PENETAPAN HARGA DALAM ekonomi ISLAM

‫‪PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM‬‬
‫‪A. HADIS TAS’IR‬‬
‫‪a. Hadis shahih‬‬
‫عنن‬
‫ح م عماحد نبحن عسل ععمعة أ ع ن‬
‫خعبعرعنا عثالب د‬
‫ح م عدعثعنا ح‬
‫عنن أ عن علس نبلن عمال لكك عوقععتاعدحة عو ح‬
‫حعميندد ع‬
‫ت ع‬
‫ح م عدعثعنا ع‬
‫ح م عدعثعنا ع‬
‫ع م عفاحن ع‬
‫عثنعماحن نبحن أ علبي عشينعبعة ع‬
‫‪ -١‬ع‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ع‬

‫ل‬
‫ل‬
‫ح‬
‫ع‬
‫عل عينله عوعسل م ععم إل معن الل م ععه حهعو ال نحمعسلمعحر ال نعقالبحض‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫لى‬
‫ص‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫ل‬
‫سو‬
‫ر‬
‫ل‬
‫قا‬
‫ف‬
‫ع‬

‫نا‬
‫ل‬
‫ر‬
‫ع‬
‫س‬
‫ف‬
‫ع‬
‫ر‬
‫ع‬
‫س‬
‫ال‬
‫لا‬
‫غ‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫ل‬
‫سو‬
‫ر‬
‫يا‬

‫س‬
‫نا‬
‫ال‬
‫ل‬
‫قا‬
‫س‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ع‬
‫م‬
‫م‬
‫م‬
‫م‬
‫أ عن ع ك‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ع‬

‫ح ع‬
‫ع‬
‫م نح ع من‬
‫ع ح‬
‫م ح ع ع ح‬
‫حدد لمن نك حنم ي ح ع‬
‫طال لحبلني لبعمظ نل ععمكة لفي عدكم عوعلا عماكل‬
‫ال نعبالسطح ال معرالزحق عوإللمني ل عأ عنرحجو أ عنن أ عل نعقى الل م ععه عول عينعس أ ع ع‬
‫‪Diriwayatkan dari Anas RA, sahabat berkata “ Ya Rasulullah harga-harga‬‬
‫‪barang. Maka Rasululah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha‬‬
‫‪Menetapkan harga, yang Yang Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan‬‬
‫‪Yang Memberikan rezeki. Aku sangat berharap bisa bertemu Allah SWT‬‬
‫‪tanpa seorang pun dari kalian yang menuntutku dengan tuduhan kedzaliman‬‬
‫‪dalam darah dan harta.‬‬
‫ل صلى ال عليه‬
‫عنهلد عرحسولل ا ل‬
‫عنن قععتاعدعة ‪ ،‬عوعثالب ك‬
‫عنن أ عن علس نبلن عمال لكك ‪ ،‬عقاعل‪ :‬ع‬
‫ت ‪ ،‬عو ح‬
‫ععلى ع‬

‫غل ع اللمسنعحر لبال نعملدين علة ع‬
‫حعمينكد ‪ ،‬ع‬
‫‪ -٢‬ع‬
‫ل صلى ال عليه وسلم ‪ :‬إل معن الل م ععه حهعو‬
‫غل ع اللمسنعحر ‪ ،‬عفعسلمعنر ل ععنا ‪ ،‬عفعقاعل عرحسوحل ا ل‬
‫وسلم ‪ ،‬عفعقاعل ال معناحس ‪ :‬عيا عرحسوعل ا ل‬
‫ل‪ ،‬ع‬
‫حدد لمن نك حنم ي عط نل ححبلني لبعمظ نل لععمكة لفي عدكم عول ع عماكل‪.‬‬
‫ال نحمعسلمعحر ال نعقالبحض ال نعبالسطح ال معر م عزاحق ‪ ،‬إللمني ل عنرحجو أنن أ عل نعقى الل م ععه ‪ ،‬ع‬
‫عمزع عوعج م عل ‪ ،‬عول عينعس أ ع ع‬
‫‪Diriwayatkan dari Anas RA, pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW,‬‬
‫‪harga-harga barang naik di kota Madinah, kemudian para sahabat meminta‬‬
‫‪Rasulullah‬‬
‫‪SAW‬‬
‫‪menetapkan‬‬
‫‪harga.‬‬
‫‪Maka‬‬
‫‪Rasululah‬‬
‫‪bersabda:‬‬
‫‪Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha Menetapkan harga, yang Yang‬‬

