PERGESERAN PARADIGMA DALAM PENDIDIKAN TI

240

PERGESERAN PARADIGMA DALAM PENDIDIKAN TINGGI HUKUM
(Dari Kurikulum Int i dan Institusional ke Kurikulum Berbasis Kompet ensi)
Rini Fidiyani
Fakult as Hukum Universit as Negeri Semarang
e-mail: f idiyani. rini@gmail. com

Abst ract
The change of er a and l abor mar ket s creat es demand f or gr aduat es col l ege of l aw must have t he
necessary compet ency, wher eas t he high l aw educat ion syst em does not prepare gr aduat es t o have
compet enci es t hat ar e expect ed. Theref ore, a change f rom t he ol d cur r i cul um t o t he Compet ency
Based Curr i cul um (CBC) needs t o be done t o address t hese probl ems. In CBC, compet ency mappi ng,
t eachi ng par adi gm i s al so shi f t i ng f rom Teacher -Cent ered Lear ni ng (TCL) t o t he St udent -Lear ni ng
Cent er (SCL). Loads l ect ur e mat er i al s are al so change f r om t he or i gi nal emphasi s on t echni cal
exper t i se (academi c/ har dski l l s) t o t he non-t echni cal ski l l s (sof t ski l l s) ar e bal anced. Expect at ion wit h
t he i mpl ement at ion of CBC on t he l aw of science st udy pr ogr am, gr aduat es who can compet e and
have gener at ed compet it iveness i n t he j ob mar ket .
Keyword: Compet ency Based Curr i cul um , St udent -Learni ng Cent er , Teacher -Cent ered Lear ning,
hardskills, sof t skills.


Abstrak
Perubahan j aman dan pasar kerj a membuat permint aan akan lulusan perguruan t inggi hukum harus
memiliki kompet ensi yang dibut uhkan, padahal sist em pendidikan t ak menyiapkan lulusan unt uk
memiliki kompet ensi yang diharapkan. Oleh karena it u, perubahan dari kurikulum lama ke Kurikulum
Berbasis Kompet ensi (KBK) perlu dilakukan unt uk menj awab permasalahan t ersebut . Dalam KBK,
kompet ensi lulusan dipet akan, paradigma pengaj aran j uga bergeser dari Teacher -Cent er ed Lear ni ng
(TCL) ke St udent -Cent er Learni ng (SCL). Muat an mat eri perkuliahan j uga mengalami perubahan dari
yang semula menekankan pada keahlian t eknis (akademik/ hardskills) ke arah kemampuan non t eknis
(sof t skills) secara berimbang. Diharapkan dengan penerapan KBK pada program st udi ilmu hukum,
lulusan yang dihasilkan dapat bersaing dan memiliki daya saing di pasar kerj a.
Kat a Kunci: Kurikulum Berbasis Kompet ensi, St udent -Learni ng Cent er , Teacher -Cent er ed Lear ni ng,
hardskills, sof t skills.

Pendahuluan
Salah sat u t uj uan penyelenggaraan pendidikan oleh sebuah inst it usi adalah unt uk
menyediakan dan menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan dan daya saing dalam
pencarian, perolehan, dan pencipt aan pekerj aan. Pada persoalan daya saing, sayang sekali
kondisi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia
berada pada t araf yang rendah. Laporan t erbaru dari Wor l d Compet it i veness Year book

2009, menet apkan daya saing (mahasiswa) kit a
berada pada peringkat ke 42. Peringkat ini masih lebih rendah di banding dengan negara Asia
Tengara lainnya, yait u Singapura (ke-3), Malay-

sia (ke-18), dan Thailand (ke-26). 1 Bahkan kalah dengan Viet nam. 2 Salah sat u sebab dari rendahnya daya saing it u t erlet ak pada kurikulum
pendidikan t inggi yang masih berbasis pada isi
( cont ent based ), bukan pada kompet ensi.

1

2

Lihat dal am Tamidi, 2010, Per anan Kur i kul um Ber basi s
Kompet ensi (KBK) Ter hadap Pembent ukan Sof t ski l l
Mahasi swa, Medan: Fakul t as Psikol ogi Univer sit as
Sumat era Ut ar a, hl m. 1.
Lihat j uga Dewa Komang
Tant r a, Kur i kul um Ber basi s Kompet ensi , Makal ah pada
Kegiat an Penyempurnaan Kur ikul um Fakul t as Seni Rupa
dan Desai n, ISI Denpasar , 11 November 2009, hl m. 1.

Depart emen Pendi dikan Nasional , 2003, Pel ayanan
Pr of esi onal
Kur i kul um 2004,
Kur i kul um Ber basi s
Kompet ensi , Jakart a: Pusat
Kur ikul um, Bal it bang
Depdiknas, hl m. 5.

Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 241

Kurikulum yang cont ent based , menit ikberat kan pada pencapaian Indeks Prest asi (IP)
dengan indikat or kualit as lulusan mendasarkan
pada IPK, lama st udi dan predikat kelulusan
yang disandang, 3 padahal IP hanya menggambarkan kemampuan dari aspek kognit if ( har dski l l ), yang dalam dunia kerj a masa sekarang
dianggap kurang pent ing dibandingkan dengan
kemampuan dari aspek af ekt if dan psikomot orik yang berupa sof t ski l l . Bahkan dari hasil

dihasilkan oleh penyelenggaraan pendidikan t elah bergeser, sesuai dengan perkembangan
j aman dan t unt ut an dari pasar kerj a. Kurikulum Berbasis Kompet ensi (KBK) diyakini merupakan j awaban t erbaik at as perubahan j aman
bagi penyelenggaraan pendidikan, bahkan dikat akan oleh Dewa Komang Tant ra6 bahwa KBK

merupakan j awaban unt uk mencapai keunggulan bangsa sehingga mampu bersaing di dunia
( nat i on compet it i veness).

survey, yang dilakukan Pusat Kurikulum Depdiknas t erungkap bahwa kunci kesuksesan adalah
80% mindset dan 20% t echni cal ski l l . 4
Ket erpurukan daya saing SDM kit a t ak
lepas dari perubahan yang t erj adi pada Abad
XXI dan kondisi permint aan pasar kerj a yang
t ak segera direspon oleh penyelenggara pendidikan. Perubahan j aman menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan t inggi yang bersif at mendasar, berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), perubahan dari kohesi
sosial ke part isipasi demokrat is, dan perubahan
dari pert umbuhan ekonomi ke perkembangan
kemanusiaan. 5
Salah sat u perubahan yang harus segera
dilakukan adalah perubahan kurikulum. Kurikulum pada hakekat nya adalah sebuah program

