HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN dalam

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
HAK PASIEN
Sebagai pasien, penting bagi anda untuk secara aktif bekerja sama dan
berpartisipasi dalam proses pengobatan adalah untuk mencapai hasil
kesehatan yang baik. Rumah Sakit kami berpegang pada konsep
"Memberika Layanan Terbaik pada Pasien" , yang didedikasikan untuk
menyediakan perawatan berkualitas tinggi pada pasien. Hak dan
kewajiban anda sebagai pasien adalah sebagai berikut:
1.

Pasien rumah sakit modern memiliki hak untuk dilayani dengan
sopan. Anda akan mendapat perlakuan yang sama walaupun ras,
agama, jenis kelamin, kebangsaan, agama, latar belakang budaya,
orientasi seksual, anda berbeda.
2.
Dalam kasus darurat,tanpa penanganan yang tepatmaka akan
membahayakan nyawa atau menyebabkan kecacatan. Pasien berhak
untuk mendapatkan perawatan yang cepat, terlepas dari apakah
mereka memiliki kemampuan untuk membayar biaya pengobatan.
3.
Pasien rumah sakit modern berhak bertanya dan mendapatkan

respon yang tepat waktu.
4.
Kecuali untuk kebutuhan untuk perawatan, pasien tidak boleh
dikenakan segala bentuk pengekangan fisik.
5.
Setiap informasi tentang pasien dan catatan medis adalah masalah
privasi pribadi, pasien berhak atas perlindungan agar rumah sakit
tidak membuka informasi medis terkait.
6.
Pasien rumah sakit modern memiliki hak untuk mendapatkan
diagnosis, pengobatan, dan rincian tentang operasi. Hal ini termasuk
manfaat dari pengobatan yang diberikan, risiko, dan terapi alternatif
lainnya. Dokter harus menggunakan bahasa sederhana untuk
memberitahukan pasien dengan informasi yang relevan bila
diperlukan.
7.
Pasien berhak untuk mengetahui cara atau pilihan pengobatan
lainnya.
8.
Pasien memiliki hak untuk memahami aturan dan informasi,

termasuk informasi tentang keuangan.
9.
Pasien berhak untuk meminta dan menerima penjelasan rinci
tentang biaya medis yang diterima.
10. Pasien rumah sakit modern berhak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan pelayanan medis.
11. Sebelum pengobatan pasien berhak memutuskan untuk mengubah
arah rencana perawatan (sesuai dengan hukum yang berlaku). Dokter
diharuskan memberi tahu pasien konsekuensi medis yang mungkin
timbul karena perubahan tersebut. Pasien memiliki hak untuk menolak
pengobatan setelah diberitahu konsekuensi dari pengobatan tersebut.

12. Anggota keluarga pasien berhak berpartisipasi untuk menolak atau
menentukan program-program medis mereka. Pasien juga memiliki
hak untuk mengundang anggota keluarga atau orang terdekat dalam
pemilihan program medis.
13. Pasien rumah sakit modern berhak untuk melihat catatan medisi,
pasien juga berhak untuk mendapatkan salinan catatan medis rumah
sakit. Rumah sakit menyediakan data pasien medis dalam record
pengarsipan untuk seumur hidup, hal ini untuk melindungi privasi

pasien dan memberikan layanan medis yang lebih baik.
KEWAJIBAN PASIEN
1.
Pasien & keluarga pasien diharuskan memberikan informasi, kondisi
& catatan sakit sebelumnya. Sewaktu informasi penting (alamat , no
telp ,dll) berubah, pasien wajib menghubungi & memberitahu pihak
rumah sakit.
2.
Pasien wajib menandatangani "Perjanjian Pertanggungjawaban
Keuangan" dan "Konfirmasi Persetujuan".
3.
Pasien wajib membayar semua biaya pengobatan dan lain-lain
selama masa pengobatan & perawatan.
4.
Asuransi dan pembayar pihak ketiga tidak membayar biaya
pengobatan dan deposito. Pasien sendiri yang wajib membayar .
5.
Pasien diharuskan mengetahui keadaan sakit nya dan program
pengobatan nya.
6.