‫‪Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan Yang Memberikan rezeki. Aku‬‬
‫‪sangat berharap bisa bertemu Allah SWT tanpa seorang pun dari kalian yang‬‬
‫‪menuntutku dengan tuduhan kedzaliman dalam darah dan harta.‬‬
‫‪b. Hadis Dai’f‬‬
‫‪ -١‬باب ذكر سبب الغلء والرخص فيه عن على وأنس‪ :‬فأما حديث على عليه السلم‪ :‬فأنبأنا محمد بن عبدالملك‬
‫أنبأنا عبد الصمد ابن المأمون أنبأنا الدار قطني حدثنا أحمد بن عيسى بن على الخواص حدثنا سفيان ابن زياد بن‬
‫آدم حدثنا عبدال بن علج الموصلي حدثنى أبى عن محمد بن على ابن الحسين عن أبيه عن جده عن على‬
‫عليه السلم قال‪ " :‬غل السعر بالمدينة فذهب أصحاب النبي صلى ال عليه وسلم إلى النبي صلى ال عليه‬
‫وسلم فقالوا‪ :‬يا رسول ال غل السعر فسعر‪ ،‬فقال‪ :‬إن ال عزوجل هو المعطى وهو المانع وإن ل ملكا اسمه‬
‫عمارة على فرس من حجارة الياقوت طوله مد بصره ويدور في المصار ويقف في السواق‪ ،‬فينادى‪ :‬أل ليغلو كذا‬
‫وكذا‪ ،‬أل ليرخص كذا وكذا "‪.‬‬
‫‪B. Kosa kata‬‬
‫ععلى حمنععتاده‬
‫) ع‬
‫ي ا لنرتعفععع ع‬
‫غعلا اللمسنعر ( أ ع ن‬
‫‪harga naik diatas kebiasaan‬‬
‫ععلى عونزن ا لنسم ال نعفا ل‬
‫عل لمنن التمعنسلعير‬
‫) إل معن ال م عله حهعو ال نحمعسلمعر ( ع‬

‫‪(ikut wazan isim fa’il dari kara kata tas’ir ( penetapan harga‬‬
‫ععلى عمنن عشاعء عما عشاعء عكنيف عشاعء عوحمعولمسعه ‪.‬‬
‫ي حمعض مليق اللمرنزق عو ع‬
‫غنيره ع‬
‫) ال نعقالبض ال نعبالسط (أ ع ن‬
‫‪Yang menyempitkan rizki dll atas segala sesuatu yang dikehendakinya‬‬
‫‪C. Pembahasan‬‬
‫‪1. Pendapat ulama‬‬
‫‪Hadits tersebut mengandung pengertian mengenai keharaman penetapan harga‬‬
‫‪(termasuk upah dalam transaksi persewaan atau perburuhan) walau dalam keadaan‬‬
‫‪harga-harga sedang naik, karena jika harga ditentukan murah akan dapat menyulitkan‬‬
‫‪pihak penjual. Sebaliknya, menyulitkan pihak pembeli jika harga ditentukan mahal.‬‬

Sementara penyebutan darah dan harta pada hadis tersebut di atas hanya merupakan
kiasan.
Selain itu, karena harga suatu barang adalah hak pihak yang bertransaksi maka
kepadanya merekalah diserahkan fluktuasinya. Karenanya, imam atau penguasa tidak
layak untuk mencampuri haknya kecuali jika terkait dengan keadaan bahaya terhadap
masyarakat umum sebagaimana yang akan kami jelaskan.
Menurut madzhab Syafi'i, penguasa tidak berhak untuk menetapkan harga, biarkan

