PROBLEMATIKA SOSIAL ANAK PUNK DALAM FILM ”PUNK IN LOVE”: Pendekatan Sosiologi Sastra

DALAM FILM ”PUNK IN LOVE”:

Pendekatan Sosiologi Sastra

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

MUHAMMAD AFIN ALGHIFARI

C0206032

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Nama

: MUHAMMAD AFIN ALGHIFARI

NIM

: C0206032

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Problematika Sosial Anak Punk Dalam Film ”Punk In Love” : Pendekatan Sosiologi Sastra adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal- hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 30 Juli 2012 Yang membuat pernyataan

MUHAMMAD AFIN ALGHIFARI

Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam; kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan (Kahlil Gibran)

Ya Allah… Jadikanlah hambaMu ini menjadi manusia yang mampu mensyukuri nikmatMu. Karena sungguh, hidup ini luar biasa

(Penulis dan Yasinta Adhiguna)

Lebih baik mencoba meskipun gagal, daripada hanya sekedar membayangkan (Mas Yusuf)

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Terjemahan Q.S Al Baqarah: 153)

1. Abah dan Ibu Maksum, yang telah mengajari tentang arti kehidupan. Selalu membimbing Afin sejak kecil hingga dewasa ini. Merawat Afin di saat sakit dan memberi nasihat di saat Afin melakukan kesalahan. Maafkan Afin karena masih sering mengecewakan Abah dan Ibu. Afin belum bisa membahagiakan Abah dan Ibu. Afin menyadari bahwa tidak akan bisa membalas semua pemberian Abah dan Ibu. Semoga dengan ini, Abah dan Ibu menjadi sedikit bahagia dan bangga. Afin sayang sama Abah dan Ibu.

2. Noviana Choirun Nisa’ kakakku tercinta beserta Mas Rahmad, terima kasih atas semua perhatian dan nasihat-nasihatnya, maaf kalau saja Afin selama ini sering merepotkan. Terimakasih telah memberikan keponakan yang lucu Hafidza Rayyan Karima, Adekku tersayang Ulin Nuha, yang sudah lulus lebih dulu, Kakakmu ini merasa termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Yamto, terima kasih atas doa dan segala nasihat yang telah diberikan. Afin bahagia sudah dianggap sebagai putra sendiri.

4. Bapak dan Ibu Gunadi, Afin sudah menganggap Bapak dan Ibu sebagai orang tua sendiri. Terima kasih atas segala doa dan nasihat yang telah diberikan. Mohon maaf jika selama ini Afin sering merepotkan.

5. Yasinta Adhiguna, terima kasih atas kasih sayang dan cinta tulusmu. Kamu tak pernah lelah memberi nasihat, mendoakan, membantu, dan mendukung setiap langkahku. Semoga kita ditakdirkan untuk berjodoh. Amin...

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sang Khalik, di tangan-Nya segala kebaikan dan Dialah Maha Kuasa atas segala sesuatu di langit dan bumi. Limpahan nikmat, rahmat, inayah, hidayah dan karunia dari Allah SWT senantiasa menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Problematika Sosial Anak Punk Dalam Film ”Punk In Love” : Pendekatan Sosiologi sastra. Skripsi ini disusun guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sangat berterima kasih atas segala doa, bantuan, dukungan dan dorongan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph. D. Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu penuh perhatian dan memberi kemudahan dalam penulisan skripsi 3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu penuh perhatian dan memberi kemudahan dalam penulisan skripsi

5. Dwi Susanto, S.S, M.Hum., Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan berlangsung.

7. Abah dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat yang tiada pernah usai.

8. Yasinta Adhiguna. Terima kasih atas doa, bimbingan, nasihat, dan semangat yang tak henti-hentinya dialirkan kepada penulis.

9. Keluargaku, Kak Ana, Mas Rahmad, Ulin Nuha, Dek Ayya, Mbah Kakung dan Mbah Putri, Pakde Adib sekeluarga, Om Badrun sekeluarga, Om Tamam sekeluarga, Lek Tawab, Lek Haris, Lek Afif sekeluarga, Lek Zaky dan Rizka, Bapak Ibu Gunadi, Bapak Ibu Yamto, yang selalu memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materiil.

10. Teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2006: Wendy, Hafidz, Gondrong, Tony, Pakdhe, Dim, Aji, Demas, Tantra, Ema, Budi, Joko, Adi, Dian, Nita, Yuyun, Lianita, Zanuri, Toto, Tiara, Nurul, Farida, Rike, Ririn, Coyik, Dwi, Mila, Damis, Norma, Nikmah, Amel, Icha, Rina, Rohma, Mbok Yuli, Ina, Mumung, Arum, Widya, dan Sofwatin. Terima kasih atas 10. Teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2006: Wendy, Hafidz, Gondrong, Tony, Pakdhe, Dim, Aji, Demas, Tantra, Ema, Budi, Joko, Adi, Dian, Nita, Yuyun, Lianita, Zanuri, Toto, Tiara, Nurul, Farida, Rike, Ririn, Coyik, Dwi, Mila, Damis, Norma, Nikmah, Amel, Icha, Rina, Rohma, Mbok Yuli, Ina, Mumung, Arum, Widya, dan Sofwatin. Terima kasih atas

11. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan atas dan bawah. Terima kasih atas segala doa, dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis.

12. Teman-teman yang pernah dekat dengan penulis, Uli’, Umi Dwi Lestari, Inas Adila, Choiriah Mustika Asri, Ratna, Ita, Atul, Nurul, Saraswati, Lia, Tuti, Umi, dan Neng Icha. Terima kasih untuk semua doa dan dukungan kalian.

13. Teman-teman anggota dan pengurus Hadrah Fattahillah Kartosuro. Terima kasih untuk bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

14. Kepala sekolah, teman-teman pengajar, dan staf SD Top School. Terima kasih untuk seluruh bantuan, pengalaman mengajar, dukungan serta doa yang telah diberikan kepada penulis. Di samping itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 30 Juli 2012

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .....................................................................................

101

B. Saran .........................................................................................

104 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

106 LAMPIRAN ............................................................................................

109

Muhammad Afin alghifari. C0206032. 2012. Problematika Sosial Anak Punk Dalam Film ”Punk In Love” : Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love? (2) Bagaimana bentuk kritik sosial pengarang terhadap pemerintah dalam film Punk In Love?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan dan menemukan problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love. (2) Mendeskripsikan dan menemukan bentuk-bentuk kritik sosial pengarang terhadap pemerintah dalam film Punk In Love.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah film Punk In Love, sutradara Ody C. Harahap. Adapun objek formalnya meliputi problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia dalam film Punk In Love. Sumber data penelitian ini adalah Film Punk In Love. Data dalam penelitian ini adalah gambar, suara, dan bentuk tulisan yang dianggap sebagai problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Problematika sosial dalam film Punk In Love meliputi kehidupan anak punk, kemiskinan, disharmonisasi keluarga, dan komunitas remaja. (2) Bentuk kritik sosial pengarang mencakup tentang sarana kesehatan, penataan kota, dan sejarah.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah kenyataan sosial yang telah mengalami proses pengolahan oleh pengarangnya. Dalam melahirkan karya-karyanya, pengarang mendasarkan keinginannya untuk menunjukkan kepincangan-kepincangan sosial, kesalahan-kesalahan masyarakat, karena memprotes masyarakat-masyarakatnya, karena sekedar ingin menggambarkan apa yang terjadi dalam masyarakat dan sebagainya (Jakob Sumardjo, 1982:30).

Sapardi Djoko Damono (1984:1) mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambar kehidupan. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang sering menjadi bahan-bahan sastra, merupakan gambaran hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat. Jadi, jelas bahwa karya sastra merupakan media yang mencakup representatif untuk menggambarkan kehidupan, baik kehidupan antarmanusia maupun kehidupan batin seseorang.

Karya sastra bukan objek yang sederhana, melainkan objek yang kompleks dan rumit. Setiap karya sastra merupakan hasil dari pengaruh timbal balik dari faktor-faktor sosial dan kultural, dan karya sastra itu sendiri merupakan objek kultur yang rumit (Wellek dan Werren, 1990:22).

Memahami karya sastra pada hakikatnya adalah memahami dunia rekaan Memahami karya sastra pada hakikatnya adalah memahami dunia rekaan

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan.

Karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.

Genre sastra dibagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa, dan drama. Drama mempunyai persamaan dengan film. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).

Salah satu bentuk karya seni yang banyak ditemui di masyarakat adalah film. Film merupakan wujud nyata dari seni kreatif para pekerja seni. Arthur Asa

(2005:128). Film merupakan medium audio-visual sehingga hal yang penting dalam sebuah film adalah gerak gambar-gambar di sebuah layar putih yang membentuk satu keutuhan cerita.

Film juga merupakan gabungan dari berbagai ragam kesenian: musik, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsur fotografi itulah yang menyebabkan film menjadi kesenian yang kompleks (Pamusuk Eneste, 1991:18). Definisi lain diberikan oleh Marselli Sumarno yang mengartikan film sebagai karya seni yang lahir dari suatu kreativitas orang-orang yang terlibat dalam proses penciptaan film (1996:28).

