SERI 999 E ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

EKOJI999 Nomor

042, 20 Oktober 2012

ETIKAKOMPUTER

Komputer dan Etika
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].

HALAMAN 1 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012


SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Bagi seorang pengguna (user), komputer tidak lebih daripada sebuah blackbox (kotak hitam) yang
menjalankan fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan. Seperti halnya manusia yang terdiri
dari jiwa dan raga, komputer dapat bekerja karena adanya perpaduan antara perangkat keras dan
perangkat lunak (hardware dan software) yang terintegrasi. Sesuai dengan karakteristiknya,
perangkat keras diproduksi oleh pabrik-pabrik manufaktur yang besar, dimana memiliki mekanisme
pengecekan kualitas produk yang harus disepakati dan diaatai. Namun hal yang serupa tidak
berlaku bagi perangkat lunak yang dapat diproduksi oleh siapa saja, mulai dari programmer amatir
sampai dengan yang profesional. Lepas daripada siapa yang bertugas untuk merencanakan dan
mengembangkan suatu aplikasi atau perangkat lunak tertentu, beberapa prinsip dasar etika harus
dipenuhi agar tidak merugikan perusahaan dimana perangkat lunak tersebut diimplementasikan.
Etika ini sendiri merupakan pelengkap dari tiga prinsip yang harus ditegakkan dalam implementasi
dunia komputer agar tidak mengganggu tatanan sosial dan kemasyarakatan, yaitu: etika, moral, dan
hukum.
Bukanlah suatu hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa komputer merupakan alat sosial karena
kenyataannya bahwa teknologi tersebut dipergunakan secara intensif pada berbagai komunitas

masyarakat seperti institusi, organisasi, perusahaan, dan lain sebagainya. Seperti halnya pada alatalat sosial yang lain, pemanfaatan teknologi komputer dapat secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakan yang menggunakannya. Selain
',%767+.$1024$/;$1*','(@1,5,.$15(%$*$,57$67 34,15,3 3(4,/$.7 %(1$4 '$15$/$+($7&+$03
et.al., 1983) – dan hukum, etika memegang peranan yang sangat penting. Kata “etika” atau “ethics”
dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani “e thos”, yang berarti karakter. Etika selanjutnya
','(@1,5,.$1 5(%$*$, 57$67 5(6 .(3(4&$;$$1 56$1'$4 $6$7 3(0,.,4$1 ;$1* ',0,/,., 2/(+ 57$67
individu, kelompok, atau masyarakat (Nagajaran, 1990).Berbeda dengan moral, etika dapat sangat
%(4%('$ $16$4$ 5$67 0$5;$4$.$6 .( 0$5;$4$.$6 /$,1 $4$.6(4,56,. (6,.$ ;$1*/(%,+ 53(5,@. '$/$0
dunia komputer diperkenalkan oleh seorang profesor dari Darmouth pada tahun 1985. James H.
224 0(1'(@1,5,.$1 (6,.$ .20376(45(%$*$,$1$/,5,50(1*(1$,5,)$6'$1 '$03$.525,$/ 6(.12/2*,
.2036(4 5(46$ )2407/$5, '$1 -7564,@.$5, .(%,-$.$1 '$/$00(1**71$.$1 6(.12/2*, 6(45(%76 5(&$4$
etis (Slater, 1991 and Lacayo, 1991). Khusus untuk pembuatan perangkat lunak yang didasari pada
teknik-teknik pemrograman terstruktur dan logika, James Moor memperkenalkan tiga alasan utama
mengapa etika diperlukan: Logical Malleability (Kelenturan Logika), Transformation Factor
(Faktor Transformasi), dan Invisibility Factor (Faktor Tak Kasat Mata).

Sumber: Mc.Leod et.al., 1995

Kelenturan Logika
Yang dimaksud dengan kelenturan logika di sini adalah bahwa perangkat aplikasi dalam komputer

akan melakukan hal-hal yang diinginkan oleh pembuatnya, dalam hal ini adalah programmer.
Programmer sendiri menggunakan analisanya dalam menangkap kebutuhan pengguna (users)
HALAMAN 2 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

sebagai landasan dalam perancangan dan konstruksi aplikasi yang dibuatnya. Pertanyaannya
adalah: apakah program yang dibuat telah 100% tepat berfungsi seperti yang diinginkan oleh
pemakainya? Contoh yang paling klasik adalah seorang customer service yang memberikan alasan
kepada pelanggan bahwa keluhan mereka tidak beralasan karena berdasarkan data pada komputer,
tidak terdapat hal-hal yang aneh. Dengan kata lain, customer service dalam konteks ini “berasumsi”
atau “menganggap” bahwa yang dilakukan komputer selalu benar. Dilihat dari sisi pengguna,
customer service ini dapat dibenarkan karena yang bersangkutan telah mengikuti prosedur yang
ditetapkan. Sementara dari sisi manajemen yang membuat prosedur, hal yang sama juga dibenarkan

karena aplikasi yang ada telah diujicobakan sebelum diimplementasikan dalam aktivitas operasional
sehari-hari. Namun apakah perangkat aplikasi tersebut memang sudah benar-benar “benar” dalam
arti kata melakukan persis hal-hal seperti yang diinginkan perusahaan, seperti:
< Apakah logika pemrograman yang dipergunakan sudah tepat seperti yang dipergunakan

perusahaan di lapangan?
< Apakah algoritma atau struktur program yang dipergunakan sudah tepat mencerminkan segala

kemungkinan skenario yang kerap terjadi dalam operasional sehari-hari?
< Apakah formula-formula yang diinginkan sudah tepat diimplementasikan oleh sistem?
< Apakah perangkat lunak aplikasi yang ada sudah bebas dari kesalahan (error) baik yang

disebabkan oleh sistem maupun manusia pemakainya?
< Apakah komputer dapat “menjawab” semua pertanyaan atau kasus yang mungkin terjadi sehari-

hari?
< Apakah aplikasi yang diimplementasikan masih relevan dengan kebutuhan perusahaan saat ini?

Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang harus diajukan karena bagi pengguna atau
users, komputer adalah sebuah kotak hitam yang dibuat oleh praktisi teknologi informasi seperti

programmer. Programmer yang tidak memiliki etika yang baik tidak akan begitu perduli dengan
segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di perusahaan yang secara prinsip merupakan
resiko yang tidak dapat dipandang kecil.
Faktor Transformasi
Kehadiran komputer dalam dunia bisnis tidak hanya telah berhasil meningkatkan kinerja
perusahaan yang menggunakannya, namun telah secara langsung mengubah cara-cara orang
melakukan kegiatan atau aktivitas bisnis sehari-hari (transformasi). Dapat dilihat bagaimana
electronic mail telah dapat menggantikan komunikasi tradisional surat-menyurat, internet
menggantikan pusat informasi, Electronic Data Interchange (EDI) menggantikan transaksi
manual, sistem basis data (database system) menggantikan lemari penyimpan arsip, dan lain
sebagainya. Transformasi besar-besaran juga terjadi pada level manajemen puncak dimana peran
komputer semakin lama semakin besar dalam proses pengambilan keputusan. Produk-produk
Management Information System, Decision Support System, dan Executive Information System
ditawarkan oleh berbagai perusahaan software di dunia untuk membantu para manajer dan direktur
dalam industri tertentu dalam aktivitasnya sehari-hari. Konsep mengenai etika berkembang dalam
fenomena transformasi ini karena telah bergesernya paradigma dan mekanisme dalam melakukan
transaksi bisnis sehari-hari, baik antara komponen-komponen internal perusahaan maupun dengan
faktor eksternal lainnya. Isu-isu yang berkembang sehubungan dengan hal ini adalah sebagai
berikut:
< Sebuah perusahaan memaksa perusahaan supplier-nya untuk menggunakan perangkat lunak


tertentu agar dapat dengan mudah diintegrasikan
HALAMAN 3 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

< Sekumpulan investor baru mau menanamkan investasinya jika perusahaan yang bersangkutan

telah memiliki sumber daya manusia yang akrab dengan teknologi komputer (computer literate)
< Konsorsium konsultan dan vendor perangkat lunak bersedia membantu perusahaan untuk

menerapkan teknologi informasi dengan syarat harus mempergunakan aplikasi tertentu
< Asosiasi pada suatu industri tertentu dibentuk yang beranggotakan perusahaan-perusahaan


pada industri tersebut yang menggunakan perangkat lunak sejenis
< Pemerintah memaksa perusahaan-perusahaan untuk membeli dan menggunakan perangkat

lunak produksi perusahaan tertentu tanpa memperhatikan keanekaragaman kebutuhan masingmasing perusahaan
Hal-hal tersebut di atas memperlihatkan, bahwa tanpa adanya etika dalam dunia komputer –
khususnya dalam dunia perangkat lunak – pihak-pihak tertentu dapat dengan mudah memanfaatkan
trend dan fenomena transformasi ini. Perusahaan berskala kecil dan menengah biasanya yang kerap
menjadi korban dari institusi atau konsorsium yang lebih besar.
Faktor Tak Kasat Mata
Sebagai sebuah kotak hitam yang dibuat oleh praktisi teknologi informasi, di mata pengguna atau
user, komputer akan bekerja sesuai dengan aplikasi yang diinstalasi. Ada tiga operasi dasar internal
yang dilakukan oleh para programmer dalam membangun kotak hitam tersebut:
< Nilai-Nilai pemrograman yang tak terlihat – yang merupakan parameter-parameter yang

dipergunakan oleh programmer untuk membangun aplikasinya. Bagaimana perusahaan dapat
mengetahui bahwa nilai-nilai parameter yang dipergunakan sudah tepat dan tidak dimanipulasi?
< Perhitungan yang tak terlihat – yang merupakan kumpulan dari formula-formula yang

dipergunakan dalam proses pengolahan data menjadi informasi, yang selanjutnya akan
dipergunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan. Bagaiamana manajemen dapat

mengetahui bahwa formula yang dipakai sudah benar dan akurat?
< Penyalahgunaan yang tak terlihat – yang merupakan kemungkinan dikembangkannya sebuah

program atau algoritma yang melanggar hukum seperti penggelapan pajak, pembocoran rahasia
internal (mata-mata), manipulasi perhitungan, dan lain sebagainya.
Faktor tak kasat mata merupakan “kesempatan” yang paling banyak dipergunakan oleh para
“penjahat elektronik” karena seperti halnya hubungan antara pasien dan dokter, seringkali
perusahaan memasrahkan seutuhnya pengembangan aplikasi kepada para programmer yang
ditunjuk.

-- akhir dokumen --

HALAMAN 4 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012