dari kebutuhan media mereka. Selain ini dari sisi lain mengapa responden mengkonsumsi tabloid ini karena dilihat dari sisi bentuk percetakan yaitu berbentuk tabloid, ilustrasi halaman depan atau cover yang menarik, tema atau judul setiap terbitan bersifat bombastis dan selalu dikaitkan dengan fenomena yang sedang terjadi di kehidupan manusia, cara penulisan yang bersifat feature juga menarik bagi pembaca usia 30 tahun keatas dimana mereka membaca informasinya lugas dan tidak perlu pemahaman yang rumit.

Tabel .5

Frekuensi membaca tabloid Posmo dalam satu bulan ( n =100 )

Sumber: Kuisioner B no 6

Dari hasil tabel menunjukkan bahwa mayoritas responden yang membaca posmo dalam satu bulan dengan prosentase tertinggi yaitu 37 persen

Frekuensi F %

1 1 kali 26 26

2 2 kali 37 37

3 3 kali 30 30

4 4 kali 7 7

5 5 kali - -


(58)

adalah responden yang membaca 2 kali dalam satu bulan. Kemudian 30 persen responden menyatakan membaca tabloid Posmo 3 kali dalam satu bulan, 26 persen responden menyatakan membaca 1 kali dalam satu bulan. Dan 7 persen responden menyatakan membaca 4 kali dalam satu bulan. Dari keseluruhan hasil tabel dapat diasumsikan bahwa frekuensi responden dalam membaca tabloid Posmo dikategorikan tinggi, rata-rata responden membaca 1 kali sampai 3 kali dalam satu bulan. Tinggi frekuensi ini berkaitan dengan informasi yang disediakan oleh tabloid posmo sangat dibutuhkan, mereka para responden ini merupakan responden perempuan dengan pendidikan yang tidak terlalu tinggi namun mereka membutuhkan media untuk bagian dari kehidupannya, terlepas dari isi tabloid yang merupakan manfaat bagi responden atau tidak.

4.2.2 Motif responden membaca tabloid Posmo

4.2.2.1 Motif Kognitif

Tabel.6

( n =100 )

Sumber: Kuisoner C no. 7

Memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik

Jawaban responden F %

1 Sangat Setuju 34 34

2 Setuju 66 66

3 Tidak Setuju - 0

4 Sangat Tidak Setuju - 0


(59)

Dari hasil tabel mengenai motif kognitif responden membaca tabloid Posmo adalah untuk memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandangan mistik maupun klenik mayoritas responden menyatakan setuju dengan jumlah prosentase sebesar 66 persen. sebanyak 34 persen responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka dengan membaca tabloid Posmo mereka memperoleh informasi tersebut. Dari hasil kognitif ini dapat diasumsikan bahwa mereka yang menjawab sangat setuju adalah responden yang sangat antusias terhadap fenomena maupun peristiwa mistik dan klenik. Mistik adalah ruang atau wilayah gaib yang dapat dirambah dan dipahami manusia, sebagai upayanya untuk memahami Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam agama Islam ruang mistik untuk memahami sejatinya Tuhan dikenal dengan istilah tasawuf. Mistik lebih fleksibel jika dibandingkan dengan agama, sebab mistik tidak mempersoalkan apa latar belakang ajaran, agama, budaya orang yang ingin menghayati. Hal itu tidak menimbulkan resiko terjadinya benturan nilai-nilai, karena dalam tradisi mistik yang sesungguhnya, keberagaman akan dikupas, lalu mengambil sisi maknawiahnya yang bersifat hakekat atau esensial. Klenik merupakan pemahaman terhadap suatu kejadian yang dihubungkan dengan hukum sebab akibat yang berkaitan dengan kekuatan gaib (metafisik) yang tidak lain bersumber dari Tuhan Yang Maha Suci dan di dalam agama manapun unsur klenik ini selalu ada. Manakala mendengar istilah mistik, akan timbul konotasi