Hukum at au lebih t epat nya pendidikan
t inggi hukum t ermasuk lambat dalam merespon
perubahan yang t erj adi. Sampai saat ini belum
ada program st udi ilmu hukum yang menerapkan KBK secara penuh, dan masih berkut at
pada kurikulum int i dan inst it usional yang t elah

t erbukt i t ak mengangkat daya saing lulusan
dalam pekerj aan. Keadaan di program st udi
ilmu hukum dit opang dengan debat yang t iada
kunj ung habis mengenai pert anyaan apakah
pendidikan S1 Ilmu Hukum it u merupakan pendidikan ket erampilan at au keilmuan. Jika mengacu pada apa yang nant inya t erumus dalam
KBK, j awaban dari pert anyaan it u akan dij umpai dan usailah perdebat an it u. Dengan kat a
lain, pembuat an dan penerapan KBK di program
st udi ilmu hukum merupakan suat u keharusan,
agar kompet ensi lulusan dapat t erpet akan sej ak

yang disusun unt uk mencapai t uj uan pendidikan, akan t et api seringkali perubahan kurikulum
seringkali hanya berf okus pada pengubahan
dokumen saj a, dan pelaksanaan pembelaj aran,
pencipt aan suasana belaj ar, cara evaluasi pembelaj aran seringkali t idak berubah. Perubahan
kurikulum menj adi keharusan, j ika out put yang

awal. Art ikel ini berupaya unt uk menj abarkan
mengenai KBK, pergeseran paradigm, sist em
pembelaj aran dan konsekuensi met odologis dari
penerapan KBK pada program st udi ilmu

hukum.

3

4

5

Sub Direkt or at KPS (Kurikul um dan Program St udi ), 2009,
Buku Panduan Pengembangan Kur i kul um Ber basi s
Kompet ensi Pendi di kan Ti nggi (Sebuah Al t er nat i f
Penyusunan Kur i kul um) , hl m. 4
Bandingkan dengan hasil survey Nat i onal Associ at i on of
Col l eges and Empl oyer s (NACE), USA, 2002, yang
menunj ukkan bahwa t ernyat a Indeks Prest asi Kumul at if
(IPK) bukanl ah hal yang di anggap pent ing di dal am dunia
kerj a, j auh l ebih pent ing adal ah sof t skil l . Demiki an pul a
dengan penel it i an dari Asosi asi MBA dunia yang dil akukan
t erhadap l ul usan program MBA, yang menyimpul kan
bahw a sof t skil l l ebih ber peran dal am peningkat an karir;

dan penel it ian Haki m (2008) berdasarkan dat a yang
di adopsi dar i Har var d School of Business, member ikan
gambaran mengenai persent ase kemampuan seorang
mahasisw a yang diperol eh dari kampus mereka, yait u
90% t eknis dan sisanya sof t skil l . Tarmidi, op. ci t , hl m. 2
Sub Direkt orat KPS, op. ci t , hl m. 1.

Pembahasan
Pergeseran Paradigma Pembelaj aran di Perguruan Tinggi dan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompe-tensi (KBK)
Pembahasan t ent ang pergeseran paradigma dalam pendidikan t inggi hukum selalu t erkait dengan persoalan mengenai landasan f ilosof is yang memandu beroperasinya sist em
pendikikan t inggi hukum. Pada t at aran f ilosof is, maka uraian akan meliput i berbagai basi c
bel i ef at au wor l d view yang seringkali disangkut paut kan dengan paradigma. Paradigma me-

6

Dewa Komang Tant r a, l oc. ci t .

242 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010


rupakan suat u mast erpiece yang menakup semua unsur prakt ik-prakt ik ilmiah at au ilmu
penget ahuan di dalam sej umlah area of inquiry
at au bidang st udi at au penelit ian t erspesialisasi. Paradigma j uga menggariskan paramet erparamet er pent ing mana yang akan diukur,
mendef inisikan st andar ket epat an yang dibut uhkan, menunj ukkan cara bagaimana (hasil)
observasi akan diint erpret asi, sert a met ode
eksperimen mana akan akan dipilih unt uk
dit erapkan. 7
Secara ringkas, paradigm disebut sebagai
disciplinary mat rix, yakni suat u pangkal, wadah, t empat , cet akan, at au sumber di/ dari
mana suat u disiplin ilmu penget ahuan dianggap
bermula, berasal, berakar, dicet ak, bersumber/ mengalir, at au dij adikan. 8 Lain daripadai
it u, paradigma dapat dianggap serupa dengan
‘ pendekat an’ at au approach maupun ‘ t radisi’ . 9
Guna kepent ingan penulisan ini, penulis mengambil pemahaman paradigma sebagai suat u
cara berf ikir yang meliput i asumsi dasar at au
t eori yang harus dij awab, dan pemahaman
paradigma yang cocok unt uk hal ini adalah
pemahaman paradigma yang dikemukakan oleh
Thomas Kuhn, di mana set elah dat angnya suat u

masa suram dari paradigma lama maka akan
muncul (bergeser ke) paradigma baru.
Lemahnya daya saing lulusan perguruan
t inggi di Indonesia memerlukan perubahan
besar dalam sist em pendidikan t inggi di Indonesia. UNESCO (1998) menj elaskan bahwa unt uk melaksanakan empat perubahan besar di
pendidikan t inggi t ersebut , dipakai dua landasan berupa empat pilar pendidikan dan belaj ar
sepanj ang hayat ( l ear ning t hr oughout l i f e ).
Empat pilar pendidikan it u adalah l ear ni ng t o
know, l ear ni ng t o do, yang bermakna pada penguasaan kompet ensi dari pada penguasaan
ket erampilan menurut klasif ikasi ISCE ( Int er nat ional St andar d Cl asif i cat ion of Eduacat i on )
dan ISCO ( Int er nat i onal St andar Cl assi f i cat ion
7

8

9

Erl yn Indart i, Legal Const ruct ivism: Par adigma Baru
Pendi dikan Hukum dal am Rangka Membangun Masyar akat
Madani, dal am Jur nal Masal ah-masal ah Hukum FH

UNDIP, Vol . XXX No. 3 Jul i-Sept ember 2001, hl m. 145.
Thomas Kuhn, 1970, The St r uct ur e of Sci ent i f i c
Revol ut i on, Chicago: Chicago Universit y Press.
W. L. Neuman, 1991, Soci al Resear ch Met hods, London:
Al l yn and Bacon. Lihat pul a pada Erl yn Indart i, l oc. ci t .

