PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION ( MPKTGI) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TITRASI ASAM-BASA.

(1)

Meri Mustikasari, 2012

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Hipotesis Penelitian ... 6

F. Asumsi dasar……….………..7

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Penelasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains ... 9

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (MPKTGI)…15 C. Materi Titrasi Asam Basa...…22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29

C. Instrumen Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 31


(2)

Meri Mustikasari, 2012

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data………35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Keterlaksanaan MPKTGI ... 44

2. Ketercapaian Indikator KPS………..……..50

3. Ketercapaian Indikator KPS Secara Keseluruhan ... 51

4. Respon Siswa Terhadap MPKTGI... 64

B. Pembahasan ... 67

1. Keterlaksanaan MPKTGI ... 67

2. Ketercapaian Indikator KPS………..……..70

3. Ketercapaian Indikator KPS Secara Keseluruhan ... 72

4. Respon Siswa Terhadap MPKTGI... 83

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 90


(3)

Meri Mustikasari, 2012

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Penskoran Pretes-Postes ... 39

3.2. Kriteria Peningkatan Gain ... 40

3.3. Kriteria Kemampuan Penguasaan KPS ... 40

3.4. Interpretasi Data Hasil Observasi ... 42

3.5. Skro Skala Likert ... 42

4.1. Hasil Obsevasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 45

4.2. Aktivitas Guru dan Siswa pada Pembelajaran ... 49

4.3. Perbedaan KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…...53

4.4. Hasil Uji Normalitas………...62

4.5. Hasil Uji ANOVA…..……….……63

4.6. Hasil Uji Homogenitas ... 63

4.7 Hasil Uji t ... 64


(4)

Meri Mustikasari, 2012

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Alur Tahap MPKTGI ... 22

2.2 Trayek Perubahan pH Beberapa Indikator ... 25

2.3 Kurva Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat ... 25

2.4 Kurva Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat... 26

2.5 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah ... 27

3.1 Desain Penelitian ... 28

3.2 Alur Penelitian ... 34

4.1 Grafik Perbandingan KPS Mengamati antara Kelas Kontrol dan Eksperimen 52 4.2 Grafik Keterampilan Berkomunikasi ... 53

4.3 Grafik KPS Mengajukan Pertanyaan ... 55

4.4 Grafik KPS Berhipotesis ... 56

4.5 Grafik Keterampilan Merencanakan Percobaan………..……57

4.6 Grafik KPS Menerapkan Konsep ... 59

4.7 Grafik Keterampilan Menarik Kesimpulan ... 60

4.8 Grafik Hasil Pretest-Postest ... 60

4.9 Grafik Hasil Angket ... 67


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan dari pembelajaran kimia pada jenjang Sekolah Menengah Atas menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu siswa diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2006). Pembelajaran kimia di SMA/MA harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi siswa berupa pengetahuan konsep dan keterampilan proses sains (KPS).

KPS sangat berperan penting dalam proses pembelajaran kimia untuk pembahasan suatu materi. Gagne (Dahar, 1985) berpendapat bahwa dengan mengaplikasikan KPS anak dibuat kreatif, ia akan mampu mempelajari sains pada tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Menurut Rustaman (2003) KPS melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial


(6)

dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.

Pada kenyataannya, keterampilan proses sains pada pembelajaran kimia sangat jarang diterapkan. Siswa cenderung hanya mengamati percobaan yang terjadi kemudian menuangkannya dalam lembar kerja siswa (MGMP Yogyakarta, 2010). Aspek yang dikembangkan pada proses pembelajaran hanya aspek mengamati dan mengkomunikasikan secara tulisan saja. Sementara aspek lain seperti mengajukan hipotesis, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan dan berkomunikasi secara lisan kurang dilatihkan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, menurut Rustaman (2003) banyak guru yang merasa bahwa KPS itu tidak perlu dikembangkan dalam pembelajaran di lapangan karena soal-soal ujian nasional hampir tidak pernah memunculkan soal-soal yang mengukur KPS, sehingga banyak guru yang tidak mengembangkan KPS dalam proses pembelajaran. Dari fakta tersebut, maka perlu dikembangkan KPS pada pembelajaran kimia untuk mengembangkan kemampuan KPS siswa.