(60)

negatif. Walau bermakna sama, namun perbedaan bahasa dan istilah yang digunakan, terkadang membuat masyarakat dengan mudah terjerumus ke dalam pola pikir yang sempit. Masyarakat seperti yang direpresentasikan oleh responden yang menjawab sangat setuju, beranggapan bahwa kehidupan sehari-hari merupakan sebuah bagian dari fenomena mistik maupun klenik dan selalu mengait-ngaitkan suatu masalah atau kejadian dengan hal-hal yang berbau klenik dalam berbagai kisi kehidupannya. Seolah-olah jika tidak mengkaitkan dengan klenik dan mistik, hidup mereka ada yang kurang. Bahkan tidak jarang untuk melakukan sesuatu atau mengambil satu keputusan penting pun, mereka menunggu wangsit atau mimpi terlebih dulu dan fenomena semacam inilah yang paling banyak berada di sekitar kita.

Berbeda dengan mayoritas responden yang menyatakan setuju bahwa mereka memperoleh informasi mengenai klenik dan mistik berawal dari membaca tabloid posmo, mereka ini termasuk golongan yang menganggap biasa perihal mistik maupun klenik namun mereka ini juga percaya mengenai hal tersebut, hal ini dapat diasumsikan bahwa meski mereka menganggap hal tersebut biasa namun mereka tetap saja menjadi bagian dari responden yang menyatakan pernah membaca tabloid Posmo. Responden ini merupakan masuk juga seperti kategori responden yang sebelumnya namun dalam kategori ini responden tidak terlalu fanatik terhadap hal klenik maupun mistik.


(61)

Tabel.7

( n =100 )

Sumber: Kuisoner C no. 8

Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan setuju sebesar 62 persen, dan yang menyatakan sangat setuju sebesar 38 persen. Pernyataan responden ini semua mengarah kepada pernyataan yang positif dimana dengan membaca tabloid Posmo mereka dapat mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian dilihat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Responden yang menyatakan sangat setuju merupakan responden dalam kelompok antusias atau fanatik perihal fenomena klenik, responden ini biasanya masuk dalam responden dengan usia antar 40 tahun keatas, didasari dengan rendahnya tingkat pendidikan dan mereka biasanya menganggap apa yang fenomena mistik dan klenik merupakan acuan norma dan menjadi simbol tersendiri bagi kehidupan mereka. Alam gaib, mistik dan klenik memang selalu menarik perhatian, lantaran ada lorong-lorong misteri yang membuat orang penasaran. Sebuah dunia yang tidak terang benar, tetapi mengusik keingintahuan. Tak terhitung berapa banyak

Mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik

Jawaban responden F %

1 Sangat Setuju 38 38

2 Setuju 62 62

3 Tidak Setuju - 0

4 Sangat Tidak Setuju - 0


(62)

program mistik/klenik yang sudah ditayangkan di televisi maupun layar lebar, bahkan situs di jagat mayapun bukan main banyaknya, namun tetap saja masyarakat menyukai hal ini.

Tabel.8

Mengetahui segala informasi keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit,

banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam

( n =100 )

Sumber: Kuisoner C no. 9

Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa prosentase yang menyatakan sangat setuju hanya 6 persen, dan mayoritas yang menyatakan setuju sebesar 94 persen, pernyataan yang mengarah positif ini adalah mengenai motif mereka membaca tabloid Posmo untuk mengetahui segala informasi keprluan untuk mencari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam. Mayoritas yang menyatakan setuju mereka diasumsikan telah mengesampingkan nilai-nilai logis yang tidak mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari mereka, kecenderungan mereka berpatokan atau memegang nilai-nilai budaya masa lalu yang menurut mereka masih pantas

Jawaban responden F %

1 Sangat Setuju 6 6

2 Setuju 94 94

3 Tidak Setuju - 0

4 Sangat Tidak Setuju - 0


(63)

untuk dilakukan. Nilai budaya dalam kehidupan nyata bagi mereka tidak relevan sehingga mereka membutuhkan media yaitu tabloid Posmo ini untuk mencari ilmu sebanyak banyaknya mengenai dunia mistik dan klenik.

