GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA
PUTRI TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII
DI SMP NEGERI 1 SINE NGAWI

KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

MUSSRIFAH NUR SAPUTRI
B09 032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012

i

HALAMAN PERSETUJUAN


Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII
DI SMP 1 SINE NGAWI

Diajukan Oleh :

MUSSRIFAH NUR SAPUTRI
NIM : B09.032

Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal : 5 Juli 2012

(DESY HANDAYANI, S.ST.,M.Kes)
NIK. 200884029

ii


HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII
DI SMPN 1 SINENGAWI

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh
MUSSRIFAH NUR SAPUTRI
NIM : B09.032

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Progam D III Kebidanan
Pada Tanggal : 10 Juli 2012

iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Seks Sekunder Kelas VII di SMP N 1 Sine Ngawi”. Karya Tulis Ilmiah
ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Desy Handayani S.ST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada peulis.
4. Bapak Drs. Hadi Suharto,M.S, selaku Kepala Sekolah SMP N1 Sine Ngawi
yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan penelitian
untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan SIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.


iv

6. Seluruh siswi Kelas VII SMP N 1 Sine Ngawi yang bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih bnyak kekurangan,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan peneliti selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta,

Juli 2012

Penulis

v

STIKes Kusuma Husada Surakarta
Prodi D III Kebidanan

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Mussrifah Nur Saputri
09 032
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII
DI SMP N 1 SINE NGAWI
xiii + 37 halaman + 15 lampiran + 4 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana
terjadi eksplorasi psikologis untuk menentukan identitas diri pada masa transisi
dari masa anak-anak ke masa remaja. Pada masa remaja terjadi suatu perubahan
organ-organ fisik secara cepat. Perubahan ini umumnya membingungkan remaja
yang mengalaminya, oleh karena itu para ahli pada bidang ini memandang perlu
akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Dari hasil studi pendahuluan di SMP N 1 Sine Ngawi sebanyak 40 orang
didapatkan hasil 18 orang berpengatahuan kurang, 14 orang berpengetahuan
cukup, dan 8 orang berpengetahuan baik.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks
sekunder kelas VII di SMP N 1Sine Ngawi.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Sine Ngawi pada 15 Juni 2012. Besarnya
popolasi 121 responden dan besar sample sebanyak 93 responden dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan sample random sampling. Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Hasil Penelitian :Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan remaja putri
tentang seks sekunder kelas VII di SMP N 1 Sine Ngawi dapat dikategorikan
pengetahuan baik sebanayak 22 responden (23,6%), pengetahuan cukup sebanayk
58 responden (62,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (14%).
Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII
di SMP N 1 Sine Ngawi sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 58
responden (62,4%).
Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Remaja, Seks Sekunder
Kepustakaan : 19 literatur (Tahun 2004-2011)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Segalanya tentu tidak mudah, namun bila kita tersenyum segalanya akan menjadi
indah.

Hidupku ku abdikan hanya untuk TUHANku, Keluargaku, dan orang-orang
terkasihku.
Disaat kita jatuh dan menyerah disanalah kita kalah, namun bila kita jatuh dan kita
tetap berusaha berdiri dan berlari disitulah jalan kemenanganmu.

PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan
kepada:
1. Ayah dan Bunda tercinta, terimakasih atas doa
restunya dan cinta kasih selama ini.
2. Adikku tercinta yang selalu memberiku support
dalam setiap langkah kakiku
3. Jhohan Surya Dewangga yang telah memberikan
motivasi dan do’anya.
4. Semua Sahabatku “Semoga perjalanan dan
kebersamaan yang telah kita tempuh selama ini
mampu

menjadikan


dewasa”.
5. Almamaterku tercinta
vii

kita

lebih

bijak

dan

CURICULUM VITAE

Nama

: Mussrifah Nur Saputri

Tempat / Tanggal Lahir


: Ngawi, 22 Desember 1990

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Krajan Wetan 01/01 Desa Sine, Kecamatan Sine,
Kabupaten Ngawi

Riwayat Pendidikan
1.

