BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Aspek Menulis dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Cooperative Learning Siswa Kelas 3 SD N 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Kajian teori merupakan penjelasan pendapat dari para ahli yang mendukung suatu penelitian. Penjelasan teori tersebut juga berbeda-beda namun menuju pada objek yang sama. Pembahasan teori ini berisi tentang pembelajaran

  

Cooperative Learning dan hasil belajar aspek menulis pada pelajaran Bahasa

Indonesia.

2.1.1 Menulis

  Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 1983 : 4). Hal ini dapat diartikan bahwa dalam menulis harus diimbangi dengan adanya keterampilan yang lain. Inilah yang juga membuktikan bahwa menulis itu bukanlah hal yang mudah.

  Kemampuan seseorang untuk menemukan dan menciptakan hal-hal baru dalam menulis sebagai hasil dari keunikan pribadinya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Johnson (2009 : 213) pernyataan bahwa kita ditakdirkan menjadi kreatif sesuai dengan penemuan, ilmuwan modern yang mengatakan bahwa prinsip diferensiasi telah menghasilkan semacam keanekaragaman di alam semesta sehingga tidak ada dua sel pun yang serupa.

  Dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat komponen yang sangat penting yakni tercapainya suatu tujuan. Kompetensi sebagai karakteristik yang sangat menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan / kegiatan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku.

  Sebagai bagian dari kemampuan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks (Heaton dalam Slamet, 2007:141). Dengan demikian keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Menurut Donn Byrne dalam Slamet (2007:141) keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekeras kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat- kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.

  Dalam pembelajaran menulis terdiri dari dua tahap yaitu menulis permulaan dan menulis lanjutan. Pada prinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan. Adapun tujuannya adalah agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan lengkap. Beberapa metode dalam menulis lanjutan antara lain : (a) Membuat paragraf dengan gambar, yakni siswa diminta untuk membuat paragraf berdasarkan gambar yang telah disediakan. Hal ini dapat diberi kata-kata kunci, sehingga tidak terlalu menyimpang dengan cerita. (b) Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf. (c) Menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia. (d) Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya. (e) Membuat karangan dengan gambar seri. (f) Mengarang berdasarkan kerangka, dan mengarang secara bebas.

  Berdasarkan metode penulisan yang telah disebutkan, perlu diperhatikan oleh agar hasil tulisannya lebih efektif karena dalam karangan ada lima unsur yang dimiliki karangan tersebut, yaitu:

  1) isi karangan : hal atau gagasan yang dikemukakan; 2) bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi ke dalam pola kalimat;

  4) gaya: pilihan struktur dan kosakata untuk memberika nada atau warna terhadap karangan

  5) penggunaan ejaan dan tanda baca.

  Aspek menulis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Kompetensi Dasar Kelas 3 tentang mengarang berdasarkan gambar seri yaitu KD

  8. Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik.

2.1.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning

  Model pembelajaran Cooperative Learning ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif yaitu,proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan, sedangkan aktif adalah peserta didik dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

  Pada dasarnya model pembelajaran Cooperative Learning bukan hanya sekedar belajar berkelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka.

  Menurut Lie (2002:189) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

  Sedangkan menurut Slavin (2009:15) Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.

  Adapun menurut Abdurrahman dan Bintoro (2007:190) Cooperative

  

Learning merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

  Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah teknik mengelompokkan peserta didik untuk bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri atas 4-6 orang yang memeliki tingkat kemampuan berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

  2.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Cooperative Learning

  Tujuan dari model pembelajaran Cooperative Learning adalah; a. Hasil belajar akademik Yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

  Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

  b.

  Penerimaan terhadap keragaman Yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

  c.

  Pengembangan keterampilan sosial Yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

  2.1.4 Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning

  Kelebihan dari model pembelajaran Cooperative learning adalah sebagai berikut: a.

  Penerimaan terhadap perbedaan individual yang lebih besar b. Konflik antar pribadi berkurang c. Pemahaman yang lebih mendalam d.

  Cooperative Learning dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif e.

  Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik) f. Menambah motivasi dan percaya diri

2.1.5 Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning

  Kelemahan dari model pembelajaran Cooperative learning adalah;

a. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.

  Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompok mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi

  Cooperative Learning

  afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.

  

b. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau

keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.

  Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.

  

c. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil,

  bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam

  Cooperative Learning pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus

  dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

  Solusi dari kelemahan model Cooperative Learning adalah; a.

  Guru memberikan arahan kepada siswa bahwa sebaiknya kita tidak boleh b.

  Guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan lebih menekankan rasa percaya diri mereka, terutama dalam bekerjasama.

  c.

  Guru mengingatkan kepada setiap anggota kelompok bahwa di dalam suatu kelompok masing-masing anggota kelompok harus mendapat pekerjaan dan mereka juga harus dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut.

