PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI AYYUBI (1)

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI AYYUBIYAH
1. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AYYUBIYAH
Keruntuhan kekuasaan Bani Fatimiyah membawa pengaruh bagi lahirnya Dinasti
baru. Setelah berkuasa kurang lebih 262 tahun di Mesir kekuatan Dinasti ini
melemah. Kehancuran Dinasti ini dipicu oleh adanya konflik internal kerajaan
yang timbul karena perebutan Jabatan Wazir di antara para Suku di dalam
kerajaan. Setelah Dinasti Fatimiyah runtuh, kendali pemerintahan di Mesir
dipegang oleh Salahudin Yusuf Al Ayyubi. Al Ayyubi memerintah di Mesir
setelah di angkat perdana mentri oleh Khalifah Bani Fatimiyyah terahir, Al Adid
pada tahun 1174 M. dalam pekembangannya, Salahudin Yusuf Al Ayyubi sebagai
pendiri Dinasti Ayyubiyah, menyatakan kesetiaannya pada kekhalifahan Dinasti
Abbasiyah, Berarti secara langsung, Dinasti Ayyubiyah bertentangan dengan
Dinasti Fatimiyah,. Pertentangan ini terletak pada perbedaan sikap politik antara
Dinasti Fatimiyah dengan Dinasi Ayyubiyah, yaitu pengakuan terhadap posisi
Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Dinasti Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub , seorang keturunan Suku Kurdi
dari Azerbeijan. Nama Ayyubiyah dikaitkan dengan nama ayah Salahuddin, yaitu
Ayyub bin Syadzi. Sebenarnya Dinasti ini berbentuk Persatuan (Konfederasi).
Beberapa yang tunduk pada satu Dinasti yang di pimpin oleh kepala keluarga,
tiap - tiap Dinasti di pimpin oleh seorang anggota keluarga Ayyubiyah. Pendiri
Dinasti Ayyubiyah adalah Salahuddin Al Ayyubi putera dari Najmuddin Bin

Ayyub . Pada masa Nuruddin Zanki, Gubernur Syuria dari Dinasti Abbasiyah ,
Salahuddin Al Ayyubi diangkat sebagai Garnisun di Balbek.
Pada waktu masih muda, Salahuddin Al Ayyubi kurang begitu dikenal dikalangan
masyarakat Syiria. Ia gemar melakukan diskosi tentang Ilmu Fikih, Ilmu Kalam,
Al Qur’an, Dan Hadis, Kemudian oleh ayahnya, ia dikenalkan dengan Nuruddin
Zanki Gubernur Syuria pada waktu itu.
Kehidupan Salahuddin Al Ayyubi penuh dengan perjuangan dan peperangan, hal
itu dilakukannya dalam menunaikan tugas Negara untuk memadamkan sebuah
pemberontakan serta menghadapi tentara Salib, semua ppeperangan itu berhasil
dimenangkannya. Meskipun demikian , Salahuddin Al Ayyubi bukanlah seorang

pemimpin yang tamak , haus kekayaan , dan haus darah. Ia bukanlah orang yang
ambisius. Perang hanya dilakukan hanya untuk mempertahankan dan membela
agama. Selain itu, Salahuddin Al Ayyubi memiliki toleransi yang tinggi terhadap
agama lain. Ketika menguasai Iskandariyah ia mangunjungi orang - orang
Kristen, ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengizinkan untuk
berziarah ke Baitulmakdis.
Keberhasilan Salahuddin al Ayyubi sebagai tentara mulia terlihat ketika
mendampingi pamannya, Asaduddin Syirkuh, yang mendapat tugas dari Nuruddin
Zanki untuk membantu Dinasti Fatimiyah di Mesir pada tahun 1164 M. Perdana

