Motif Pembaca DetEksi pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif Motif Remaja Kota Surabaya Membaca Rubrik DetEksi pada Harian Jawa Pos).

(1)

MOTIF PEMBACA DETEKSI PADA HARIAN JAWA POS

(Studi Deskriptif Motif Remaja Kota Surabaya Membaca Rubrik DetEksi

pada Harian Jawa Pos)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

RINARHAYU NOVITASARI 0543010427

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

MOTIF PEMBACA DETEKSI PADA HARIAN JAWA POS

(Studi Deskriptif Motif Remaja Kota Surabaya Membaca Rubrik DetEksi pada Harian Jawa Pos)

Disusun oleh :

RINARHAYU NOVITASARI NPM 0543010427

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si. Drs. Kusnarto, M.Si.

NIP 19581225 199001 1001 NIP 19580801 198402 1001

Mengetahui, DEKAN FISIP

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. NIP 19550718 198302 2001


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirrabil ‘alamin. Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian dengan judul “MOTIF PEMBACA DETEKSI PADA HARIAN JAWA POS”.

Dalam menyusun skripsi penelitian ini, penulis tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta motivasi dari semua pihak yang terlibat. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu keberhasilan dalam menyusun skripsi penelitian ini, baik secara moral maupun material. Di antaranya :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Juwito, S.Sos., M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si., Dosen Pembimbing Utama. Terima kasih untuk seluruh bimbingan dan bantuan yang diberikan.

4. Drs. Kusnarto, M.Si., Dosen Wali sekaligus Dosen Pembimbing Pendamping. Terima kasih untuk seluruh bimbingan dan bantuan yang diberikan.

5. H. Sunar Hariadi, S.H. dan Hj. Rahayu Murtiasih, kedua orang tua yang senantiasa mendidik dan membimbing dengan penuh kasih. Terima kasih untuk dukungan dan doa-doanya.

6. Adi Satriya Wicaksana dan Astri Dyah Widyarini, kedua adik yang bandel. Makasih ya spiritnya.


(4)

7. Soulmate 2k5 ‘til now. Rosyida, Christa, Novi, Vega, Vika, Nunky, Endah, Olive, Angela, Juned, Rama, Rinto, Septa, Dwi, Sultan, Halim, Didit, dkk. Makasih untuk semangat dan bantuannya. Miss you all always. SEMANGAT..!!!

8. Mega Septa Twirandang, salah satu sumber motivasi bagi penulis. Terima kasih untuk semuanya.

9. Nur Aini dan Anton Syuhada. Makasih banyak ya spiritnya???

10. Mas Yondang, Mas Yahya, Mbak Devi, dan semua kru DetEksi. Makasih banyak sudah mau direpotkan.

Penulis berharap semoga skripsi penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Komunikasi di mata yang akan datang. Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini jauh dari sempurna, maka dibutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

ABSTRAKSI ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Perumusan Masalah ...12

1.3. Tujuan Penelitian ...12

1.4. Kegunaan Penelitian ...13

1.4.1. Kegunaan Teoritis ...13

1.4.2. Kegunaan Praktis ...13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...14

2.1. Landasan Teori ...14

2.1.1. Surat Kabar (Koran) Sebagai Media Komunikasi Massa ...14


(6)

2.1.3. Teori Uses and Gratifications ...27

2.1.4. Teori Kebutuhan ...31

2.1.5. Pengertian dan Pemahaman Motif ...33

2.1.6. Pembaca Sebagai Khalayak Aktif Media Massa ...36

2.1.7. Rubrik DetEksi pada Harian Jawa Pos ...39

2.1.8. Kerangka Berpikir ...40

BAB III METODE PENELITIAN ...43

3.1. Definisi Operasional ...43

3.2. Pengukuran Variabel ...46

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ...49

3.3.1. Populasi ...49

3.3.2. Sampel ...49

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel ...50

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...51

3.5. Teknik Analisis Data ...51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...52

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ...52

4.1.1. Sejarah Surat Kabar di Jawa Timur ...52

4.1.2. Gambaran Umum Jawa Pos ...55

4.1.3. Rubrik DetEksi ...57

4.2. Penyajian Data dan Analisa ...60

4.2.1. Identitas Responden ...60

4.2.2. Motif Remaja Membaca Rubrik DetEksi pada Harian Jawa Pos 62 4.2.2.1. Motif Informasi ...63


(7)

4.2.2.2. Motif Identitas Personal ...76

4.2.2.3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ...86

4.2.2.4. Motif Hiburan ...93

4.2.3. Kategorisasi pada Masing-masing Motif ...101

4.2.4. Kategorisasi Motif Secara Umum ...107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...108

5.1. Kesimpulan ...108

5.2. Saran ...109

DAFTAR PUSTAKA ...110


(8)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1 : Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...60

Tabel 2 : Responden Berdasarkan Usia ...61 Tabel 3 : Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...62 Tabel 4 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Topik dan Hasil Polling yang

Dibahas ...63 Tabel 5 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Tips dan Trik yang Menarik

(Kolom Tak Tik Tang)...65 Tabel 6 : Motif Informasi Responden Ingin Mencari Pendapat dan Hal-hal yang

Berkaitan dengan Gaya Hidup Remaja Metropolis ...66 Tabel 7 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Perkembangan Tentang

Dunia Pergaulan Remaja Metropolis yang Dibahas di Rubrik DetEksi 67 Tabel 8 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Perkembangan Tentang

Kehidupan Sosial Remaja Metropolis yang Dibahas di Rubrik DetEksi 69 Tabel 9 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Komentar Pakar dari Topik

yang Dimuat (Kolom Bla Bla Bla) ...70 Tabel 10 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Pengalaman Seseorang

Sehubungan dengan Topik yang Dimuat (Kolom Share)...72 Tabel 11 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Tema Interaktif Pembaca

yang Dimuat ...73 Tabel 12 : Motif Informasi Responden Ingin Mengetahui Model DetEksi yang

Ditampilkan ...75 Tabel 13 : Motif Identitas Personal Responden Ingin Meningkatkan Pemahaman Diri

Sebagai Remaja ...77 Tabel 14 : Motif Identitas Personal Responden Ingin Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

...78 Tabel 15 : Motif Identitas Personal Responden Ingin Mengidentifikasi Diri dengan

Remaja Lain ...80 Tabel 16 : Motid Identitas Personal Responden Ingin Mendapatkan Motivasi dan


(9)

Tabel 17 : Motif Identitas Personal Responden Ingin Menemukan Figur Untuk Dicontoh ...83 Tabel 18 : Motif Identitas Personal Responden Ingin Mendapatkan manfaat dari Membaca DetEksi ...85 Tabel 19 : Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Ingin Berempati Kepada

Orang Lain atau Lingkungan Sosial ...87 Tabel 20 : Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Ingin Mendiskusikan

Tentang Topik yang Dimuat di DetEksi dengan Saudara, Teman, dan Tetangga ...89 Tabel 21 : Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Ingin Menjadikan Semua

Artikel yang Ada pada Rubrik DetEksi Sebagai Bahan Percakapan dan Berinteraksi dengan Saudara, Teman, dan Tetangga ...90 Tabel 22 : Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Ingin Sekedar Mengikuti

Saudara, Teman, dan Tetangga yang Membaca Rubrik DetEksi ....92 Tabel 23 : Motif Hiburan Responden Ingin Mengisi Waktu Luang ...93

Tabel 24 : Motif Hiburan Responden Ingin Bersantai Sambil Membaca Rubrik DetEksi ...95

Tabel 25 : Motif Hiburan Responden Ingin Melihat Gambar Model DetEksi yang Cantik dan Cakep ...96

Tabel 26 : Motif Hiburan Responden Ingin Melepas Kejenuhan dari Rutinitas yang Ada (Sekolah, Kuliah) ...98

Tabel 27 : Motif Hiburan Responden Ingin Menghilangkan Stres dari Segala Permasalahan yang Sedang Dihadapi ...99 Tabel 28 : Motif Informasi Responden dalam Membaca Rubrik DetEksi pada Harian

Jawa Pos ...101 Tabel 29 : Motif Identitas Personal Responden dalam Membaca Rubrik DetEksi pada

Harian Jawa Pos ...103 Tabel 30 : Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden dalam Membaca Rubrik

DetEksi pada Harian Jawa Pos ...104 Tabel 31 : Motif Hiburan Responden dalam Membaca Rubrik DetEksi pada Harian

Jawa Pos ...105 Tabel 32 : Kategorisasi Motif Secara Umum ...107


(10)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1. : Model Uses and Gratifications ...31


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ...112

Lampiran 2 : Tabel Identitas Responden ...117

Lampiran 3 : Tabel Motif Informasi ...120

Lampiran 4 : Tabel Motif Identitas Personal ...123

Lampiran 5 : Tabel Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ...126

Lampiran 6 : Tabel Motif Hiburan ...129

Lampiran 7 : Tabel Data Kategori Jawaban dari Responden ...132


(12)

ABSTRAKSI

Rinarhayu Novitasari, Motif Pembaca DetEksi pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif Motif Remaja Kota Surabaya Membaca Rubrik DetEksi pada Harian Jawa Pos)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif pembaca, khususnya remaja kota Surabaya dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos.

