KHAZANAH PENERBITAN BUKU DI INDONESIA

KHAZANAH PENERBITAN BUKU ISLAM DI INDONESIA
Oleh: M. Rizal Pahlefi1
PEMBAHASAN
Penerbit

atau

penerbitan

adalah

industri

yang

berkonsentrasi

memperbanyak sebuah literatur dan informasi atau sebuak aktivitas membuat
informasi yang dapat dinikmati oleh publik.2 Lembaga ini yang bertanggung
jawab atas terbitan dan ada yang sekaligus sebagai pemegang hak cipta atau copy
right.

Adapun tugas-tugas penerbit antara lain: menyeleksi naskah yang
diterima; mengedit naskah sebelum dicetak; secara sendirian atau bersama
pengarang hak cipta; merencanakan format dan tata wajah atau layout terbitan;
menyiapkan bahan-bahan terbitan seperti kertas, tinta dll; membayar honorarium
pengarang.3
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar.
Menurut Ajib Rosidi (sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar,
usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan
buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan
hiburan), dan usaha penerbitan buku agama.
Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah
dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku
pelajaran, umumnya mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk oleh orang
Belanda.
Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku
agama Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku–buku agama
Kristen umumnya dilakukan oleh orang-orang Belanda.4
1

Mahasiswa Pascasarjana Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta Konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan

Infornasi.
2

Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Penerbit diakses pada tanggal 19 November 2012 jam 01.12

3

Lasa Hs. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Hal.
242
4

Dalam http://www.sejarah.indah.web.id/2011/11/sejarah-perkembangan-buku-di-dunia-dan.html
Di akases pada tanggal 20 November 2012 jam 10.28

1

Perkembangan ilmu pengetahuan dan produksi kertas memunculkan
profesi baru dalam khazanah Islam. Profesi tersebut dinamakan warraq. Warraq
adalah penyalin naskah atau buku. Mereka menyalin naskah dengan cepat
dan akurat. Industri penerbitan buku dipelopori oleh warraq. Mereka bekerja

dalam sebuah sistem kerja sama yang saling menguntungkan antara para penulis
dengan pihak penerbit. Seorang penulis yang ingin menerbitkan bukunya akan
menghubungi satu atau dua orang warraq. Buku tersebut akan dipublikasikan di
masjid atau sebuah toko buku terkemuka tempat penulisnya mendiktekan
bukunya pada hari dan waktu yang telah ditentukan. Pembacaan itu akan
membutuhkan waktu selama berbulan-bulan. Selama itu, warraq yang telah
ditunjuk akan selalu hadir. Pada saat buku tersebut selesai, naskah dalam
tulisan tangan diserahkan kepada sang penulis untuk diperiksa dan diperbaiki.
Buku tersebut bisa beredar di masyarakat hanya bila telah mendapat izin final
dari pengarangnya, dan bebas disalin dari naskah aslinya. Pengarang, menurut
perjanjiannya dengan warraq, akan menerima royalti. Industri penerbitan yang
mendominasi wilayah kekhalifahan Muslim, mulai abad ke-8 sampai dengan
abad ke-15. Hingga pada puncaknya, dalam setahun terbit puluhan ribu buku.5
1.1 Perkembangan Penerbitan Buku Islam di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam. Tak hanya itu, bahkan Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia. Di Indonesia sejak kemerdekaan hingga kini jumlah penerbit
telah cukup banyak. Sebagian penerbit tersebut bergelut dalam penerbitan bukubuku umum, dan sebagian lain berkonsentrasi pada jenis penerbitan tersebut
seperti buku-buku teks sekolah, ensiklopedi, atau buku-buku keagamaan saja,
misalnya buku-buku Islam.

Menurut Azyumardi, secara umum penerbitan buku Islam di Indonesia
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menekankan pada
Islam murni berdasarkan Al Quran dan sunah atau yang biasa disebut sebagai

5

Sardar, Ziauddin dan Zafar Abbas Malik. 2001 Mengenal Islam For Beginners. Bandung: Mizan.
Hal. 78-83.