Menteri Syawar yang dikudeta oleh Dirgam menjanjikan imbalan sepertiga pajak
tanah Mesir kepada Salahuddin al Ayyubi, jika ia barhasil mengalahkan Dirgam.
Ternyata Salahuddin mangalahkan tentara Dirgam dan akhirnya Perdana Syawar
bisa mendduduki kembali jabatannya pada tahun 1164 M. Tiga tahun kemudian,
Salahuddin al Ayyubi kembali menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini terjadi
karena Syawar bersekutu dengan Amauri, seorang tentara perang salib yang dulu
pernah membantu tentara Dirgam, keadaan ini sangat membahayakan posisi
Nuruddin Zanki dan Umat Islam pada umumnya.
Terjadi peperangan sengit antara pasukan Salahuddin melawan pasukan Syawar
yang dibantu oleh Amauri, Pada mulanya pasukan Salahuddin al Ayyubi berhasil
menduduki kotaIskandariyah, tetapi ia dikepung dari darat dan laut oleh tentara
salib yang dipimpin Amauri. Peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai
pada bulan Agustus 1167 M. Perjanjian tersebut berisi tentang pertukaran tawanan
perang, kemudian Salahuddin al Ayyubi kembali ke Suriah , sedangkan Amauri
kembali ke Yerussalem dan kota Iskandariah diserahkan kembali kepada Syawar ,
Pada tahun 1169 M , tentara salib yang dipimpin Amauri melanggar perjanjian
damai yang telah disepakatinya, meraka banyak membunuh masyarakat Mesir dan
berusaha menurunkan Khalifah al Adid dari jabatannya. Hal itu tentu saja sangat
membahayakan keadaan Umat Islam. Melihat kondisi ini, Asaduddin Syirkuh dan
Salahuddin al Ayyubi kembali memasuki Mesir. Amauri dapat dikalahkan dan

Mesir dapat dibebaskan dari ancaman tentara Salib. Akan tetapi, keberhasilan
Asaduddin

Syirkuh dan Salahuddin al Ayyubi ini tenyata menimbulkan

kedengkian Syawar, Syawar berusaha membunuh keduanya, tetapi rencana itu

diketahui oleh Asaduddin Syirkuh dan Syawar berhasil ditangkap. Atas perintah
Kholifah Al adid, akhirnya Syawar dihukum mati.
Sebagai imbalan atas jasa-jasanya, Khalifah al Adid dari Dinasti Fatimiyah
mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai Perdana Mentri Mesir pada tahun 1169
M.

ini merupakan pertama kalinya keluarga al Ayyubiyah menjadi Perdana

Mentri, tetapi tidak lama setelah dilantik yaitu dua bulan ia meninggal, kemudian
posisinya di gantikan oleh Salahuddin al Ayyub yang di lantik oleh Khalifah al
Adid pada tanggal 25 Jumadil Akhir 564 H/26 Maret 1169 M. Pada waktu itu
Salahuddin al Ayubiah berusia 32 tahun, sebagai Perdana Menteri dia
mendapatkan gelar Al Malik an Nasr.

Setelah Khalifah Al Adid wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Al Ayubi
mengambil alih kekuasaan di Mesir. Salahuddin al Ayubi memploklamirkan
dirinya sebagai Sultan Mesir dengan nama Al malik an Nasir As Sultan
Salahuddin Yusuf. Sebelum Salahuddin berkuasa, di Mesir telah berdiri Dinasti
Fatimiyah yang bermazhab Syiah. Namun Salahuddin mendukung Dinasti
Abbasiyah karena sama-sama bermazhab Sunni. Ia juga berusaha mengambalikan
kekuasaan spiritual dalam setiap Khutbah Jum’at sebagai pengganti penyebutan
penguasa Dinasti Fatimiah Al Adid dengan Khalifah Abbasiyah. Hal ini ia
lakukan pada tahun 1171 M, dan pada tahun ini pula Salahuddin al Ayyubi
berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik. Sejak 1171 M,
Dinasti Ayubiyah mulai berkuasa, hingga 75 tahun lamanya. Karena dianggap
berhasil dalam menjalankan pemerintahanya, Khalifah al Mustadi (Khalifah bani
Abbasiyah) memberikan gelar Al Mu’iz li amiru mukmin kepada Salahuddin al
Ayyubi.
Pada tahun 1175 M, Khalifah al Mustadi memberikan wilayah Mesir,An Naubah,
Yaman, Tripoli, Syiria dan Magrib (Maroko) sebagai kekuasaan.
2. MASA PEMERINTAHAN DINASTI AYYUBIYAH
Setelah Khalifah Al Adid wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin al Ayyubi
berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik. Pada masa
pemerintahannya, Salahuddin al Ayyubi membagi wilayah kekuasaan kepada


saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa
cabang Dinasti Ayyubiyah, diantaranya :
1. Kesultanan Ayyubiyah di Mesir Dengan Rajanya Salahuddin Yusuf Al
Ayyubi 1171 – 1193 M
2. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus dengan rajanya Al-Afdal 1193 –
1196 M
3. Kesultanan Ayyubiyah di Aleppo dengan rajanya Al-Adil I 1183 – 1193
M
4. Kesultanan Ayyubiyah di Hamah Dengan rajanya Al-Muzaffar I 1178 –
1191 M
5. Kesultanan Ayyubiyah di Homs dengan rajanya Al-Qahir 1178 – 1186 M
6. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafariqin dengan rajanya Al-Adid I 1193 –
1200 M
7. Kesultanan Ayyubiiyah di Sinjar dengan rajanya Al-Asraf 1220 – 1229 M
8. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa dengan rajanya As-Salih Ayyub
1232 – 1239 M
9. Kesultanan Ayyubiyah di Yaman dengan rajanya Al-Mu’azzam Turansyah
1173 – 1181 M
10. Kesultanan Ayyubiyah di Kerak dengan rajanya An- Nasir Dawud 1229 –

1249 M
3. KEMAJUAN – KEMAJUAN PADA MASA DINASTI AYYUBIYAH
Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Ayyubiyah meliputi :
1. Kemajuan di Bidang Pendidikan
Meskipun Salahuddin Al-Ayyubi terlibat aktif dalam perang Salib, bukan
berarti ia dan penerusnya mengabaikan bidang pendidikan. Mereka masih sempat
dan memajukan pendidikan dinegerinya. Ia juga dikenal sebagai pelindung para
ilmuwan. Melalui lembaga pendidikan Salahuddin berusaha mengganti paham
Syiah dengan Paham Sunni.
Pada masa Salahuddin, Syiria menjadi kota pendidikan yang besar. Ibnu Jubair
yang mengunjungi Damaskus pada Tahun 1184 M, mendapati sekitar 20
madrasah dikota ini. Salah satu akademi terkemuka pada msa itu adalah As-

Shalahiyyah di Kairo. Al-Azhar yang semula mengajarkan paham Syiah
kemudian dijadikan tempat pengajaran paham Sunni.
2. Kemajuan di Bidang Kesehatan
Pada masa Salahuddin ada 2 rumah sakit yang telah dibangun dan
pengobatannya bebas biaya.
3. Kemajuan di Bidang Arsitektur
Salah satu peninggalan yang menunjukkan kemajuan pada masa Dinasti

Ayyubiyah adalah Benteng Kairo yang dibangun pada tahun 1183 M oleh
Salahuddin Al-Ayyubi. Bahan bangunan yang digunakan adalah serupa dengan
batu balok yang dipakai bangunan Piramida.
4. Kemajuan di Bidang Pertanian dan Perdagangan
Kemajuan di Bidang ini dapat kita lihat pada masa Al-Kamil, ia
membangun sarana irigasi. Disamping itu juga sudah ada penandatanganan
perjanjian dagang dengan Negara-negara Eropa.
5. Al-Azhar Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan ilmu-ilmu
Keislaman
Al-Azhar adalah nama sebuah lembaga pendidikan dan keagamaan di
Kairo, Mesir yang sangat masyhur di dunia Islam. Al-Azhar mencakup sebuah
masjid sebagai pusat kegiatan Islam dan sebuah lembaga Pendidikan pengemban
misi dakwah. Mahasiswa yang studi di Al-Azhar tidak hanya dari Mesir saja,
tetapi juga mahasiswa asing yang berasal dari Pakistan, Sudan, Indonesia, dan
Negara lainnya. Saat ini diperkirakan jumlah mahasiswanya mencapai 50.000
orang.
Pada mulanya Al-Azhar adalah sebuah masjid dikota Kairo, yang
dibangun oleh Jaubar al Khatib as Shiddiq (Panglima Perang Islam Dinasti
Fatimiyah) pada tahun 972 M. Jauhar yang menaklukkan Mesir pada tahun 971
M, itu diperintah membangun Masjid oleh Khalifah Al-Mu’iz li dinillah dari

Dinasti Fatimiyah. Semula Masjid itu dinamakan Masjid Jami’ Al-Qahira sesuai
nama kota Masjid ini dibangun, Al-Qahira atau Kairo. Kemudian masjid ini
dinamai Al-Azhar karena dikaitkan dengan Az-Zahra yang bersal dari
nama/Julukan Fatimah Binti Muhammad Saw.