Landasan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah surat kabar (koran) sebagai media komunikasi massa, teori remaja, dan teori Uses and Gratifications.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 446.646 orang, yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 214.731 orang dan perempuan 231.915 orang. Sampel yang digunakan berjumlah 100 responden. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada sejumlah responden. Untuk analisis data menggunakan tabulasi data yang dimasukkan pada table frekuensi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa motif remaja Surabaya dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos berada pada kategori tinggi. Yang berarti bahwa remaja Surabaya memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan informasi, pendidikan, dan juga hiburan. Dengan demikian, di masa mendatang hendaknya pihak redaksi rubrik DetEksi dapat mempertahankan berita yang disajikan beserta

tampilannya (layout) agar kebutuhan remaja Surabaya akan informasi, pendidikan, dan hiburan dapat semakin terpenuhi.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia hidup tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi adalah dasar dari kehidupan manusia yang dibutuhkan dalam rangka bersosialisasi dengan sesamanya. Sebagai kebutuhan essensial dan seiring dengan kemajuan zaman dan berkembangnya pengetahuan manusia, kegiatan komunikasi akan terus berlangsung dalam kehidupan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain. Masyarakat dalam kehidupannya selalu membutuhkan informasi untuk memenuhi segala kebutuhan yang semakin beragam, maka proses komunikasi yang dilakukan manusia membutuhkan media komunikasi yang mampu mendukung tercapainya proses tersebut.

Komunikasi massa adalah suatu proses di mana organisasi-organisasi media memproduksi dan menyalurkan pesan-pesan ke publik, dan proses yang luas di mana pesan dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh khalayak. Media massa merupakan organisasi yang menyalurkan produk-produk atau pesan-pesan budaya yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya masyarakat. Media memberikan informasi secara terus-menerus kepada khalayak luas yang heterogen. Sistem-sistem media adalah bagian dari konteks politik, ekonomi, dan kekuatan institusional lain yang lebih besar. (Winarso, 2005 : 54)

Pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Keberadaan komunikasi massa di sekitar kita tidak dapat dihindari. Setiap hari, disengaja atau tidak, kita selalu menghadapi berbagai bentuk komunikasi massa. Pentingnya peranan media, yaitu media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan


(14)

oleh efisiennya dalam mencapai komunikan. Manusia membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dan mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh media massa tersebut. Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang disajikan oleh media massa. (Sobur, 2004 : 162)

Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media massa, dan munculnya media baru yang menawarkan banyak pilihan pada khalayaknya yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan masyarakat pada media massa tersebut.

Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.

Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang essensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat. Didorong oleh rasa ingin tahu pada diri manusia terhadap sesuatu maka kebutuhan akan informasi semakin meningkat, semakin banyak, mendetail, dan variatif. Banyak alternatif media massa yang digunakan untuk memperoleh informasi, baik media cetak maupun media elektronik. Beraneka ragam media yang bermunculan memungkinkan lebih adanya keleluasaan untuk memilih mana yang paling cocok untuk dijadikan media penyampaian informasi. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan produksi jurnalistik di Indonesia, baik ditinjau dari substansi isi maupun medianya.


(15)

Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern, misalnya kentongan, bedug, pagelaran kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan online, yang pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural, dan audio-visual. Untuk mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. (Effendy, 2003 : 37)

Di antara beberapa jenis media tersebut, media cetak seperti surat kabar memiliki ciri khas dibandingkan dengan media massa lainnya. Yang penting bukan hanya sifatnya yang merupakan media cetak, tetapi khalayak yang diterpanya bersifat aktif, tidak pasif seperti kalau mereka diterpa media radio, televisi, dan film. (Effendy, 2000 : 313)

Perkembangan media massa jenis media cetak dan elektronik mendorong produksi jurnalistik bervariasi. Dalam jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, verbal dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak, atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. (Sumadiria, 2005 : 5)

Pesan melalui media cetak diungkapkan dengan huruf-huruf mati, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak berperan secara aktif. Karena itu berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain, pada media cetak harus disusun sedemikian rupa, sehingga mudah dicerna oleh khalayak. Kelebihan media cetak lainnya, ialah bahwa media ini dapat dikaji ulang, didokumentasikan, dan dihimpun untuk kepentingan pengetahuan serta dapat dijadikan bukti autentik yang bernilai tinggi. (Effendy, 2000 : 313 – 314)


(16)

Surat kabar merupakan salah satu jenis media cetak yang dinilai lebih up to date dalam menyajikan berita-berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Beberapa kelebihan dari surat kabar di antaranya yaitu dapat disimpan lebih lama atau dapat diulang dan jelas, berbeda dengan media elektronik yang hanya dapat menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan untuk dapat memahami isi dan pesan.

Surat kabar berbeda dengan media elektronik dalam hal kecepatan penyampaian informasi ke masyarakat. Informasi dari media elektronik, seperti radio dan televisi lebih bisa menyampaikan informasi dalam waktu beberapa menit setelah informasi tersebut ditemukan, sedangkan surat kabar harus menunggu beberapa jam untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat. Namun, surat kabar memiliki metode sendiri untuk menarik perhatian masyarakat dengan versi cerita yang lebih mendalam. Surat kabar berani untuk tampil berbeda. Berita eksklusif dari surat kabar lah yang sulit dikalahkan oleh media elektronik.

Surat kabar tidak hanya saja sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta dapat mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media, khususnya surat kabar. Namun, tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media. (Sumadiria, 2005 : 86)


(17)

Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media cetak melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. (Sobur, 2001 : 163)

Koran Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar bertaraf nasional yang terbit setiap hari. Harian Jawa Pos selalu menampilkan halaman-halaman yang tidak dimiliki oleh para pesaing. Guna bersaing dengan surat kabar lain sebagai kompetitornya dan untuk tetap bertahan, Jawa Pos membuat inovasi-inovasi baru, yang salah satunya yaitu dengan memperluas segmentasinya pada kalangan remaja. Pada tahun 2000, Jawa Pos menjadi koran pertama yang menyediakan halaman khusus untuk anak muda. Bernama DetEksi, halaman ini terbit tiga halaman setiap hari, dikerjakan sepenuhnya oleh anak muda. Mulai penulis, fotografer, sampai redaktur. Begitu mudanya, rata-rata personel DetEksi berusia sekitar 20 tahunan. Hal ini merupakan fenomena baru di Surabaya, meskipun DetEksi sendiri bukan halaman baru di Jawa Pos. (http://www.jawapos.co.id/profile/ index.php)

DetEksi hadir untuk “membunuh” kemelut malas baca koran yang melanda anak muda. Dengan menganut teknik jurnalisme presisi, DetEksi menyuguhkan berita dengan melibatkan anak muda secara langsung. Mengapa anak muda? Karena mereka lah yang paling mengenal dunia anak muda. Sedangkan jurnalisme presisi atau precision journalism sendiri adalah salah satu metode pemberitaan dengan memanfaatkan riset sosial kuantitatif. Perpaduan kedua unsur itulah yang coba ditawarkan oleh DetEksi.

DetEksi berhubungan erat dengan remaja. Remaja membutuhkan banyak sekali informasi, pendidikan, dan juga hiburan dalam kehidupan sehari-hari. Dan DetEksi menawarkan apa yang dibutuhkan oleh remaja.