Mengingat film merupakan salah satu bentuk karya seni, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa di dalam film tentunya terdapat makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh para pekerja seni. Film dibangun berdasarkan cerita, gambar-gambar, unsur suara atau bahasa, musik, dan juga unsur fotografi yang dikemas sebagus mungkin untuk mendapatkan film dengan hasil maksimal dan berkualitas.

Di tengah maraknya film-film horor dan percintaan, Ody C. Harahap atau yang biasa dipanggil Ochay, sutradara yang pernah mengerjakan film Selamanya (2007), Alexandria (2005), dan Bangsal 13 (2004) hadir kembali dengan membawa film komedi garapannya. Sebuah film komedi berjudul Punk In Love. Film yang mengadaptasi peristiwa nyata, pengalaman perjalanan seorang punkers bernama Yogi. Sayangnya ketika proses penulisan skenario dimulai, Yogi, sang narasumber meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Sebagai rasa Di tengah maraknya film-film horor dan percintaan, Ody C. Harahap atau yang biasa dipanggil Ochay, sutradara yang pernah mengerjakan film Selamanya (2007), Alexandria (2005), dan Bangsal 13 (2004) hadir kembali dengan membawa film komedi garapannya. Sebuah film komedi berjudul Punk In Love. Film yang mengadaptasi peristiwa nyata, pengalaman perjalanan seorang punkers bernama Yogi. Sayangnya ketika proses penulisan skenario dimulai, Yogi, sang narasumber meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Sebagai rasa

Beberapa problematika menarik yang menjadi dasar film ini dikaji adalah sebagai berikut. Problematika yang pertama berupa persahabatan yang erat antara empat anak punk yang digambarkan dengan sikap dan ucapan walaupun sedikit disisipi cerita percintaan. Dalam film Punk In Love, pengarang lebih menonjolkan cerita persahabatan dari pada cerita percintaan, selain itu pengarang juga melihat bagaimana sebuah persahabatan tanpa melihat jenis kelamin. Problematika yang kedua adalah kritik sosial antara lain tentang banyaknya partai-partai politik di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat yang kurang mampu, penataan kota, kesemrawutan lalu lintas yang semakin hari semakin macet, dan sebagainya.

Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya (sosial, ekonomi, politik, budaya bahkan agama) terutama terhadap tindakan yang menindas. Para punker mewujudkan rasa itu ke dalam musik dan gaya berpakaian. Secara sederhana punk

pemikiran dan tindakannya (G.Widya, 2010:12). Ketertarikan penulis untuk meneliti film Punk In Love dikarenakan film ini merupakan film unik dan belum banyak di Indonesia, mungkin baru Riri Riza yang pernah memakainya di Film 3 Hari Untuk Selamanya. Unik artinya film ini hadir dengan gaya yang berbeda dari film-film Indonesia sekarang. Film Indonesia sekarang kebanyakan mengadopsi cerita percintaan (Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta ), horor (Suster Keramas, Pocong keliling, Selimut Berdarah ), dan juga komedi yang berbau pornografi (Arisan Berondong, Nakalnya Anak Muda, Istri Boongan ).

Problematika sosial adalah suatu keadaan dimana cita-cita masyarakat tidak terpenuhi karena keadaan sosial dalam masyarakat. Jadi, pada dasarnya problem- problem sosial mencakup nilai-nilai sosial dan moral, problem-problem tersebut merupakan persoalan. Oleh karena, mencakup tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak, oleh sebab itu problem-problem sosial tidak akan ditelaah tanpa pertimbangan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak.

Penelitian tentang film Punk In Love bukanlah penelitian yang pertama karena sebelumnya sudah ada peneliti lain yang meneliti film Punk In Love antara lain: Claudita Sastris Paskanonka mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Surabaya 2010 dengan judul Representasi Kekerasan dalam Film „Punk In Love‟ :Studi Analisis Semiotik”, Bambang Aprianto mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Penelitian tentang film Punk In Love bukanlah penelitian yang pertama karena sebelumnya sudah ada peneliti lain yang meneliti film Punk In Love antara lain: Claudita Sastris Paskanonka mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Surabaya 2010 dengan judul Representasi Kekerasan dalam Film „Punk In Love‟ :Studi Analisis Semiotik”, Bambang Aprianto mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Sebagai salah satu pendekatan dalam kritik sastra, sosiologi sastra dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi- segi kemasyarakatan (sosial). Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca.