of Occi pat ion ), demat erialisasi pekerj aan dan
kemampuan berperan unt uk menanggapi bangkit nya sekt or layanan j asa, dan bekerj a di kegiat an ekonomi inf ormasi; l ear ning t o l ive
t oget her (wit h ot hers) , dan l ear ni ng t o be .
Sedangkan belaj ar sepanj ang hayat merupakan
wuj ud dari i mperat ive f or democr acy ; pendidikan mult idimensional; munculnya new t i mes, f resh f iel ds; pendidikan at t he heart of
soci et y ; dan kebut uhan sinergi dalam pendidikan. 10
Saran UNESCO unt uk melakukan perubahan besar dalam sist em pendidikan direspon dengan adanya perubahan kurikulum dari konsep
Kurikulum Nasional 1994 ke Kurikulum Int i dan
Inst it usional pada 2000 dan dilanj ut kan dengan
Kurikulum Berbasis Kompet ensi 2002. Perubahan kurikulum dari Kurikulum Int i dan Inst it usional (Kepmendiknas No. 232/ U/ 2000) ke KBK
(Kepmendiknas No. 45/ U/ 2002) lebih banyak
didorong oleh masalah-masalah global at au
ekst ernal, yait u: 11 per t ama, persaingan di
dunia global yang berakibat j uga t erhadap

persaingan perguruan t inggi di dalam negeri
maupun di luar negeri sehingga perguruan
t inggi dit unt ut unt uk menghasilkan lulusan yang
dapat ber-saing dalam dunia global; kedua,
adanya pe-rubahan orient asi pendidikan t inggi
yang t idak lagi hanya menghasilkan manusia
cerdas ber-ilmu, t et api j uga yang mampu
menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di
masyarakat -nya (kompet en dan relevan) yang
lebih ber-budaya; dan ket i ga adanya perubahan
kebut uh-an di dunia kerj a yang t erwuj ud dalam
per-ubahan persyarakat
dalam menerima
t enaga kerj a, yait u adanya persyarat an
sof t ski l l s yang dominan di samping har dski l l nya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa
KBK merupakan j awaban j it u t erhadap permasalahan mut u pendidikan, sedangkan kalangan
lain berpendapat KBK merupakan j awaban yang
keliru. KBK menuai popularit as di Amerika Serikat pada t ahun 1970-an sebagai dasar unt uk
10

11

UNESCO, Hi gher Educat i on i n t he Twent y-f i r st Cent ur y:
Vi si on and Act i on . Worl d Conf erence on Higher Eduat ion.
Par is, 5-9 Oct ober 1998. Li hat pul a dal am Sub Direkt orat
KPS, op. ci t , hl m. 1-2. .
Ibi d, hl m. 6-7 dan 8-9

Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 243

pendidikan vokasional bagi t enaga kependidikan. KBK j uga berkembang di Inggris dan Wales
pada awal 1986, kemudian Selandia Baru,
Aust ralia dan Indonesia pada paruh akhir t ahun
1980-an. Meski demikian, di beberapa negara
KBK menuai berbagai krit ik.
KBK sif at nya sangat individualis, menekankan pada out comes (apa yang diket ahui dan
apa yang dapat dilakukan), dan prosedurnya
sangat f leksibel. Pendekat an kompet ensi mem-

( pol i cy approach), t et api KBK dapat direalisasikan dalam pembelaj aran di sekolah unt uk
mengembangkan kompet ensi st andar.
Ada beberapa argumen yang perlu dikemukakan dari mereka yang menolak KBK.
Per t ama, pendekat an KBK yang sangat behavi or al sering dicerca karena t idak memperhat ikan hubungan ant ara t ugas at ribut yang
melandasi sebuah perilaku, makna, kemauan,
at au disposisi sebuah perilaku at au t indakan,

perj elas bagaimana out comes dapat dicapai
dengan mut u pencapaian menurut st andar nasional maupun int ernasional. Secara t eoret is,
KBK meniadakan pembedaan ant ara “ t angan
dan pikiran, t eori dan prakt ik, umum dan
spesif ik dalam pendidikan” . 12 Bagi yang t idak
sej alan dengan KBK, mereka menyebut KBK
sebagai sesuat u yang sangat reduksionist ik,
sempit , kaku, t eoret is, empiris, dan pedagogis
yang sangat t idak memadai. 13 Meski demikian,
keduanya – yang pro dan kont ra – set uj u apabila
kompet ensi t ersebut dikonsepsikan ke dalam
bent uk perilaku ( behavi or al t erms). 14
Dewa Komang Tant ra, 15 dengan mendasarkan pada mereka yang pro dan kont ra
KBK, berpendapat bahwa KBK berada di ant ara
mit os dan realit a. Disebut mit os – dengan mendasarkan pada pendapat yang kont ra KBK – ka-

kont eks dari perilaku, dan dampak aspek
int erpersonal dan et is. 16 Mengingat sif at dunia
nyat a sangat kompleks dan t idak menent u,
dit engarai bahwa t uj uan-t uj uan yang dirumuskan dalam bent uk perilaku-perilaku t erukur
t idak dapat sepenuhnya diukur dan diamat i
sepenuhnya. Rumusan-rumusan perilaku cenderung bersif at diskrit , sehingga dit engarai sebagai sebuah upaya mengat omisasi perilaku
yang sebenarnya bersif at holost ik dan ut uh
( i nt act behavior s). 17 Lagipula, perilaku yang diklaim t elah diukur dianggap sebagai sebuah
perilaku akhir ( ul t i mat e behavior ), walau sesungguhnya menurut pandangan konst rukt ivis
bahwa perilaku t ersebut bukanlah yang f inal,
t et api ia akan direvisi, dikonst ruksi ulang, at au
diubah menj adi sesuat u yang lebih sempurna. 18
Kedua, Collins menyebut kan bahwa KBK

rena KBK hanyalah merupakan sebuah pendekat an kebij akan ( pol i cy approach), sebuah mit os dalam pendidikan, yang masih perlu dikaj i
secara int ensif sebelum diimplement asikan.
KBK disebut sebagai realit a karena KBK bukan
saj a sebuah pendekat an dalam kebij akan

meningkari hasil penelit ian yang pernah dilakukan selama 100 t ahun di bidang psikologi,
pendidikan, organisasi, maupun dalam bidang
kebudayaan. Khususnya, ia t idak sependapat
dengan bat asan yang digunakan oleh penganut
aliran behaviorisme t ent ang ski l l dan compet ence sebagai sebuah perilaku yang bersif at
sangat individual dan bebas t at a nilai. Padahal, ski l l dan compet ence kenyat aannya
merupakan sebuah hasil konst ruksi sosial dan