(18)

Remaja dengan segala permasalahannya menjadi objek utama pada penelitian ini. Masa remaja merupakan suatu masa di mana individu berjuang untuk tumbuh dan menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada (Sulaeman, 1995 : 2). Pada fase remaja banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang, di mana terjadi proses pencarian identitas. Dalam proses ini remaja bersifat aktif dan mempuyai rasa keingintahuan yang besar serta mempunyai kecenderungan untuk meniru hal-hal yang dianggapnya dapat menjadi identitas diri mereka, misalnya meniru dandanan idola mereka (Haditono, 2001 : 262). Pada masa tersebut status remaja menimbulkan dilema yang menyebabkan krisis identitas. Sehingga pada masa pencarian identitas ini remaja membutuhkan informasi dan bimbingan dalam pencapaian identitas, serta wadah untuk mengekspresikan diri mereka. Selain itu, usia remaja adalah usia di mana mereka menempuh pendidikan tingkat pertama, menengah, dan tinggi, yaitu SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi. Di mana jenjang pendidikan juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa, dan juga menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial.

Karena aktivitas tersebut, saat ini mereka membutuhkan banyak sekali informasi, pendidikan, sosialisasi serta hiburan. Dan media massa menjadi salah satu sumber informasi, pendidikan, sosialisasi, juga sebagai media pengekspresian diri bagi para remaja. Sumber-sumber tersebut termuat dalam halaman DetEksi pada harian Jawa Pos untuk memenuhi kebutuhan para pembacanya dengan memberikan halaman khusus yang membahas mengenai remaja dengan segala permasalahannya, misalnya permasalahan antara orang tua dengan anak, guru dengan murid, remaja dengan sesamanya, dan remaja dengan diri pribadinya.

DetEksi merupakan halaman yang sarat akan informasi dan hiburan serta unsur pendidikan di dalamnya. Sehingga DetEksi selain menghibur juga dapat menambah


(19)

pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya. Halaman DetEksi memuat informasi-informasi dan peristiwa-peristiwa terbaru dalam dunia remaja serta permasalahan yang terjadi di keseharian remaja metropolis.

Reaksi publik terhadap DetEksi awalnya terperanjat, kemudian terpukau, lalu muncul kekaguman terhadap DetEksi dan orang-orang di baliknya. Kini tujuannya jelas, menyambung hati antara orang tua dan anak, pengajar dan siswa, serta remaja dan sesamanya. Terbukti dari survey yang dilakukan DetEksi pada 18 Februari 2001, bahwa tercatat sebanyak 93,1 persen responden DetEksi yang terdiri dari mahasiswa perguruan tinggi dan siswa-siswi SMU/SMK Surabaya membaca DetEksi. Dan 38,7 persen di antaranya mengaku membaca ulasan hasil polling saat pertama kali menyentuh halaman DetEksi. Memang belum cukup besar karena usia DetEksi saat itu masih satu tahun. (Sumber : DetEksi Jawa Pos)

Berdasarkan hasil polling DetEksi pada 11 Februari 2010 tercatat jumlah pembaca DetEksi sebanyak 713 orang dengan usia 11–19 tahun. Terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 327 orang dan perempuan sebanyak 386 orang. (Sumber : DetEksi Jawa Pos)

Rubrik DetEksi menarik untuk dijadikan sebagai bacaan sehari-hari remaja metropolis, dan dapat menjadi bahan percakapan sehari-hari. Dalam rubrik DetEksi tersebut terdapat beberapa kolom yang bercerita mengenai dunia pergaulan dan gaya hidup remaja metropolis dalam kehidupan sehari-hari, mulai kehidupan sosial hingga psikologis mereka. Kolom-kolom tersebut antara lain kolom naskah utama yang terdiri dari dua sampai tiga naskah yang berisi ulasan hasil polling dan pendapat responDet. Selanjutnya kolom “Bla Bla Bla” yang berisi komentar dari para pakar dalam bidangnya yang menyangkut tentang tema yang sedang dibicarakan. Kolom “Tak Tik Tang” berisi tentang tips dan trik seputar topik yang bersangkutan. Kolom “Profil” yang berisi usia,


(20)

jenis kelamin, jumlah, dan pendidikan responDet. Ada juga kolom “Share” yang merupakan box berisikan pengalaman seseorang sehubungan dengan topik yang dimuat. Kolom “Si Det” dan “Cartoon Corner”, berupa karikatur yang lucu dan menggelitik. Juga kolom “Interaktif Pembaca”, berada pada halaman paling bawah rubrik DetEksi yang berisi ide-ide seru pembaca, tentunya tak lepas dari tema, dan dikirim melalui e-mail. Dan bagi tiga pengirim beruntung yang mengirimkan ide paling gokil tapi tidak membuat korban bete akan mendapatkan hadiah berupa uang masing-masing Rp 100.000,-.

Untuk mendekatkan diri dengan pembaca muda, dengan bendera DetEksi, Jawa Pos juga melakukan banyak kegiatan untuk anak muda. Mulai konser, kompetisi majalah dinding, basket, dan lain sebagainya. Event-event DetEksi ini sekarang telah berkembang menjadi event-event anak muda terbesar dan terheboh di Indonesia. (http://www.jawapos.co.id/profile/ index.php)

Penelitian ini penulis ingin mengetahui apa motif pembaca, khususnya remaja kota Surabaya dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos.

Dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan perilaku, yang bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut. Penentu perilaku ini disebut dengan motif. Motif merupakan ciri dari kebutuhan. Kebutuhan menimbulkan motif bagi masyarakat. Motif berupa dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu. Motif merupakan sesuatu yang menimbulkan perilaku pada organisme. Motif tidak selalu dapat diamati dari perilaku, atau dapat dikatakan bahwa perilaku yang nampak tidak selalu menggambarkan motifnya. Motif tidak selalu seperti yang nampak, bahkan kadang-kadang motif berlainan dengan perilaku yang nampak. Oleh karena itu, baru dapat memahami mengapa seseorang melakukan sesuatu kalau kita memahami motif yang mendasarinya.


(21)

Perilaku yang nampak sama belum menjamin dilatarbelakangi oleh motif yang sama. Sebaliknya motif yang sama belum tentu menghasilkan perilaku yang sama.

Dari berbagai kebutuhan tersebut muncul teori yang mengasumsikan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 2003 : 290)

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Maslow (1954) mengemukakan ada lima kebutuhan dasar (basic needs) secara hierarki, yaitu cognitive needs (berkaitan dengan penambahan informasi), affective needs (berkaitan dengan peneguhan pengalaman yang estetis menyenangkan dan emosional), personal integrative needs (berkaitan dengan peneguhan kredibilitas pribadi), social integrative needs (berkaitan dengan kontak dengan orang lain), dan escapist needs (berkaitan dengan pelepasan ketegangan). (Effendy, 2003 : 294)

Menurut Mc. Quail ada empat kategori motif pengkonsumsian media secara umum, yaitu motif informasi, motif identitas pribadi, motif integrasi dan interaksi sosial serta motif hiburan. Dari berbagai kebutuhan tersebut muncul teori Uses and Gratifications, mengasumsikan konsep “use” (penggunaan) merupakan bagian sangat penting atau pokok dari pemikiran ini karena pengetahuan mengenai penggunaan media yang menyebabkannya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. (Bungin, 2006 : 285)

Berkaitan dengan motif akan mendorong seseorang atau orang banyak untuk berbuat sesuatu yang berkaitan dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan orang berbeda satu sama lainnya dari waktu ke waktu serta dari tempat ke tempat. Karena motifnya, orang akan berbeda intensitasnya.


(22)

Demikian pula motif seseorang terhadap pengaruh yang dihadapinya. Semakin sesuai pengaruh itu dengan motif seseorang, makin besar pula kemungkinan diterimanya pengaruh itu oleh orang tersebut. (Kustandi, 2005 : 108)

1.2. Perumusan Masalah

Dari seluruh uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimanakah motif remaja kota Surabaya membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif remaja di Surabaya dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang teori Uses and Gratifications yang membahas tentang penggunaan dan pemenuhan kebutuhan audience akan media. Dan juga memperkaya kajian analisa deskriptif tentang motif kepada peneliti yang lain.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Untuk memberikan masukan dan pertimbangan pada pihak redaksi khususnya rubrik DetEksi untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas akan


(23)

informasi, referensi diri, interaksi sosial, dan hiburan bagi audience, khususnya remaja agar mereka dapat lebih produktif dan menjadi pembaca yang aktif.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Surat Kabar (Koran) Sebagai Media Komunikasi Massa

Media massa merupakan institusi sosial baru, yang berkaitan dengan produksi dan distribusi pengetahuan dalam pengertian luas. Media massa mempunyai sejumlah ciri-ciri yang menonjol, di antaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif maju untuk produksi (massal dan penyebaran pesan); mempunyai organisasi sistematis dan aturan-aturan sosial untuk pekerjaan ini; dan pesan mengarah pada audiens (yang tidak dikenal pengirim pesan) dalam jumlah besar, dan audiens itu sendiri bebas untuk menerima atau menolak pesan itu. (Kuper, 2002 : 625)

Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat kabar (koran), majalah mingguan, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik, antara lain siaran radio dan siaran televisi, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik kepada khalayak.