Genre sastra dibagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa, dan drama. Drama mempunyai persamaan dengan film. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).

Pendekatan sosiologi drama dapat mulai digunakan sebagai sarana penelitian, karena ia memiliki afinitas yang mendalam dengan masyarakat, apakah orang yang bersangkutan dengan masyarakat dalam hal struktur sosial, atau dengan kelompok tertentu yang merupakan bagian integral. Sehingga dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi- Pendekatan sosiologi drama dapat mulai digunakan sebagai sarana penelitian, karena ia memiliki afinitas yang mendalam dengan masyarakat, apakah orang yang bersangkutan dengan masyarakat dalam hal struktur sosial, atau dengan kelompok tertentu yang merupakan bagian integral. Sehingga dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi-

Menurut Hamidy (1984:15), ada beberapa pendapat yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi sastra drama. pendekatan tersebut dapat dilakukan dalam segi:

1. Pendekatan dari segi fungsi. Hal ini biasanya dihubungkan dengan peranan yang dapat dimainkan oleh drama dalam masyarakat.

2. Pendekatan derajat peristiwa. Pembahasan ini berhubungan dengan alur, yaitu dalam bentuk bagaimana derajat peristiwa seperti eksposisi, komplikasi, krisis, sampai kepada penyelesaian.

3. Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan.

4. Pendekatan terhadap drama yang berkaitan dengan segi aliran karya sastra, misalnya realisme, naturalisme, dan ekspresionisme.

5. Pendekatan dari sudut gaya. Pembahasan ini menyangkut bagaimana perkembangan sistematika bangun drama itu dengan kaitannya terhadap pantulan gaya yang hendak diperlihatkan kepada pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, maka pada kesempatan ini penulis menganalisis film Punk In Love dengan pendekatan sosiologi sastra dengan meminjam teori sosiologi drama “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai Berdasarkan uraian di atas, maka pada kesempatan ini penulis menganalisis film Punk In Love dengan pendekatan sosiologi sastra dengan meminjam teori sosiologi drama “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai

B. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love, mencakup persahabatan antara empat anak punk dan kritik sosial terhadap bangsa Indonesia.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love?

2. Bagaimana bentuk kritik sosial pengarang terhadap pemerintah dalam film Punk In Love?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan agar dapat menjangkau hasil yang diharapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan dan menemukan problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love.

2. Mendeskripsikan dan menemukan bentuk-bentuk kritik sosial pengarang terhadap pemerintah dalam film Punk In Love.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai studi sastra Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan pada teori sosiologi sastra dalam mengungkap film Punk In Love. Selain itu, dapat pula digunakan sebagai pijakan untuk penelitian- penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami problematika sosial anak-anak punk di masyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Latar belakang masalah menguraikan alasan diadakannya penelitian dan pemilihan film Punk In Love sebagai objek penelitian.

Punk In Love. Rumusan masalah menguraikan rumusan masalah yang akan diteliti. Tujuan penelitian menguraikan hal yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian menguraikan manfaat teoretis dan praktis yang dapat diambil dari penelitian ini. Sistematika penulisan diperlukan untuk memudahkan dalam proses analisis permasalahan sehingga bersifat lebih sistematis.

Bab kedua adalah kajian terdahulu, kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian terdahulu berisi daftar beberapa penelitian film Punk In Love yang menggunakan teori apapun. Kajian pustaka berisi teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini, dalam penelitian ini akan digunakan teori sosiologi sastra dan meminjam teori sosiologi drama yaitu “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “(Hamidy, 1984:15). Penulis meminjam teori drama karena penulis beranggapan bahwa antara drama dan film mempunyai kesamaan (amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan acting). Kerangka pikir berisi penggambaran mengenai cara pikir yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang diteliti.

Bab ketiga adalah metode penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang objek penelitian, sumber data, data, metode penelitian, pendekatan, teknik pengumpulan Bab ketiga adalah metode penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang objek penelitian, sumber data, data, metode penelitian, pendekatan, teknik pengumpulan

Bab kelima merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran. Bab ini berisi simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis terhadap film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap.

Laporan penelitian ini dilengkapi pula dengan daftar pustaka yang berisi buku-buku yang digunakan sebagai acuan atau referensi dalam penelitian ini. Serta dilengkapi pula dengan lampiran berupa rentetan jalan cerita film Punk In Love.

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran penulis di Universitas Sebelas Maret Surakarta, penelitian dengan objek berupa sosiologi sastra untuk film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap ini belum pernah dilakukan. Di internet ditemukan beberapa penelitian mengenai film Punk In Love yaitu.