SD Negeri Kuniran 01


: LULUS TAHUN 2003

2.

SMP N 01 Sine

: LULUS TAHUN 2006

3.

SMA N 03 Sragen

: LULUS TAHUN 2009

4.

Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2009

viii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

iv

ABSTRAK ......................................................................................................

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xi

DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................

1

B. Perumusan Masalah ..................................................................

3

C. Tujuan Penelitian ......................................................................

3

D. Manfaat Penelitian ....................................................................

4

E. Keaslian Penelitian ...................................................................

5

F. Sistematika Penelitian ..............................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ..........................................................................
1.

Pengetahuan.......................................................................

ix

7
7

2.

Remaja ............................................................................... 15

B. Kerangka Teori .......................................................................... 21
C. Kerangka Konsep ...................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 22
C. Populasi, SampeldanTeknikPengambilanSampel .................... 22
D. Insturumen Penelitian ............................................................... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 27
F. Variabel Penelitian ................................................................... 28
G. Definisi Operasional ................................................................. 28
H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data .................................... 29
I.

Etika Penelitian ......................................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 32
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 33
C. Pembahasan .............................................................................. 33
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 36
B. Saran ......................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1. Kerangka Teori ................................................................................21
Gambar. 2.2. Kerangka Konsep ............................................................................21

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh hormon..................... 17
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner tentang Seks Sekunder ..................................... 25
Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 29
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi ......................................................................... 33

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat Permohonan studi pendahuluan

Lampiran 2.

Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 3.

Lembar Kuesioner

Lampiran 4.

Jawaban Kuesioner

Lampiran 5.

Surat Permohonan Ijin Uji Validitas

Lampiran 6.

Surat Balasan Uji Validitas

Lampiran 7.

Data Tabulasi Uji Validitas

Lampiran 8.

Surat Permohonan Responden

Lampiran 9.

Informed consent

Lampiran 10.

Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 11.

Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 12.

Data Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 13.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pemgetahuan

Lampiran 14.

Jadwal Penelitian

Lampiran 15.

Lembar Konsultasi

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu dan anak menjadi salah satu indikator betapa
pentingnya mengenalkan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi kepada
generasi muda. Pengenalan tentang kesehatan reproduksi perlu disikapi oleh para
orangtua, di usia berapa mereka mulai menunjukkan sikap ingin tahu dan di waktu
kapan mereka bisa diberikan pengetahuan tentang pendidikan dan kesehatan
reproduks. Negara kita juga telah menandatangani rencana aksi hasil Konferensi
Dunia untuk Kependudukan dan Pembangunan, yang mengharapkan 90 persen
dari jumlah remaja di akhir tahun 2015 harus mendapatkan informasi tentang
kesehatan reproduksi (Pardede, 2011).
Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi
psikologis untuk menentukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anakanak ke masa remaja, induvidu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak serta
konsep diri menjadi lebih berbeda (Kusmiran, 2012).
Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting bagi pria maupun
wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita
lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta
tekanan sosial pada wanita karena masalah gender (Kusmiran, 2012).

1

2

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait remaja dikenal
sebagai suatu tahap perkembangan fisik, dimana alat-alat kelamin menusia
mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khusunya dan
keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan alatalat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna (Sarwono, 2011).
Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara
cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Dan
perubahan ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya oleh karena
itu para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian,
bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam sistem
perubahan tertsebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat
sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang
sehat secara jasmani. Rohani dan sosial (Widyastuti dkk, 2009).
Rasa cemas, takut, malu, dan bingung timbul akibat penilaian atau
persepsi individu terhadap situasi. Situasi tertentu dapat lebih banyak memicu rasa
cemas dalam diri seseorang. Dimana sifat persepsi itu sendiri adalah individual,
antara satu orang lain itu berbeda-beda, sehingga akibat yang ditimbulkannya
akan berbeda-beda pula, ada yang positif dan ada yang negatif. Perilaku seseorang
di bentuk oleh pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran. Dan persepsidi
bentuk oleh keadaan yang berubah dan pengaruh dari stimulasi berupa fenomena,
obyek atau kejadian yang dilihat atau di alaminya. Dari persepsi inilah, remaja
akan membentuk keputusan dan menentukan sikap terhadap suatu obyek
(Notoatmojo, 2010).