Pada umumnya media massa mempunyai dampak utama yang signifikan. Media memberi kita begitu banyak informasi mengenai lingkungan terdekat kita maupun lingkungan yang lebih jauh, media mempengaruhi kebiasaan konsumsi kita, media memberikan model dan contoh (positif atau negatif) yang mengarahkan perkembangan dan perilaku kita dalam melakukan relaksasi, media menolong kita untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan kita. Pada tingkat yang lain, adalah juga jelas bahwa media massa


(25)

sekarang mendorong dan mempengaruhi fungsi institusi-institusi sosial yang menonjol, seperti dalam bidang politik, pemerintah, sistem keadilan, dan bisnis.

Surat kabar (koran) sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi, edukasi, dan budaya. Dari media kita bisa tahu mengenai apa yang wajar atau disetujui, apa itu salah atau benar, apa yang mesti diharapkan sebagai individu, kelompok, atau kelas, dan bagaimana kita seharusnya memandang kelompok atau bangsa lain. Lepas dari kenyataan bahwa sifat dan daya tarik media mempunyai dampak terhadap masyarakat, adalah tidak mungkin untuk meragukan adanya ketergantungan yang luar biasa dari individu, institusi, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap media massa untuk berbagai informasi dan layanan budaya.

Menurut Effendy dalam bukunya Teori dan Filsafat Komunikasi (2000 : 91), ciri-ciri surat kabar adalah sebagai berikut :

1. Publisitas

Publisitas (publicity) adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, diperuntukkan bagi semua orang, bukan orang tertentu ataupun lapisan tertentu. Jika surat kabar mempunyai halaman yang banyak, isinya juga dengan sendirinya pula akan memenuhi kepentingan khalayak yang lebih banyak.


(26)

2. Periodesitas

Periodesitas (periodecity) ialah ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu kali satu hari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali seminggu.

3. Universalitas

Universalitas (universality) adalah sebagai ciri yang ketiga. Surat kabar adalah kemestaan isinya, aneka ragam, dan dari seluruh dunia, isinya beraneka ragam hingga cocok untuk semua profesi.

4. Aktualitas

Menurut kata asalnya yang berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kecepatan dalam menyampaikan laporan, tanpa mengesampingkan pentingnya kebenaran berita.

Dalam literatur komunikasi dan jurnalistik ada lima fungsi utama pers yang berlaku universal. Disebut universal karena kelima fungsi tersebut dapat ditemukan di setiap negara di dunia yang menganut paham demokrasi, yaitu :

1. Informasi (to inform)

Fungsi yang pertama adalah menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteria dasar, yaitu : aktual, akurat, faktual, menarik, penting, benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat, dan etis.

2. Edukasi (to educate)

Apapun informasinya yang disebarluaskan pers, hendaknya dalam kerangka mendidik (to educate). Inilah di antaranya yang membedakan pers sebagai


(27)

lembaga kemasyarakatan dengan lembaga kemasyarakatan yang lain. Sebagai lembaga ekonomi, pers memang dituntut berorientasi dengan misi komersial tersebut, sama sekali tidak boleh mengurangi, apalagi meniadakan fungsi dan tanggung jawab sosial pers. Dalam istilah sekarang, pers harus mampu dan mau memerankan dirinya sebagai guru bangsa.

3. Koreksi (to influence)

Pers adalah pilar demokrasi keempat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam kerangka ini, kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolut.

4. Rekreasi (to entertain)

Fungsi keempat ialah menghibur. Pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat. Artinya apapun pesan rekreatif yang disajikan, mulai dari cerita pendek sampai pada teka-teki silang dan anekdot, tidak boleh bersifat negatif apalagi deskriptif. Pers harus menjadi sahabat setia pembaca yang menyenangkan. Karena itulah berbagai sajian hiburan yang bersifat menyesatkan harus dibuang jauh-jauh dari pola pikir dan pola perilaku pers sehari-hari.

5. Mediasi (to mediate)

Mediasi artinya penghubung. Disebut juga sebagai fasilitator atau mediator. Setiap pers melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi di dunia dalam lembaran-lembaran kertas yang tertata rapi dan menarik. Dengan kemampuan yang dimilikinya, pers telah menghubungkan berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan bumi dengan kita yang sedang duduk di ruang tamu atau


(28)

sedang bersantai di sofa. Karena perslah kita mengetahui aneka peristiwa lokal, nasional, regional, dan modial dalam waktu singkat dan bersamaan. Singkat, karena kita hanya memerlukan beberapa menit untuk mengetahuinya. Bersamaan, karena pada halaman yang sama, disajikan pula berita tentang peristiwa sejenis atau peristiwa lain dari tempat yang berbeda. (Sumadiria, 2005 : 32 – 35)

2.1.2. Remaja

Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-psikologis.

Masa remaja dianggap sebagai topan-badai dan stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab. Tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

Jadi, remaja (adolescence) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 11 – 20 tahun (Aaro, 1997 : 65). Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self-identity).

Masa remaja merupakan suatu masa di mana individu berjuang untuk tumbuh dan menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada (Sulaeman, 1995 : 2). Pada fase remaja banyak terjadi


(29)

perubahan dalam diri seseorang, di mana terjadi proses pencarian identitas. Dalam proses ini remaja bersifat aktif dan mempuyai rasa keingintahuan yang besar serta mempunyai kecenderungan untuk meniru hal-hal yang dianggapnya dapat menjadi identitas diri mereka, misalnya meniru dandanan idola mereka (Haditono, 2001 : 262). Pada masa tersebut status remaja menimbulkan dilema yang menyebabkan krisis identitas. Sehingga pada masa pencarian identitas ini remaja membutuhkan informasi dan bimbingan dalam pencapaian identitas, serta wadah untuk mengekspresikan diri mereka. Selain itu, usia remaja adalah usia di mana mereka menempuh pendidikan tingkat pertama, menengah, dan tinggi, yaitu SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi. Di mana jenjang pendidikan juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa, dan juga menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial.

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa ciri-ciri yang terjadi selama masa remaja :

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan


(30)

tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.


(31)

Menurut Elkind, seorang psikolog Amerika Serikat (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 1998) ada beberapa aspek pemikiran yang dialami remaja, yakni : 1. Remaja dituntut untuk bersikap mandiri dalam tindakannya di masyarakat

Kalau ada sesuatu yang mengganjal/menjadi pertanyaan, diharapkan langsung ditanyakan pada yang bersangkutan secara bertanggung jawab. Demikian pula dalam melakukan sesuatu, ia harus mengerjakan dengan kemampuan diri sendiri, tanpa harus merepotkan urusan orang lain.

2. Remaja bersikap kritis

Remaja biasanya tidak langsung menerima suatu informasi secara mentah-mentah. Ia akan mengkritisi terlebih dahulu nilai kebenaran, validasi maupun reliabilitasnya.

3. Remaja sering mengajukan argumentasi (argumentativeness)

Biasanya ketika remaja memiliki suatu pendapat, ide, dugaan, atau pemikiran yang diyakini kebenarannya, maka remaja seringkali mengajukan alasan-alasan yang melatarbelakangi pemikiran tersebut.

4. Remaja bersikap ragu-ragu dalam bertindak (indivieveness)

Walaupun kemampuan intelektual mulai berkembang dengan baik, namun seorang remaja seringkali masih dihinggapi oleh perasaan ragu-ragu, terutama dalam pengambilan suatu keputusan.

5. Remaja sering bersikap munafik (hypocrisy)

Remaja seringkali bersikap munafik. Ia tidak menyadari perbedaan antara kenyataan hidup dengan keinginan-keinginan yang bersifat ideal. Jadi antara sikap, ucapan, dan tindakan tidak sama atau tidak konsisten.


(32)

6. Remaja memiliki kesadaran diri (self-counsciousness)

Seiring dengan pertambahan usianya, remaja mulai menyadari bahwa orang lain pun juga memiliki pemikiran, perasaan, kehendak sendiri. Sehingga ketika ia akan melakukan suatu tindakan atau mengambil suatu keputusan, ia akan memikirkan akibat-akibat yang dirasakan oleh orang lain maupun dirinya sendiri.