Pasien dan keluarga pasien berkewajiban bekerjasama
melaksanakan dan menyetujui program-program pengobatan yang
diberikan.
7.
Pasien dan keluarga pasien berkewajiban mematuhi peraturanperaturan rumah sakit, terutama mengenai keselamatan pasien.
8.
Pasien dan keluarga pasien wajib menghormati hak dan kepentingan
pasien lainnya.
9.
Pasien dan keluarga pasien wajib datang pada waktu reservasi yang
dijanjikan atau memberitahukan lebih awal bila membatalkan waktu
reservasi yang telah ditentukan sebelumnya.
10. Pasien dan keluarga pasien wajib menyimpan dengan baik barangbarang berharga masing-masing.
11. Jika pasien dan keluarga pasien menolak menerima pengobatan dan
tidak mematuhi perintah dokter, pasien wajib menandatangani
persetujuan konfirmasi yang relevan, dan menerima konsekuensi dari
hal tersebut.

REKAM MEDIS (PERMENKES NO:
269/MENKES/ PER/III/2008)

Juni 7, 2010 oleh agungrakhmawan
Informasi bagi sejawat Dokter dan dokter gigi serta pelaksana pelayanan kesehatan bahwa
Peraturan Menteri Kesehatanh No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis telah berlaku
secara

efektif

sejak

12

Maret

2009.

Peraturan

ini

menggantikan


Permenkes

No.

749a/Menkes/Per/XII/1989 (tentang rekam medis). Karena itu ringkasan peraturan No 269/2008
tentang rekam medis ini saya posting agar dapat menjadi pedoman bagi kita semua.
Definisi Rekam Medis
Dalam Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah
diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakantindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan. Sedangkan dokumen
adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan
penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto
radiologi, gambar pencitraan (imaging). dan rekaman elektro diagnostik.
Rekam Medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas dan dalam bentuk teknologi Informasi
elektronik yang diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.
Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
Catatan-catatan tersebut sangat penting dalam pelayanan bagi pasien karena dengan data yang
lengkap


dapat

memberikan

informasi

dalam

menentukan

keputusan,

baik

pengobatan,

penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam
medis sesuai peraturan yang berlaku.
Isi Rekam Medis /medical record

Data-data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk pasien yang diperiksa di
unit rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Setiap pelayanan apakah itu di rawat jalan, rawat
inap dan gawat darurat dapat membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:
1.

Rekam

Medis

Pasien

Rawat

Jalan

Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya
antara lain:

2.


1.

Identitas Pasien

2.

Tanggal dan waktu.

3.

Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

4.

Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.

5.

Diagnosis


6.

Rencana penatalaksanaan

7.

Pengobatan dan atau tindakan

8.

Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

9.

Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan

10.

Persetujuan tindakan bila perlu.


Rekam

Medis

Pasien

Rawat

Inap

Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya
antara lain:
1.

Identitas Pasien

2.

Tanggal dan waktu.

3.

Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

4.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

5.

Diagnosis

6.

Rencana penatalaksanaan / TP (treatment planning)

7.

Pengobatan dan atau tindakan

8.

Persetujuan tindakan bila perlu

9.

Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan

10.

Ringkasan pulang (discharge summary)

11.

Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.

3.

12.

Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu dan

13.

Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

Rekam

Medis

Pasien

Gawat

Darurat

Data untuk pasien gawat darurat yang harus dimasukkan dalam medical record
sekurang-kurangnya antara lain:
1.

Identitas Pasien

2.

Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan

3.

Identitas pengantar pasien

4.

Tanggal dan waktu.

5.

Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

6.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

7.

Diagnosis

8.

Pengobatan dan/atau tindakan

9.

Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut.

10.

Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.

11.

Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan
ke sarana pelayanan kesehatan lain dan

12.

Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Khusus isi rekam medis pasien akibat bencana maka ditambahkan
1.

jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan;

2.

kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan

3.

identitas orang yang menemukan pasien;

Rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis dapat dikembangkan
sesuai

kebutuhan

Rekam medis yang dibuat dalam pelayanan di ambulance atau pengobatan masal sama seperti
rekam

medis

gawat

darurat

dan

rekam

medis

disimpan

di

sarana

kesehatan.

Rekam medis harus segera dibuat dan dilengkapi oleh dokter dan dokter gigi setelah memberikan
pelayanan.
Ringkasan

Pulang

(discharge

summary)

atau

resume

medis

Harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien. Isi ringkasan pulang
sekurang-kurangnya memuat:
1.

identitas pasien;

2.

diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;

3.

ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan
tindak lanjut; dan

4.

nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan
kesehatan.