3

Studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis pada bulan Februari 2012
di SMP Negri 1 Sine Ngawi, melalui wawancara dengan siswi tentang seks
sekunder secara umum, bersama siswi putri SMP dengan jumlah 40 orang, yaitu
kelas VII A dan kelas VII B dan didapatkan hasil dengan kategori berpengetahuan
kurang sebayak 18 orang, kategori berpengetahuan cukup 14 orang, dan kategori
berpengetahuan baik 8 orang.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Seks
Sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti
“Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder
kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder
kelas VII di SMP Negri 1 Sine.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas
VII di SMP N 1 Sine Ngawi pada tingkat pengetahuan baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas
VII di SMP N 1 Sine Ngawi pada tingkat pengetahuan cukup.

4

c. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas
VII di SMP N 1 Sine Ngawi pada tingkat pengetahuan kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan atau menambah khasanah
ilmu pengetahuan khususnya tentang seks sekunder.
2. Bagi diri sendiri
Dapat menambah wawasan keilmuan yang diperoleh dari perkuliahan
dan menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian khususnya
tentang seks sekunder.
3. Bagi Institus
a. Bagi SMP Negeri 1 Sine Ngawi
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pendidikan di SMP Negeri 1 Sine Ngawi dengan cara memberikan materi
seks sekunder.
b. Bagi Pendidikan
Memberi masukan atau sebagai bahan bacaan dan referensi tentang
seks sekunder.
E. Keaslian Penelitian
Berikut ini penelitian-penelitian yang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder yang pernah dilakukan
sebelumnya:

5

1. Linda Chiuman (2008) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Masa Pubertas tentang Seks Sekunder di SMP Bina Bakti Banjar Kerta
Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah”. Penelitian
menggunakan desain deskriptif. Populasi adalah semua siswi SMP Bina Bakti
Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung
Tengah, dan besar sampel sebanya 89 responden, dengan teknik pengambilan
sampel yaitu Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
pengetahuan responden tentang seks sekunder dengan kategori baik sebanyak
56,18%, kategori cukup sebanyak 29,21%, sedangkan kategori kurang
sebanyak 12,36%, dan untuk kategori tidak baik sebanayak 2,25%.
2. Isti Rahayu (2010) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Perubahan Fisik Pubertas Di SMP N 2 Limpung Kabupaten Batang”.
Penelitian dengan metode deskriptif

dengan pendekatan cross sectional.

Lokasi penelitian di lakukan di SMP N 2 Limpung Kabupaten Batang dengan
sample seluruh siswa dengan jumlah 52 responden pengambilan sample yang
digunakan yaitu teknik Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
pengetahuan responden tentang perubahan fisik pubertas dengan kategori
kurang sebanyak 38,5%, sedangkan untuk kategori cukup sebanyak 34,6%,
dan untuk kategori baik sebanyak 26,9%.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik pengambilan sample, jumlah
sample, lokasi, waktu, dan hasil penelitian.

6

F. Sistematika Penulisan
BAB I.

PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika
penulisan.

BAB II.

TUJUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan
diteliti, kerangka teoritis, dan kerangka konsep.

BAB III.

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini tentang jenis dan rancangan penelitian lokasi
penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, pengumpulan data,
jalannya penelitian, variable penelitian, definisi operasional, teknik
pengolahan data, analisa data.

BAB IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran lokasi penelitian,
hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian.

BAB V.