KPS kurang dapat berkembang pada pembelajaran sains tanpa eksperimen atau praktikum, seperti halnya pembelajaran sains yang ditemukan di sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya (Liliasari, 2005). Menurut Siswaningsih (2005), dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan KPS dapat menggunakan metode praktikum, karena pada kegiatan praktikum dapat dikembangkan keterampilan psikomotor, kognitif, dan juga afektif. Pada kegiatan praktikum siswa dapat melakukan kegiatan mengamati, menafsirkan data, meramalkan, menggunakan alat


(7)

dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, mengkomunikasikan hasil praktikum dan mengajukan pertanyaan.

Pada umumnya, proses pembelajaran dengan metode praktikum menggunakan model belajar kelompok secara konvensional. Pada prosesnya, belajar kelompok konvensional dinilai tidak efektif, karena pada prakteknya hanya sebagian orang dalam kelompok yang bekerja, adanya saling ketergantungan hanya pada seseorang, serta kurangnya proses interaksi sosial dalam kelompok. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan KPS, dimana model pembelajaran tersebut dapat memberikan keleluasaan pada siswa untuk ikut berperan dalam proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk ikut berperan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model belajar yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk mengoptimalkan keterlibatan tiap anggota kelompok dalam belajar, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, dan adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan sekedar belajar dalam kelompok. Menurut Rusman (2010), ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok. Pelaksanaan prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah adanya saling ketergantungan positif antara siswa (positive interdependence), interkasi tatap muka (face to face), tanggung jawab individu (individual accountability), keterampilan sosial (social skill), serta terjadinya proses dalam


(8)

kelompok dimana tujuan kelompok adalah tujuan bersama (group processing). Dengan model pembelajaran kooperatif siswa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang selanjutnya disingkat menjadi MPKTGI. Menurut Rusman (2010) MPKTGI telah diyakini oleh banyak ahli pendidikan sebagai model yang dapat memberikan peluang bagi siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Dalam MPKTGI, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri (Rusman, 2010). Dengan diterapkannya MPKTGI, diharapkan dapat meningkatkan KPS siswa.

MPKTGI sangat cocok diterapkan untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 2009), yang mengarah pada kegiatan investigasi, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan masalah. MPKTGI sangat ideal diterapkan dalam materi titrasi asam-basa. Karena pada saat melakukan titrasi asam-basa siswa diharuskan melakukan investigasi untuk menentukan konsentrasi suatu zat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk mengetahui apakah MPKTGI dapat meningkatkan KPS siswa. Oleh karena itu, peneliti mengajukan penelitan yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran


(9)

Kooperatif Tipe Group Investigation (MPKTGI) terhadap Peningkatan KPS Siswa pada Materi Titrasi Asam-Basa Kelas XI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan diungkapkan adalah “Bagaimana Pengaruh MPKTGI terhadap Peningkatan KPS Siswa pada Materi Titrasi Asam-Basa Kelas XI?”.

Agar penelitian lebih fokus dari rumusan masalah pokok di atas, dapat dijabarkan menjadi beberapa sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan MPKTGI yang dilaksanakan di dalam kelas?

2. Bagaimana ketercapaian indikator KPS siswa yang diterapkan dalam MPKTGI pada materi titrasi asam-basa?

3. Apakah ada perbedaan KPS siswa antara kelas ekseprimen yang diberikan pembelajaran MPKTGI dibandingkan dengan kelas kontrol pada materi titrasi asam-basa?

4. Bagaimana respon siswa terhadap MPKTGI pada materi titrasi asam-basa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh MPKTGI terhadap KPS siswa pada sub materi titrasi asam-basa kelas XI.

Adapun tujuan secara terinci dari penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan KPS melalui MPKTGI.


(10)

2. Memberikan pembelajaran yang menarik bagi siswa pada materi titrasi asam-basa sehingga memudahkan siswa untuk belajar.

3. Mengidentifikasi perbedaan antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan MPKTGI dan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran kelompok. 4. Menggali respon siswa terhadap MPKTGI pada materi titrasi asam-basa.