Selain sebagai pusat dakwah ajaran Syiah, di Al-Azhar juga diajarkan berbagai
macam ilmu, seperti yang terkait dengan bahasa yaitu Nahwu/Tata bahasa Arab,
Balghah, mantic/Logika, dan sastra. Selain itu juga diajarkan ilmu-ilmu agama,
ilmu tauhid, fikih, hadits, tasawuf.
Akan tetapi pada tahun 378 H/988 M ketika Khalifah Al-Aziz berkuasa,
masjid Al-Azhar dikembangkan fungsinya menjadi Universitas. Dengan
perkembangan tersebut maka ilmu-ilmu yang dikembangkan didalamnya semakin
banyak. Ilmu – ilmu itu sebagian menjadi nama fakultas seperti ; Syari’ah
ushuluddin, bahasa, kedokteran, dan juga ilmu lain seperti matematika, filsafat,
sejarah, dan pertanian.
Pada masa Dinasti Ayyubiyah Al-Azhar tidak banyak berperan, alasanya
karena Dinasti Fatimiyah mempropagandakan madzhab syiah dan Al-Azhar
sebagai media utama dakwahnya. Sedangkan Seluruh penguasa Dinasti
Ayyubiyah bermadazhab Sunni.
Pada saat dinasti Ayyubiyah berkuasa atas Mesir, Masjid Al-Azhar sempat tidak

dipakai untuk Shalat Jum’at hamper sati abad lamanya (1171 – 1267). Alasannya
adalah tidak diperkenankanya dua shalat Jum’at di satu kota selagi masjid yang
satu belum penuh jama’ahnya menurut madzhab syafi’iyyah. Selama kurun waktu
tersebut shalat Jum’at dilaksanakan dimasjid Al-Hakim. Dakwah ajaran syiah
dilarang dilakukan dimasjid Al-Azhar, sebaliknya yang diperbolehkan adalah
dakwah ajaran Sunni. Masjid Al-Azhar dipakai kembali untuk shalat Jum’at pada
masa pemerintahan Sultan Baybar dari Dinasti Mamluk.
Sebagai lembaga keagamaan Al-Azhar memiliki fungsi dan peran sebagai
berikut :
a. Pusat kegiatan Al-Muhtasib, jabatan agama yang penting pada
masa Dinasti Fatimiyah
b. Tempat Penyelenggaraan Maulid Nabi Muhammad Saw. Tiap
tanggal 12 Robiul Awal dan peringatan hari ‘Asyura tiap tanggal
10 Muharram.
c. Tempat sidang Khalifah dan qadhi/mentrinya untuk membahas
suatu masalah.
d. Tempat mencetak ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu.

e. Tempat mencetak ulama’ yang beriman dan mempunyai keteguan
mental serta mempunyai ilmu yang mendalam tentang akidah,

syari’at, dan bahasa Al-Qur’an untuk disuplai keseluruh dunia.
4. RUNTUHNYA DINASTI AYYUBIYAH
Sebelum wafat Salahuddin Al-Ayyubi membagi kekuasaanya kepada
pewarisnya, yaitu anak-anak dan saudaranya. Namun perselisihan dan pertikaian
tak bisa dihindari diantara para pewarisnya.
Perselisihan terus terjadi, Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan Damaskus selalu
bersaing untuk memperebutkan wilayah Syiria. Akibat perselisihan ini,
beberapa kota yang dulu dikuasai Salahuddin lepas ketangan pasukan salib. Dan
yang kemudian berhasil mengembalikan Yerussalem ketangan umat Islam adalah
Khawariz.
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa Sultan as Salih. Pada
waktu itu tentara dari kaum budak di Mesir/kaum Mamluk memegang kendali
pemerintah, setelah as Salih wafat pada tahun 1249 M. kaum Mamluk
mengangkat isteri As-Salih yaitu Syajarat ad Dur menjadi Sulthanah/Ratu. Ia
adalah penguasa muslim perempuan yang memerintah selama 80 hari. Dialah
peletak dasar Dinasti Mamluk di Mesir. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan
dinasti Ayyubiyah masih berkuasa di Suria.
Pada tahun 1260 M tentara Mongol hendak menyerbu Mesir, komando
tentara Islam dipegang oleh Qutuz (panglima perang Mamluk). Dalam
paertempuran Qutuz menang dengan gemilang. Selanjutnya, Qutuz mengambil

alih kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak itu berakhirlah riwayat dinasti
Ayyubiyah.