PENUTUP
Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian dan
saran.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manuasia terhadap
suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)
(Notoatmodjo, 2010).
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2010) ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu:
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan

dalam

memecahkan

masalah

dan

apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga
gagal

dicoba

kemungkinan

7

keempat

dan

seterusnya,

8

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka
cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah)
atau metode coba salah coba-coba.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai

otoritas,

tanpa

terlebih

dulu

menguji

atau

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang
dikemukannya ádalah benar.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

9

4) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian
(research methodology).
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan. Selain
berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang berpengaruh juga
pada :
1) Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain.
Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara
tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

10

2) Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin
mudah menerima informasi sehingga

makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai baru yang diperkenalkan.
3) Kepercayaan
Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian
tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering
diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam
masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama.
Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan
informasi yang sama.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Azwar (2007):
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan

adalah

usaha

sadar

dan

terencana

untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
tidak mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual,

keagamaan,

pengendalian

diri,

kepribadian,

11

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran
keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih
mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan.
b) Minat
Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat
merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah
pengetahuan.
c) Intelegensi
Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan
intelegensi dimana seseorang dapat bertindak secara tepat,
cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan, seseorang
yang mempunyai intelegensi yang rendah akan bertingkah laku
lambat dalam mengambil keputusan.
2) Faktor Eksternal
a) Media Massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacammacam

media massa

pengetahuan masyarakat
.
b) Pengalaman

yang dapat pula

mempengaruhi

12

Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang
meninggalkan

kesan

paling

dalam

akan

menambah

pengetahuan seseorang.
c) Sosial Budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat,
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka
bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan masyarakat.
Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui
beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi
kesehatan yang dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak
terlepas dari suatu pendidikan.
d) Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan seseorang.
e) Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui
metode penyuluhan dan pengetahuan bertambah seseorang
akan berubah perilakunya.
f) Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi
penambahan pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk

13

menggugah kesadaran seseorang terhadap suatu motivasi yang
berpengaruh terhadap pengetahuan.
e. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoadmojo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan
pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi,
analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai
berikut :
1) Tahu (Knowledge)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa
adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan
mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang
pernah berhasil di himpun atau dikenali (recall of facts).
2) Memahami (Comprehension)
Pemahaman

diartikan

dicapainya

pengertian

(understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah
memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu
mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam
jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan,
menginterpretasikan,

menafsirkan,

meramalkan

dan

mengeksplorasikan.
3) Menerapkan (Aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal
yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

14

4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi
menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponenkomponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya
dalam suatu bentuk susunan berarti.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu
keseluruhan yang mengandung arti tertentu.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi

berkaitan

dengan

kemampuan

untuk

membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau
setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan
menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya (Notoatmodjo,
2010).
f. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Ari kunto (2006) tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang dapat dibagi menjadi 3 tingkat:
1) Baik
2) Cukup
3) Kurang

15

2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan
kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi
jembatan masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang menuntut
tanggung jawab (Kusmiran 2012).
Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya
“tumbuh

atau

tumbuh

untuk

mencapai

kematangan”.

Istilah

adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini
didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara
psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak
merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki
masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau
kurang dari usia pubertas (Icha, 2010).
Remaja ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu :
1) Secara kronologis, remaja dalah individu yang berusia antara 11-12
tahun sampai 20-21 tahun.
2) Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan
fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar
seksual.

16

3) Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu
mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi,
sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa
(Kusmiran 2012).
b. Masa Remaja dibedakan dalam tiga golongan yaitu:
1) Masa remaja awal

: 11-14 tahun

2) Masa remaja tengah : 15-17 tahun
3) Masa remaja akhir

: 18-21 tahun (Kusmiran, 2012).