Contoh Data Identitas Pasien antara lain:
-

Nama :

-

Jenis Kelamin :

-

Tempat Tanggal lahir :

-

Umur :

-

Alamat :

-

Pekerjaan :

-

Pendidikan :

-

Golongan Darah :

-

Status pernikahan :

-

Nama orang tua :

-

Pekerjaan Orang tua :

-

Nama suami/istri :

Penyelenggaraan Rekam Medis
Pembuatan

rekam

medis

dilaksanakan

melalui

pencatatan

dan

pendokumentasian

hasil

pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter,
dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung.
Bila terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan
pembetulan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi
paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
Dokter,

dokter

gigi

atau

tenaga

kesehatan

bertanggungjawab

atas

pencatatan

atau

pendokumentasian pada rekam medis.
Penyimpanan
Masa simpan rekam medis disarana rumah sakit adalah selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal terakhir pasien mendapat perawatan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan
selama

10

(sepluh)

tahun.

Sedangkan masa simpan disarana kesehatan selain rumah sakit adalah 2 (dua) tahun.
Setelah batas waktu tersebut, maka rekam medis dapat dimusnahkan dengan mengikuti aturan
yang telah ditentukan untuk pemusnahan dokumen.
Kerahasiaan Rekam Medis
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan
tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan dapat dibuka dalam hal:
1.

untuk kepentingan kesehatan pasien;

2.

memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan;

3.

permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;

4.

permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan

5.

untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien.

Permintaan rekam medis untuk tujuan tersebut diatas harus dilakukan secara tertulis kepada
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Kepemilikan, Pemanfaatan dan Tanggung jawab.
Kepemilikan

Rekam

Medis

Berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan sedangkan isi rekam medis
merupakan milik pasien. Apabila pasien meminta isi rekam medis maka dapat diberikan dalam
bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh
pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien
yang berhak untuk itu.

Pemanfaatan rekam medis
1.

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

2.

alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi
dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;

3.

keperluan pendidikan dan penelitian;

4.

dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan

5.

data statistik kesehatan.

Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pedidikan dan penelitian yang menyebutkan identitas
pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga
kerahasiaannya.
Pemanfaatan

rekam

medis

untuk

kepenluan

pendidikan

dan

penelitian

tidak

diperlukan

persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.
Tanggung Jawab
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau
penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis.

Rekam Medis (Menurut Permenkes
no.269/2008 & UU no.29/2004) Maret 6, 2008
Posted by teknosehat in HUKUM KESEHATAN, Rekam Medik.
trackback

Rekam Medis (Menurut Permenkes no.269/2008 & UU no.29/2004)
Dr. Wila Ch. Supriadi, S.H.
Guru Besar Hukum Kesehatan Unika Parahyangan Bandung
Rekam medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang pasien yang berisi identitas,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis lain pada sarana pelayanan kesehatan untuk rawat
jalan, rawat inap baik dikelola pemerintah maupun swasta.
Setiap sarana kesehatan wajib membuat rekam medis, dibuat oleh dokter dan atau tenaga
kesehatan lain yang terkait, harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima
pelayanan, & harus dibubuhi tandatangan yang memberikan pelayanan.
Tata Cara Penyelenggaraan
– Pembetulan kesalahan dilakukan pada tulisan yang salah, diberi paraf oleh petugas yang
bersangkutan.
– Menghapus tulisan dengan cara apa pun juga tidak diperbolehkan

– Penyimpanan lima tahun sejak pasien terakhir berobat, setelah lima tahun dapat dimusnahkan,
sesuai tata cara pemusnahan ditetapkan oleh dirjen & tata cara pemusnahan arsip yang baku.
– Dapat dilakukan penyimpanan khusus dan ditempatkan tersendiri
– Rekam medis disimpan oleh petugas khusus yang ditunjuk oleh pempinan sarana kesehatan
– Berkas rekam medis milik sarana kesehatan
– Isi rekam medis milik pasien
– Wajib dijaga kerahasiaannya
– Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan dengan izin tertulis dari pasien
– Pimpinan sarana kesehatan bertanggungjawab atas kerusakan, kehilangan, pemalsuan, &
penyalahgunaan oleh orang/badan yang tidak berhak
Pemanfaatan Rekam Medis
– Dasar pemeliharaan kesehatan pasien
– Bahan pembuktian dalam perkara hukum
– Bahan penelitian & pendidikan
– Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
– Bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan
Isi rekam medis:
Rawat jalan: Identitas; anamnese; diagnosis & tindakkan pengobatan
Rawat inap: identitas; anamnese; riwayat penyakit; hasil pemeriksaan laboratorik; diagnosis;
persetujuan tindakan medik; pengobatan; catatan perawat; catatan observasi klinis & hasil
pengobatan; resume akhir & evaluasi pengobatan
Pengorganisasian
– Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan tata kerja organisasi sarana kesehatan
– Pimpinan sarana kesehatan wajib membina
– Pengawasan oleh Dirjen
– Sanksi teguran sampai dengan pencabutan izin praktik
Wajib membuat Rekam Medis
– Sengaja tidak membuat rekam medis diancam dengan hukuman penjara maks 1 tahun atau
denda 50 juta
– Harus segera dilengkapi segera setelah selesai tindakan medis
– Dibubuhan nama, waktu dan ditandatangani
– Wajib dijaga kerahasiaannya oleh dokter dan sarana kesehatan
Pelaksanaan di lapangan
– Pasien berhak mendapatkan copy rekam medis
– Dijaga kerahasiaannya, bahkan sampai pasien meninggal dunia. Jika pasien meninggal dunia,
maka keluarga tidak berhak untuk meminta rekam medis
– Untuk kepentingan penelitian, dapat diberikan, namun tanpa identitas
– Apabila sudah menjadi perkara baru dapat diberikan kepada penegak hukum