12

13

14

15

R. Harr is, H. Gut hrie, B. Hobart dan D. Lumberg, 1995,
Compet ency-based Educat i on and Tr ai ni ng: Bet ween a
Rock and Whi r l pool , Sout Mel bourne: MacMil l an
Educat ion Aust r al ia.
C. Chappel l , 1996, Qual it y and Compet ency-based
Educat ion and Tr ai ning, i n The Li t er acy Equat i on, 71-79.
Red Hil l , Aust r al i a: Queensl and Council f or Adul t
Lit eracy; dan T. Hyl and, 1994, Compet ence, Educat i on
and NVQs: Di ssent i ng Per spect i ves, London: Cassel l .
Diur aikan ol eh Dewa Komang Tant ra bahwa dal am
kerangka pikir behaviori sme, kompet ensi l ebih mudah
diur ai menj adi peril aku (perf or mance) dal am bi dang
t ugas yang sangat t er pi sah dan di anal isis secara
f ungsional menurut per an dan t ugasnya.
Anal isis
demiki an
sangat
t epat
dij adikan
dasar
unt uk
merumuskan kompet ensi dan al at ukur yang akan
digunakan unt uk pencapai an sebuah kompet ensi. Li hat
dal am Dewa Komang Tant ra, op. ci t , hl m. 4.
Ibi d, hl m. 7 dan 9.

16

17

18

A. Gonczi, 1997, Fut ure Dir ect ion f or Vocat ional
Educat ion in Aut ral ia Secondar y School s, Aust r al i a and
New Zeal and Jour nal of Vocat i onal Educat i on Resear ch
5, No. 1 (May), hl m. 77-108; dan T. Hyl and, l oc. ci t .
N. Jackson, 1994, If Compet ence i s t he Answer, What is
t he Quest ion? In A Col l ect i on of Or i gi nal Essay on
Cur r i cul um f or t he Wor kpl ace, Geel ong: Aust ral ia Deakin
Uni versit y, hl m. 135-149.
P. Hodkinson dan M. Issit t (eds), 1995, The Chal l enge of
Compet ence , New York: Casel l ; T. Hyl and, 1994, l oc. ci t ;
dan Dewa Komang Tant ra, op. ci t , hl m. 5.

244 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

prakt ik kebudayaan yang akt if dan kreat if . 19
Lebih-lebih lagi, validit as t eknik pengukuran
yang didasarkan pada model pembelaj aran
secara behaviorist ik sangat problemat ik sebagai
indikat or model pembelaj aran yang signif ikan. 20
Ket i ga, model pengecekan t erhadap pemerolehan kompet ensi berdasarkan pada t eknik
checkl i st yang menandai dicapai/ t idaknya
dicapainya kompet ensi dimaksud dipandang
sangat menyederhanakan sebuah persoalan

Terhadap krit ik dari penent ang KBK ini,
para pendukung penerapan KBK dalam penyelenggaraan pendidikan berpendapat sebagai
berikut . Pert ama, Erridge dan Perry26 yakin
bahwa “ … i t gives i ndivi dual s opport unit i es t o
achi eve qual i f i cat i ons t hat r el at e t o r equir ed
per f or mance i n t he wor kpl ace …” . Bagi keduanya, KBK diyakini memberi peluang bagi
seseorang unt uk mencapai kualif ikasi yang
dibut uhkan. KBK diyakini merupakan sebuah

yang sesungguhnya sangat kompleks. Penilaian
t erhadap pencapaian sebuah kompet ensi yang
didasarkan pada pencapaian kompet ensi minimum sangat t idak memot ivasi seseorang unt uk
mencapai kompet ensi st andar. Kompet ensi minimum hanyalah merupakan t ingkat an perilaku
yang dapat dit erima ( accept abl e l evel of compet ency ), bukan berart i kompet ensi minimum
t elah berkesesuaian dengan kompet ensi st andar
yang dit et apkan secara nasional maupun secara
int eransional ( a st andar d of excel l ence ). 21
Keempat , Jackson menilai bahwa KBK
bersikap sangat birokrat is, t eralalu rumit , mahal, dan membut uhkan wakt u yang banyak unt uk mengimplement asikan di sekolah. 22 Hayland dalam penelit ian menyimpulkan bahwa
banyak sekolah at au lembaga pendidikan di
dunia yang t idak bersedia mengimplement asi-

rencana dan pengat uran t ent ang kompet ensi
dan pemberdayaan sumberdaya secara ef isien
dan ef ekt if . KBK diyakini dapat memberikan
layanan t erhadap pesert a didik sesuai dengan
kemampuan dan pot ensi yang dimilikinya.
Dengan demikian, KBK bukannya menghasilkan
lulusan yang memiliki penget ahuan sebanyakbanyaknya, melainkan lulusan yang memiliki
kemampuan dan sikap unt uk meningkat kan
kehidupannya di masyarakat . 27
Kedua, Jones dan Moore28 berpendapat
bahwa KBK menerapkan pendekat an kompet ensi t unggal ( one compet ency-based appr oach), yang dapat dengan mudah dispesif ikasi
menj adi perilkau-perilaku t erukur menurut
bidang t ugas dan garapannya. Ket i ga, penet apan kompet ensi st andar akan memberdayakan
individu, sehingga individu t ersebut akan

kan KBK. 23 Kel i ma, kendat ipun pendekat an
kompet ensi bersif at kompat ibel dengan model
pembelaj aran kognit if , t et api KBK t idak cocok
dit erapkan pada lembaga pendidikan t inggi 24
karena kompet ensi t erlalu dibat asi secara sempit dan j ust ru kompet ensi meniadakan keberadaan sebuah kurikulum sert a mempersempit
mat eri. 25

mampu melakukan pilihan di ant ara apa yang
harus dipelaj ari ( l ear ni ng what t o be l ear ned )
dan bagaimana harus belaj ar ( l ear ning how t o
l ear n). Velde dan Hopkins bahkan menambahkan bahwa dalam KBK “ … t her e i s l ess cont r ol
f rom bureaucr at i c power -hol der and mor e deci si on maki ng made by consumer s t hemselves” .
Jadi KBK memberikan kesempat an cukup luas
kepada siswa unt uk mencapai kompet ensi yang
diharapkan sesuai dengan kemampuan dan
pot ensinya masing-masing. Fleksibilit as pembelaj aran dij amin bila menggunakan KBK. Perangkat KBK bukan lagi menj adi kewenangan
pusat melainkan kewenangan daerah sesuai