D. Pembatasan Masalah

Mengingat adanya berbagai jenis indikator KPS, maka dalam penelitian ini KPS yang dilatihkan dibatasi pada keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan, dan menerapkan konsep.

E. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini memiliki hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tehadap KPS siswa kelas eksperimen yang menggunakan MPKTGI dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kelompok pada materi titrasi asam-basa.

Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan tehadap KPS siswa kelas eksperimen yang menggunakan MPKTGI dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kelompok pada materi titrasi asam-basa.


(11)

G. Asumsi Dasar

Pada penelitian ini diasumsikan bahwa siswa yang dijadikan subyek penelitian sebelumnya tidak mendapatkan perlakuan apapun selain pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai tugas akhir dan pengalaman belajar dalam mengekspresikan atau mengungkapkan permasalahan belajar dan memecahkan permasalahan dalam mengajar.

2. Bagi siswa, penelitian ini sebagai pengalaman belajar, dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa. Selain itu, siswa dapat lebih mudah memahami materi titrasi asam-basa dengan adanya penelitian ini.

3. Bagi guru mata pelajaran, dapat menambah pengetahuan mengenai strategi-strategi pembelajaran baru dalam berbagai materi pembelajaran sehingga dapat diterapkan pada pokok bahasan lain.

4. Bagi sekolah tempat penelitian, dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan prestasi sekolah.

5. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif di dalam pembelajaran.


(12)

G. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti mendefinisikan istilah-istilah yang penting dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara bekerja sama dan saling tukar informasi yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Slavin, 2009).

2. MPKTGI adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan, 1992).

3. KPS adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori IPA, baik berupa keterampilan intelektual, keterampilan fisik (manual), maupun keterampilan sosial (Rustaman, 2003).


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experiment. Metode ini digunakan karena situasi kelas sebagai tempat mengkondisi perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti dikehendaki dalam eksperimen sejati. Oleh sebab itu perlu dicari atau dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada (Sugiyono, 2009).

Desain yang digunakan adalah Pretestt-posttest Control Group Design. dengan menggunakan dua kelas subyek. Rancangannya sebagai berikut:

E O1 X1 O2 C O1 X2 O2 Gambar 3.1. Desain penelitian

Keterangan:

E = Kelas eksperimen. C = Kelas kontrol.

O1 = Pre-test untuk mengukur komponen awal siswa sebelum diberi perlakuan. O2 = Post-test untuk mengukur komponen akhir siswa setelah diberi perlakuan. X1 = Perlakuan dengan menggunakan MPKTGI.


(14)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Bandung. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI yang berjumlah 80 orang. Kelas yang digunakan yaitu kelas IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan IPA 5 sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol tidak diberi perlakuan (pembelajaran secara kelompok) sedangkan kelas eksperimen diberi perlakuan (pembelajaran dengan menggunakan MPKTGI). Kelas yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah kelas yang dinilai ekuivalen oleh guru kimia kelas XI di SMA yang bersangkutan yaitu kelas yang memiliki nilai rata-rata ulangan kimia yang hampir sama rata.

C. Instrumen Penelitian

Di dalam penelitian pendidikan, instrumen merupakan sarana utama untuk pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana guru melaksanakan proses pembelajaran menggunakan MPKTGI dan menerapkan KPS (KPS). Selain itu lembar observasi digunakan untuk mengukur ketercapaian siswa terhadap KPS yang digunakan selama proses pembelajaran.

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

RPP merupakan suatu rumusan rencana pembelajaran yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran sebagai pedoman yang disusun


(15)

untuk implementasi pembelajaran yang baik. RPP dikembangkan berdasarkan karakteristik kompetensi dasar, standar kompetensi, potensi peserta didik dan daerah, serta lingkungan.