– Dasar dari pengaduan dan gugatan pasien hanya melalui rekam medis
– Pasien atau pengacara pasien sulit membaca rekam medis, harus dibaca oleh dokter
– Belum tentu dokter lain juga dapat membaca rekam medis dari dokter
– Dokter menggunakan Rekam medis untuk pembuktian kasus yang menimpa dirinya? (rahasia
pasien?)
– Rekam medis lengkap dan tidak lengkap ukurannya adalah apabila semua yang ditentukan telah
dilakukan.
– Berkas rekam medis hilang, maka yang bertanggungjawab adalah petugas yang menjaga arsip
rekam medis, sanksinya cukup berat, dapat dikatagorikan menghilangkan barang bukti
– Penghapusan rekam medis, dapat dikategorikan sebagai pemalsuan, jadi kalau salah tulis hanya
dapat dibetulkan pada saat itu, dengan cara mencoret yang salah dan dibubuhkan paraf
Sekali ditulis tidak dapat diperbaiki kemudian
– Pemeriksaan penunjang, selalu diberikan kepada pasien, karena adanya pendapat itu milik pasien
Apabila dilakukan harus ditulis hasilnya diberikan kepada pasien. Masalah timbul apabila pasien
menghilangkan hasil pemeriksaan tersebut.
Berkas Rekam Medis di Pengadilan
– Rekam medis bukan akta otentik
– Pembuktian di pengadilan, masih memerlukan interpretasi
– Jadi rekam medis dapat digunakan untuk pembuktian, namun masih tetap saja dapat
diperdebatkan
– Berguna untuk dokter, sedikit gunanya untuk pasien
Rahasia Kedokteran/rahasia jabatan (Pasal 322 KUHP)
– Hak dokter untuk menolak hadir di pengadilan
– Pengajuan keberatan pada hakim
– Hakim memutuskan ditolak/dikabulkan
Arti Rekam Medis
– Banyak dokter yang tidak menyadari pentingnya rekam medis
– Harus disadari bahwa rekam medis harus dibuat dan tidak membuat rekam medis adalah tindak
pidana kejahatan
– Harus lengkap, sebab dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan
– Rekam medis yang tidak lengkap akan menyulitkan dokter dalam perkara dengan pasien baik di
luar maupun di dalam pengadilan
– Meskipun yang harus membuktikan pasien, apabila rekam medis tidak lengkap dapat membuka
interpretasi adanya kelalaian yang dilakukan oleh dokter
– Rekam medis diisi oleh banyak pihak, semua pihak harus menyadari pentingnya rekam medis
secara keseluruhan
– Selain berisi catatan, berkas rekam medis juga terdiri dari hasil pemeriksaan penunjang
– Hasil pemeriksaan penunjang sebaiknya dijadikan satu dengan berkas rekam medis, kecuali

diminta dengan oleh pasien
– Apabila pasien meminta, maka menjadi tanggungjawab pasien, hanya berkas pendapat ahli
(interpretasi) harus disimpan oleh sarana kesehatan
– Berkas rekam medis yang lengkap sangat membantu dokter atau rumah sakit dalam proses
pembuktian perkara baik di luar pengadilan, mau pun di dalam pengadilan, bahkan dapat
membuat pasien mengerti akan semua tindakan medis yang dilakukan oleh dokter.

