BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru SD Dalam Mengikuti KKG Melalui Supervisi Kelompok Teknik Diskusi Di Gugus Sultan Agung Kecamatan Dempet Kabupaten Dem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional,
sangat diperlukan guru (pendidik) dalam standar mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Untuk mencapai jumlah guru profesional yang dapat menggerakan dinamika kemajuan pendidikan nasional diperlukan suatu proses pembinaan berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif. Proses menuju guru profesional ini perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru. Unsur–unsur tersebut dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat dengan sendirinya bekerja menuju pembentukan guru-guru yang profesional dalam kualitas maupun kuantitas yang mencukupi (Mustofa, 2007)
Suatu kenyataan menunjukkan bahwa berhasil tidaknya seseorang di dalam belajar, itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Yang termasuk faktor intern antara lain meliputi: faktor intelegensi, bakat minat, motivasi, dan kesehatan mental. Sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, keadaan ekonomi atau pendapatan keluarga, dan lingkungan sekitar yang terdiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Namun demikian, penulis hanya mengambil salah satu faktor dari faktor ekstern yaitu lingkungan sekolah yang di dalam faktor tersebut terdapat guru. Sedangkan yang hendak penulis kupas dari guru disini adalah dari sisi etos kerja guru dalam mengikuti kegiatan KKG yang hasilnya di kemudian hari diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dalam proses belajar mengajar, guru adalah unsur utama atau penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Karena bentuk atau sifat pengajaran yang ada sangat tergantung pada guru yang tugas dan perannya sebagai pengelola, pengatur, pembimbing dan pemberi keputusan. Guru dengan segenap kemampuan, keinginan dan tujuan yang dimiliki disadari atau tidak, telah membuat bentuk dan gaya mengajarnya. Rendahnya mutu pendidikan sangat terkait dengan mutu tenaga kependidikan di lapangan (penilik,Kepala sekolah dan guru serta tenaga kependidikan lainnya). Hal ini akan memberikan dampak pada pelaksanaan proses belajar mengajar dan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang belum terpenuhi. Karena itu kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya perlu ditingkatkan. Peningkatan kemampuan guru tersebut dapat dilakukan dengan satu pola pembinaan bantuan profesional guru baik secara vertikal sesuai jenjang maupun horizontal antara teman sejawat. Kegiatan seperti ini sering disebut sebagai sistem pembinaan profesional. Salah satu model pembinaan profesional guru SD yang
efektif dan efesien adalah melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui wilayah kerja/gugus sekolah, Purnanda (2013: 5). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 atau D-IV, kompetensi dan sertifikasi pendidik. Selain itu, guna menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), guru harus meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan. Selaras dengan hal tersebut, Baedhowi (2009: 20), berpendapat bahwa agar proses peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi guru terprogram serta terlaksana dengan baik, diperlukan wadah pembinaan bagi guru yang bersifat mandiri dan professional, dan salah satu strategi yang dapat diupayakan untuk mengarahkan dan mendapatkan tenaga guru yang professional adalah melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, maka diperlukan etos kerjaguru yang merupakan performance di dalam kelas.
Performance guru adalah perbuatan atau perilaku
nyata yang seyogyanya ditampilkan oleh seorang guru dan tenaga kependidikan lainnya Engkoswara (2002:30). Performance guru yang baik diharapkan agar guru mampu memberikan informasi dam layanan pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan datang dengan baik. Selain itu, performance guru diperlukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas dan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar merupakan
bagian integral dari upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan, dan guru mempunyai peran sangat penting sebagai dinamisator kurikulum dan bahan pengajaran yang dilakukan sesuai dengan tingkat dan perkembangan peserta didik melalui penguasaan didaktik dan metodik. Direktorat Pendidikan Dasar dalam Roosilawati (2009:7), mengatakan bahwa KKG merupakan wadah bagi guru yang tergabung dalam gugus sekolah, yang terdapat dalam suatu wilayah kepenilikan atau didasarkan atas kelompok sekolah yang berdekatan yang ingin maju bersama didalam upaya peningkatan mutu pendidikan melalui sistem pembinaan professional. Wayan (2010:39), juga menyebutkan bahwa keberadaan kegiatan KKG merupakan bagian integral dari perwujudan sistem pembinaan kompetensi guru yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan kemampuan professional guru. Lebih lanjut Wayan (2010:41) juga menegaskan bahwa secara umum hadirnya KKG bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam artian yang luas dan secara khusus untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan yang ada. Sependapat dengan pemikiran di atas, bahwa hadirnya KKG merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru Supriyadi dalam (Tedjawati, 2010: 16). Selain beranggotakan semua guru dalam satu gugus sekolah, KKG juga berfungsi sebagai wadah untuk mengantisipasi berbagai masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, guru dapat bertukar pikiran, mengangkat masalah bersama dalam KKG, memecahkan dan mencari jalan keluar secara bersama dengan dipandu oleh tutor inti atau guru pemandu mata pelajaran dengan di laksanakannya kegiatan KKG, guru akan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan yang kemudian berdampak terhadap kinerja guru itu sendiri (Syofriani, 2006: 23). Dalam usaha peningkatan kemampuan professional guru sekolah dasar terutama dalam hal penguasaan bahan pembelajaran, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Dempet Kabupaten Demak mengadakan pembinaan profesional guru melalui Kegiatan Kelompok Kerja Guru yang pelaksanaannya dilakukan selama 16 kali pertemuan yang dimulai dari bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Januari 2015. Pelaksanaan kegiatan tersebut
berlangsung di 5 (lima) Gugus Sekolah yang terdapat di wilayah UPTD Dikpora Kecamatan Dempet secara simultan. Adapun kelima gugus sekolah tersebut adalah sebagai berikut:1. Gugus Sekolah P Diponegoro berpusat di SDN
Dempet 1; 2. Gugus Sekolah Sultan Agung berpusat di SDN
Kuwu; 3. Gugus Sekolah Gajah Mada berpusat di SDN
Karangrejo1; 4. Gugus Sekolah Teuku Umar berpusat di SDN
Balerejo 2; dan 5. Gugus Sekolah Jaya Baya berpusat di SDN Harjowinangun.