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
AL-AZHAR
UNIVERSITAS AL-AZHAR DI CAIRO MESIR

A.

Sejarah Berdirinya Universitas Al-Azhar
Dalam sejarah dunia keilmuan, Al-Azhar dikenal sebagai universitas

tertua, tidak hanya di dunia Islam, namun juga di seluruh dunia. Setelah
pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Al-Siqili
mendirikan masjid Al-Azhar, pada tanggal 17 Ramadhan 359 Hijriyah (970
Masehi).Sebelumnya masjid ini bernama al-Qahiroh, sama dengan nama kota
(Kairo) yang dibangun oleh Jauhar al-Sikilli. Penamaan ini dikaitkan dengan
istilah al-qahirah al-zahirah, al-zahirah artinya cemerlang. Namun, yang
dikehendaki oleh al-Sikilli adalah nisbat yang lebih dekat dengan istilah al-zahra,
gelar ini nama Sayyidah Fatimah al-Zahra, putri Rasulullah SAW. Sesuai dengan
penisbatan itu, ditetapkanlah nama al-Azhar sebagai nama masjid tersebut. Masjid
ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih
berdiri megah. Nama Al-Ahzar di ambil dari Al-Zahra, julukan Fatimah, putri
Nabi Muhammad SAW dan istri Ali Ibn Abi Thalib.
Masjid Al-Azhar selesai dibangun pada tahun 361 Hijriyah (972M),
merupakan masjid pertama di kairo dan masjid keempat di mesir, setelah masjid
Amr Ibn Ash, masjid Askar, dan masjid Ahmad Ibn Thulun. Pada awalnya AlAzhar bukanlah sebuah perguruan tinggi atau sebagai lembaga pendidikan formal,
melainkan hanya sebagai masjid yang oleh khalifah Dinasti Fathimiyah dijadikan

sebagai pusat untuk menyebarkan dakwah mereka namun kemudian berkembang
menjadi universitas. Al-Azhar dan kota Kairo merupakan bukti fonumental
sebagai produk peradaban islam di Mesir yang tetap eksis sampai saat ini
B.

Pendidikan Universitas Al-Azhar
Al-Azhar tidak hanya dikenal sebagai universitas Islam tertua di dunia,

tetapi Al-Azhar juga sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan mesir selama
1.000 tahun. Al-Azhar telah melahirkan pemimpin-pemimpin besar, filusuffilusuf, sarjana-sarjana, tokoh-tokoh politik dan orang-orang terkenal. Pada abad
ke-9 Hijriyah merupakan masa kejayaan bagi Al-Azhar karena pada saat itu AlAzhar menempati tempat tertinggi di antara madrasah-madrasah dan perguruan
tinggi yang ada di kairo. Ketika itu, Al-Azhar sebagai induk madrasah juga
sebagai perguruan tinggi terbesar yang tidak ada tandingannya.
Al-Azhar Dalam Kekuasaan Khalifah
1) Masa Dinasti Fatimiyyah
Al-Azhar pada masa dinasti Fatimiyyah dijadikan sebagai alat propaganda
kekuasaan khalifah dan sebagai alat penyebaran doktrin faham Syi’ah. Pada masa
ini pula sistem pengajaran terbagi menjadi empat kelas.
Pertama, kelas umum diperuntukkan bagi orang yang datang ke al-Azhar
untuk mempelajari al-Qur’an dan penafsirannya. Kedua, kelas para mahasiswa
universitas al-Azhar kuliah dengan para dosen yang ditandai dengan mengajukan
pertanyaan dan mengkaji jawabannya. Ketiga, kelas Darul hikam, kuliah formal
ini diberikan oleh para mubalig seminggu sekali pada hari senin yang dibuka
untuk umum dan pada hari kamis dibuka khusus untuk mahasiswa
pilihan. Keempat, kelas nonformal, yaitu kelas untuk pelajar wanita.
Mahasiswa yang belajar di al-Azhar dilarang mempelajari mazhab selain
Syi’ah. Sedemikian ketatnya, sampai ada mahasiswa yang dipenjara karena
menyimpan kitab Al-Muwattho’ karya monumental Imam Malik.
Pada masa khalifah Al-Aziz Billah, 378 H dengan usaha wazirnya Yakub
ibn Kills, yang menyelenggarakan kuliah umum di al-Azhar yang diikuti oleh
peminat yang sangat banyak. Kegiatan inilah yang dianggap sebagai awal lahirnya