7. Remaja menganggap dirinya kebal terhadap segala sesuatu (assumption of invulnerability)

Hal yang kadang masih menjadi sifat egois pada diri remaja ialah adanya anggapan kalau dirinya mempunyai kekebalan terhadap hal-hal yang bersifat negatif dan cenderung merugikan. Bahwa segala peristiwa, kejadian, atau pengalaman buruk boleh terjadi pada diri orang lain, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi pada dirinya.

Dalam kaitannya dengan pola pemikiran remaja yang dikemukakan oleh Elkind, maka Santrock (1999) mengemukakan ciri pemikiran remaja masih bersifat egosentris. Keegoisan remaja Nampak bahwa mereka menganggap dirinya sebagai individu yang unik dan berbeda dengan orang lain. Mereka memiliki gaya hidup, sikap, minat, dan perilaku yang tidak ada duanya dengan orang lain. Bahkan tidak ada orang lain yang mampu menyamainya. Keunikan ini justru menumbuhkan perasaan bangga. Apalagi bila diperhatikan oleh orang lain, sehingga membuat remaja semakin merasa berharga di mata orang lain.

Tanda keegoisan pemikiran remaja ada dua macam, yakni imaginary audience dan a personal fable. Imaginary audience yakni keyakinan diri remaja bahwa semua orang lain memperhatikan dirinya. Sedangkan a personal fable


(33)

yakni anggapan diri remaja bahwa mereka adalah memiliki pribadi yang unik, yang berbeda dengan orang lain.

Keuntungan dari a personal fable adalah member dorongan remaja untuk menunjukkan prestasi terbaik di mata masyarakat umum. Misalnya, membuat karya penelitian ilmiah remaja, ikut dalam kegiatan palang merah remaja, membuat karya sastra, dan sebagainya. Bila tidak tercapai harapan tersebut, justru akan membuat remaja hidup dalam dunia khayalan yang tidak sesuai dengan realitas, akibatnya membuat kurang sehat, mentalnya. (Dariyo, 2004 : 60 – 61)

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Dariyo, 2004), antara lain :

1. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis 2. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita

3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain 4. Remaja bertugas untuk menjadi warga Negara yang bertanggung jawab

5. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis

Setiap individu pada dasarnya dihadapkan pada suatu krisis. Krisis itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk dapat dilaluinya dengan baik. Pada diri remaja yang mengalami krisis, menurut Erik Erikson (Hall, Lindzey, dan Champbell, 1998), berarti menunjukkan bahwa dirinya sedang berusaha mencari jati dirinya.

Yang dimaksud dengan krisis (crisis) ialah suatu masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh setiap individu, termasuk remaja. Keberhasilan menghadapi krisis akan meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan jati dirinya (self-identity) sehingga ia merasa siap untuk menghadapi tugas perkembangan berikutnya


(34)

dengan baik, dan sebaliknya, individu yang gagal dalam menghadapi suatu krisis cenderung akan memiliki kebingungan identitas (identity diffussion). Orang yang memiliki kebingungan ini ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya diri, akibatnya ia pesimis menghadapi masa depannya.

Ciri-ciri individu yang memiliki identitas diri yakni individu tersebut memiliki karakteristik seperti :

1. Konsep diri (self-concept) 2. Evaluasi diri (self-evaluation) 3. Harga diri (self-esteem) 4. Efikasi-diri (self-efficacy) 5. Percaya diri (self-confidence) 6. Tanggung jawab (responsibility) 7. Komitmen Pribadi (commitment) 8. Ketekunan (endurance)

9. Kemandirian (independence)

2.1.3. Teori Uses and Gratifications

Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 1993 : 289)

Teori Uses and Gratifications digambarkan Swanson sebagai a dramatic break with effect tradition of the past. Model ini tidak tertarik pada apa yang


(35)

dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Setiap khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari hal inilah timbul istilah Uses and Gratifications, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. (Rakhmat, 2007 : 65)

Liliweri (1991 : 134) merumuskan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut : 1. Khalayak menggunakan media untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yaitu

untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tersebut berkembang dalam lingkungan sosial.

2. Khalayak melakukan seleksi untuk memilih jenis dan isi media untuk memenuhi kebutuhannya. Khalayak terlibat secara aktif dalam proses komunikasi massa dan dapat mempengaruhi media untuk dapat memenuhi kebutuhan secara lebih tepat.

3. Khalayak mengetahui kebutuhannya dan dapat memenuhi kebutuhan tersebut jika dikehendaki.

Mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hierarki kebutuhan (need hierarchy) yang ditampilkan oleh Abraham Maslow (1954) dalam Effendy (2003 : 290), ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar, yaitu :


(36)

1. Physiological needs (kebutuhan fisiologis) adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia, seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kesehatan fisik.

2. Safety needs (kebutuhan keamanan) adalah kebutuhan mengenai perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.

3. Love needs (kebutuhan cinta) adalah kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan secara pribadi.

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan) adalah kebutuhan dihargai secara prestasi, kemampuan, kedudukan, atau status.

5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) adalah kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas, dan ekspresi diri.

Uses and Gratifications menanyakan lebih dalam mengapa dan bagaimana khalayak menggunakan media massa. Khalayak mempunyai berbagai kebutuhan dan keinginan yang dapat dipenuhi dengan menggunakan media massa dan melakukan pemilihan media yang dapat membuat khalayak mencapai kepuasan. (Singletari dan Store, 1988 : 86)

Menurut Katz, Blumler, dan Gurevitch (Rakhmat, 2002 : 205) teori Uses and Gratifications diasumsikan bahwa :

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari


(37)

rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya.

Berkaitan dengan jenis media dan isi yang dipilih, konsep khalayak aktif memiliki kaitan dengan motif dan juga berarti bahwa khalayak mempunyai kecenderungan untuk mengolah makna atas informasi yang diperoleh. Dalam hal ini pembaca surat kabar memilih surat kabar mana yang akan dibaca, yang tentunya dapat semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayaknya.

Pada model Uses and Gratifications yang diteliti adalah sumber sosial dan psikologis dari kebutuhan yang menimbulkan harapan-harapan dari media massa atau sumber-sumber lain, yang menyebabkan perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki. (Rakhmat, 2002 : 65)


(38)

Gambar 2.1

Model Uses and Gratifications

2.1.4. Teori Kebutuhan

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Maslow (1954) mengemukakan ada lima kebutuhan dasar (basic needs) secara hierarki, dan menempatkan kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai tingkatan tertinggi (Effendy, 2003 : 294). Lima kebutuhan dasar tersebut antara lain :

Social Environment : 1. Demographic

Characteristic 2. Group Affiliation 3. Personal Characteristic

Individual Needs : 1. Cognitive 2. Affective

3. Personal Integrative 4. Social Integrative

5. Tension Release or Escape

Non Media Sources of Need Satisfaction :

1. Family Friends

2. Interpersonal Communication 3. Hobbies

4. Sleep 5. Drugs etc

Mass Media Use :

1. Media Type : Newspaper, TV, Radio

2. Media Content 3. Exposure to Media 4. Social Context of Media

Exposure

Media Gratifications : 1. Surveillance 2. Personal Identity 3. Social Relationship 4. Diversion


(39)

a. Cognitive Needs (Kebutuhan Kognitif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga memusatkan rasa penasaran kita dan dorongan penyelidikan kita.

b. Affective Needs (Kebutuhan Afektif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional.

c. Personal Integrative Needs (Kebutuhan Pribadi)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

d. Social Integrative Needs (Kebutuhan Sosial)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

e. Escapist Needs (Kebutuhan Pelepasan)

Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya Gratification Sought, motif yang mendorong individu melakukan aktivitas dengan menggunakan media tertentu. Jadi, yang dimaksud motif adalah dorongan yang ditimbulkan dari sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai individu dari suatu objek tertentu yang menimbulkan perilaku individu. (Rakhmat, 2002 : 216)


(40)

2.1.5. Pengertian dan Pemahaman Motif

Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti didasarkan pada motif-motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan (needs). Seseorang atau organisme yang berbuat sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. (Gerungan, 2004 : 140 – 142)

Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan pilihannya dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan. Sedangkan definisi subyektif motif merupakan dasar bagi seseorang untuk bergerak, berperilaku, dan bertindak menurut tujuan atau kegiatan membangkitkan daya gerak yang terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan ataupun kepuasan. (Rakhmat, 2002 : 23)

Menurut Teevan dan Smith mengatakan bahwa motivasi merupakan konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu disebut motif. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi, yaitu memberi daya untuk menggerakkan perilaku dan fungsi yang lain adalah menggerakkan perilaku. (Martaniah, 1984 : 13 – 14)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, atau dengan kata lain motif merupakan ciri dari


(41)

kebutuhan, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian motif timbul karena adanya suatu kebutuhan. Menurut Dennis McQuail dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa (2002 : 388), ada empat kategori motif pengkonsumsian media secara umum, yaitu : 1. Motif Informasi (Surveillance)

Adalah berkenaan dengan kebutuhan individu akan informasi dan eksplorasi sosial.