2

Islam Salafis dan Harakah (gerakan) serta kelompok yang bergerak pada wacana
atau diskursus, yang kadang disebut sebagai Islam kritis.6
Penerbit buku islam adalah institusi yang mempromotori terwujudnya
buku-buku

mengenai

menyebarluaskannya


islam
ke

dalam

masyarakat

aspek

yang

pembaca.

luas,

Dalam

serta

kemudian


perkembangannya,

penebitan buku telah menjelma menjadi sebuah industri, karenanya institusi
penerbitan buku mengambil bentuk perseroan dagang seperti PT ataupun C.V.
Dalam hal ini, penerbit buku islam pun telah mengambil bentuk usaha dagang.
Maka dalam usaha penerbitan buku ini rata-rata penerbit buku islam memiliki
devisi marketing dan memperlakukan masyarakat pembacanya sebagai pasar. 7
Penerbitan Islam berkembang pada Abad Pertengahan hingga akhir abad
kesembilanbelas. Dari permulaan yang sederhana, penerbitan Islam tumbuh dan
kemudian membanjiri dunia penerbitan di Timur Tengah. Pencetakan dan
peredaran buku-buku ini sendiri merupakan salah satu jenis usaha yang terlambat
perkembangannya di dunia Islam. Salah satu alasannya adalah keberatan para
penguasa dan ulama terhadap hal ini. Ibrahim Muteferrika, seorang pelopor usaha
percetakan dan penerbitan buku di Timur Tengah, menghabiskan waktu lebih dari
satu dekade untuk meyakinkan penguasa Dinasti Utsmani dan para ulama bahwa
usaha ini bukanlah sesuatu yang membahayakan bagi kebudayaan dan peradaban
Islam. Ibrahim menegaskan bahwa Dinasti Usmani dan kaum muslim pada
umumnya akan memperoleh banyak manfaat dengan adanya usaha percetakan dan
penerbitan buku-buku mengenai keislaman ini. Dalam pembelaannya terhadap

usaha pencetakan dan peredaran buku-buku Islam, Ibrahim Muteferrika
menyatakan bahwa kaum Muslim lebih unggul dibanding kaum Nasrani dan
Yahudi dalam memelihara kitab suci, tetapi tidak dalam hal pemeliharaan bukubuku. Banyak buku karangan ilmuan muslim yang musnah akibat invasi bangsa
Mongol dan terusirnya kaum muslim dari Spanyol. 8 Ia juga menekankan
6

Dalam http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0311/15/pustaka/688310.htm Diakses pada
tanggal 19 November 2012 jam 22.30
7

Fadjar, Abdullah. 2006. Khasanah Islam Indonesia. Jakarta: The Habibie Center. Hal 09

3

manfaatnya bagi kaum muslim: harga buku lebih murah dan buku lebih cepat
tersebar, sehingga lebih banyak dibaca dan dipelajari oleh kaum muslim.9
Kondisi penerbitan di Indonesia banyak diwarnai oleh penerbitan yang
bernuansa keagamaan terutama agama Islam. Berdasarkan data yang diperoleh
dari IKAPI diketahui bahwa hingga tahun 2008 jumlah anggota IKAPI adalah 691
penerbit. Dari jumlah tersebut 137 penerbit di antaranya adalah penerbit yang

terbitan utamanya adalah buku-buku keagamaan. Penerbit buku agama (umum)
berjumlah 36 penerbit, penerbit buku agama Islam berjumlah 86, penerbit buku
agama Kristen/Katolik berjumlah 11, dan penerbit buku agama Hindu/Budha
berjumlah 4 penerbit. Geliat perkembangan buku-buku Islam di Indonesia dalam
dua puluh lima tahun terakhir dapat dilihat dari uraian historis di bawah ini:
A. Penerbitan Buku Islam Indonesia 1950-1969
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim
terbesar di dunia. Maka wajar saja apabila kegiatan perbukuan di Indonesia
banyak diwarnai oleh penerbitan bernuansa ke-Islaman. Di Indonesia penerbitan
buku-buku Islam sebenarnya telah tumbuh dan berkembang sejak lama. Pada
tahun 1949 misalnya telah lahir Penerbit Al-Ma’arif dengan terbitan utama AlQur’an. Kemudian pada tahun 1951 Abdul Manaf Zamzami yang lebih dikenal
sebagai Amelz mendirikan penerbit Bulan Bintang, dengan buku pertama berjudul
Islam dan Sosialisme karya HOS. Cokroaminoto. Selanjutnya Bulan Bintang
banyak menerbitkan buku-buku terjemahan dan karya-karya tokoh Islam nasional
seperti Hasbi As-Shiddieqy, A. Hasjmy, Hamka, Syafruddin Prawiranegara, dll.
Dalam perjalanannya, Bulan Bintang menjadi penerbit Islam paling penting pada
periode 1960-an hingga 1970-an.10
B. Penerbitan Buku Islam Indonesia 1970-1989
8