19

20

21
22
23

24
25

C. Col l in (ed), 1993, Compet enci es: The Compet enci es
Debat e i n Aust r al i an Educat i on and Tr ai ni ng, Curt in:
Aust ral i an Col l ege of Educat ion, hl m. 89
J. Barri e dan R. W. Pace, Compet ence, Ef f i ciency, and
Organizat ional
Learning,
In
Human
Resour ce
Devel opment Quar t er l y 8, No. 4 (Wi nt er 1997), hl m. 340;
dan Dewa Komang Tant ra, op. ci t , hl m. 6.
Dewa Komang Tant r a, i bi d, hl m. 6
N. Jackson, l oc. ci t .
T. Hyl and, 1997, Nat ional Vocat ional Qual if icat ions, Skil l
Trai ning and Empl oyers’ Need, in Jour nal of Vocat i onal
Educat i on f or t he Wor kpl ace, Geel ong: Aust ral i a Deakin
Uni versit y.
T. Hyl and, 1994, op. cit , hl m. 336
Dewa Komang Tant r a, l oc. ci t .

26

27
28

A. Erridge dan S. Perr y, The Val i dit y and Val ue of
Nat ional Vocat ional Qual if icat ion, in Br i t i sh Jour nal of
Educat i on and Wor k 7 No. 2, 1994, hl m. 140.
Dewa Komang Tant r a, op. ci t , hl m. 7
L. Jones dan R. Moore, 1995, Appropr iat ing Compet ence,
in Bri t i sh Journal of Educat ion and Work 8 No. 2, hl m.
78-92.

Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 245

dengan kondisi dan pot ensi masing-masing.
KBK memberi peluang yang amat besar dan
f leksibel bagi guru/ sekolah/ daerah unt uk mengebangkan pot ensinya masing-masing sesuai
dengan kebut uhan dan daya dukung masingmasing. 29
Keempat , t arget perilaku yang ingin disasar dirumuskan secara j elas unt uk set iap
j enj ang dan j enis kompet ensi. Komponen kompet ensi dasar, mat eri st andar, dan indicat or

pat berbent uk t est uraian, port o f olio, at au
t ugas. 31
Kedel apan, KBK menerapkan sebuah kurikulum berdiversif ikasi, yait u dengan mengklasif ikasi siswa yang berkemampuan normal, sedang at au t inggi. Siswa yang berkemampuan
normal dit unt ut sebat as memiliki kompet ensi
minimum, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan t inggi dit unt ut unt uk mencapai kompet ensi st andar. Guru/ dosen diberikan kebe-

pencapaian hasil belaj ar dit et apkan dan
disaj ikan secara t erpadu. Mat eri-mat eri yang
dibent uk diarahkan pada pencapaian sebuah
kompet ensi. Mat eri-mat eri pelaj aran t idak dimaksudkan unt uk dihaf al melainkan harus diperagakan dan didemonst rasikan agar t ercapai
kompet ensi yang dimaksud. Kel ima, guru/ dosen
diberi kesempat an yang luas unt uk berkreasi
dan mengembangkan mat eri-mat eri pokok secara kreat if agar kompet ensi yang dit et apkan
sebelumnya t erj amin dapat t ercapai oleh
siswa. Empat pilar UNESCO, yait u l ear ning t o
know, l ear ning t o do, l ear ni ng t o be, learni ng
t o l i ve t oget her diakomodasikan secara int egrat if dan proporsional dalam pembelaj aran siswa. Aspek kognit if , af ekt if dan psikomot orik
diperlakukan sebagai sebuah perilaku yang ut uh
yang melandasi sebuah kompet ensi. Model

basan unt uk menet apkan mat eri yang cocok
unt uk siswanya. Dengan kebebasan t ersebut ,
guru/ dosen memiliki peluang yang cukup t inggi
unt uk mengembangkan mat eri-mat eri yang
memiliki karakt erist ik lokal. 32
Tak dapat dipungkiri bahwa KBK selain
memiliki keunggulan, j uga memiliki kekurangan. Akan t et api ini t ak menyurut kan pemerint ah unt uk menent ukan kebij akan penerapan
KBK di semua j enj ang pendidikan. Depart emen
Pendidikan Nasional (sekarang Kement rian Pendidikan Nasional) mulai memberlakukan KBK
sej ak 2002, yang t ert uang dalam Keput usan
Ment eri Pendidikan Nasional No. 232/ U/ 2000
dan No. 045/ U/ 2002 yang mengamanat kan
penyusunan kurikulum pendidikan t inggi yang
berbasis kompet ensi unt uk set iap program st udi
oleh kalangan perguruan t inggi yang bersang-

pem-belaj aran
berorient asi
pada
siswa
( st udent -ori ent ed l earni ng). Di samping it u, kecakapan bekal hidup diakomodasi dalam
pembelaj aran secara t erpadu. 30
Keenam , sist em pembelaj aran t unt as benar-benar dit erapan. Seseorang siswa dapat
meneruskan ke j enj ang kompet ensi yang berikut nya bila ia sudah mencapai kompet ensi
sebelumnya sesuai dengan bat as kompet ensi
minimum. Sist em manaj emen peningkat an mut u dilakukan berdasarkan pada manaj emen berbasis sekolah dan menggalang part isipasi akt if
dari semua st akehol der s yang pot ensial. Ket uj uh, sist em penilaian yang digunakan bersif at
berkelanj ut an, yait u mengacu pada keberlangsungan proses dan sist em penilaian berbasis
kelas ( cl assr oom-based assessment ), yang da-

kut an (bukan oleh pemerint ah). Konsekuensinya adalah pengembangan kurikulum diserahkan kepada masing-masing perguruan t inggi
(PT), ini sesuai dengan konsep ot onomi PT,
akan t et api implement asinya sampai Agust us
2010, belum semua program st udi menggunakan KBK, bahkan unt uk program st udi ilmu
hukum, belum sat upun menggunakan KBK.
Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengat uran mengenai isi maupun bahan
kaj ian dan pelaj aran sert a cara penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiat an belaj ar
mengaj ar di peruguruan t inggi (Pasal 1 angka 6
SK Mendiknas No. 232/ U/ 2000). 33 Kompet ensi
31
32
33

29
30

Dewa Komang Tant r a, op. ci t , hl m. 7-8
Ibi d, hl m. 8

Ibi d.
Ibi d.
Bandingkan dengan pendapat Kerr yang mengat akan
bahw a dal am art i sempit kur ikul um diar t ikan sebagai
kumpul an ber bagai mat a pel aj at an/ mat a kul i ah yang
di berikan kepada peser t a didik mel al ui kegiat an yang