sistem pedidikan tinggi di al-Azhar. Karena hal inilah al-Azhar dijadikan sebagai
Universitas Islam yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, ilmu logika, dan ilmu
umum lainnya. Untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran, al-Azhar
dilengkapi dengan asrama untuk para fuqaha (dosen, tenaga pendidik) serta semua
urusan dan kebutuhannya ditanggung oleh khalifah. Adapun ilmu agama yang
diajarkan meliputi: ilmu tafsir, qiraat, hadits, fiqih, nahwu, sharaf, dan sastra.
Sedangkan ilmu-ilmu umum yang dipelajari ialah: filsafat, ilmu falak, ilmu ukur,
musik kedokteran, kimia, dan sejarah , serta ilmu bumi. Diantara para ulama yang
turut belajar pada masa itu antara lain: Hasan ibn Ibrahim atau yang lebih dikenal
Ibnu Zulaq, al-Amir al-Mukhtar ‘Izzul Mulk Muhammad bin Abdullah, Abu
Abdillah al-Qudha’i, Abi Ali Muhammad bin al-Hasanbin al-Haitsam.
2) Masa Dinasti Ayyubi
Setelah Sholahuddin Al-Ayyubi menguasai Mesir dan menjatuhkan dinasti
Fatimiyyah, kegiatan keilmuan di al-Azhar harus terhenti. Karena Sholahuddin alAyyubi adalah penganut faham Sunni, ia menutup al-Azhar baik untuk shalat
jumat maupun sebagai universitas. Al-Azhar tidak lagi menjadi penyelenggara
pendidikan islam yang membanggakan.
Kendati al-Azhar ditutup sebagai lembaga pendidikan, perkuliahan beralih
ke madrasah-madrasah dan lembaga kuliah setingkat universitas, yang jumlahnya
hinga mencapai 25 lembaga di Kairo. al-Azhar juga sering mendapat kunjungan
ulama-ulama terkenal yang juga memberikan kuliah. Pada tahun 589 H Abd Latif
al_baghdadi berkunjung ke Mesir, pada masa al-Malik al-Aziz Imad al-Din
Utsman anak Sholah al-Din. Pada kunjungannya ini ia sempat mengajar mantiq
dan al-Bayyan di al-Azhar.
a.

Setelah Daulah Fatimiyah jatuh ke tangan Shalahuddin al- ayyubi
pada tahun 567 H (1171 M), maka ia mengambil kebijakan baru untuk
menghilangkan aliran Syi’ah yangtelah tumbuh dan berkembang
sekian lama. Terutama melalui sarana al-Azhar untuk digantinya
dengan aliran Sunni. Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada
masa Sholahuddin adalah:

b.

Pembekuan kegiatan khutbah di al-Azhar selama hampir seratus tahun
sampai masa Sultan al-Mamluki al-Dzahir pada tahun 665 H/1226 M.

c.

Melakukan renovasi pembangunan al-Azhar oleh Amir Edmir dan
Sultan Berbes atau Sultan al-Dzohir Berbes.

d.

Al-Azhar menjadi pusat studi islam yang amat penting, terutama
ketika Kairo menjadi kiblat para ulama, fuqaha, dan mahasiswa.