3. Tes pretest-postest

Pretest dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan. Tujuan dari pretest ini adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran. Selain itu juga prestes dilakukan untuk mengukur sejauh mana kesiapan siswa untuk melakukan proses pembelajaran. Postest dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung. Tujuan postest ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan kedua metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan KPS siswa pada materi tersebut. Soal yang digunakan dalam pretest-postest pada penelitian ini adalah soal berbentuk uraian. Beberapa kelebihan soal berbentuk uraian yang dikemukakan oleh Paidi (2002) adalah:

a. Sangat baik untuk mengukur proses mental tingkat tinggi, sehingga sampai sekarang masih tetap dipertahankan penggunaannya.

b. Menyusunnya lebih mudah, karena jumlah butir soal/item terbatas.

c. Peserta ujian didorong agar menjadi lebih siap, karena harus menguasai secara mendalam untuk dapat melakukan analisis (Paidi, 2002).

4. Angket

Teknik pemberian angket yaitu teknik memperoleh data dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis yang dijawab oleh siswa (Paidi,2002). Teknik ini digunakan


(16)

untuk mengetahui respon siswa terhadap MPKTGI. Skala yang digunakan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

5. Pedoman wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan KPS, sehingga pewawancara, hal yang digali dan responden akan sangat mempengaruhi (Paidi, 2002). Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terhadap manfaat dan tingkat ketertarikan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Instrumen yang disusun berupa pertanyaan-pertanyaan uraian supaya siswa lebih mudah mengemukakan pendapatnya.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah MPKTGI. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah KPS siswa. Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti, yang menjadi variabel kontrolnya adalah materi tittrasi asam-basa.


(17)

E. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan meliputi tahapan persiapan, Pelaksanaan dan tahapan penyelesaian. Berikut ini penjelasan dari setiap tahapan 1. Tahapan Persiapan

a. Melakukan analisis terhadap materi titrasi asam-basa dan standar isi Kimia SMA kelas XI.

b. Melakukan analisis terhadap literatur MPKTGI c. Melakukan analisis terhadap KPS siswa. d. Memilih indikator KPS siswa

e. Menyusun instrumen penelitian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal pretest-postest, lembar observasi, angket, pedoman wawancara.

f. Melakukan validasi instrumen penelitian kepada dosen pembimbing.

g. Melakukan judgment instrumen penelitian berupa soal pretest-postest kepada dosen ahli terkait fokus penelitian dan materi yang diteliti.

h. Menentukan subyek penelitian i. Membuat surat perizinan penelitian.

j. Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan siswa yang menjadi subyek penelitian.

k. Melakukan uji coba instrumen penelitian berupa soal pretest-postest kepada siswa yang telah mempelajari materi titrasi asam-basa.


(18)

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian b. Melakukan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Melaksanaan pembelajaran, untuk kelas eksperimen dengan MPKTGI, sedangkan untuk kelas kontrol dengan model belajar kelompok konvesional.

d. Melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran dan siswa selama pembelajaran berlangsung di kedua kelas.

e. Melakukan postest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. f. Menyebarkan angket kepada siswa di kelas eksperimen

g. Melakukan wawancara terhadap perwakilan siswa kelas eksperimen 1. Tahapan Penyelesaian

a. Mengumpulkan data penelitian. b. Menganalisis data penelitian.

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

Secara umum, prosedur penelitian dapat ditunjukkan dalam bentuk alur penelitian pada Gambar 3.1


(19)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Tahap pelaksanaan

Pengolahan dan analisis

Pembelajaran dengan belajar kelompok (kontrol)

Wawancara

Observasi

Angket siswa

Tes akhir Pembelajaran dengan

MPKTGI (eksperimen)

Kesimpulan Tahap penyelesaian

Tes awal

Validasi

Penyusunan RPP, Lembar Observasi, Angket, Pedoman Wawancara

Pembuatan instrumen

Tahap persiapan

Analisis materi titrasi asam-basa

Analisis literatur dan karakterisitik MPKTGI

Analisis literatur Indikator KPS

Hasil Perbaikan Validasi

Uji coba

Hasil Perbaikan Soal uji


(20)

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Sebelum instrumen dugunakan, dilakukan terlebih dahulu uji validitas konsultasi dengan ahli (judgement experts) oleh dosen dan guru mata pelajaran kimia. Kemudian dilakukan uji statistik berupa uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan homogenitas. Berikut dijelaskan mengenai uji statistik tersebut.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah soal yang dibuat tersebut sahih atau tidak. Validitas dilakukan dengan cara membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang diangap sebagai nilai baku. Jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes tersebut dikatakan valid untuk tujuan tertentu (Arifin, 2009).