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Adalah referensi diri, eksplorasi realitas, penguatan nilai, motif yang ditujukan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak yang bersangkutan.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationship)

Adalah motif yang meliputi integrasi dan interaksi sosial, merujuk pada kelangsungan hubungan individu tersebut dengan orang lain; persahabatan; kegunaan sosial.

4. Motif Hiburan (Diversion)

Adalah motif yang meliputi kebutuhan untuk melepaskan diri dari rutinitas, tekanan, dan masalah; sarana pelepasan emosi; kebutuhan akan hiburan.

Purwanto (2006 : 70) menjelaskan bahwa fungsi motif adalah :

1. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, artinya motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi terbentang pada seseorang untuk melakukan sesuatu.

2. Motif itu menentukan sesuatu tujuan atau cita-cita, artinya teknik ke arah perwujudan sesuatu tujuan atau cita-cita.


(42)

3. Motif itu menentukan perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.

Berdasarkan motif-motif di atas inilah yang kemudian mendorong individu-individu untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos. Jadi, dalam penelitian ini, penelitian hanya dibatasi pada motif yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan melalui rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos sebagai media dalam mengaspirasi para remaja untuk mengikuti perkembangan zaman, baik teknologi maupun informasi.

2.1.6. Pembaca Sebagai Khalayak Aktif Media Massa

Pembaca merupakan sasaran komunikasi massa melalui media cetak. Komunikasi dapat efektif apabila pembaca terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator.

Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya memiliki lima karakteristik :

1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.

2. Audience cenderung besar. Luas di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luasnya ini sifatnya bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, bahkan ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan, itu tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi,


(43)

perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi, tak ada ukuran yang pasti tentang luasnya audience itu.

3. Audience cenderung heterogen, mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu punya sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada. Majalah yang dikhususkan untuk kalangan dokter, memang sama secara profesi, tetapi status sosial, ekonomi, agama, umur tetap berbeda satu sama lain. Pembaca buku Komunikasi Massa ini juga heterogen sifatnya.

4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaan? Tidak mengenal ini tidak ditekankan pada satu persatu kasus, tetapi meliputi semua audience. Sebab, bisa saja sesama audience RCTI, antar anggota keluarga saling mengenal. Tetapi saling mengenal ini bukan seperti itu maksudnya.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikatornya. Anda berada di Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi yang disiarkan dari Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer? Dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu. (Nurudin, 2004 : 96 – 98)

Audience menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Pada saat yang sama, kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa menyediakan hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian, dan media massa berfungsi sebagai


(44)

sahabat. Tentu saja, hiburan, ketenangan, dan persahabatan dapat juga diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti kawan, menyalurkan hobi, atau tempat ibadah. (Rakhmat, 2004 : 207)

Di sini khalayak secara aktif mengikuti, memikirkan, dan menggunakan media. Akhirnya, khalayak aktif dipercaya tahan terhadap pengaruh (impervious to influence). Dengan kata lain, mereka tidak dengan mudah dibujuk oleh media apa saja. Ciri-ciri ini merupakan antitesis terhadap gagasan khalayak pasif.

Untuk memenuhi sebagian kebutuhannya khalayak bebas memilih dan menggunakan sejumlah media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lainnya (reinforcement), seperti nilai, sikap, dan pengalamannya terhadap suatu obyek tertentu. Berkaitan dengan jenis medium dan isi yang dipilih, konsep khalayak aktif memiliki kaitan dengan motif dan juga berarti bahwa khalayak mempunyai kecenderungan untuk mengolah makna atas informasi yang diperoleh. Dalam hal ini pembaca memilih surat kabar mana yang akan dibaca, yang tentu saja tidak terlepas adanya motif-motif tertentu.

Pembaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang membaca. Pembaca majalah berarti orang yang membaca majalah. Jadi, pembaca merupakan khalayak aktif. Menurut Frank Bioca dalam Little John (2002 : 577) lebih jelas mengungkapkan empat karakteristik khalayak aktif, yaitu : 1. Selectivity, khalayak yang aktif melakukan pertimbangan dan seleksi untuk

menentukan media yang akan digunakan.

2. Utilirianism, khalayak yang aktif menggunakan media untuk memenuhi dan untuk mencapai tujuannya.

3. Intentionality, menunjukkan bahwa salah satu kegunaan media adalah memberi kepuasan.


(45)

4. Involvement or effort, khalayak mengikuti dan berpikir dengan aktif dan aktif menggunakan media. Dengan kata lain, khalayak tidak begitu mudah dipengaruhi oleh media.

Berdasarkan karakteristik dari pembaca seperti terurai di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi target audience adalah remaja usia 11–19 tahun. Pembaca yang dimaksudkan di sini adalah remaja kota Surabaya yang aktif membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos.

2.1.7. Rubrik DetEksi pada Harian Jawa Pos

Harian Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar bertaraf nasional yang terbit setiap hari. Harian Jawa Pos selalu menampilkan halaman-halaman yang tidak dimiliki pesaing. Pada 26 Februari 2000, Jawa Pos menjadi koran pertama yang menyediakan halaman khusus untuk anak muda di bawah pimpinan seorang redaktur yaitu Azrul Ananda. Bernama DetEksi, halaman ini terbit tiga halaman setiap hari, dan dikerjakan sepenuhnya oleh anak muda. Mulai penulis, fotografer, sampai redaktur. Begitu mudanya, rata-rata personel DetEksi berusia sekitar 20 tahunan.

Visi dan misi DetEksi adalah untuk meningkatkan minat baca anak muda Surabaya serta mengkaderisasi pembaca Jawa Pos 5–15 tahun ke depan.

2.1.8. Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan akan informasi guna mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang lingkungan sekitar.


(46)

Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam masyarakat. Untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang terjadi di dunia atau di sekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai media massa. Media massa diartikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan-pesan yang sedang dilancarkan oleh media tersebut (Effendy, 2001 : 26). Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Adapun media massa yang dimaksudkan di sini adalah surat kabar.

Seperti telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa menurut McQuail (2003 : 135) ada pengklasifikasian motif menggunakan media tertentu, yaitu : (1) Motif Informasi (Surveillance) yang berkaitan dengan keinginan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, (2) Motif Identitas Personal (Personal Identity) yaitu dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan, (3) Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationship) yang timbul karena adanya dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau suatu nilai tertentu, dan (4) Motif Hiburan (Diversion) yang berkaitan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari permasalahan dan ketegangan.

Membaca surat kabar bagi manusia merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan membaca surat kabar, manusia dapat memahami dan mengerti setiap informasi yang disampaikan,


(47)

sehingga dapat menimbulkan motif pembaca bahwa dengan membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos pembaca dapat memperoleh berbagai informasi dan solusi tentang segala yang berhubungan dengan dunia pergaulan dan gaya hidup remaja metropolis kota Surabaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos, pembaca dapat mengenali potensi yang dimiliki diri sendiri dan membantu kita mendapatkan bahan untuk diskusi dan pembicaraan sehari-hari. Rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos juga dapat menemani kita dalam mengisi waktu luang.

Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk mengetahui motif remaja kota Surabaya dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada bagan berikut :

                Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir Kebutuhan Individu dalam Penggunaan Media: 1. Cognitive Needs 2. Affective Needs 3. Personal Integrative Needs 4. Social Integrative Needs 5. Escapist Needs

Motif Remaja Membaca DetEksi :

1. Motif Informasi 2. Motif Identitas

Personal

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial 4. Motif Hiburan

Membaca DetEksi pada harian Jawa Pos Analisis Data Menggun akan Tabel Frekuensi K e s i m p u l a n


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat diamati atau dioperasionalkan. Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka pada penelitian ini peneliti tidak membicarakan hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel x dan y. Penelitian ini difokuskan pada motif pembaca dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos, sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan tipe analisis deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan motif pembaca tersebut.