3)

Masa Dinasti Mamalik
Pada masa ini terjadi serbuan besar-besaran dari bangsa Mongol ke timur

dan jatuhnya islam di barat, sehingga banyak para ulama dan ilmuan yang mencari
perlindungan ke al-Azhar. Hal ini menyebabkan posisi al-Azhar menjadi penting.
Sejak saat itu banyak pelajar dan negara-negara islam yang tertarik menjadi
mahasiswa dan belajar di al-Azhar.
Terhitung 98 tahun sejak al-Azhar ditutup, sejak masa Sholahuddin alAyyubi sampai 17 tahun dari pemerintahan dinasti Mamalik. Pada tahun 665 H
seorang amir yang tinggal tidak jauh dari al-Azhar mengajukan usul kepada
Sultan al-Zahir Baibars untuk membuka al-Azhar kembali sebagai tempat untuk
shalat jumat.usulan itupun diterima dan sejak saat itu ia dan amir mengeluarkan
uang sendiri untuk memperbaiki al-Azhar. Semenjak saat itu pula al-Azhar sering
dikunjungi oleh ulama-ulama terkenal dari berbagai daerah untuk belajar dan
mengajar, seperti Ibn Khaldun, Abu al-‘Abbas Ahmad al-Qalqasyandi (w. 821 H/
1418 M) dan Jalal al-Din al-Suyuthi (w.911 H/1505 M).
Sejak dibuka kembali sebagai tempat shalat jumat dan tempat kegiatan
keilmuan, al-Azhar yang dulunya beraliran faham Syi’ah sekarang berubah
menjadi Faham Sunni.
Pada masa ini, kebijakan dan perhatian pemerintah terhadap al-Azhar
sangat kondusif untuk pengembangan al-Azhar sebagai sebuah perguruan tinggi.
Diantaranya adalah al-Azhar banyak mendapat wakaf dari para sultan dan umara
yang tujuannya adalah untuk membantu dan memelihara kemasyhuran ilmu
pengetahuan di al-Azhar dan untuk kelanjutan al-Azhar sebagai pusat pergerakan
ilmu pengetahuan di Mesir dan dunia islam. Harta wakaf al-Azhar sampai saat ini
masih digunakan untuk membayar gaji para dosen dan karyawannya, baik untuk

warga Mesur sendiri maupun warga negara asing, juga digunakan untuk
membiayai pembangunan asrama pelajar dan mahasiswa.
Pada masa dinasti Mamalik, sistem pembelajaran di al-Azhar adalah para
mahasiswa diberi kebebasan dalam memilih mata kuliah yang dipelajarinya,
sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasai oleh masing-masing dosen. Setelah
mahasiswa dapat menguasai disiplin ilmu yang diberikan oleh seorang dosen,
maka ia dipersilahkan untuk memilih dosen yang lain untuk mempelajari mata
kuliah yang berbeda. Setelah mahasiswa yang sudah meyelesaikan kuliahnya
kepada seorang dosen, maka ia akan diberi Syahadah (ijazah).
Ketika Mesir hilang kedaulatannya tahun 922 H/1517 M, pendidikan dan
pengajaran mengalami kemunduran di al-Azhar khususnya dan madrasahmadrasah lainnya. Pada masa itu ilmu yang diajarkan hanya bahasa arab dan ilmuilmu agama saja, sedangkan ilmu aqliyah, seperti filsafat, ilmu bumi, ilmu pasti
tidak ada dan dianggap haram hukumnya. Kendati demikian bukan berarti tidak
ada seorangpun yang belajar dan mengajarkan ilmu aqliyah, tetapi dengan
kemauan sendiri, seperti Syaikh Abdul Mun’im Damanhuri (w. 1192 H/1778 M)
dalam ijazahnya disebutkan ilmu yang telah dipelajarinya meliputi al-Jabar, ilmu
falak, ilmu kesehatan dan lain-lain.
C.

Sistem dan Metode Pendidikan Al-Azhar
Pada mulanya pengajaran di Universitas al-Azhar sama dengan institusi

pen-didikan yang lain, yaitu sistem halaqah (melingkar). Seorang pelajar bebas
memilih guru dan pindah sesuai dengan kemauannya. Umumnya guru atau syaikh
yang mengajar itu duduk bersama para pelajar, tetapi guru kadang-kadang duduk
di kursi ketika menerangkan kitab yang diajarkannya. Di samping itu, metode
diskusi sangat dikembangkan sebagai metode dalam proses pembelajaran
antarpelajar. Seorang gu-ru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan
penajaman dari materi yang didiskusikan
Al-Azhar merupakan univertas Islam tertua di Dunia, yang sampai saat ini masih
menggunakan sistem kalsik Al-Azhar menerapkan sistem pendidikan dengan
jenjang empat tahun. Yang mana dalam setiap pertemuannya tidak menggunakan
sistem absen. Dimana hal tersebut memiliki filosofi yang luar biasa yaitu