masyarakat menjual dagangan mereka sebagaimana yang mereka inginkan. Bahkan
penetapan tersebut dikatakan sebagai tindakan zhalim. Hal ini mengingat, bahwa
masyarakat itu sebagai pihak yang menguasai harta mereka, dan penetapan harga
merupakan belenggu terhadap mereka. Penguasa memang diperintahkan untuk
melindungi maslahat umat Islam namun tidaklah pandangannya pada kemaslahatatan
pembeli dengan memurahkan harga itu lebih utama dibandingkan pandangannya pada
kemaslahatan penjual dengan menaikkan harga.
Sementara itu Imam Malik berpendapat sebaliknya, bahwa penguasa berhak
menetapkan harga. Penetapan harga pada masyarakat itu boleh dilakukan jika
dikhawatirkan pelaku pasar akan menafsirkan ketaatan kaum muslimin kepada
"mekanisme pasar" dengan penafsiran yang negatif atau disalahgunakan.
Semua ulama berdasarkan dzahir hadis di atas memang tidak memperbolehkan
penetapan harga kepada siapapun. Namun yang benar adalah bahwa penetapan harga
itu dibolehkan. Parametenya adalah berdasarkan kepada undang-undang yang tidak
memuat kezhaliman terhadap pihak-pihak yang terkait, dan undang-undang tersebut
diperoleh dengan memperhatikan waktu dan fluktuasi, serta situasi dan keadaan
masyarakat.
Asy-Syaukani menyatakan, hadis ini dan hadis yang senada dijadikan dalil bagi
pengharaman pematokan harga dan bahwa ia (pematokan harga) merupakan suatu
kezaliman (yaitu penguasa memerintahkah para penghuni pasar agar tidak menjual

barang barang mereka kecuali dengan harga yang sekian, kemudian melarang mereka
untuk menambah ataupun mengurangi harga tersebut). Alasannya bahwa manusia
dikuasakan atas harta mereka sedangkan pematokan harga adalah pemaksaan
terhadap mereka. Padahal seorang imam diperintahkan untuk memelihara
kemashalatan umat Islam. Pertimbangannya kepada kepentingan pembeli dengan
menurunkan harga tidak lebih berhak dari pertimbangan kepada kepentingan penjual
dengan pemenuhan harga. Jika kedua persoalan tersebut saling pertentangan, maka
wajib memberikan peluang kepada keduanya untuk berijtihad bagi diri mereka
sedangkan mengharuskan pemilik barang untuk menjual dengan harga yang tidak
disetujukan.
2. Pembahasan menurut ekonomi salaf
Ibnu Qudamah menganalisis bahwa penetapan harga juga mengindasikan pengawasan
atas harga tak menguntungkan. Ia berpendapat bahwa penatapan harga akan
mendorong harga menjadi lebih mahal. Sebab jika pandangan dari luar mendengar
adanya kebijakan pengawasan harga, mereka tak akan mau membawa barang
dagangannya ke suatu wilayah di mana ia dipaksa menjual barang dagangannya di luar
harga yang dia inginkan. Para pedagang lokal yang memiliki barang dagangan, akan
menyembunyikan barang dagangan. Para konsumen yang membutuhkan akan
meminta barang barang dagangan dan membuatkan permintaan mereka tak bisa
dipuaskan, karena harganya meningkat. Harga meningkat dan kedua pihak menderita.

Para penjual akan menderita karena dibatasi dari menjual barang dagangan mereka

dan para pembeli menderita karena keinginan mereka tidak bisa dipenuhi. Inilah
alasannya kenapa hal itu dilarang
Ibnu Taimiyah menguji pendapat-pendapat dari keempat mazhab itu, juga pendapat
beberapa ahli fiqih, sebelum memberikan pendapatnya tentang masalah itu.
Menurutnya “kontroversi antar para ulama berkisar dua poin: Pertama, jika terjadi harga
yang tinggi di pasaran dan seseorang berusaha menetapkan harga yang lebih tinggi
dari pada harga sebenarnya, perbuatan mereka itu menurut mazhab Maliki harus
dihentikan. Tetapi, bila para penjual mau menjual di bawah harga semestinya, dua
macam pendapat dilaporkan dari dua pihak. Menurut Syafi’i dan penganut Ahmad bin
Hanbal, seperti Abu Hafzal-Akbari, Qadi Abu ya’la dan lainnya, mereka tetap
menentang berbagai campur tangan terhadap keadaan itu
dari perbedaan pendapat antar para ulama adalah penetapan harga maksimum bagi
para penyalur barang dagangan (dalam kondisi normal), ketika mereka telah memenuhi
kewajibannya. Inilah pendapat yang bertentangan dengan mayoritas para ulama,
bahkan oleh Maliki sendiri. Tetapi beberapa ahli, seperti Sa’id bin Musayyib, Rabiah bin
Abdul Rahman dan yahya bin sa’id, menyetujuinya. Para pengikut Abu Hanifah berkata
bahwa otoritas harus menetapkan harga, hanya bila masyarakat menderita akibat
peningkatan harga itu, di mana hak penduduk harus dilindungi dari kerugian yang