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan. Motif tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan (need) seseorang atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan dari dalam dirinya dan berusaha untuk mencapainya.

Motif yang digunakan dalam penelitian ini adalah motif yang dikemukakan oleh McQuail, yaitu motif informasi, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial, dan motif hiburan. Adapun indikator dari keempat motif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Motif Informasi (keinginan untuk mencari berita atau informasi)

Individu dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos bertujuan untuk mencari berita atau informasi, antara lain :


(49)

b. Ingin mengetahui tips dan trik (kolom Tak Tik Tang) yang menarik dari topik yang dibahas

c. Ingin mencari pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan gaya hidup remaja metropolis

d. Ingin mengetahui perkembangan tentang dunia pergaulan remaja metropolis yang dibahas di rubrik DetEksi

e. Ingin mengetahui perkembangan tentang kehidupan sosial remaja metropolis yang dibahas di rubrik DetEksi

f. Ingin mengetahui komentar pakar dari topik yang dimuat (kolom Bla Bla Bla) g. Ingin mengetahui pengalaman seseorang sehubungan dengan topik yang dimuat

(kolom Share)

h. Ingin mengetahui tema interaktif pembaca yang dimuat i. Ingin mengetahui model DetEksi yang ditampilkan

2. Motif Identitas Personal (keinginan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu dalam diri sendiri)

Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam diri sendiri, antara lain :

a. Ingin meningkatkan pemahaman diri sebagai remaja b. Ingin menumbuhkan rasa percaya diri

c. Ingin mengidentifikasi diri dengan remaja lain d. Ingin mendapatkan motivasi dan teladan e. Ingin menemukan figur untuk dicontoh

f. Ingin mendapatkan manfaat dari membaca DetEksi

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (keinginan untuk berhubungan dengan orang lain atau suatu nilai tertentu)


(50)

Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk berhubungan dengan orang lain atau suatu nilai tertentu, antara lain :

a. Ingin berempati kepada orang lain atau lingkungan sosial

b. Ingin mendiskusikan tentang topik yang dimuat di DetEksi dengan saudara, teman, dan tetangga

c. Ingin menjadikan semua artikel yang ada pada rubrik DetEksi sebagai bahan percakapan dan berinteraksi dengan saudara, teman, dan tetangga

d. Ingin sekedar mengikuti saudara, teman, atau tetangga yang membaca rubrik DetEksi

4. Motif Hiburan (keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan)

Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk melepaskan diri dari kejenuhan, antara lain :

a. Ingin mengisi waktu luang

b. Ingin bersantai sambil membaca rubrik DetEksi

c. Ingin melihat gambar model DetEksi yang cantik dan cakep d. Ingin melepas kejenuhan dari rutinitas yang ada (sekolah, kuliah)

e. Ingin menghilangkan stres dari segala permasalahan yang sedang dihadapi

3.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan modifikasi model skala Likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pernyataan mengenai motif dan setiap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan ketidaksetujuannya. (Singarimbun, 1995 : 111)


(51)

Pilihan jawaban masing-masing pernyataan digolongkan dalam empat macam kategori, yaitu “Sangat Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setuju” (S), dan Sangat Setuju” (SS).

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided). Alasannya menurut Hadi (1981 : 20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrumen.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian hingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1 Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 Setuju (S) : diberi skor 3 Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap items dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap-tiap pernyataannya tersebut untuk masing-masing individu. Selanjutnya, tiap-tiap indikator untuk motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori, dikategorisasikan ke dalam 3 interval, yaitu


(52)

rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan :

Keterangan :

Range : Batasan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan Jenjang : 3

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif pembaca dalam membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Motif informasi terdapat sembilan pertanyaan : Motif Informasi = = = =

Rendah = 9 – 17 Sedang = 18 – 26 Tinggi = 27 – 35

2. Motif identitas personal terdapat enam pertanyaan : Motif Identitas Pribadi =

=

= =

Rendah = 6 – 11 Sedang = 12 – 17 Tinggi = 18 – 23

3. Motif integrasi dan interaksi sosial terdapat empat pertanyaan : Motif Integrasi dan Interaksi Sosial =

=

= =


(53)

Rendah = 4 – 7 Sedang = 8 – 11 Tinggi = 12 – 15

4. Motif hiburan terdapat lima pertanyaan : Motif Hiburan =

=

= =

Rendah = 5 – 9 Sedang = 10 – 14 Tinggi = 15 – 19

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 11–19 tahun yang bertempat tinggal di kota Surabaya. Remaja kota Surabaya yang berusia 11–19 tahun berjumlah 446.646 jiwa, yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 214.731 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan 231.915 jiwa. (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya : Surabaya dalam Angka 2009)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja kota Surabaya yang berusia 11–19 tahun dan bertindak sebagai pembaca aktif rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos. Adapun dalam menentukan jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Yamane. Berikut penghitungan sampel dengan rumus Yamane (Rakhmat, 2001 : 82) :


(54)

Keterangan :

n = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah populasi

d = presisi 10% derajat ketelitian (0,1)

dibulatkan menjadi 100

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2001 : 61). Adapun kriteria yang dipakai peneliti untuk dijadikan sampel antara lain :

1. Remaja yang bertempat tinggal di kota Surabaya 2. Berusia 11–19 tahun

3. Aktif membaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini, menurut cara memperolehnya dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :


(55)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari data yang dikumpulkan langsung dari responden berdasarkan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menjelaskan variabel-variabel tanpa mencari korelasi satu sama lainnya. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutanya akan diolah untuk mendeskripsikan motif pembaca rubrik DetEksi pada harian Jawa Pos. Pengolahan data dari hasil kuesioner tersebut terdiri dari mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut ke dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi dari setiap pertanyaan yang diajukan.


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Surat Kabar di Jawa Timur

Kemunculan pertama kali surat kabar di Jawa Timur, khususnya Surabaya terjadi pada tahun 1836. Surat kabar bernama Soerabajasch Advertentiebald itu dipimpin oleh C.F. Smith. Surat kabar tersebut terbit pada bulan Juli 1835 dan lebih banyak memuat iklan. Iklan yang dimaksud di sini adalah penawaran barang-barang dagangan yang diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat sekitar kota Surabaya. Di antaranya, iklan mengenai kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal dagang yang berlabuh di pelabuhan Surabaya, pemberitahuan kematian, pernikahan, peresmian, dan sebagainya.

Perkembangan terlihat setahun kemudian. C.F. Smith berusaha keras mengangkat surat kabar terbitannya dengan menambah berbagai macam artikel dan berita sosial politik. Namun, usulan tersebut ditolak oleh residen Surabaya. Lalu, pada 1841, Kepala Tata Usaha dan Pejabat Pengadilan Distrik Surabaya yaitu Van Realten, mengambil alih manajemen surat kabar dengan alasan agar pemerintah tidak dirugikan oleh ide Smith itu. Meskipun ada pengekangan pemberitaan oleh pemerintah, tidak menyudutkan perjuangan kebebasan persuratkabaran. Sebab, masyarakat tetap membutuhkan informasi tentang politik, tapi pemerintah tidak adil terhadap masyarakat pribumi. Kemudian pada 1853 nama surat kabar tersebut berganti menjadi Soerabajasch Nievws en Advertentiebald, dan mendapat pengawasan ketat karena penulisannya yang semakin mendalam.

Surat kabar kedua adalah Ouspost yang muncul di Januari 1853. Bersamaan dengan pengawasan kolonial yang melemah, pada tahun 1870 beralih nama menjadi Het Soerabajasch Handelsbald. Semakin longgar, surat kabar di Jawa Timur semakin menjamur.

Inovasi dihadirkan Nievwsbode yang terbit dua kali seminggu sejak tahun 1861. Maka, perkembangan itu diikuti oleh surat kabar-surat kabar lain yang semula terbit sekali seminggu meningkat menjadi dua kali seminggu. Bahkan pada tahun tersebut, terbit pula Soerabajasch Courant yang terbit tiga kali seminggu.

Surat kabar berbahasa Melayu yang bernama Bahasa Melajoe, terbit pertama kali pada Januari 1856. Surat kabar ini memiliki tendensi membela dan memperjuangkan hak-hak kaum pribumi. Surat kabar-surat kabar lain yang terbit hingga tahun 1900 adalah Bintang Soerabaja, Tjahaja Moelia, dan lain-lain. Memasuki abad ke-20, penerbitan pers di Jawa Timur kian berkembang pesat dan ketat persaingannya.