1. Representasi kekerasan dalam film “Punk In Love”: Studi Analisis Semiotik. Diteliti oleh Claudita Sastris Paskanonka, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Surabaya 2010. Penelitian ini membahas tentang beberapa kekerasan yang terjadi di dalam film Punk In Love. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan film yang diteliti ternyata dijumpai perilaku kekerasan spiritual, kekerasan fungsional, kekerasan psikologis, dan kekerasan finansial.

2. Analisis Majas Sarkasme dan Campur Kode pada film “Punk In Love” yang disutrasai oleh Ody C. Harahap. Diteliti oleh Bambang Aprianto. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiayah Surakarta 2011. Penelitian ini membahas tentang perwujudan majas sarkasme, perwujudan campur kode, dan maksud majas sarkasme yang terdapat pada film Punk

Punk In Love Karya Ody C. Harahap). Nina Tri Dewiyanti, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang 2010. Penelitian ini membahas tentang beberapa komunitas dan sifat anak-anak punk dalam film Punk In Love. Di Universitas Sebelas Maret Surakarta tidak ditemukan penelitian film

Punk In Love dengan kajian sosiologi drama namun ditemukan penelitian dengan objek yang lain dan menggunakan kajian sosiologi drama sebagai berikut.

1. Budaya Perkawinan pada Masyarakat Minangkabau dalam Kumpulan Cerpen Jodoh Karya A.A. Navis: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi dengan judul tersebut telah ditulis oleh Sri Sehati, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2002. Membahas tentang unsur-unsur struktural, pengaruh budaya perkawinan Minangkabau dan peran seorang laki-laki (dalam kumpulan cerpen jodoh).

2. Problem-problem Sosial dalam Novel Sang Pramuria Karya Sutiman Eka Ardhana: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi dengan judul tersebut telah ditulis oleh Pradityo Dwi Santoso, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2009. Membahas tentang unsur-unsur struktural, problematika sosial dan respon pengarang terhadap problematika sosial yang terjadi.

Punk In Love belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini mendorong penulis untuk mencoba meneliti film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap.

Posisi penulis dalam hal ini adalah mencoba meneliti dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan meminjam teori sosiologi drama yaitu “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada

perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “(Hamidy, 1984:15). Penulis meminjam teori drama dikarenakan, penulis beranggapan bahwa antara drama dan film mempunyai kesamaan (amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan acting).

B. Landasan Teori

1. Film

a. Unsur-unsur Pembentuk Film Secara garis besar, film terdiri dari dua unsur pembentuk, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling melengkapi guna membentuk sebuah film. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film (Himawan Pratista, 2008:2). Setiap cerita tentunya memiliki unsur- unsur seperti konflik, lokasi, masalah, tokoh dan waktu. Unsur-unsur tersebut membentuk unsur naratif secara utuh. Unsur naratif juga berfungsi sebagai a. Unsur-unsur Pembentuk Film Secara garis besar, film terdiri dari dua unsur pembentuk, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling melengkapi guna membentuk sebuah film. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film (Himawan Pratista, 2008:2). Setiap cerita tentunya memiliki unsur- unsur seperti konflik, lokasi, masalah, tokoh dan waktu. Unsur-unsur tersebut membentuk unsur naratif secara utuh. Unsur naratif juga berfungsi sebagai

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok, yakni mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara (Himawan Pratista, 2008:1-2).

Mise-en-scene adalah segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film (Himawan Pratista, 2008:61). Mise-en-scene terdiri dari empat aspek utama, yaitu: setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), para pemain dan pergerakannya (akting).

a) Setting (latar) Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Setting yang digunakan dalam sebuah film umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya. Setting yang sempurna pada prinsipnya adalah setting yang otentik. Fungsi utama setting adalah sebagai penunjuk ruang dan waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya. Selain berfungsi sebagai latar cerita, setting juga mampu membangun mood sesuai dengan tuntunan cerita. Fungsi lain dari setting adalah sebagai penunjuk status sosial, penunjuk motif tertentu dan pendukung aktif adegan (Himawan Pratista, 2008:62-70).

i) Set studio Set studio cenderung digunakan untuk film-film aksi, drama, perang,

western dan fantasi.

ii) Shot on location Shot on location adalah produksi film dengan menggunakan lokasi

aktual yang sesungguhnya.

iii) Set virtual Set virtual hampir sama dengan shot on locatian, yaitu menggunakan lokasi yang sesungguhnya.