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Effendi, 1995). Instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Langkah-langkah mengukur validitas:

a. mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur

b. melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden c. mempersiapkan tabulasi jawaban

d. menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:


(21)

2 2

2

 

2

) ( ) (

    Y Y N X X N Y X XY N rxy (Arikunto, 2009) Keterangan: xy r

= koefisien korelasi product moment N = jumlah sampel

X = skor butir tiap responden Y = total skor butir tiap responden

Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik dari tabel product moment. Bila nilai r positif dan ruji > rtabel , maka item tersebut valid. Item-item pertanyaan yang signifikan atau valid berarti pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki validitas konstruk (terdapat konsistensi internal). Sedangkan jika r negatif dan ruji < rtabel, maka item tersebut dinyakan tidak valid. Nilai korelasi yang negatif menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan lainnya.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelas yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2009). Reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menghitung indeks realibilitas, antara lain Test-Retest (stability), Split-half (teknik belah dua) dan Alpha-Cronbach. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah Alpha-Cronbach. Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen dengan


(22)

menggunakan Alpha-Cronbach adalah sebagai berikut:

(Ghozali, 2002) Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item kuesioner yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh >0,50 (Ghozali, 2002). Ada pendapat lain yang mengemukakan baik atau buruknya reliabilitas instrumen dapat dikonsultasikan dengan nilai r tabel. Jika nilai Alpha-Cronbach lebih besar dari nilai r tabel maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel. Teknik Alpha-Cronbach digunakan jika data yang ada pada kuesioener bukan berupa 1 atau 0 dan cocok untuk soal uraian atau angket.

3. Taraf Kesukaran

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes berbentuk uraian. Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal berbentuk uraian adalah menghitung berapa persen siswa yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap soal. Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soal, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:


(23)

b. Jika jumlah siswa yang gagal antara 28% sampai dengan 72% maka termasuk sedang.

c. Jika jumlah siswa yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar. (Arifin, 2009) 4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai. Cara untuk menguji daya pembeda adalah sebagai berikut:

Keterangan:

DP = Daya pembeda

ƩKA = Rata-rata kelompok atas yang diambi 27% ƩKA = Rata-rata kelompok bawah yang diambil 27% Kriteria dalam daya pembeda adalah sebagai berikut:

Nilai DP Kategori >0,4 Sangat Baik 0,3-0,39 Baik

0,2-0,29 Cukup <0,19 Kurang baik

(Arifin, 2009)

Sedangkan data hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan langkah-langkah berikut.

1. Analisis keterlaksanaan pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan MPKTGI dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran berlangsung sesuai dengan tahap-tahap

DP =

Ʃ

KA +

Ʃ

KB


(24)

dalam MPKTGI. Skala yang digunakan dalam lembar observasi ini adalah skala 2-0. Mendapat nilai 2 apabila melakukan dengan baik dan sesuai dengan pembelajaran yang berlangsung, nilai 1 jika melakukan sesuai dengan pembelajaran yang berlangsung tetapi kurang baik, sedangkan nilai 0 jika tidak melakukan langkah dalam MPKTGI. Pengolahan data observasi keterlaksanaan pembelajaran diolah dengan rumus:

(Arikunto, 2009) 2. Analisis kuantitatif KPS

Data kuantitatif KPS didapatkan dari hasil pretest-postest. Pengolahan data pretest-postest bertujuan untuk mengetahui pengaruh sebelum dan setelah penerapan MPKTGI. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data: a. Mengolah data pretest dan postest yang dihasilkan dari pengujian dengan 2 dua model pembelajaran yang berbeda. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1)Menghitung skor mentah pada jawaban pretest-postest. Pemberian skor diambil berdasarkan jawaban yang benar.

2)Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara:

 

%  100%

soal total

benar yang

soal jawaban siswa

Nilai

% = ℎ � �


(25)

3)Menghitung nilai normalisasi gain untuk mengetahui peningkatan antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan rumus.