Kondisi lain yang menjadikan kegiatan kelompok kerja guru ini dilaksanakan di masing-masing gugus adalah: 1.
Hasil-hasil penataran bagi guru-guru di tingkat provinsi perlu disebarluaskan kepada guru-guru lain di tingkat Kelompok Kerja Guru di tingkat gugus;
2. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalismenya; dan 3. Proses pemahaman dan pemecahan masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran dalam rangka pemberian pelayanan professional kepada guru-guru apabila tidak dapat dipecahkan di sekolah dapat dibahas di KKG. Menurut penelitian yang dilakukan oleh, Somantri (2011: 23). Kenyatannya KKG belum dimanfaatkan secara optimal oleh pengurus dan anggotanya. Hal itu ditandai dengan (1) belum semua KKG memiliki rencana kerja yang berbasis pada analisis kebutuhan peningkatan profesionalisme; (2) program KKG yang kurang relevan dengan kebutuhan penembangan profesionalitas guru-guru, (3) kurangnya dana pendukung operasional kegiatan KKG; (4) belum memadainya fasilitasi dari pemerintah daerah dalam menunjang kegiatan KKG; (5) Organisasi profesi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah kurang mendukung terlaksananya kegiatan KKG; dan (6) KKG kurang diberdayakan dalam rangka peningkatan kompetensi profesional, kompetensi pedagogis, dan peningkatan mutu pembelajaran Permasalahan tersebut juga terjadi di Gugus Sultan Agung Bahwa dari hasil pemantauan yang peneliti lakukan masih rendahnya etos kerja guru dalam mengikuti kegiatan Kelompok Kerja Guru. Hal tersebut dapat dilihat dari absensi kehadiran guru dalam mengikuti KKG, khususnya di Gugus Sultan Agung yang menunjukkan bahwa persentase kehadiran mereka secara rata-rata kurang dari 50% dari jumlah guru yang sebenarnya berjumlah 76. Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam
penelitian ini penulis memilih judul penelitian yang sekiranya tepat, yaitu “Etos Kerja Guru SD dalam Mengikuti KKG di Gugus Sultan Agung Kecamatan Dempet Kabupaten Demak”. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrasah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Supervisi akademik adalah merupakan tanggung jawab dan kewajiban seorang kepala sekolah untuk melakukannya pada para gurunya.Teknik supervisi kelompok adalah suatu pembinaan terhadap sejumlah guru oleh satu atau beberapa supervisor. Sejumlah guru pada umumnya memiliki kualifikasi relatif sama mendapat bimbingan oleh sesorang supervisor atau beberapa supervisor yang biasanya memiliki spesialisasi yang berbeda. Masing-masing supervisor ini memberikan materi atau membahas sesuatu yang berbeda-beda, yang semuanya bertalian satu dengan yang lain. Atau dapat juga suatu topik tertentu sebagai materi yang dibahas ditinjau dari berbagai sudut pandang oleh masing- masing supervisor itu. Teknik Supervisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah teknik diskusi yaitu merupakan salah satu teknik supervisi yang dilakukan melalui pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk mengembangkan ketrampilan para guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi bersama. Melalui diskusi kelompok, guru-guru merasa turut bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kelompok, adanya interaksi antar guru, serta kontrol yang teliti dan mantap dalam mengemukakan pen- dapat mereka masing-masing. Dengan diskusi ini pula guru-guru dapat memperoleh informasi dan banyak pengalaman dari peserta diskusi yang besar manfaatnya untuk pengembangan profesinya. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik akan melakukan penelitian dengan judul supervisi teknik diskusi kelompok untuk meningkatan etos kerja guru yang tergabung dalam Gugus Sekolah Sultan Agung yang berpusat di SDN Kuwu dalam mengikuti kegiatan KKG
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat peneliti susun sebagai berikut: Apakah supervisi teknik diskusi kelompok dapat meningkatan etos kerja guru yang tergabung dalam Gugus Sekolah Sultan Agung yang berpusat di SDN Kuwu dalam mengikuti kegiatan KKG?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah harapan yang ingin dicapai atau yang ingin diketahui. Tujuan dinyatakan dalam pernyataan, bukan pertanyaan. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan mengenai Supervisi teknik diskusi kelompok dapat meningkatan etos kerja guru yang tergabung dalam Gugus Sekolah Sultan Agung yang berpusat di SDN Kuwu dalam mengikuti kegiatan KKG.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1.
Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian ini secara teoritis dapat: 1) kontribusi terhadap upaya
Memberikan peningkatan mutu pembelajaran bagi para guru
SD khususnya dalam hal penguasaan dan pelaksanaan pembelajaran; 2)
Menambah wawasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) terhadap peningkatan kompetensi guru; dan
3) Dijadikan sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.
1.4.2. Manfaat Praktis
Selanjutnya secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1)
Sebagai salah satu rujukan bagi rekan-rekan guru dalam melaksanakan kegiatan KKG dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi guru;
2) Sebagai bahan evaluasi bagi penyelenggaraan
Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan guna perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) di masa-masa yang akan datang;
3)
Sebagai bahan masukan bagi para praktisi
pendidikan, pemerintah, dan para pemangku kepentingan, bahwa tujuan pendidikan nasional akan tercapai bila didukung oleh kualitas dan kompetensi yang baik dari para pendidik dan tenaga kependidikan