Tabel.9

Mempercayai segala informasi fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik

( n =100 )

Sumber: Kuisoner C no. 10

Dari hasil tabel menunjukkan bahwa dengan membaca tabloid Posmo responden dapat mempercayai fenomena atau peristiwa dilihat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Mayoritas responden menyatakan setuju dengan prosentase sebesar 71 persen dan 29 persen responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka lebih percaya bahwa informasi atau peristiwa dari sudut pandang klenik atau mistik itu ada kebenarannya dan diungkap atau disampaikan melalui media. Media ini sebagai bagian dari pembenaran dimasyarakat bahwa hal yang bersifat klenik atau mistik itu benar-benar ada ditengah kehidupan masyarakat. Masyarakat banyak yang menilai bahwa mereka berada di tengah-tengah kehidupan yang menganut nilai-nilai budaya jaman dahulu dan mereka sangat tertarik untuk mempelajarinya lagi. Mereka

Jawaban responden F %

1 Sangat Setuju 29 29

2 Setuju 71 71

3 Tidak Setuju - 0

4 Sangat Tidak Setuju - 0


(64)

menjadi percaya tatkala sebuah peristiwa maupun fenomena yang berkaitan dengan mistik atau klenik itu diangkat dalam sebuah media. Masyarakat ini merupakan sebagaian besar dari masyarakat yang mempunyai sikap kejawen. Kejawen adalah cara untuk berpola pikir, bersikap, dan berpola hidup sebagaimana seharusnya orang Jawa, dan tidak sama dengan klenik. Memahami kejawen tanpa memahami kehidupan manusia dan dan memahami alam akan menjadi klenik. Mistik kejawen merupakan bagian dari ribuan mistik yang ada di bumi ini. Setiap masyarakat, bangsa dan budaya biasanya memiliki nilai-nilai tradisi mistik yang dipegang teguh sebagai pedoman hidup. Sekedar contoh, misalnya mistik Islam, dikenal dengan tradisi tasawuf, orang-orang yang mendalami disebut orang-orang-orang-orang zuhud, dan para sufistik. Mistik Budha atau Budhisme, mistik Hindu atau Hinduisme, dan masih terdapat ratusan bahkan ribuan lagi banyaknya mistik-mistik di dunia ini

Tabel.10

Total skor motif kognitif responden

( n =100 )

Sumber: Kuisoner C no. 7- no 10

Dari hasil tabel total skor motif Kognitif responden didapatkan prosentase mayoritas responden sebesar 52 persen adalah tinggi. Dan sebesar 48 persen prosentase responden sedang. Dari hasil ini dapat diasumsikan

Jawaban responden F %

1 Rendah - 0

2 Sedang 48 48

3 Tinggi 52 52


(65)

antusias terhadap segala informasi yang ada didalam tabloid Posmo. Dan sedang adalah mereka yang tidak terlalu membutuhkan informasi tabloid Posmo. Seseuai dengan hasil dari tabel sebelumnya diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan setuju bahwa dengan membaca tabloid Posmo mereka memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik, mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik, mengetahui segala informasi keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam. Membaca tabloid Posmo saya mempercayai segala informasi fenomena atau peristiwa kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Dari hasil ini diasumsikan bahwa pada umumnya responden adalah masih mempunyai keterikatan kuat dengan budaya kejawen meskipun responden bertempat tinggal di kota yang sudah maju. Lingkungan dan perkembangan modernisasi tidak menyurutkan atau menghilangkan budaya yang telah dipercayai sejak turun temurun, maka responden berusaha mencari informasi dalam tabloid Posmo agar mereka masih mendapatkan informasi mengenai mistik dan klenik yang menurut mereka bagian dari budaya yang diwarisi oleh nenek moyang mereka.


(66)

Tabel.11

Membaca tabloid Posmo hanya sebagai hiburan saja

( n =100 )

Sumber: Kuisoner C no. 11

Dari hasil tabel diatas menunjukkan pernyataan responden bahwa dengan membaca tabloid posmo merupakan hanya sebagai hiburan saja. Dari mayoritas jawaban setuju sebanyak 44 persen dan sangat setuju sebesar 32 persen dan 24 persen responden menyatakan tidak setuju. Dari hasil tabel dapat diasumsikan bahwa responden yang menyatakan tidak setuju mereka masuk dalam kelompok antusian terhadap hal yang berkaitan dengan klenik atau mistik, mereka menolak menyatakan bahwa tabloid Posmo hanya sebagai hiburan, berbeda dengan pernyataan responden mayoritas yang menyatakan setuju dengan prosentase sebesar 44 persen. Responden yang menyatakan setuju terhadap pertanyaan bahwa tabloid Posmo hanya sebagai hiburan mereka adalah responden perempuan dengan golongan usia diatas 45 tahun yang mempunyai waktu luang cukup banyak, sehingga untuk mengisi waktu mereka membaca tabloid Posmo.