bahwasanya seorang mahasiswa itu harus lebih mengutamakan ilmu yang
didapatkannya, bukan sekedar datang absen saja tanpa ilmu yang didapat. Dalam
menyelesaikan administrasi pun Al-Azhar masih menggunakan sistem manual,
dimana hal tersebut dapat melatih kesabaran mahasiswa.
Al-Azhar pun terkenal dengan sistem sanad (riwayat), di mana seorang
mahasiswa mengambil sebuah ilmu langsung dari gurunya dengan bertatap muka
dan tentunya para murid pun diuji seberapa jauh ia menguasi ilmu tersebut.Sistem
ini ternyata sudah ada semenjak Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para
Sahabat dan ulama sesudahnya. Sistem sanad ini pulalah yang menjadikan
kelimuan Islam tetap terjaga dari masa ke masa.Selain dibangku kuliah, para
mahasiswa Al-Azhar juga banyak menimba ilmu melalui halaqah-halaqah yang
diadakan di masjid Al-Azhar.
Al-Azhar megajarkan mahasiswanya untuk bersifat sederhana, hal ini dpat
dilihat dari ruang kuliahnya yang masih menggunakan meja dan bangku panjang
yang diduduki 5-7 orang. Saat perkuliahan pun mahasiswa bebas bertanya apapun
kepada dosen bahkan sampai keluar ruanganpun mereka masih dizinkan untuk
bertama, hingga mereka paham betul dengan ilmu yang didapatnya
Al-Azhar menggunakan sistem paket, jadi nilai mata kuliah yang diujikan
ketika semester ganjil dan genap disatukan. Bagi mereka yang membawa lebih
dari dua mata kuliah, akan mengulang selama setahun di kelas yang sama dengan
mata kuliah yang ia bawa. Sedangkan mereka yang membawa satu atau dua mata
kuliah, ia tetap naik kelas dan hanya diuji ulang mata pelajaran tersebut tanpa
mengulang satu tahun di kelas yang sama.
Di sinilah terlihat ketatnya sistem ujian dan penialan di al-Azhar. Hal ini tidak lain
karena al-Azhar ingin mengajarkan kepada para mahasiwanya sebuah
kesungguhan dalam belajar dan mencari ilmu.
D.

Tujuan Universitas Al-Azhar

Adapun tujuan Universitas al-Azhar adalah:
1.

Mengemukakan kebenaran dan pengaruh turas Islam terhadap kemajuan
umat manusia dan jaminannya terhadap kebahagiaannya di dunia dan
akhirat;

2.

Memberikan

perhatian

penuh

terhadap

ke-bangkitan turas ilmu,

pemikiran, dan keruhanian bangsa Arab Islam;
3.

Menyuplai dunia Islam dengan ulama-ulama aktif yang beriman, percaya
terhadap diri sendiri, mempunyai keteguhan mental dan ilmu yang
mendalam tentang akidah, syariah, dan bahasa al-Quran;

4.

Mencetak ilmuwan agama yang aktif dalam semua bentuk ke-giatan,
karya, kepemimpinan dan menjadi contoh yang baik, serta mencetak
ilmuwan dari berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup aktif dalam
dakwah Islam yang di-pimpin dengan hikmat kebijaksanaan dan pelajaran
yang baik di luar dan di dalam Republik Arab Mesir;

5.

Meningkatkan hubungan kebudayaan dan ilmiah dengan universitas dan
lembaga ilmiah Islam di luar negeri.

E.

Peranan Al-Azhar dalam mencetak Ulama
Al-azhar sebagai lembaga pendidikan saat ini telah banyak melahirkan

ulama yang tidak diragukan lagi dari aspek keilmuannya, dan telah banyak
menyumbangkan khasanah ilmu pengetahuan terutama keIslaman, baik dari Mesir
maupun Ulama yang berasal dari daerah lainnya. Diantara mereka ialah Izauddin
bin Abdissalam, Imam Subkhi Jallaludin As- Suyuti, Al Hafiz Ibnu Hajar AlAsqolani, dan karya monumental dari para ulama tersebut masih dapat dipelajari
dan disaksikan sampai sekarang ini.

MASJID AL-AZHAR

DEKORATIF MASJID AL-AZHAR

AL HAKIM MOSQUE

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124