Dalam http://arif-nhisco.blogspot.com/2009/04/sejarah-penerbitan-islam.html diakses pada
tanggal 19 November 2012 jam 00.17
9

Esposito, John L. 2001. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan. Hal. 302306
10

Dalam skripsi yang berjudul Perkembangan Buku Literatur oleh Ceria Isra Ningtyas FIB
Universitas Indonesia, 2008. Hal 28.

4

Pada akhir tahun 70-an dan awal tahun 80-an kita dapat menyaksikan
suatu gelombang baru pergerakan dinamis pemuda Islam di Indonesia.11 Hal ini
dapat terlihat pada kalangan mahasiswa muslim Indonesia terutama di Jakarta.
Masjid-masjid di dalam maupun di sekitar kampus semarak oleh kegiatan
keislaman seperti Masjid Salman (ITB), Arief Rahman Hakim (UI), Al-Ghifari
(IPB), dan Jama’ah Shalahudin (UGM). Aktivitas keislaman yang mereka lakukan
tidak hanya sebatas ritual seperti sholat dan membaca Al-Qur’an. Lebih dari itu
mereka juga mengembangkan aktivitas sosial dan dan intelektual, mahasiswamahasiswa muslim ini banyak mempelajari Islam dengan cara berbeda dengan

para pendahulunya. Mereka banyak mengkaji berbagai jenis buku pemikiran
Islam dari negara-negara Islam lain seperti Mesir, Iran, Arab Saudi, dan negara
lainnya. Pada era ini, H.A. Malik Fadjar mengatakan bahwa kampus dan
kelompok terpelajar Muslim sudah banyak berkenalan dengan pemiliran
Maududi, Maryam Jameelah, Hasan Al Banna, Shariati, dan lain-lain.12
Kegiatan-kegiatan mengakses ilmu dari pemikir-pemikir Islam tersebut
sangatlah sulit dilakukan bila tidak ada usaha penerjemahan terhadap karya-karya
mereka. Maka pada saat inilah muncul beberapa penerbit buku Islam. Penerbitpenerbit ini menawarkan karya-karya terjemahan buku-buku pemikiran Islam dari
berbagai tokoh di dunia Islam. Karena para pemikir tersebut memiliki metodologi
serta visi keilmuan yang beranekaragam, maka muncullah dinamika intelektual
yang positif di kalangan pemuda Islam Indonesia. Selanjutnya, hadirnya penerbitpenerbit buku Islam ini berperan sebagai stimulus pergerakan pemuda Islam
Indonesia. Serta buku-buku Islam yang telah diterbitkan menjadi bahan rujukan
kaum intelektual muda Islam saat itu hingga kini.
Azyumardi Azra memaparkan gejala yang tampak jelas terjadinya
pertumbuhan literatur Islam justru di awal 1980-an. Rektor Universitas Islam
Negeri Jakarta ini memaparkan bahwa perkembangan yang terjadi tidak lepas dari
pengaruh revolusi Iran tahun 1979 yang menimbulkan perhatian dan minat
11

Widjanarko, Putut dan Karlina Leksono. 2000. Elegi Gutenberg: memposisikan buku di era

cyberspace. Bandung: Mizan
12

Fadjar, H. A. Malik. 1990. Buku Agama dan Pengaruh Sosialnya. Jakarta: Yayasan Buku
Utama.