246 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

adalah seperangkat t indakan cerdas, penuh
t anggungj awab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat unt uk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan t ugas-t ugas di bidang
pekerj aan t ert ent u (Pasal 21 SK Mendiknas No.
045/ U/ 2002). Pendekat an kompet ensi merupakan suat u cara t erbaik unt uk meningkat kan
kompet ensi yang sej alan dengan persyarat an
kerj a di sit us kerj a t ert ent u. 34
Jadi Kurikulum Berbasis Kompent ensi

beruj ud kemampuan unt uk menangani masalahmasalah yang t erkait dengan berbagai aspek,
yait u pert ama, f enomena ant hrophos, dicakup
dalam pengembangan manusia yang beriman
dan bert aqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekert i luhur, berkepribadian mant ap,
dan mandiri sert a mempunyai rasa t anggung
j awab kemasyarakat an dan kebangsaan; kedua,
f enomena t ekne, dicakup dalam penguasaan
ilmu dan ket erampilan unt uk mencapai deraj at

(KBK) ialah kurikulum yang disusun berdasarkan
elemen-elemen kompet ensi yang dapat menghant arkan pesert a didik unt uk mencapai kompet ensi ut ama, kompet ensi pendukung, dan
kompet ensi lainnya. 35 Penet apan kompet ensi
ut ama, pendukung dan kompet ensi lainnya t ak
lepas dari perumusan mengenai prof il lulusan.
Maksudnya adalah prof esi apa yang akan
diemban oleh lulusan set elah menyelesaiakan
pendidikannya. Dari ident if ikasi prof il lulusan
it u maka akan dit ent ukan kompet ensi apa yang
harus dipunyainya. Set elah kompet ensi it u t erbent uk, barulah menyusun pengelompokan mat a kuliah berdasarkan elemen kompet ensinya,
yang t erdiri dari landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan ket erampilan, kemampuan
berkarya, sikap dan perilaku dalam berkarya
menurut t ingkat keahlian berdasarkan ilmu dan

keahlian berkarya; ket i ga, f enomena oi kos,
dicakup dalam kemampuan unt uk memahami
kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan
pilihan keahlian dalam berkarya; dan keempat ,
f enomena et nos, dicakup dalam pembent ukan
sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang
dalam berkarya menurut t ingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keahlian yang dikuasai. 36
Sailah menyat akan bahwa kurikulum berbasis kompet ensi berupaya unt uk mensinergikan har dski l l s dan sof t ski l l s. Unt uk mengimplement asikannya diperlukan keberanian unt uk
berubah, kreat ivit as dosen dalam mengopt imalkan sumberdaya f asilit as dan kemauan
sert a komit men yang kuat dari pimpinan
perguruan t inggi unt uk menerapkannya. Apabila ingin memberikan pendidikan berkarakt er
dan berkualit as, maka kebiakan dalam meng-

ket erampilan yang dikuasai; dan pemahaman
kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai
dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
Konsep ini digunakan unt uk mengakomodasi kebut uhan masyarakat yang menj adikan
perguruan t inggi sebagai t empat pembelaj aran
dan suat u sumberdaya penget ahuan, pusat kebudayaan, sert a t empat pembelaj aran t erbuka
unt uk semua. Oleh karena it u dimasukkan st rat egi kebudayaan dalam pengembangan pendidikan t inggi.
St rat egi kebudayaan t ersebut

at ur t eam t eaching (t at ap muka dalam t im
dosen, bukan berart i giliran mengaj ar dalam
sat u mat a kuliah), mengat ur penj adwalan, menyediakan f asilit as ruangan dan alat , komit men, dan insent if bagi dosen yang memadai.
Adapun ciri-ciri kurikulum berbasis kompet ensi
yait u; pert ama, menyat akan secara j elas rincian kompet ensi pesert a didik sebagai luaran
proses pembelaj aran; kedua, mat eri aj ar dan
proses pembelaj aran dirancang dengan orient asi pada pencapaian kompet ensi dan berf okus

34
35

dinamakan
proses pembel aj aran.
Akibat
dari
perkembangan il mu penget ahuan, khususnya sosiot eknol ogim maka kurikul um di art ikan secar a l ebih l uas
sebagai
kesel ur uhan
proses
pembel aj aran
yang
direncanakan dan di bi mbing di sekol ah, baik yang
dil aksanakan di dal am kel ompok at au secar a indi vi dual ,
di dal am dan di l uar sekol ah. Kerr dal am Yul i Kwar t ol o,
Cat at an Kri t is t ent ang Kurikul um Ber basi s Kompet ensi,
art ikel
dal am
Jur nal
Pendi di kan
Penabur
No.
01/ Th. I/ Maret 2002, hl m. 107.
Dewa Komang Tant r a, op. ci t , hl m. 4.
Tarmi di, op. ci t , hl m. 4.

36

Sub Direkt or at KPS, op. ci t , hl m. 9. Bandingkan dengan
pendapat Tyl er yang menyat akan bahwa int i kurikul um
adal ah suat u j aw aban secar a menyel ur uh t erhadap
beber apa pert anyaan berikut : 1) t uj uan-t uj uan apa dan
maksud-maksud apa yang hendak di capai ol eh sekol ah?,
2) kesempat an-kesempat an bel aj ar apa yang di pil ih agar
t erj adi per ubahan t ingkah l aku sesuai dengan har apan?,
3) bagai mana unsur-unsur bel aj ar disusun?, dan 4)
bagaimana
penil ai an
unt uk
menget ahui
keberhasil annya?.
Keempat j aw aban dari pert anyaa
inil ah yang di sebut dengan kurikul um. Yul i Kwar t ol o,
op. ci t , hl m. 107

Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 247

pada minat pesert a didik (St udent Cent ered
Learning); ket i ga, lebih mensinergikan dan
mengint egrasikan penguasaan ranah kognit if ,
psikomot orik dan af ekt if ; keempat , proses penilaian hasil belaj ar lebih dit ekankan pada kemampuan unt uk berkreasi secara procedural
at as dasar pemahaman penerapan, analisis, dan
evaluasi yang benar pula; dan kel ima, disusun
oleh penyelenggara pendidikan t inggi dan pihak-pihak berkepent ingan t erhadap lulusan

kan mat eri pembelaj aran yang sulit dapat
dipenuhi oleh seorang dosen; kedua, perubahan
kompet ensi kekaryaan yang berlangsung sangat
cepat memerlukan mat eri dan proses pembelaj aran yang lebih f leksibel; dan ket i ga,
kebut uhan unt uk mengakomodasi demokrat isasi
part isipat if dalam proses pmebelaj aran di
perguruan t inggi.
Pembelaj aran ke depan didorong menj adi
berpusat pada mahasiswa (SCL) dengan mem-

pendidikan t inggi (masyarakat prof esi dan
pengguna lulusan). 37
Perubahan kurikulum berart i j uga perubahan pembelaj arannya. Dalam kurikulum int i
dan inst it usional, model pembelaj arannya didasarkan pada proses t r ansf er of knowl edge , di
mana dosen/ pengaj ar menj adi Teacher -Cent er ed Lear ning (TCL) at au Teacher -Cent ered Cont ent -Or ient ed (TCCO). Keadaan ini berubah ke
arah penggunaan prinsip St udent -Cent er ed
Learni ng (SCL) yang disesuaikan dengan keadaan perguruan t inggi. SCL merupakan suat u proses pembekalan yang berupa met hod of i nquir y
seseorang yang berkompet en dalam berkarya di
masyarakat . Dengan demikian t ampak j elas
bahwa perubahan kurikulum dari kurikulum
berbasis penguasaan ilmu penget ahuan dan
ket erampilan (KBI sesuai Kepmendikbud No.

f okuskan pada t ercapainya kompet ensi yang
diharapkan. Hal ini berart i mahasiswa harus didorong unt uk memiliki mot ivasi dalam diri
mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompet ensi yang diinginkan. Ket iga alasan pergeseran pembelaj aran di at as merupakan
alasan di luar esensi proses pembelaj aran it u
sendiri. 39 Ini merupakan t ugas berat , karena
mendorong mahasiswa unt uk memot ivasi diri
sendiripun bukan merupakan hal yang mudah.
Apabila dit inj au esensinya, pergeseran
pembelaj aran adalah pergeseran paradigma,
yait u paradigma dalam cara kt ia memandang
penget ahuan, paradigma belaj ar dan pembelaj aran it u sendiri. Paradigma lama memandang penget ahuan sebagai sesuat u yang sudah
j adi, yang t inggal dipindahkan ke orang lain/
mahasiswa dengan ist ilah t r ansf er of know-

056/ U/ 1994) ke KBK (sesuai Kepmendiknas No.
232/ U/ 2000, mempunyai beberapa harapan keunggulan yait u luaran hasil pendidikan ( out comes) yang diharapkan sesuai dengan societ al
needs, indust rial/ business needs, dan pr of esssi onal needs; dengan pengert ian bahwa out comes merupakan kemampuan mengint egrasikan i nt el l ect ual ski l l , knowl edge dan af ekt if
dalam sebuah perilaku secara ut uh. 38
Pola pembelaj aran TCL/ TCCO yang berpusat pada dosen kurang memadai unt uk mencapai t uj uan pendidikan yang berbasis kompet ensi. Berbagai alasan yang dapat dikemukakan
ant ara lain adalah: pert ama, perkembangan IPTEK dan seni yang sangat pesat dengan berbagai kemudahan unt uk mengaksesnya merupa-

l edge. Paradigama baru, penget ahuan adalah
sebauh hasil konst ruksi at au bent ukan dari
orang yang belaj ar, sehingga belaj ar adalah
sebuah proses mencari dan membent uk/ mengkonst ruksi penget ahuan, j adi bersif at akt if dan
spesif ik caranya. Pada paradigma lama, belaj ar adalah menerima penget ahuan, pasif , karena penget ahuan yang t elah dianggap j adi t adi
t inggal dipindahkan ke mahasiswa dari dosen,
akibat nya bent uknya berupa penyampaian mat eri/ ceramah. Dosen sebagai pemilik dan pemberi penget ahuan, mahasiswa sebagai penerima
penget ahuan, kegiat an ini sering dinamakan
pengaj aran. Dengan pola ini perencanaan pengaj arannya (GBPP dan SAP) lebih banyak mendeskripsikan kegiat an yang harus dilakukan oleh
pengaj ar, sedang bagi mahasiswa, perencanaan
t ersebut lebih banyak bersif at inst ruksi yang

37

38

Il l ah Sail ah, 2008, Pengembangan Sof t ski l l di Per gur uan
TInggi , Jakart a: Tim Kerj a Pengembangan Sof t skil l
Direkt orat Jenderal Pendi dikan Tinggi.
Sub Direkt orat KPS, op. ci t , hl m. 9-10 dan Tar mi di,
op. ci t , hl m. 4

39

Ibi d, hl m. 23.

248 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

harus dij alankan. Konsekuensi paradigm baru
adalah dosen hanya sebagai f asilit at or dan mot ivat or dengan menyediakan beberapa st rat egi
belaj ar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan menyusun penget ahuan sert a cara mengembangkan ket erampilan ( met hod of i nqui ry and
di scover y ).
Dengan paradigma inilah proses
pembelaj aran ( l ear ni ng process) dilakukan. 40

Selama ini t erj adi kesenj angan kemampuan lulusan adalah perbandingan prosent ase
har d ski l l dan sof t ski l l yang t erlalu j auh, yait u
20% dan 80%. Padahal f akt or yang memberi
kont ribusi keberhasilan dalam dunia kerj a
t erdiri dari f akt or f inansial sebanyak 10%, f akt or keahlian pada bidangnya 20%, net wor ki ng
30%, dan 40% sisanya adalah sof t ski l l . Sof t ski l l
t erdiri dari 2 macam, yait u i nt er per sonal s skill
dan i nt r aper sonal s ski l l s. Int erpersonals skills

Model Pembelaj aran dalam KBK
Kompet ensi dalam proses pendidikan dipahami sebagai gabungan kemampuan kognit if ,
psikomot orik dan af ekt if yang t ercermin dalam
perilaku, at au dalam dunia kerj a digunakan
ist ilah gabungan hardskills dan sof t skills, di
mana hardskills dimaksudkan sebagai kemampuan yang berkait an dengan ilmu penget ahuan
dan t eknologi (kemampuan t eknis), sedang
sof t skills dimaknai sebagai kemampuan int erpersolan dan int rapersonal (non t eknis). Dalam
pembelaj aran yang mengarah t ercapainya kompet ensi, akan dipilih model pembelaj aran yang
selain dapat menghasilkan hardskills, j uga
harus dapat menumbuhkan sof t skills pada anak
didik. 41
Alasan diberlakukannya KBK sendiri karena t erj adi perubahan kondisi t ermasuk per-