b) Kostum dan tata rias wajah (make-up) Kostum dan tata rias wajah (make-up) merupakan unsur yang cukup penting dalam sebuah film. Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh asesorisnya. Dalam sebuah film, busana tidak hanya sekedar sebagai penutup tubuh semata, namun juga memiliki beberapa fungsi sesuai dengan konteks naratifnya. Fungsi kostum adalah sebagai penunjuk ruang dan waktu, penunjuk status sosial, penunjuk kepribadian pelaku cerita, sebagai motif penggerak cerita, sebagai pembentuk image (citra), dan warna kostum juga merupakan simbol tertentu. Tata rias wajah secara umum memiliki dua fungsi, yaitu untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia. (Himawan Pratista, 2008:71-74).

b. Klasifikasi Film Metode yang paling mudah digunakan dalam mengklasifikasi film b. Klasifikasi Film Metode yang paling mudah digunakan dalam mengklasifikasi film

2. Problem-problem Sosial

Problem-problem sosial adalah gejala abnormal, yaitu gejala yang tidak wajar dalam masyarakat dan tidak dikehendaki masyarakat yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan masyarakat, sehingga menyebabkan kekecewaan dan penderitaan bagi masyarakat tersebut (Soerjono Soekanto, 1999:395).

Problem-problem sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, psikologis, dan kultural. Soerjono Soekanto (1999: 401-402) mengklasifikasikan sumber dari problem sosial secara umum menjadi empat golongan.

1. Faktor ekonomis, antara lain termasuk kemiskinan, pengangguran, pelacuran, dan kejahatan.

2. Faktor biologis antara lain meliputi penyakit-penyakit jasmaniah, dan cacat.

3. Faktor psikologis, seperti penyakit sakit syaraf, jiwa, lemah ingatan,

sukar menyesuaikan diri, bunuh diri, dan sebagainya.

4. Faktor kultural seperti masalah perceraian, kenakalan remaja, 4. Faktor kultural seperti masalah perceraian, kenakalan remaja,

3. Sosiologi Drama

Semi (1984: 2) berpendapat, "Sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya". Menyikapi pendapat-pendapat pakar sastra tersebut, patut kiranya bila masalah kehidupan yang telah tertuang dalam karya sastra itu selalu kita telaah dan kita jadikan kajian yang seharusnya tidak membosankan.

Drama sebagai karya sastra tidak terlepas dari pembicaraan di atas. Dalam drama, masalah kehidupan dan kemanusiaan yang dikemukakan biasanya tidaklah terlepas dari aspek-aspek sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya. Drama juga menyajikan aspek-aspek perilaku manusia terhadap jenisnya dalam kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya masalah perasaan sayang, cinta, benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian, dan lain- lain.

Karena drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata, maka drama pun merupakan alat komunikasi sosial dalam masyarakat. Melalui drama, manusia dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi Karena drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata, maka drama pun merupakan alat komunikasi sosial dalam masyarakat. Melalui drama, manusia dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi

Pendekatan sosiologi drama dapat mulai digunakan sebagai sarana penelitian, karena ia memiliki afinitas yang mendalam dengan masyarakat, apakah orang yang bersangkutan dengan masyarakat dalam hal struktur sosial, atau dengan kelompok tertentu yang merupakan bagian integral. Sehingga dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi- segi kemasyarakatan (sosial). Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca.

Menurut Hamidy (1984:15), ada beberapa pendapat yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi sastra drama. pendekatan tersebut dapat dilakukan dalam segi:

1. Pendekatan dari segi fungsi. Hal ini biasanya dihubungkan dengan peranan yang dapat dimainkan oleh drama dalam masyarakat.

2. Pendekatan derajat peristiwa. Pembahasan ini berhubungan dengan alur, yaitu dalam bentuk bagaimana derajat peristiwa seperti eksposisi, komplikasi, krisis, sampai kepada penyelesaian.

perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan.

4. Pendekatan terhadap drama yang berkaitan dengan segi aliran karya sastra, misalnya realisme, naturalisme, dan ekspresionisme.

5. Pendekatan dari sudut gaya. Pembahasan ini menyangkut bagaimana perkembangan sistematika bangun drama itu dengan kaitannya terhadap pantulan gaya yang hendak diperlihatkan kepada pembaca.

Berkaitan dengan pendekatan tersebut, penulis mengacu pada pendekatan sosiologi drama yaitu “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “(Hamidy, 1984:15). Hal ini sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam

penelitian ini. Yaitu bahwa persoalan-persoalan sosial yang digambarkan dalam film Punk In Love merupakan sebuah dokumen sosial dan juga potret kenyataan sosial yang ingin disampaikan oleh sutradara.