Kriteria peningkatan gain adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Kriteria Peningkatan gain

Gain

Ternormalisasi

Kriteria Peningkatan G < 0,3 peningkatan rendah

0,3 ≤ G ≤ 0,7 peningkatan sedang

G > 0,7 peningkatan tinggi

(Arikunto, 2009)

4) Menilai peningkatan KPS siswa berdasarkan kriteria berikut ini : Tabel 3.3. Kriteria Kemampuan Penguasaan KPS siswa

Nilai (%) Kriteria Kemampuan

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

(Ridwan, 2005 )

b. Analisis statistik perbedaan rata-rata antara skor pretest-postest siswa secara keseluruhan dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 melalui tahapan berikut.

1) Uji normalitas gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dilakukan uji normalitas N-gain dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dengan penafsiran sebagai berikut:

postes pretes maksimum pretes skor skor N Gain skor skor    


(26)

Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05 maka sampel terdistribusi normal dan jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 maka sampel tidak terdistribusi normal. Jika sampel yang dihasilkan terdistribusi normal, maka dilakukan uji hipotesis parametrik untuk menentukan signifikansinya, karena sampel yang diuji ada dua sampel, maka uji yang digunakan adalah uji ANOVA.

2) Uji signifikansi menggunakan ANOVA apabila terdapat data terdiri dari dua atau lebih kelas yang terdistribusi normal, dengan penafsiran sebagai berikut: Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk peningkatan KPS siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak , sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Uji Homogenitas menggunakan levenes statist, untuk memperoleh pengujian yang selanjutnya digunakan post hoc test, jika variansi homogen dan distribusi normal, maka dilakukan uji Tukey HSD, jika variansi tidak homogen dan distribusi normal, maka dilakukan uji Tamhane’s T2.

3. Data hasil observasi

Data hasil observasi diolah dengan rumus berikut :

% = 100%

Total Skor

Observasi Hasil


(27)

Setelah dikakukan pengolahan kemudian data tersebut dikelaskan, kemudian dianalisis dengan cara membandingkan antara kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 3.4. Interpretasi Data Hasil Observasi Siswa

Persentase Kategori

80%-100% Sangat baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Kurang

0%-20% Sangat kurang

(Ridwan, 2005) 4. Analisis data angket

Analisis data angket menggunakan skala Likert, setiap jawaban pernyataan positif diberikan skor 4,3,2,1 sedangkan jawaban skor negatif diberi skor 1,2,3,4.

Tabel 3.5 Skor Skala Likert

Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

(Arikunto, 2009) Kemudian data tersebut diolah dengan menghitung persentase jawaban responden siswa.

(Arikunto, 2009)

Kemudian berdasarkan data yang didapat, dianalisis mengenai respons siswa terhadap MPKTGI seperti pada lembar observasi.

%

=


(28)

5. Wawancara

Pengolahan data hasil wawancara kepada sampel siswa dari beberapa orang dianalisis oleh peneliti kemudian hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan hasil pretest-postest, data hasil observasi, serta data angket siswa yang bersangkutan apakah jawaban yang diberikan sesuai atau tidak dengan data-data yang diperoleh sebelumnya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa SMA kelas XI pada materi titrasi asam-basa dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (MPKTGI), diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini, seluruh tahap dalam MPKTGI terlaksana sangat baik dengan persentase sebesar 100%.

2. Kelas eksperimen memiliki persentase KPS tertinggi pada indikator merencanakan percobaan yaitu sebesar 92%, sedangkan KPS terendah terdapat pada indikator mengajukan pertanyaan dengan persentase sebesar 8,75%. Sebagian besar indikator KPS kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara KPS kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol dengan hasil uji t sebesar 0,04 (α=0,05). Dengan demikian MPKTGI berpengaruh untuk meningkatkan KPS siswa pada materi titrasi asam-basa.

4. Respon siswa terhadap MPKTGI sangat baik, siswa menyukai MPKTGI. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase setiap pernyataan dalam angket yang tergolong ke dalam kategori sangat baik dan juga baik.


(30)

B. Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini materi yang diinvestigasi adalah titrasi asam kuat oleh basa kuat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan jenis titrasi yang lain, yaitu titrasi asam kuat oleh basa lemah dan titrasi asam lemah oleh basa kuat.