c. Perubahan pada masa remaja awal
Masa remaja awal adalah masa dimulainya berbagai perubahan
baik biologis, psikologis, maupun psikososial. Perubahan biologis
meliputi perubahan kelamin primer dan sekunder disebut juga
perubahan fisik (Kusmiran, 2012).
1) Perubahan kelamin primer
Perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinnya
organ-organ genetalia yang ada. Perubahan ini pada laki-laki
ditandai dengan mulai keluarnya air mani (sperma) saat mimpi
basah. Sedangkan pada perempuan ditandai dengan menarch atau
haid pertama kali (Soetjiningsih, 2007).
Secara normal menarche antara 10-16 tahun. Cepat atau
lambatnya kematangan seksual selain dipengaruhi oleh konstitusi
fisik individu juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa,

17

faktor iklim, cara hidup, dan millieu atau lingkungan yang
melingkupi anak (Zein, 2005).
2) Perubahan kelamin sekunder
Sejak dari usia remaja kita langsung bisa membedakan pria
dan wanita. Pada pria ditandai dengan adanya perubahan
pertumbuh kumis, suaranya yang berat, tumbuhnya jakun pada
leher, otot yang kuat, Sedankan pada wanita ditandai dengan
perubahan panggul yang membesar, payudara yang membesar,
suara yang lembut (Sarwono 2011).
Tabel.2.1.Perubahan-perubahan yang di pengarihi oleh hormon
Jenis perubahan
Hormon
Tanda
Perubahan fisik

Perempuan
Estrogen dan Progesteron
Menstruasi
1. Perubahan tinggi badan.
2. Tumbuh rambut di sekitar
alat kelamin dan ketiak.
3. Kulit menjadi lebih halis.
4. Suara menjadi lebih halus
dan tinggi.
5. Panggul semakin
membesar.
6. Paha semakin membulat.
7. Mengalami menstruasi.

1.

2.
3.
4.

5.

Laki-laki
Testosteron
Mimpi basah
Tumbuh rambut di sekitar
dada, kaki, tangan, dada,
ketiak dan wajah.
Suara bariton atau
bertambah besar
Bada lebih berotot
terutama bahu dan dada.
Buah zakar menjadi lebih
besar dan biala terangsang
mengeluarkan seperma.
Mengalami mimpi basah.

(Sumber: Kusmiran, 2012)
d. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja
1) Sistem endokrin
Bila sistem endoktrin berfungsi normal maka anak akan
memperlihatkan ukuran tubuh yang normal pula. Sebaliknya bila
anak mengalami kekurangan hormon pertumbuhan, maka akan

18

menjadi kecil seperti orang kerdil. Sedangkan yang kelebihan
hormon pertumbuhan akan tumbuh menjadi terlalu besar.
2) Pengaruh keluarga
Faktor keluarga ini meliputi faktor keturunan maupun
lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat menjadi
lebih tinggi dari anak lainnya.
3) Pengaruh Gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan
lebih tinggi tubuhnya.
4) Gangguan emosional
Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional
akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan,
dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan di kelenjar pituitari. Bila terjadi hal demikian,
pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat
tubuh yang seharusnya.
5) Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari
anak perempuan. Kecuali pada usia antara 12-15 tahun anak
perempuan biasanya akan sedikit lebih tnggi dan lebih berat dari
anak laki-laki. Tejadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini
karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda
dari perempuan.

19

6) Status sosial ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal
dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi.
7) Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan
memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit
(Jurnadi, 2009).
e. Remaja Putri Menghadapi Menstruasi
Remaja putri menghadapi menstruasi menurut Deni (2011), yaitu:
Pada umumnya remaja putrid mengalami menstruasi pada usia
11-13 tahun, namun periode awalnya dapat berlangsung sejak mereka
berusia 9 tahun.Biasanya dapat memprediksi periode awal menstruasi
seorang gadis remaja dengan melihat perkembangan payudaranya.
Ketika payudara mulai berkembang kira-kira dua tahun kemudian
mereka akan mengalami periode menstruasi pertama.
Menstruasi berarti berproses menuju kematangan

yang

menandakan bahwa remaja siap untuk hamil. Setiap bulan sel telur
akan matang dan dilepaskan untuk kemudian melewati tuba falopi
menuju uterus. Jika tidak terjadi kehamilan, maka lapisan ekstra pada
rahim tidak akan diperlukan lalu kemudian meluruh dalam bentuk
campuran darah dan jaringan. Darah tersebut selanjutnya akan
dikeluarkan melalui vagina selama siklus menstruasi berlangsung.