5

masyarakat terhadap Syiah dan cendekiawan Syiah, seperti Ali Syariati dan Syekh
Syaid Nasir. Dari minat kepada kedua cendekia tersebut selanjutnya merambah
kepada para pemikir Islam yang lainnya. Sementara kegairahan tengah
berlangsung, di saat yang bersamaan kegairahan terhadap suasana keislaman
puntengah tumbuh subur di negeri ini. Suasana inilah yang mendorong lahirnya
penerbit-penerbit buku Islam. Di antara sekian banyak penerbit Islam yang ada di
Indonesia, empat di antaranya lahir dari nuansa keislaman di kampus-kampus
yaitu Pustaka Salman (1980), Shalahudin Press (1983), Mizan (1983), dan Gema
Insani Press (1986).
Dari keempat penerbit tersebut yang yang kemudian berkembang menjadi
besar hingga sekarang adalah Mizan dan Gema Insani Press. Bahkan kedua
penerbit ini hingga kini merupakan dua penerbit Islam terbesar di Indonesia.
Sementara Shalahuddin Press yang diprakarsai oleh para mahasiswa UGM yang
sangat aktif dan dinamis, telah berhenti menerbitkan buku pada tahun 1988-1989
diperkirakan akibat masalah manajerial.13 Selain itu, Pustaka Salman yang telah
menerjemahkan berbagai karya penting Fazlur Rahman (tokoh neomodernis Islam
asal Pakistan), dan karya Edward Said seperti ”Orientalisme”.
Buku-buku seperti pemikiran dan politik Islam, ekonomi Islam, seni dan
budaya Islam, filsafat Islam, dan sebagainya sudah banyak terbit dan beredar di
masyarakat. Mizan adalah satu contoh dari penerbit yang memiliki ciri khas
dalampenerbitan mengenai pemikiran-pemikiran dalam Islam tersebut. Di
samping itu, juga terjadi kemajuan dalam hal penyajian informasinya maupun
artistiknya.
C. Penerbitan Buku Islam Indonesia 1990-2000
Tradisi keilmuan Islam ini terus bergulir seiring dengan perjalanan waktu.
Penerbitan buku Islam terus mengalami peningkatan pada tahun 1990-an. Bahkan
makin marak pada awal tahun 2000. Penerbitan buku Islam di Indonesia telah
berkembang baik dari sisi kuantitas dan kualitas isi dari pengetahuan sesuai
konteks tersebut sejak tahun 1998. Buku terjemahan dalam konteks Islam seperti
13

Widjanarko, Putut dan Karlina Leksono. 2000. Elegi Gutenberg: memposisikan buku di era
cyberspace. Bandung: Mizan. Hal. 23

6

Marx tentang agama, karya Karen Amstrong mengenai Allah SWT dan RasulNya, Muhammad SAW, buku-buku tentang sufisme dan lainnya melaju sesuai
dengan publikasi dari pengembangan originalitas buku-buku Islam.
Keadaan ini amat berbeda dibandingkan pada jaman Orde Baru, ketika
para pemikir dan aktivis Islam terpaksa diam-diam menerbitkan buku mereka.
Dalam ulasan tentang perbukuan Islam di Indonesia, Peeters (1998) menyatakan,
yang dikutip Pendit (2007), bahwa sejak 1980-an sebenarnya sudah ada upaya
dari para intelektual yang baru pulang dari belajar di Timur Tengah untuk
menerjemahkan karya-karya penulis Islam bagi kepentingan dakwah. Penerbit
Ishlahy yang didirikan oleh Abdi Sumaithi (kini dikenal dengan sebutan Abu
Ridho), seorang aktivis dakwah Islam, menerbitkan karya-karya Hasan Al Banna,
Musthafa Masyhur, dan Sa’id Hawwa. Karya Sayyid Quthb, Ma’alim fit Thariq
diterjemahkan sebagai Petunjuk Jalan oleh Rahman Zainuddin dan diterbitkan
oleh Media Dakwah. Banyak dari buku ini kemudian masuk ke kampus dan
menjadi buku bacaan inti dari para pendakwah yang berbasis di kampus.14
Ketika pemerintahan Orde Baru menganggap gerakan-gerakan dakwah ini
mengganggu ketertiban, penerbitan buku-buku Islam sempat terganggu dan oplah
mereka pun terbatasi. Ketika Orde Baru tumbang, penerbit-penerbit buku Islam
bermunculan kembali. Salah satu yang sukses dan bertahan sejak dulu adalah
Penerbit Mizan dari Bandung.
Analisa mengenai perbukuan Islam Indonesia yang terkait dengan kondisi
politik, sosial budaya dan ekonomi dengan dapat dilihat dari hal-hal di bawah ini:
Pertama, Era Reformasi juga menyentuh bidang informasi yang terlihat pada
konteks kekuasaan penyelenggara negara. Pemerintahan pasca reformasi di
Indonesia didominasi oleh para alim ulama (Kyai/Mullah), cendikiawan Muslim
dan kelompok penganut demokrasi. Tampuk kekuasaan demikian mengubah
pendekatan pemerintah dalam mendidik masyarakatnya. Dengan demikian,
tingkat pendidikan semakin maju dan masyarakat semakin sadar kebutuhannya
akan ilmu di era informasi kini. Tak hanya itu, situasi ini dapat ditunjukkan
14