2. Indikator KPS yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi tujuh indikator yaitu keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan, dan menerapkan konsep. Disarankan bagi peneliti lain untuk mengaplikasikan indikator keterampilan proses yang lain.

3. Keterbatasan waktu menyebabkan indikator KPS mengajukan pertanyaan kurang berkembang dalam penelitian ini. Kepada peneliti lain, disarankan agar mengatur waktu sebaik mungkin sehingga tidak ada batasan waktu untuk siswa untuk mengajukan pertanyaan baik pada saat penjelasan maupun pada saat diskusi kelas.


(31)

Meri Mustikasari, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Brady,J. (1990). Kimia Universitas Azas dan Struktur Jilid 1, Edisi ke-5.

Jakarta:Binarupa Aksara.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar : Kpnsep-konsep Inti Jilid 1/Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1985). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Devi. (2011). Keterampilan Proses Sains. Jakarta: BALITBANG DEPDIKNAS. Tersedia pada:http//kamriantiramli.Wordpress.cpm

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, S dan Masri, S. (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta:LP3ES

Ghazali, Imam. (2002). Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs traditional methods, a six thousand-student survey of mechanic test data for introductory physics courses.” American Journal of Physics. P. 66,64-74.

Firman, H. (2008). Peta Penelitian dalam Bidang Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo

Liliasari, et al. (2009) “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”. Jurnal Pengajaran MIPA Volume 14. Ma’ruf, N. (2010). Penerapan Peer Assessment Untuk Menilai Kinerja Siswa

SMK Kelas XI Dalam Praktikum Titrasi Asam-Basa. Skripsi, jurusan Kimia, FPMIPA, UPI: Tidak diterbitkan.

Paidi, dan Subali, B. (2002). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: FPMIPA UNY


(32)

Meri Mustikasari, 2012

Purba, M. (2010). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Rahayu, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keterampilan Proses Sains. Skripsi, jurusan Fisika, FPMIPA, UPI:Tidak diterbitkan. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Mulia Mandiri Press Rustaman, N. (2003). Pengembangan Keterampilan Proses dan Strategi Belajar

Mengajar. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group

Sharan, Y dan Shlomo, S. (1992). Expanding Cooperative Learning Though Group Investigation. New York: Teachers College Press.

Silberberg, M. (2000). Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change. Massachusetts:McGraw-Hill Sciences.

Siswaningsih, W dan Gebi, D. (2005). Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas XI Melalui Metode Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sulami, E. (2011). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Klaten: Intan Pariwara.

Wahyu,W., dkk. (2007). Perangkat Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Putaka.

Tim MGMP Yogyakarta. (2010). Laporan PPM Berbasis Lingkungan. Tersedia pada http://mgmpyogyakarta.wordpress.com:/02/04/2012.


(1)

Meri Mustikasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ( Mpktgi) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Titrasi Asam-Basa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah dikakukan pengolahan kemudian data tersebut dikelaskan, kemudian dianalisis dengan cara membandingkan antara kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 3.4. Interpretasi Data Hasil Observasi Siswa

Persentase Kategori

80%-100% Sangat baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Kurang

0%-20% Sangat kurang

(Ridwan, 2005) 4. Analisis data angket

Analisis data angket menggunakan skala Likert, setiap jawaban pernyataan positif diberikan skor 4,3,2,1 sedangkan jawaban skor negatif diberi skor 1,2,3,4.

Tabel 3.5 Skor Skala Likert

Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

(Arikunto, 2009) Kemudian data tersebut diolah dengan menghitung persentase jawaban responden siswa.

(Arikunto, 2009)

Kemudian berdasarkan data yang didapat, dianalisis mengenai respons siswa terhadap MPKTGI seperti pada lembar observasi.

%

=


(2)

43

Meri Mustikasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ( Mpktgi) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Titrasi Asam-Basa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5. Wawancara

Pengolahan data hasil wawancara kepada sampel siswa dari beberapa orang dianalisis oleh peneliti kemudian hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan hasil pretest-postest, data hasil observasi, serta data angket siswa yang bersangkutan apakah jawaban yang diberikan sesuai atau tidak dengan data-data yang diperoleh sebelumnya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.