(1)

39 2 3 4 3 2 14

40 3 4 2 3 4 16

41 3 3 4 4 4 18

42 3 3 2 3 3 14

43 2 2 2 2 2 10

44 3 3 4 3 2 15

45 3 4 4 4 4 19

46 4 4 3 3 3 17

47 4 4 2 4 3 17

48 2 3 4 3 2 14

49 2 3 4 2 3 14

50 3 3 3 3 3 15

51 3 3 4 3 4 17

52 2 3 3 3 3 14

53 4 4 3 4 4 19

54 4 4 2 3 3 16

55 3 4 3 4 3 17

56 4 4 4 4 4 20

57 4 4 4 4 4 20

58 4 4 4 4 4 20

59 3 3 2 3 3 14

60 4 3 4 4 4 19

61 4 4 4 3 3 18

62 3 3 2 3 3 14

63 4 3 4 4 4 19

64 4 4 4 3 2 17

65 3 3 3 4 4 17

66 4 3 4 3 3 17

67 3 2 1 3 1 10

68 4 2 4 2 3 15

69 4 3 1 4 4 16

70 3 3 4 4 3 17

71 4 4 3 4 3 18

72 3 4 3 3 3 16

73 3 3 3 3 3 15

74 3 3 2 3 3 14

75 3 3 3 3 3 15

76 3 4 3 3 3 16

77 3 2 2 3 2 12

78 3 3 3 2 2 13

79 3 3 3 2 2 13


(2)

81 3 3 3 3 3 15

82 4 4 1 4 2 15

83 3 4 2 4 4 17

84 4 3 2 3 2 14

85 4 4 2 4 4 18

86 3 3 2 3 4 15

87 4 4 4 4 4 20

88 3 3 1 2 2 11

89 2 3 3 4 4 16

90 4 3 1 2 2 12

91 3 3 2 3 3 14

92 4 4 4 4 4 20

93 3 3 4 3 3 16

94 3 3 3 3 1 13

95 4 4 4 3 3 18

96 3 3 3 2 3 14

97 4 3 4 2 3 16

98 3 3 2 3 3 14

99 4 3 3 4 4 18


(3)

Tabel Data Kategori Jawaban Dari Responden Motif Informasi

       

Kategori Kategori Kategori Kategori

No.

T S R No. T S R No. T S R No. T S R 1 x 26 x 51 x 76 x 2 x 27 x 52 x 77 x 3 x 28 x 53 x 78 x 4 x 29 x 54 x 79 x 5 x 30 x 55 x 80 x 6 x 31 x 56 x 81 x 7 x 32 x 57 x 82 x 8 x 33 x 58 x 83 x 9 x 34 x 59 x 84 x 10 x 35 x 60 x 85 x 11 x 36 x 61 x 86 x 12 x 37 x 62 x 87 x 13 x 38 x 63 x 88 x 14 x 39 x 64 x 89 x 15 x 40 x 65 x 90 x 16 x 41 x 66 x 91 x 17 x 42 x 67 x 92 x 18 x 43 x 68 x 93 x 19 x 44 x 69 x 94 x 20 x 45 x 70 x 95 x 21 x 46 x 71 x 96 x 22 x 47 x 72 x 97 x 23 x 48 x 73 x 98 x 24 x 49 x 74 x 99 x 25 x 50 x 75 x 100 x


(4)

Motif Identitas Personal

       

Kategori Kategori Kategori Kategori

No.

T S R No. T S R No. T S R No. T S R 1 x 26 x 51 x 76 x 2 x 27 x 52 x 77 x 3 x 28 x 53 x 78 x 4 x 29 x 54 x 79 x 5 x 30 x 55 x 80 x 6 x 31 x 56 x 81 x 7 x 32 x 57 x 82 x 8 x 33 x 58 x 83 x 9 x 34 x 59 x 84 x 10 x 35 x 60 x 85 x 11 x 36 x 61 x 86 x 12 x 37 x 62 x 87 x 13 x 38 x 63 x 88 x 14 x 39 x 64 x 89 x 15 x 40 x 65 x 90 x 16 x 41 x 66 x 91 x 17 x 42 x 67 x 92 x 18 x 43 x 68 x 93 x 19 x 44 x 69 x 94 x 20 x 45 x 70 x 95 x 21 x 46 x 71 x 96 s 22 x 47 x 72 x 97 x 23 x 48 x 73 x 98 x 24 x 49 x 74 x 99 x 25 x 50 x 75 x 100 x


(5)

Tabel Data Kategori Jawaban Dari Responden Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

       

Kategori Kategori Kategori Kategori

No.

T S R No. T S R No. T S R No. T S R 1 x 26 x 51 x 76 x 2 x 27 x 52 x 77 x

3 x 28 x 53 x 78 x

4 x 29 x 54 x 79 x

5 x 30 x 55 x 80 x

6 x 31 x 56 x 81 x 7 x 32 x 57 x 82 x 8 x 33 x 58 x 83 x

9 x 34 x 59 x 84 x

10 x 35 x 60 x 85 x

11 x 36 x 61 x 86 x

12 x 37 x 62 x 87 x

13 x 38 x 63 x 88 x

14 x 39 x 64 x 89 x

15 x 40 x 65 x 90 x

16 x 41 x 66 x 91 x 17 x 42 x 67 x 92 x 18 x 43 x 68 x 93 x

19 x 44 x 69 x 94 x

20 x 45 x 70 x 95 x

21 x 46 x 71 x 96 x 22 x 47 x 72 x 97 x 23 x 48 x 73 x 98 x 24 x 49 x 74 x 99 x 25 x 50 x 75 x 100 x


(6)

Motif Hiburan

       

Kategori Kategori Kategori Kategori

No.

T S R No. T S R No. T S R No. T S R 1 x 26 x 51 x 76 x

2 x 27 x 52 x 77 x

3 x 28 x 53 x 78 x 4 x 29 x 54 x 79 x 5 x 30 x 55 x 80 x 6 x 31 x 56 x 81 x 7 x 32 x 57 x 82 x 8 x 33 x 58 x 83 x

9 x 34 x 59 x 84 x

10 x 35 x 60 x 85 x 11 x 36 x 61 x 86 x 12 x 37 x 62 x 87 x 13 x 38 x 63 x 88 x 14 x 39 x 64 x 89 x 15 x 40 x 65 x 90 x 16 x 41 x 66 x 91 x 17 x 42 x 67 x 92 x 18 x 43 x 68 x 93 x 19 x 44 x 69 x 94 x 20 x 45 x 70 x 95 x 21 x 46 x 71 x 96 x 22 x 47 x 72 x 97 x 23 x 48 x 73 x 98 x 24 x 49 x 74 x 99 x 25 x 50 x 75 x 100 x


Dokumen yang terkait

preferensi pembaca terhadap rubrik surat kabar jawa pos studi pada pembaca jawa

0 10 2

SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Harian Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman).

0 1 134

SIKAP PEMBACA TERHADAP PEMBERITAAN TABUNG ELPIJI RAWAN BOCOR PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Terhadap Elpiji Rawan Bocor Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Di Surabaya).

0 0 121

KEPUASAN PEMBACA TERHADAP RUBRIK DBL PADA HARIAN JAWA POS (Studi Deskkriptif Tentang Kepuasan Pelajar SMA di Surabaya Dalam Membaca Rubrik DBL).

0 2 264

Fungsi dan Peran Sintaksis Bahasa Indonesia dalam Rubrik Deteksi Harian Jawa Pos

0 0 9

Motif Pembaca DetEksi pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif Motif Remaja Kota Surabaya Membaca Rubrik DetEksi pada Harian Jawa Pos)

0 0 23

SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Harian Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman)

0 0 27

KEPUASAN PEMBACA TERHADAP RUBRIK DBL PADA HARIAN JAWA POS (Studi Deskkriptif Tentang Kepuasan Pelajar SMA di Surabaya Dalam Membaca Rubrik DBL)

0 0 20

Sikap remaja Surabaya mengenai rubrik Zetizen sebagai upaya rebranding rubrik Deteksi dalam harian Jawa Pos - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 21

Sikap remaja Surabaya mengenai rubrik Zetizen sebagai upaya rebranding rubrik Deteksi dalam harian Jawa Pos - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 2 12