PERKEMBANGAN LANJUT USIA DAN IMPLEMENTAS

BAB I
PENDAHULUAN
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Proses menjadi tua
menggambarkan betapa proses tersebut dapat diinteferensi sehingga dapat
mencapai hasil yang sangat optimal. Secara umum orang lanjut usia dalam meniti
kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua
akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang
kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak
datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada
(Hurlock, 1996 : 439).

1

2

BAB II
PERKEMBANGAN LANJUT USIA DAN IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN


1. Pengertian Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut
Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu
masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang
telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan
(middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa
setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia
56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari
nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini

3


akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan
berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahanperubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam
proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh
sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai
meninggal.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia
tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan
sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan
bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia
tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
2.

Ciri-Ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang
lanjut usia, yaitu :
1) Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran

4

pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya
jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2) Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat
oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat
klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada
mendengarkan pendapat orang lain.
3) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia

cenderung

mengembangkan

konsep

diri

yang

buruk.

Lansia

lebih

memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

3.


Perkembangan Lansia

5

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di duia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir
kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Periode ini digambarkan dalam hadis
sebagai

berikut

:

Masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun.
(HR. Muslim dan Nas’i).

Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa :
Mereka berkata : Ya Rasulullah, berapakah ketetapan umur-umur
umatmu? Jawab beliau : Saat kematian mereka (pada umumnya) antara usia
enam puluh tahun dan tujuh puluh. Meraka bertanya lagi : Ya Rasulullah,
bagaimana dengan umur delapan puluh? Jawab beliau, sedikit sekali umatku
yang dapat mencapainya. Semoga Allah merahmati orag-orang yang
mencapai umur delapan puluh.(HR. Hudzaifah Ibn Yamani).
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan,
yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia
baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk
tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit,
tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya.

6

Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain. Penurunan ini terutama penurunan yang terjadi pada kemampuan otak,
dalam Al-Qur’an juga telah diterangkan dalam surat An-Nahl ayat 70 yaitu :

Artinya: Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di
antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun),
supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. An –Nahl ayat
70)
Dalam ayat yang lain juga di jelaskan mengenai tahapan-tahapan yang
berkaitan dengan perkembangan seorang lanjut usia yaitu :
Artinya : Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari
setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai
kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di
antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya) (QS.Al-Mukmin ayat 60 )
Berkaitan dengan berbagai penurunan yang terjadi di usia tua, Nabi
Muhammad Saw pernah berdo’a kepada Allah : “Dan aku berlindung kepadaMu dari usia yang paling hina (tua renta)”.Namun orang yang bermal baik

7

tidak akan menyesali umurnya yang panjang”. Sebagaimana diterangkan

dalam hadis :
“Sebaik-baiknya kamu ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula
amalanya” (HR.At-Tirmizdhi)
Diterangkan juga dalam hadis yang lain : “ Berubannya rambut seorang
Muslim merupakan nur baginya”(HR. Ath-Tirmizdhi dan Nasa’i)
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai
perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih
banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat
sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang
beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika
telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.
4.

Perubahan yang terjadi pada lansia
1). Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan
sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan
mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder,
terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan
ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi

proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang
dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada

8

stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan
pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang
sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok
yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh.
Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga
membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau melengkung.
Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi
osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para
lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi
semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi.
Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai
proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan
kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini

dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi
lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan
kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan
kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan
kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal.
Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia
menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.

9

Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang
menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masingmasing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat
kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan,
dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi
mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan produksi
buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak yang
menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya
berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat
mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang

menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah
gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes.
Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan
signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya
hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat
terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan
perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat
mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya
ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan
mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk
membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang

10

besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah dengan
komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak
mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai
memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan
stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat
berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara
pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang
biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih
sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi
kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari
ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap
perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang
fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan
lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot
mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam
mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh
lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu
sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan
sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali
perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada

11

sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus yang
diberikan

oleh

lingkungan.

Pada

lansia

juga

mengalami

perubahan

keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari
perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa
minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya
(J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan
berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh
lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan
keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5)
pendengaran yang berkurang.
2). Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan
mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir
sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada
usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus
menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai
menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan
memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak
menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan
masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori
atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan
mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita

12

(20080 penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua ,
tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas,
melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau
yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit,
kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada
dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan
kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang
dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat
mengantisipasi terjadinya kepikunan.
3). Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi
dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia
kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi
(Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak
ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung
sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia
kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia
dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia,
terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan

13

mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu
masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri
cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat
perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan
kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan
tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan–
kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa
pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia
yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik,
memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan
keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun
(Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak
layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres
lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya,
memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun
(Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan
dimensi emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan

14

emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan
berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong
produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu
atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran yang
jernih.
Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan
kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk
mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Dorongan yang relevan
dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat
bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak
menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan
bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut.
Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang
dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan
tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi
kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih
spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada
orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia
lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku emosional;

15

seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa
terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk
mengekspresikan kehangatan dan persaan secara spontan terhadap orang lain.
Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan
perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui pengalamanpengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang dilontarkan
jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi
perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang
dilakukan itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin
pasif pula perilaku emosional mereka.
4). Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan
agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga
diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan
memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah
bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga
religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar
daripada orang yang religius.

16

2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi
atau masalah hidup lainnya.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres
daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh
lebih kecil.
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat
terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
5). Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak
pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.
(J.W.Santrock, 2002, h.239).
6). Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan
yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain :
kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat
tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara

17

lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia
tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada
dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada
anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal
keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat
menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
7). Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam
penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya
bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani
atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh
keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan
datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga
akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional
lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial
menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi
mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup
lansia.

18

5.