(3)

Meri Mustikasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ( Mpktgi) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Titrasi Asam-Basa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa SMA kelas XI pada materi titrasi asam-basa dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (MPKTGI), diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini, seluruh tahap dalam MPKTGI terlaksana sangat baik dengan persentase sebesar 100%.

2. Kelas eksperimen memiliki persentase KPS tertinggi pada indikator merencanakan percobaan yaitu sebesar 92%, sedangkan KPS terendah terdapat pada indikator mengajukan pertanyaan dengan persentase sebesar 8,75%. Sebagian besar indikator KPS kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara KPS kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol dengan hasil uji t sebesar 0,04 (α=0,05). Dengan demikian MPKTGI berpengaruh untuk meningkatkan KPS siswa pada materi titrasi asam-basa.

4. Respon siswa terhadap MPKTGI sangat baik, siswa menyukai MPKTGI. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase setiap pernyataan dalam angket yang tergolong ke dalam kategori sangat baik dan juga baik.


(4)

86

Meri Mustikasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ( Mpktgi) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Titrasi Asam-Basa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini materi yang diinvestigasi adalah titrasi asam kuat oleh basa kuat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan jenis titrasi yang lain, yaitu titrasi asam kuat oleh basa lemah dan titrasi asam lemah oleh basa kuat.

2. Indikator KPS yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi tujuh indikator yaitu keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan, dan menerapkan konsep. Disarankan bagi peneliti lain untuk mengaplikasikan indikator keterampilan proses yang lain.

3. Keterbatasan waktu menyebabkan indikator KPS mengajukan pertanyaan kurang berkembang dalam penelitian ini. Kepada peneliti lain, disarankan agar mengatur waktu sebaik mungkin sehingga tidak ada batasan waktu untuk siswa untuk mengajukan pertanyaan baik pada saat penjelasan maupun pada saat diskusi kelas.


(5)

Meri Mustikasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ( Mpktgi) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Titrasi Asam-Basa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

87 DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Brady,J. (1990). Kimia Universitas Azas dan Struktur Jilid 1, Edisi ke-5.

Jakarta:Binarupa Aksara.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar : Kpnsep-konsep Inti Jilid 1/Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1985). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Devi. (2011). Keterampilan Proses Sains. Jakarta: BALITBANG DEPDIKNAS. Tersedia pada:http//kamriantiramli.Wordpress.cpm

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, S dan Masri, S. (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta:LP3ES

Ghazali, Imam. (2002). Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs traditional methods, a six thousand-student survey of mechanic test data for introductory physics

courses.” American Journal of Physics. P. 66,64-74.

Firman, H. (2008). Peta Penelitian dalam Bidang Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo

Liliasari, et al. (2009) “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”. Jurnal Pengajaran MIPA Volume 14.

Ma’ruf, N. (2010). Penerapan Peer Assessment Untuk Menilai Kinerja Siswa SMK Kelas XI Dalam Praktikum Titrasi Asam-Basa. Skripsi, jurusan Kimia, FPMIPA, UPI: Tidak diterbitkan.

Paidi, dan Subali, B. (2002). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: FPMIPA UNY


(6)

Meri Mustikasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ( Mpktgi) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Titrasi Asam-Basa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

88 Purba, M. (2010). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Rahayu, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keterampilan Proses Sains. Skripsi, jurusan Fisika, FPMIPA, UPI:Tidak diterbitkan. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Mulia Mandiri Press Rustaman, N. (2003). Pengembangan Keterampilan Proses dan Strategi Belajar

Mengajar. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group

Sharan, Y dan Shlomo, S. (1992). Expanding Cooperative Learning Though Group Investigation. New York: Teachers College Press.

Silberberg, M. (2000). Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change. Massachusetts:McGraw-Hill Sciences.

Siswaningsih, W dan Gebi, D. (2005). Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas XI Melalui Metode Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sulami, E. (2011). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Klaten: Intan Pariwara.

Wahyu,W., dkk. (2007). Perangkat Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Putaka.

Tim MGMP Yogyakarta. (2010). Laporan PPM Berbasis Lingkungan. Tersedia pada http://mgmpyogyakarta.wordpress.com:/02/04/2012.