2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning

  Langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning dapat dituliskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning

  Langkah Indikator Tingkah laku guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa

  Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa Langkah 3 Mengorganisasikan Guru menginformasikan siswa kedalam pengelompokan siswa kelompok-kelompok belajar

  Langkah 4 Membimbing Guru memotivasi serta kelompok belajar memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar

  Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan

  Langkah 6 Memberikan Guru memberi penghargaan penghargaan hasil belajar individual dan kelompok

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian mengenai keterampilan menulis telah banyak dilakukan oleh praktisi bidang pendidikan maupun para mahasiswa dengan berbagai macam metode, teknik, strategi maupun media yang digunakan berbeda-beda, semuanya memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kemajuan pendidikan. Penelitian-penelitian yang banyak dilakukan pada umumnya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa yang masih rendah dikarenakan berbagai faktor masalah. Meskipun bukan hal yang baru, dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji sesuatu yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu tentang bagaimana peningkatan hasil belajar aspek menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Cooperative Learning siswa kelas

  3 SD N 2 Kalangbancar Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.

  Mulyaningsih (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Menulis Poster Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Kelas VIII B SMP PGRI 3 Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2008/2009” menyimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa kelas VIII B SMP PGRI 3 Boja, Kabupaten Kendal setelah mengikuti pembelajaran menulis poster melalui teknik klarifikasi nilai mengalami peningkatan. Terlihat dari hasil tes menulis prasiklus, siklus I, dan siklus II yang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata tes prasiklus mencapai 61,3, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,7, dengan persentase kenaikan sebesar 6,7%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,12% atau dengan nilai rata-rata sebesar 75,2. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dari prasiklus sampai pada siklus II sebesar 22,9%.

  Penelitian yang dilakukan oleh Mulyaningsih memiliki persamaan dengan peneliti yaitu sama-sama melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning. Namun perbedaannya adalah Mulyaningsih melakukan penelitian tentang menulis poster, sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang menulis karangan sederhana.

  Suhartiningsih (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kreativitas dan Kemampuan Aspek Menulis Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Bagi Siswa Kelas IX D SMP Negeri 2 Pu rwodadi Pada Semester Tahun 2010/2011.” Menyimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini terlihat pada peningkatan rata-rata nilai tes yaitu 70 dan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa 85%. Meningkat pula partisipasi siswa.

  Penelitian yang dilakukan oleh Suhartiningsih memiliki persamaan dengan peneliti yaitu sama-sama meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek menulis. Namun perbedaannya terletak pada objek yang akan diteliti dan masalah dalam proses tindakan yang dilakukan.

2.3 Kerangka Berpikir

  Esensi belajar Bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis.Untuk itu, pembelajaran bahasa pun harus menekankan aspek kemampuan dan keterampilan berbahasa tanpa melepaskan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.Tujuan pembelajaran bahasa adalah membentuk siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkap ide dan gagasan serta membentuk siswa yang terampil dalam berkomunikasi.Namun, tujuan tersebut belum dapat terlaksana pada siswa kelas 3 SD N 2 Kalangbancar. Hal tersebut disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih klasik yakni dengan metode ceramah.

  Beberapa alternatif metode pembelajaran mulai banyak berkembang, dan tidak dapat dipungkiri bahwa setiap model atau metode pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan sesuai dengan peran guru dalam pembelajaran yaitu sebagai penyusun instruksional, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan memperhatikan karakteristik metode tersebut.

  Model yang akan digunakan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar

  

Cooperative Learning. Model ini menekankan pada cara belajar siswa secara

berkelompok. Masing-masing anggota kelompok dapat saling bertukar pendapat.

  Selain itu siswa dapat saling bekerjasama untuk bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini akan membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Sehingga siswa dapat bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dan mendapatkan hasil belajar yang meningkat.

Gambar 2.2 Peta Konsep Kerangka Berpikir

  Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional Hasil belajar siswa masih rendah di bawah KKM ≤ 70

  Kurangnya kerjasama antar siswa di dalam kelompok

  Diterapkan model pembelajaran

  Cooperative Learning pada

  pelajaran Bahasa Indonesia 1. Siswa dilatih bertukar pikiran 2. Siswa dilatih mengungkapkan gagasan secara langsung melalui menulis

3. Siswa dilatih saling bekerjasama 1.

  Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan

2. Siswa antusias mengikuti pelajaran 1.

  Proses pembelajaran dan kemampuan pemahaman siswa meningkat 2. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa meningkat ≥ 70

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan masalah dan kajian pustaka yang telah peneliti paparkan, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah; a.

  Penerapan model Cooperative Learning berbantuan media gambar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia akan dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas 3 SD N 2 Kalangbancar Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 secara signifikan dengan langkah-langkah yaitu mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.

  b.

  Peningkatan proses pembelajaran melalui penerapan model Cooperative

  Learning berbantuan media gambar akan dapat meningkatkan hasil belajar

  aspek menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 3 SD N 2 Kalangbancar Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 secara signifikan dengan nilai belajar siswa ≥70 dan mengalami ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia 5 dari KKM ≥70 yang telah ditentukan oleh sekolah.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Peserta Didik Kelas IV SD

0 0 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pad

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 01 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 01 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

0 0 142

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temangg

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

0 0 77