diakibatkan olehnya
Berbeda dengan kondisi musim kekeringan dan perang, Ibnu Taimiyah
merekomendasikan penetapan harga oleh pemerintah ketika terjadi ketidaksempurnaan
memasuki pasar. Misalnya, jika para penjual (arbab al-sila) menolak untuk menjual
barang dagangan mereka kecuali jika harganya mahal dari pada harga normal (alqimah al-ma’rifah) dan pada saat yang sama penduduk sangat membutuhkan barangbarang tersebut, merekadiharuskan menjualnya pada tingkat harga yang setara, contoh
sangat nyata dari ketidaksempurnaan pasar adalah adanya monopoli dalam
perdagangan makanan dan barang-barang serupa. Dalam kasus seperti itu, otoritas
harus menetapkan harganya (qimah al-mithl) untuk penjualan dan pembelian mereka.
Pemegang monopoli tak boleh dibiarkan bebas melaksanakan kekuasaannya,
sebaliknya otoritas harus menetapkan harga yang disukainya, sehingga melawan
ketidakadilan terhadap penduduk
3. Menurut ekonomi modern
Secara teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan
modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga
keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran
(suplai) dalam suatu persaingan sempurna, hanya saja dalam perekonomian modern
teori dasar ini berkembang menyadi kompleks karena adanya diversifikasi pelaku pasar,
produk, mekanisme perdagangan, instrumen, maupun perilakunya,yang mengakibatkan
terjadinya distorsi pasar

Fenomena kenaikan harga sangat rentan terhadap jalan perekonomian, dimana
tingkat harga mempunyai korelasi yang siqnifikan terhadap kemampuan masyarakat
dalam mempertahankan hidup. Dalam teori kuantitas membedakan sumber kenaikan
harga secara umum atau inflasi menjadi dua, yakni teori demand pull inflation dan cost
push inflation. Demand full inflation terjadi karena adanya kenaikan permintaan
agregatif dimana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full
employment). Cost push inflation terjadi karena kenaikan harga faktor produksi sampai
pada jumlah tertentu.
4. Diperbolehkannya Ta’sir
Meskipun dalam berbagai kasus dibolehkan mengawasi harga, tapi dalam seluruh
kasus tak disukai keterlibatan pemerintah dalam menetapkan harga. Mereka boleh
melakukannya setelah melalui perundingan, diskusi dan konsultasi dengan penduduk
yang berkepentingan. Dalam hubungannya dengan masalah ini, Ibnu Taimiyah
menjelaskan sebuah metode yang diajukan pendahulunya, Ibnu Habib, menurutnya,
Imam (kepala pemerintahan), harus menjalankan musyawarah dengan para tokoh
perwakilan dari pasar (wujuh ahl al-suq). Pihak lain juga diterima hadir dalam
musyawarah ini, karena mereka harus juga dimintai keterangannya. Setelah melakukan
perundingan dan penyelidikan tentang pelaksanaan jual beli, pemerintah harus secara
persuasif menawarkan ketetapan harga yang didukung oleh peserta musyawarah, juga
seluruh penduduk. Jadi, keseluruhannya harus bersepakat tentang hal itu, harga itu tak
boleh ditetapkan tanpa persetujuan dan izin mereka.
Untuk menjelaskan tujuan gagasan membentuk komisi untuk berkonsultasi, ia mengutip
pendapat ahli fikih lainnya, Abu al-Walid, yang menyatakan, “Logika di balik ketentuan
ini adalah untuk mencari –dengan cara itu- kepentingan para penjual dan para pembeli,
dan menetapkan harga harus membawa keuntungan dan kepuasan orang yang
membutuhkan penetapan harga (penjual) dan tidak mengecewakan penduduk (selaku
pembeli). Jika harga itu dipaksakan tanpa persetujuan mereka (penjual) dan membuat
mereka tidak memperoleh keuntungan, penetapan harga seperti itu berarti korup,
mengakibatkan stok bahan kebutuhan sehari-hari akan menghilang dan barang-barang
penduduk menyadi hancur.

Daftar pustaka
Fadl, Abi. Al-Musnad al-Jami’ http://www.al-islam.com
Al-Maudu’at, http://www.al-islam.com
Tazkiroh al-mauduat, http://www.al-islam.com
http://www.nu.or.id
http://www.msi-uii.net