Dari yang menyatakan sangat setuju dengan jumlah prosentase sebesar 32 persen mereka adalah responden yang masuk dalam golongan tingkat

Jawaban responden F %

1 Sangat Setuju 32 32

2 Setuju 44 44

3 Tidak Setuju 24 24

4 Sangat Tidak Setuju - 0


(67)

pendidikan yang tinggi seperti sarjana dan diploma, mereka melihat fenomena klenik maupun mistik hanya sebagai bacaan untuk hiburannya saja.

Tabel.12

Membaca tabloid Posmo hanya sekedar mengisi waktu luang

( n =100 )

Sumber: Kuisoner C no. 12

Dari hasil tabel menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju bahwa mereka membaca tabloid Posmo hanya sekedar mengisi waktu luang mereka. Responden ini masuk dalam kategori responden perempuan yang mempunyai tingkat pendidikan tidak tinggi dan mereka pada umumnya peremepuan yang mempunyai aktifitas sebagai ibu rumah tangga atau mereka yang mempunyai usaha kecil. Berbeda dengan 18 persen responden yang menyatakan tidak setuju, mereka ini adalah responden yang membaca tabloid Posmo sebagai media bacaan yang harus mereka dapatkan dan di baca, mereka ini masuk dalam golongan entusias dan 6 persen responden yang menyatakan tidak setuju bahwa membaca tabloid Posmo hanya sekedar mengisi waktu luang. Responden yang minoritas ini merupakan kategori fanatik terhadap hal yang bersifat mistik atau klenik. Responden diasumsikan adalah responden

Jawaban responden F %

1 Sangat Setuju - 0

2 Setuju 76 76

3 Tidak Setuju 18 18

4 Sangat Tidak Setuju 6 6


(1)

kesempatan inilah banyak digunakan oleh responden untuk menunjukkan identitas personal mereka di tabloid Posmo.

4.2.3 Motif responden keseluruhan dalam membaca tabloid Posmo

Motif responden keseluruhan dalam membaca tabloid Posmo didapat dari hasil total skor dari motif kognitif, motif diversi dan motif identitas personal.

Tabel.21

Motif keseluruhan dalam membaca tabloid Posmo

Sumber: Data di olah

Dari hasil tabel motif keseluruhan dalam membaca tabloid Posmo, yang dikelompokan dari motif Kognitif, motif Diversi dan motif Identitas Personal maka dapat diketahui bahwa prosentase mayoritas sebesar 42 persen didapat dari hasil penghitungan total skor motif diversi. Dapat diasumsikan bahwa mayoritas responden sebesar 42 persen mempunyai penilaian sedang mengenai motif diversi dalam membaca tabloid Posmo. Motif diversi responden mempunyai prosentase terbesar namun dalam kategori diversi, mereka mempunyai kecenderungan menyatakan ketidak setujuannya apabila mereka membaca tabloid Posmo untuk mengisi waktu luang ada semacam kontradiksi dimana motif kognitif responden cukup bagus, sehingga dapat di simpulkan bahwa responden sebenarnya mengganggap informasi dari tabloid Posmo itu

Motif Frekuensi tertinggi Prosentase %

Kognitif 52 29

Diversi 77 42

Identitas Personal 52 29


(2)

penting dan bukan sebagai bagian untuk mengisi waktu luang, atau melepas dari ketegangan setelah melakukan aktifitas sehari-hari. Kontradiksi inilah yang juga terlihat dari prosentase hasil motif identitas personal, peneliti mengasumsikan bahwa mereka sangat tertarik dan membutuhkan informasi mengenai hal mistik maupun klenik, namun mereka beranggapan bahwa informasi ini bukan sebagai hiburan, mereka membaca tabloid ini juga sebagai bagian dari komunikasi antara pembaca dengan pembaca lain dengan cara ikut memberikan tanggapan atau pertanyaan yang tersurat melalui tabloid Posmo.