Pendit, Putu Laxman. 2007. Mata membaca kata bersama: kumpulan esai tentang buku,
membaca dan keberaksaraan. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri.

7

dengan adanya kebebasan dalam pengembangan serta akses ke sumber
pengetahuan Islam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya terbitan yang terkait
dengan ataupun mengenai Islam telah diterbitkan sejak Era Reformasi dan pada
saat itulah menjadi masa berkembangnya penerbitan buku Islam.
Kedua, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam semakin
meningkat dalam hal kesadaran beragama. Masyarakat Muslim Indonesia mulai
menunjukkan minat mereka untuk membaca buku-buku agama. Hal ini
dikarenakan orang Indonesia ingin menemukan akar budayanya, yaitu Islam.
Sejak dulu mereka beragama Islam tetapi belum sempat mendalaminya. 15 Bukan
saja buku-buku agama yang memuat petunjuk dan ajaran agama, tetapi segala
macam buku yang berkaitan dengan Islam pun mulai mendapat tempat di pasaran.
Kebebasan dalam menerbitkan buku dengan segala jenis isi ini ikut dipromosikan
pula oleh majalah-majalah khusus Islam yang dapat mengalahkan kepopuleran
majalah umum. Contohnya adalah majalah Sabili sebuah majalah yang diterbitkan
pada tahun 1989 tetapi diberangus di masa Orde Baru, namun pada tahun 19992000 bisa mencapai oplah 120.000 menyaingi majalah Tempo atau majalah
populer Gadis.16
Ketiga, penerjemahan buku-buku Islam menjadi kegiatan yang semarak
dan digemari hasilnya oleh pembaca. Buku-buku Islam terjemahan menjadi
populer dikarenakan pada masa Orde Baru masyarakat tidak dapat leluasa
menuruti selera intelektualnya. Atas dasar itu, banyak penerbit memanfaatkan
kesempatan ini menerbitkan buku-buku terjemahan. Hal ini dimaksudkan tidak
hanya sebagai lahan bisnis yang menguntungkan, buku juga dianggap sebagai
jembatan untuk mengetahui informasi atau perkembangan Islam di negara-negara
lain. Buku-buku terjemahan yang dipasarkan di Indonesia sebagian besar berasal
dari negeri-negeri Arab juga dari akademisi atau orientalis Barat. Tak hanya itu,
ternyata buku-buku terjemahan juga menyemai lahirnya buku-buku Islam yang
15

Dalam skripsi yang berjudul Perkembangan Buku Literatur oleh Ceria Isra Ningtyas FIB
Universitas Indonesia, 2008.
16

Damanik, Ali Said. 2002. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan
Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju

8

ditulis asli dalam bahasa Indonesia oleh para akademisi dan penulis di Indonesia.
Kemudian pada akhirnya buku Islam menjadi media atas kebebasan belajar ilmuilmu Islam baik dalam format buku tercetak maupun format elektronik yang
dikenal dengan sebutan electronic book atau e-book.17
D. Penerbitan Buku di Indonesia Sekarang
Sudah Beberapa Tahun Sebelumnya Industri penerbitan Indonesia masih
sulit berkembang karena menghadapi masalah klasik, terutama pembajakan dan
perkembangan tren buku elektronik (e-book). Ketua Umum Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI) Lucya Andam Dewi mengemukakan industri penerbitan di
Indonesia jalan di tempat dalam beberapa tahun terakhir karena banyak masalah
klasik belum terpecahkan.
Pada saat ini, ketika terbitnya buku baru yang keluar, tindakan para
pembajakannya sudah marak beredar. Disisi lain hal ini sangat merugikan penerbit
dan penulis. Selain itu, kemajuan teknologi juga mulai menggeser cara membaca
sebagian masyarakat perkotaan dengan mengakses buku elektronik di Internet.
Tren buku elektronik ini telah menekan penjualan di toko buku.
Kondisi industri penerbitan cukup menghawatirkan karena masih dianggap
sebagai perusahaan komersial yang penuh dengan pungutan pajak. Padahal,
industri ini juga mengandung unsur edukatif dan berperan mencerdaskan bangsa.
Beragam masalah ini berimbas pada menurunnya minat penulis karena mereka
sering menerima royalti yang minim. Akibatnya jumlah buku berkualitas yang
dicetak di Indonesia semakin minim.18

KESIMPULAN
Dari awal mula adanya Penerbitan di Indonesia. Namun beberapa tahun
terakhir ini lah merupakan ancaman bagi penerbit di karenakan menjamurnya
17

Dalam http://arizona.openrepository.com/arizona/bitstream/10150/106413/1/95.PosterIke_Iswary_Lawanda_pp651-654_.pdf pada tanggal 22 November 2012 jam 14.24
18

Dalam http://www.bisnis.com/articles/industri-penerbitan-hadapi-masalah-klasik-1 diakses pada
tanggal 22 November 2012 jam 00.37

9

buku elektronik yang mudah di temukan di internet. Tapi di lain sisi keuntungan
yang didapat oleh pembeli yang tidak merogoh kocek lagi dalam pembelian buku.
Karena hanya dengan mengakses internet pembeli buku sudah bisa mendapatkan
buku yang dia inginkan, walaupun hanya sedikit buku terbitan indonesia yang
terdapat pada internet. Maka dari itu pada era sekarang perlunya strategi yg kuat
dalam kemunduran bagi para penerbit dalam mengatasi kemajuan dunia virtual.

DAFTAR PUSTAKA
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Penerbit diakses pada tanggal 19 November
2012 jam 01.12
10

Dalam http://www.sejarah.indah.web.id/2011/11/sejarah-perkembangan-buku- didunia-dan.html Di akases pada tanggal 20 November 2012 jam 10.28
Dalam http:// arizona.openrepository.com/arizona/bitstream/10150 /106413 /1/95.
Poster-Ike_Iswary_Lawanda_pp651-654_.pdf pada tanggal 22 November
2012 jam 14.24
Dalam http://www.bisnis.com/ articles/industri-penerbitan-hadapi-masalah-klasik1 diakses pada tanggal 22 November 2012 jam 00.37
Dalam http://www2.kompas.com/ kompas –cetak/ 0311 /15/ pustaka /688310.html
Diakses pada tanggal 19 November 2012 jam 22.30
Dalam http://arif-nhisco.blogspot.com /2009/04/sejarah – penerbitan -islam. html
diakses pada tanggal 19 November 2012 jam 00.17
Lasa Hs. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Sardar, Ziauddin dan Zafar Abbas Malik. 2001 Mengenal Islam For Beginners.
Bandung: Mizan.
Fadjar, Abdullah. 2006. Khasanah Islam Indonesia. Jakarta: The Habibie Center.
Esposito, John L. 2001. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern. Bandung:
Mizan.
Dalam skripsi yang berjudul Perkembangan Buku Literatur oleh Ceria Isra
Ningtyas FIB Universitas Indonesia, 2008.

11

Widjanarko, Putut dan Karlina Leksono. 2000. Elegi Gutenberg: memposisikan
buku di era cyberspace. Bandung: Mizan
Fadjar, H. A. Malik. 1990. Buku Agama dan Pengaruh Sosialnya. Jakarta:
Yayasan Buku Utama.
Pendit, Putu Laxman. 2007. Mata membaca kata bersama: kumpulan esai tentang
buku, membaca dan keberaksaraan. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri.
Damanik, Ali Said. 2002. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun
Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju

12