20

Normalnya, menstruasi akan terjadi antara usia 10-15 tahun.
Remaja putri juga harus menyadari parameter lainnya, seperti periode
menstruasi yang akan berlangsung selama kira-kira 4-7 hari, dan
mereka membutuhkan 2-3 pembalut setiap hari, dan jika menstruasi
diiringi rasa sakit yang luar biasa, remaja tidak boleh menunda untuk
segera pergi ke dokter.

21

B. Kerangka Teori

Faktor Internal
a. Pendidikan
b. Minat
c. Integlegensi

Pengetahuan remaja
tentang seks sekunder
Faktor Eksternal
a. Media Masa
b. Pengalaman
c. Sosial Budaya
d. Lingkungan
e. Penyuluhan
f. Informasi

Tingkat Pengetahuan
a. Tahu
b. Memahami
c. Menerapkan
d. Analisa
e. Sintesis
f. Evaluasi
Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Kusmiran, 2012; Notoatmodjo, 2010)

C. Kerangka Konsep
Baik
Tingkat pengetahuan
remaja putri tentang
seks sekunder

Cukup
Kurang

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Perubahan Seks
sekunder pada
remaja putri
1. Pertumbuhan
tinggi badan
2. Tumbuh rambut
di sekitar alat
kelamin
dan
ketiak
3. Kulit menjadi
lebih halus
4. Suara menjadi
lebih halus dan
tinggi
5. Panggul
semakin
membesar
6. Paha semakin
membulat

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode diskriptif kuantitatif.
Menurut Notoatmodjo (2010), diskriptif kuantitatif yaitu dimana bertujuan
untuk melihat gambaran atau fenomena yang terjadi dalam suatu populasi
tertentu yang pada umumnya digunakan untuk membuat penilaian terhadap
suatu kondisi yang dihadapi sekarang ini.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi adalah suatu teoris yang dikaitkan dengan tata aturan suatu tempat
yang akan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan atau pristiwa
(Depdiknas, 2008). Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 1 Sine
Ngawi.
2. Waktu Penelitian
Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses perubahan atau keadaan
berada atau berlangsung (Depdiknas, 2008). Penelitian ini akan
dilaksanakan mulai bulan 15 Juni 2012.

C. Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiono (2004) dalam (Hidayat, 2007) populasi adalah
wilayah generalisasi yang berdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

22

23

kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII SMP N 1 Sine Ngawi denagan
jumlah 121 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2007). Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah siswi yang memenuhi
kriteria inklusi di SMP N 1 Sine Ngawi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Hidayat, 2007). Kriteria inklusi penelitian ini:
a. Siswi putri kelas VII SMPN 1 Sine Ngawi.
b. Bersedia menjadi responden.
c. Hadir pada saat penelitian berlangsung.
d. Umur 11-14 tahun.
Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek
penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2007). Kriteria eksklusi dari penelitian
yaitu siswa putri kelas VII SMPN 1 Sine Ngawi yang tidak hadir dan tidak
bersedia mengisi kuesioner.

24

Menurut Notoatmojo (2010) besar sampel jika ukuran populasinya
> 1000, sampel sekitar 10% sudah cukup jika populasi < 1000, maka
penentuan sempel dengan rumus:
n=

N
1 + N(d 2 )

Keterangan:
N

= Jumlah populasi

n

= Besarnya ukuran sample

d

= Tingkat signifikasi yang digunakan (5%)

maka besarnya sampel sebagai berikut:
n=

N
1 + N(d 2 )

=

121
1 + 121(0,05 2 )

= 92,89 = 93

3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan cara simple random sampling. Menurut Notoatmodjo
(2010), yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana yaitu setiap
anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel.