(3)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden membaca tabloid Posmo adalah untuk mencari informasi dan pengetahuan berkaitan dengan hal yang bersifat mistik maupun klenik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel dalam kategori kognitif, total skor yang didapat adalah tinggi dengan prosentase sebesar 52 persen mayoritas responden menyatakan kesetujuan bahwa mereka membaca tabloid Posmo adalah untuk memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik, mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik, mengetahui segala informasi keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam dan mempercayai segala informasi fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik.

Hal ini tidak dipungkiri bahwa ada relevansi antara motif responden, tabloid Posmo dengan kehidupan masyarakat yang masih percaya terhadap hal


(4)

mistik atau klenik meskipun mereka ada dalam kehidupan modern, salah satunya adalah masih adanya upacara-upacara adat dalam kehidupan sehari-hari yang terkadang terlihat bertolak belakang dengan kehidupan beragama yang mengajarkan nilai-nilai berdasarkan agama.

Dari hasil penelitian mengenai motif diversi masyarakat pembaca tabloid Posmo dalam penelitian ini total skor mayoritas responden sedang dengan prosentase sebesar 77 persen, sebagian besar responden menyatakan bahwa tabloid Posmo hanya sebagai bagian media untuk mengisi waktu luang. Namun bukan berarti mereka adalah tidak mempercayai informasi yang ada dalam tabloid posmo, karena mereka memanfaatkan waktu luang ini responden ingin mencari informasi yang berbeda dari yang disajikan oleh media massa lainnya setiap hari. Dari hasil penelitian mengenai motif identitas personal mayoritas responden mempunyai total skor kategori sedang yaitu 52 persen hal ini artinya pembaca tabloid Posmo, responden tidak banyak yang ikut serta berpartisipasi untuk melakukan komunikasi aktif dengan tabloid Posmo mereka hanya sebagai pembaca pasif, dan dapat disimpulkan peneliti bahwa apa yang responden alami maupun yang ingin ditanyakan sudah terwakilkan melalui kolom-kolom pertanyaan yang dikirimkan oleh pembaca lainnya.


(5)

5.2 Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti mengenai tabloid Posmo adalah agar tabloid Posmo memberikan rujukan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam membahas fenomena yang bersifat klenik dan mistik. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran di masyarakat bahwa fenomena yang diulas dalam tabloid Posmo tidak bersifat fiktif namun mempunyai relevansi dengan pemikiran logis dan memberikan kaitan norma-norma agama yang ada di Indonesia. Melakukan pendekatan secara langsung dengan masyarakat dengan cara menyelenggarakan kegiatan bersifat tatap muka. Sehingga tercipta nilai-nilai positif baik untuk tabloid Posmo maupun untuk pembaca.


(6)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, Malang, UMM Press Assegaf, Dja’far.,1991,Jurnalistik Masa Kini, Ghalia Indonesia

Bulaeng, Andi, 2004, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, Andi Offset, Yogyakarta,

Djuroto, Totok, 2002, Manajemen Penerbitan Pers, Remaja Rosadkarya, Bandung

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori Dan Filsafat, Remaja Rosdakarya, Bandung

Flourney, Don Michael.,1989, Analisis Isi Surat Kabar Indonesia, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta

Kasali, Renald, 1992, Manajemen Periklanan, Jakarta, Anem kosong Ane McQuail, Dennis, 1987, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Erlangga,

Jakarta

Rachmat, Jalaluddin,1999, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rivers, William L, et.al, Media Massa dan Masyarakat Modern, Prenada Media, Jakarta,2004

Santana, Septiawan K., 2005, Jurnalisme Kontemporer,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Siregar, Saujana.,1995, Bagaimana Memepertimbangkan Artikel Opini Untuk

Media Massa, Kanisius, Jakarta

NON BUKU

Tabloid Posmo, Tahun 2010 : edisi cetakan 609

INTERNET