Hak Pasien dan Keluarganya Atas
Rekam Medis
Saya ingin menanyakan bagaimana dan ke mana saya harus mengajukan keberatan ketika pihak
Rumah Sakit tidak mau memberikan data rekam medis? Sedangkan, pasiennya adalah anggota
keluarga saya.
ARIF AHMAD



Jawaban:
TRI JATA AYU PRAMESTI, S.H.

Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Pengaturan mengenai rekam medis dapat kita jumpai dalam Pasal 46 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (“UU
Praktik Kedokteran”) yang mengatakan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Arti rekam medis itu
sendiri menurut penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Lebih lanjut, dalam Pasal 47 UU Praktik Kedokteran diatur bahwa:
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan
dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan
sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Hak pasien atas isi rekam medis ini juga ditegaskan dalam Pasal 52 UU Praktik
Kedokteran:
“Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai
hak:
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d. menolak tindakan medis; dan
e. mendapatkan isi rekam medis.”
Rumah sakit juga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan rekam medis sebagaimana
diatur dalam Pasal 29 ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (“UU Rumah Sakit).
Masih berkaitan dengan hak pasien, sebagaimana yang pernah dijelaskan dalam
artikel Hak Pasien Atas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, pasien adalah
konsumen. Oleh karena itu, hak-hak pasien sebagai konsumen juga dilindungi
oleh Undang-Undang
Nomor
8
Tahun
1999
tentang
Perlindungan
Konsumen (“UU Perlindungan Konsumen”). Penjelasan lebih lanjut mengenai apa saja
hak-hak pasien dapat Anda simak dalam artikel tersebut.
Adapun mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis (“Permenkes 269/2008”). Pasal ini mengatakan bahwa isi rekam
medis merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam medis.
Lebih lanjut, dalam Pasal 12 ayat (4) Permenkes 269/2008 dijelaskan bahwa
ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy olehpasien atau orang yang
diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak
untuk itu.
Dari bunyi pasal Pasal 12 ayat (4) Permenkes 269/2008 dapat diketahui bahwa yang
berhak mendapatkan ringkasan rekam medis adalah:
a. Pasien
b. Keluarga pasien
c. Orang yang diberi kuasa oleh pasien atau keluarga pasien
d. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga pasien
Permenkes 269/2008 ini tidak mengatur siapa saja yang dimaksud dengan keluarga di
sini. Aturan tersebut tidak mengatakan siapa anggota keluarga yang bisa mendapatkan
ringkasan rekam medis atau yang dapat memberikan persetujuan tertulis kepada orang
lain untuk mendapatkan ringkasan medis tersebut.

Akan tetapi, untuk mengetahui anggota keluarga yang dimaksud kita dapat mengacu
pada UU Praktik Kedokteran dalam pasal yang mengatur tentang persetujuan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi. Pasal yang dimaksud adalah Pasal 45 ayat (1) UU
Praktik Kedokteran yang berbunyi:
“Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.”
Menurut penjelasan Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, pada prinsipnya
yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien
yang bersangkutan. Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah
pengampuan (under curatele), persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat
diberikan oleh keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu kandung, anakanak kandung atausaudara-saudara kandung.
Apabila kedudukan Anda termasuk dalam kategori keluarga terdekat seperti disebutkan
penjelasan Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran di atas, maka ringkasan rekam medis
dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh Anda.
Jika pihak rumah sakit menolak memberikan ringkasan medis kepada Anda sebagai
keluarga pasien yang berhak, usahakan untuk menyelesaikan masalah tersebut secara
kekeluargaan. Namun, jika pihak rumah sakit tetap menolak memberikan rekam medis
tersebut, maka pasien atau keluarganya dapat menempuh langkah-langkah yang diatur
dalam UU Rumah Sakit, yaitu:
1. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit baik secara perdata maupun
pidana (lihat Pasal 32 huruf q); atau
2. mengeluhkan pelayanan RS yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (lihat Pasal 32 huruf r). Penginformasian kepada
media ini kemudian akan menimbulkan kewenangan bagi Rumah Sakit untuk
mengungkap rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit
(lihat Pasal 44 ayat [3]) .
Selain itu, pasien atau keluarganya juga dapat mengajukan gugatan kepada pelaku
usaha, kepada lembaga yang secara khusus berwenang menyelesaikan sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha (lihat Pasal 45 UU Perlindungan Konsumen).
Demikian jawaban dari kami semoga bermanfaat.