C. Kerangka Pikir

Dalam penelitian terhadap film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap ini digunakan pendekatan sosiologi drama. Teori yang digunakan dalam pendekatan sosiologi drama Hamidy. Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis film Punk In Love adalah sebagai berikut.

1. Pada tahap awal penulis menentukan objek penelitian, yaitu film Punk In 1. Pada tahap awal penulis menentukan objek penelitian, yaitu film Punk In

2. Setelah melakukan pemahaman yang sungguh-sungguh, tahap selanjutnya adalah menentukan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia yang terdapat di dalam film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap.

3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan teori unsur-unsur pembentuk film dan sosiologi drama. Problematika sosial dalam film Punk In Love dipisahkan terlebih dahulu, kemudian diklasifikasikan terlebuh dahulu dalam unsur-unsur pembentuk film. Pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh unsur naratif yang sesuai dengan unsur-unsur pembentuk film. Analisis selanjutnya adalah dengan memanfaatkan teori sosiologi drama (Hamidy, 1984:15),

“Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu

logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “. Penggunaan teori tersebut dimaksudkan untuk memperoleh dan mengungkap problematika sosial serta kritik sosial bangsa Indonesia dalam film Punk In Love secara lebih jelas lagi.

4. Tahap akhir adalah simpulan, yaitu menyimpulkan pesan dari film Punk In Love dengan didasarkan pada analisis terhadap problematika sosial dan kritik

Pendekatan Sosiologi Sastra

Film Punk In Love

Problematika Sosial

Problematika Anak Punk Kritik Sosial

Unsur Pembentuk

Film

Simpulan

Sosiologi Drama

Analisis

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal (Sangidu, 2004: 62). Objek material dari penelitian ini adalah film Punk In Love , sutradara Ody C. Harahap. Adapun objek formalnya meliputi problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia dalam film Punk In Love. Problematika dan kritik sosial yang dimaksudkan adalah berupa gambar, suara, dan bentuk tulisan dalam film Punk In Love, serta semua hal yang memungkinkan dianggap sebagai problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia.

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah film Punk In Love. Film berdurasi 98 menit ini disutradarai oleh Ody C. Harahap. Ide kreatifnya dibuat oleh Ody C. Harahap. Film Punk In Love diproduseri Raam Punjabi. Punk In Love diproduksi oleh MVP pictures 2009.

2. Data

Data penelitian sastra adalah bahan penelitian atau bahan jadi penelitian yang terdapat dalam karya-karya sastra yang akan diteliti (Sangidu, 2004: 61). Data penelitian sastra adalah segala informasi yang berhubungan dengan topik Data penelitian sastra adalah bahan penelitian atau bahan jadi penelitian yang terdapat dalam karya-karya sastra yang akan diteliti (Sangidu, 2004: 61). Data penelitian sastra adalah segala informasi yang berhubungan dengan topik

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 2001: 3).

D. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra yang meminjam teori sosiologi drama Hamidy (1984:15), “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini

kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka (studi pustaka), yaitu “serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah penelitian”

(Mestika Zed, 2004: 3). Apabila data sudah terkumpul, data-data tersebut diklasifikasikan untuk kepentingan analisis. Dalam penelitian ini, data berupa

(1984:15), “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “.

F. Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan pendapat Miles dan Huberman (1992: 16-20), analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu.

1. Reduksi data Tahap ini dilakukan dengan memilih, memusatkan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ditemukan dari catatan-catatan yang terkumpul. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga ditemukan kesimpulan akhir.

2. Penyajian data Tahap ini dilakukan setelah data terkumpul dan telah pula dilakukan

reduksi data. Penyajian data berfungsi untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah diolah

dan dianalisis pada tahap sebelumnya. Tahap ini digunakan teknik penarikan kesimpulan induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang melihat permasalahan dari data yang khusus untuk memperoleh kesimpulan umum.