D. Instrumen Penelitian
Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
kuisioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang,
dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan
tanda-tanda tertentu (Nototmodjo, 2010)

25

Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder,
kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dimana sudah terdapat
jawab benar dan salah dengan memberi tanda centang (ü) pada jawaban yang
dianggap benar dan pada pertanyaan positif (favorable) jika menjawab benar
mendapat nilai 1 dan yang menjawab salah mendapat nilai 0. Sedangkan pada
pertanyaan negatif (unfavorable) yang menjawab salah mendapat nilai 1 dan
yang menjawab benar mendapat nilai 0. Dimana kisi-kisi kuesioner dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel.3.1. Kisi-kisi kuesioner
Variabel
penelitian
Tingkat
pengetahuan
remaja putri
tentang Seks
Sekunde

Indikator

Favorable

1. Pengertian remaja.
1,2,3.
2. Perubahan fisik pada 4,5,6,7,8,10,
remaja tentang seks
12,14,15.
sekunder
3. Kondisi yang
19
mempengaruhi seks
sekunder (perubahan
fisik).
4. Remaja menghadapi
21, 23,24,
menstriasi.
26,27,29

Unfavorable

Jumlah

9,11,13

3
13

16,17, 18,20

5

22,25,
28,30.

10

Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik sejenis di
luar lokasi penelitian.
1. Uji validitas
Menurut (Riwidikdo 2009), validitas didefinisikan sebagai ukuran
seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya. Jadi validitas adalah
ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu

26

mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dengan menggunakan
tehnik korelasi pearson product moment dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
r

: Koefisien korelasi

N

: Jumlah sampel

X

: Skor pertanyaan

Y

: Skor total
Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel

(Riwidikdo, 2009).
Untuk mengetahui apakah harga korelasi valid, maka angka
korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel (Arikunto, 2006).
Dengan bantuan komputerisasi, yaitu dengan program SPSS for Windows.
Maka dikatakan butir soal valid dengan taraf signifikansi 5%. Uji validitas
telah di ujikan di SMP N 2 Sine dengan jumlah siswi yang diujikan adalah
30 siswi dan dari 35 soal hasilnya 30 soal dinyatakan valid, item yang
tidak valid no. 2, 7, 9, 15, 25 dan tidak digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Menurut (Riwidikdo 2009), reliabilitas instrumen dapat dilakukan
secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat
dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan
keduanya. Secara internal releabilitas instrumen dapat diuji dengan

27

menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan
teknik tertentu.
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.
Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan:
= Reliabilitas Instrumen
k

= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah varian butir
= Varian total
Uji coba reliabilitas untuk 30 soal dikatakan reliabel jika memiliki

nilai cronbachs alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2009). Pada penelitian ini
hasil uji menunjukkan bahwa nilai alpha 0,885, sehingga instrumen
penelitian ini dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat
pengukuran data.

E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada siswi
SMP N1 Sine Ngawi, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.
Responden disuruh mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil
pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

28

1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari obyek penelitian oleh
peneliti (Riwidikdo, 2009), sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan
yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang seks
sekunder.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari data instansi pendidikan yang
digunakan yaitu data semua jumlah sisawa kelas VII.

F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam
penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan
remaja putri tentang seks sekunder.

G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang
lingkup atau

pengertian

(Notoatmodjo, 2010).

variabel-variabel

yang

diamati

atau

diteliti

29

Tabel.3.2.Definisi Operasional
Variabel
Pengetah
uan
remaja
putri
tantang
Seks
Sekunder.

Definisi
Operasional
Pemahaman
responden
tentang Seks
Sekunder

Parameter dan
Alat Ukur Skala
Kategori
Kategori
Parameter
Kuesioner Ordinal a. baik, bila
pengetahuan Seks
76-100%
b. cukup,
Sekunder meliputi:
1. Pengertian
bila 56remaja.
75%
c.kurang,bil
2. Perubahan fisik
pada remaja
a