Permaslahan yang dihadapi oleh Lansia
Terkait dengan permasalahan yang dialami oleh koresponden, mencakup
beberapa hal sebagai berikut :
a. Koresponden pertama
1). Perkembangan Fisik
Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang bernama Bapak XXX
terkait dengan masalah pekembangan fisik yang mulai melemah, hal ini dapat
di analisis dari berbagai pertanyaan terkait dengan permasalahan ini yaitu :
Seringnya terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang
cukup berat.
a. Indra pengelihatan yang mulai kabur
b. Serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering mengalami
sakit (masuk angin, flu)
2). Perkembangan Kognitif ( Intelektual )
Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang terkait dengan masalah
pekembangan kognitif, ini dapat di analisis dari berbagai pertanyaan yang
dapat disimpulkan bahwa :
a. Mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal
b. Sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar

19

3). Perkembangan Emosional
Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang terkait dengan masalah
pekembangan emosional, ini dapat di analisis dari berbagai pernyataan terkait
dengan permasalahan ini yaitu :
Rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian beliau menjadi sangat besar.
Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan pekerjaanya,
maka tingkat emosi meningkat, terbukti bahwa beliau segera menegur rekan
kerjanya tersebut agar lebih cekatan.
4). Perkembangan Spiritual
Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang terkait dengan masalah
pekembangan spiritual, ini dapat di analisis dari berbagai pertanyaan terkait
dengan permasalahan ini yaitu :
Kesulitan untuk menghafal ayat Al-Qur’an karena daya ingat yang mulai
menurun.
Merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum
mengerjakan sholat lima waktu.
b. Koresponden Kedua
1)

Perkembangan Fisik

20

Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang bernama ibu XXX
terkait dengan masalah pekembangan fisik yang mulai melemah, hal ini dapat
di analisis dari berbagai pertanyaan terkait dengan permasalahan ini yaitu :
a. Sering terjadinya rematik
b. Indra pendengaran yang mulai berkurang berfungsu dengan baik
2). Perkembangan Kognitif ( Intelektual )
Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang terkait dengan masalah
pekembangan kognitif, ini dapat di analisis dari berbagai pertanyaan yang
dapat disimpulkan bahwa : Mulai melemahnya daya ingat (pikun)
3). Perkembangan Emosional
Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang terkait dengan masalah
pekembangan emosional, ini dapat di analisis dari berbagai pernyataan terkait
dengan permasalahan ini yaitu :
a. Sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi
b. Sering stress akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi
4). Perkembangan Spiritual

21

Permaslahan yang hadapi oleh koresponden yang terkait dengan masalah
pekembangan spiritual, ini dapat di analisis dari berbagai pertanyaan terkait
dengan permasalahan ini yaitu :
Belum bisa membaca ayat Al-Qur’an
Merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup serius.
6.

Solusi Permasalahan
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia
lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
Berkanaan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) :
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan
tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat
yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya
pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang
besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi
dengan jumlah bertahap.
Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur
Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya
Istirahat, tidur yang cukup

22

Minum suplemen gizi yang diperlukan
Memeriksa kesehatan secara teratur
Berkanaan dengan Emosi :
Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi
tenang.
Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,
merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat
menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah
tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental
dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan
lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif
dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga
ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk
melemaskan otak kita dari kelelahan.
Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama
seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat
disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.
Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik
dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat

23

jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan
yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih
berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama
menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
Berkanaan dengan Spiritual
Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi
tenang.
Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak
beribadah
Belajar secara rutin dengan cara, membaca surat-surat pendek atau ayat
Al-qur’an secara beransur-ansur.
Pendidikan tidak hanya terhenti hanya sampai lulus dari SD (Sekolah
Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas),
atau lulus dari perkuliahan. Karena ilmu tidak hanya terhenti sampai disitu.
Manakala dia akan terus maju dan berkembang. Selama kita hidup didunia,
selama itu pula kita masih harus belajar, belajar dan menimba ilmu.
Usia tidak menutup kemungkinan untuk kita terus belajar. Jangan jadikan
usia yang semakin bertambah tua untuk sebuah alasan tidak mau menambah
ilmu. Dengan alasan, “sudah tua tidak bisa meresap ilmu ke otak lagi”. Jika

24

kita mempunyai niat yang kuat dan keinginan keras untuk melangkah maju,
pasti kita dapat melakukan semua itu.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari berbagai analis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kajian teori
dengan hasil obserfasi, tidaklah selalu sama secara keseluruhan tetapi terdapat hal
yang berbeda, terutama dalam hal yang berkaitan dengan perkembangan
emosional lansia. Dalam hal ini perbebedaan antara teori dengan praktik lebih
terfokus pada faktor lingkunagn yang sangat berperan dalam pembentukan
emosional lansia. Apabila lingkungan tersebut mendorong seorang lansia lebih
tenang dalam meghadapi masa tuanya, dalam artian lingkungan tersebut sangat
relijius maka hal yang di rasakan oleh orang yang usia lanjut, lebih tenang dan
lebih bersiap dalam mempersiapkan hari tuanya.
Tetapi apabila dalam lingkungan lansia tersebut kurang bersifat relijius,
misalnya anggota keluarga, ataupun tetangga yang kurang agamis, maka persiapan
lansia ini dalam menghadapi masa tuanya sangat gelisah karena, dalam hal ini
objek merasa kurang diperhatikan dan orang-orang yang dianggap bisa
mendukungnya ini, malah bersifat kurang responsive, sehingga perasaan gelisah
ini sangat nampak.

25

Referensi :
Memahami Kepribadian Lansia, diakses pada tanggal 02 Januari 2010 dari
http://singgihpanduwicaksono.blogspot.com/
Depresi pada Lansia, diakses pada tanggal 30 Desember 2009 dari
http://lansiafood.net
B. Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.
Desmita, Psikologi Perkembangan. Cet.II; Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006.
F.J. Monks & A.M.P. Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Cet.XV; Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2004