Model Analisis Interaktif

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan Simpulan/

Verifikasi

ANALISIS

A. Poblematika Punk dalam film Punk In Love

1. Kehidupan anak punk

Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya ( sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama) terutama terhadap tindakan yang menindas (Widya G, 2010:12). Punkers adalah sebuah komunitas yang tergabung karena memiliki kesamaan dalam hobi yaitu mendengarkan dan memainkan aliran atau

jenis musik punk (www.suaramerdeka.com, Azka, M, 27/03/2012, 12.07). Untuk mewujudkan keinginannya, punker adalah sekelompok orang yang gigih dan kreatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 2002:363), gigih berarti tetap teguh pada pendirian atau pikiran, keras hati, mengotot, dikenal sebagai pejuang yang pantang menyerah. Dalam film Punk In Love , kegigihan anak punk nampak saat Arok dan ketiga temannya berani melakukan perjalanan ke Jakarta hanya dengan modal nekat. Maksud dari modal nekat yaitu, melakukan sesuatu tanpa perhitungan yang matang. Modal awal untuk melakukan sebuah perjalanan tidak hanya uang , namun juga kesehatan fisik. Arok dan ketiga temannya nekat melakukan perjalanan ke Jakarta tanpa melihat keadaan uang yang dimiliki serta kesehatan fisik yang memadahi.

Gambar 1

Seseorang jika ingin melakukan perjalanan jauh semestinya membutuhkan bekal, paling tidak adalah bekal uang untuk keperluan selama perjalanan. Kegigihan Arok dan kawan-kawannya terlihat di sini. Mereka mengumpulkan semua uang yang dipunyai, dan membeli beberapa keperluan yang sekiranya mereka butuhkan selama perjalanan (rokok dan air mineral) seperti pada gambar 1.

Untuk ukuran manusia normal, modal itu terlalu sedikit bahkan bisa dibilang sangat kurang sekali, untuk melakukan perjalanan dari Malang ke Jakarta. Kegigihan anak punk untuk memecahkan mitos bahwa uang bukan segalanya diwujudkan dengan melakukan perjalanan ke Jakarta tanpa banyak uang. Walaupun dengan susah payah, seperti menumpang truk pasir, mobil mogok yang di tarik dengan mobil derek, kereta, bahkan ambulan. namun akhirnya tujuan mereka ke Jakarta bisa tercapai .

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 2002:599), kreatif adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 2002:599), kreatif adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk

Gambar 2

Usaha untuk mendapatkan sate, termasuk suatu hal yang “nakal” yaitu dengan berpura-pura mabuk dan mencoba membeli sate dengan harga murah.

Walaupun kreativitas itu cenderung mengarah pada hal yang negatif, namun Arok, Yoji, Almira, dan Mojo secara refleks melakukan hal itu untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu makan, selain itu juga karena terpaksa oleh keadaan.

Gambar 3a

Gambar 3b

“Jatuh Bangun aku mengejarmu” “Namun dirimu tak mau mengerti”

“Ku bawakan segelas air” “Namun kau meminta lautan” “Tak sanggup diriku” “Sungguh tak sanggup”

Di dalam film Punk In Love ini, sutradara hanya mengambil sebagian dari lagu “Jatuh Bangun”. Hal ini dikarenakan, lagu “Jatuh Bangun” yang

dinyanyikan oleh Kristina menggambarkan bagaimana kisah perjalanan Arok dan dinyanyikan oleh Kristina menggambarkan bagaimana kisah perjalanan Arok dan

Mengamen adalah bentuk kreativitas anak punk untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri untuk mendapatkan uang. Dengan berpenampilan ala punk, masyarakat merasa takut dan was-was, apalagi untuk memberikan suatu pekerjaan. Arok, Yoji, Almira, dan Mojo sadar akan keberadaan mereka dimata masyarakat, sehingga mereka menciptakan lapangan pekerjaan sendiri untuk mencari uang yaitu dengan mengamen.

Untuk kalangan punk, mengamen dan menyanyikan lagu dangdut adalah hal yang memalukan. Menurut Widya. G aliran musik punk dibagi menjadi beberapa jenis musik diantaranya: Classic Punk Rock, New Wave, Hardcore School, Melodic, Emo, dan Gothik Punk (2010:60). Semua aliran musik ini berasal dari luar negeri. Anggota punk yang fanatik dengan aliran-aliran musik tersebut kemudian mengharamkan semua jenis musik yang berbeda dengan aliran tersebut, tak terkecuali dengan musik dangdut.

Musik Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan table/gendang) dan Arab (pada cengkok). Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari Musik Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan table/gendang) dan Arab (pada cengkok). Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari

(www.forum.vivanews.com, sejarah-musik-dangdut, 9/3/2012, 13.30)

Yoji mematahkan prinsip itu, dia mengajak Almira untuk berjoget saat mengamen, dan hasilnya bagus, tanggapan masyarakat bahwa punk beraliran musik keras, terpatahkan dengan nyanyian dangdut ala Yoji. Yoji sendiri merupakan salah seorang penggemar musik dangdut, pada awal-awal cerita film