meliput i mot ivat i on ski l l s, l eader shi p ski l l s,
negot i at ion ski l l s, pr esent at i on ski l l , communi cat ion ski l l s, r el at i onshi p bui l di ng, publ i c
speaki ng, dan sel f -mar ket i ng ski l l s. Int r aper sonal ski l l s meliput i t ime management , st ress
management , change management , t r ansf or mi ng bel ief s, t r ansf or ming char act er , cr eat ive
t hi nki ng processes, good set t i ng dan l i f e pur pose, dan acceler at ed l ear ni ng t echni ques. 43
KBK dengan met ode pembelaj aran SCL,
memiliki beragam model pembelaj aran yang
dapat
digunakan
unt uk
mengembangkan
hardskills sekaligus sof t skills. Model-model t ersebut ant ara lain Smal l Group Di scussion, Rol ePl ay & Si mul at ion, Case St udy, Di scover y
Learni ng (DL), Sel f -Dir ect ed Lear ni ng (SDL),
Cooperat ive Lear ning (CL),
Col l abor at ive
Learni ng (CbL), Cont ext ual Inst r uct ion (CI),

geseran paradigma. Pergeseran paradigma t ersebut dapat dilihat dari beberapa indikat or,
sepert i f ocus, owner shi p, expect at i ons, l eader shi p, st udent s, mi st akes, cl asses, dan emphasi s. Perubahan pembelaj aran dari t eacher cent er ed l ear ni ng menj adi st udent cent er ed
l ear ni ng, dikarenakan kondisi global (persaingan, persyarat an kerj a, perubahan orient asi)
yang nant inya akan membawa perubahan pada
kompet ensi lulusan sert a perubahan paradigm
belaj ar dan mengaj ar yang nant inya diharapkan
dapat t erj adi perubahan kurikulum yang berdampak pada perubahan perilaku pembelaj aran
yang akan menghasilkan peningkat an mut u
lulusan dan relevansi. 42

Proj ect Based Lear ni ng, dan Probl em Based
Learni ng and Inqui ry (PBL). Selain model-model ini, masih ada lain, bahkan set iap dosen
dapat mengembangkan model pembelaj arannya
sendiri. 44
Smal l Gr oup Di scussi on merupakan sat u
elemen belaj ar secara akt if dan merupakan
bagian dari banyak model pembelaj aran SCL
yang lain, sepert i CL, CbL, PBL dan lain-lain.
Pada model ini, mahasiswa dimint a membuat
kemlompok kecil unt uk mendiskusikan mat eri
yang diberikan dosen at au bahan yang diperoleh anggot a kelompok. Pada model simula43
44

40

41
42

Ibi d. Sil vi Dew ij ani, Per geser an Par adi gma Ke Ar ah KBK,
Menuj u Per gur uan Ti nggi yang Ber kual i t as, makal ah
pada TA KBK dan SCL di UNSOED Purwokert o, 8-9 Jul i
2010, hl m. 19-21.
Ibi d, hl m. 37.
Tarmi di, op. ci t , hl m. 5.

Ibi d, hl m. 6.
Sub Direkt orat KPS, op. ci t , hl m. 26.
Lihat mi sal nya
model pembel aj ar an yang di int rodusir ol eh I Wayan
Sant yasa dengan nama model pembel aj ar an i novat if
sebagai i mpl ement asi KBK. Baca l ebih l engkap pada I
Wayan Sant yasa, Model Pembel aj ar an Inovat i f dal am
Impl ement asi Kur i kul um Ber basi s Kompet ensi , Makal ah
pada Penat ar an Guru-guru SMP, SMP dan SMK seJembr ana, Juni-Jul i 2004.

Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 249

si, mahasiswa dibawa ke sit uasi yang mirip
dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Pada
Di scoer y Lear ni ng, met ode belaj ar dif okuskan
pada pemanf aat an inf ormasi yang t ersedia,
baik yang diberikan dosen maupun yang dicari
sendiri oleh mahasiswa, unt uk membangun penget ahuan dengan cara belaj ar sendiri. Sedangkan pada Sel f -Di rect ed Learni ng, mahasiwa at as inisiat if sendiri melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian t erhadap

lakukan perguruan t inggi di Indonesia, kompet ensi sarj ana di dunia kerj a dibagi dua aspek.
Pert ama, aspek t eknis berhubungan dengan
lat ar belakang keahlian at au keahlian yang
diperlukan di dunia kerj a. Kedua, aspek non
t eknis mencakup mot ivasi, adapt asi, komunikasi, kerj asama t im, pemecahan persoalan,
manaj emen st ress, kepemimpinan dan sebagainya. Masing-masing dunia usaha/ indust ri
dapat memberikan sederet kompet ensi t eknis

pengalaman belaj ar yang t elah dij alani. Dosen
hanya bert indak sebagai f asilit at or, memberi
arahan, bimbingan dan konf irmasi t erhadap
kemaj uan belaj ar
yang t elah dilakukan
45
mahasiswa.
Cooperat ive Lear ni ng adalah met ode belaj ar berkelompok yang dirancang oleh dosen
unt uk memecahkan suat u masalah/ kasus at au
mengerj akan suat u t ugas.
Kelompok t erdiri
at as beberapa mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Col l abor at ive Lear ning adalah met ode belaj ar yang
menit ikberat kan pada kerj asama ant ar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang
dibangun sendiri oleh mahasiswa. Cont ext ual
Inst r uct ion merupakan konsep belaj ar yang
mencoba unt uk melakukan link and mat ch
ant ara isi kuliah dengan kehidupan sehari-hari.

maupun non t eknis yang berbeda. Namun pada
umumnya, j enis kompet ensi non t eknis lebih
banyak dibandingkan dengan kompet ensi t eknis. Dalam dunia indust ri dan akademik, t erdapat perbedaan sudut pandang dan pengharapan dari lulusan, oleh karena it u perlu di
bangun mind set yang sama dan pengembangan
kepribadian at au perilaku. Sebagai cont oh, salah sat u indikat or kebagusan program st udi saat
ini adalah j ika lulusannya memiliki wakt u
t unggu yang singkat unt uk mendapat kan pekerj aan pert ama. Namun, indust ri mengat akan
bukan it u, melainkan seberapa t angguh seorang
lulusan
unt uk
memiliki
komit men
at as
perj anj ian
yang
t elah
dibuat nya
pada
pekerj aan pert ama. 47

Proj ect -Based Lear ni ng adalah met ode belaj ar
yang sist emat is, yang melibat kan mahasiswa
dalam belaj ar penget ahuan dan ket erampilan
melalui proses pencarian ( i nqui r y ) yang panj ang dan t erst rukt ur t erhadap pert anyaan yang
ot ent ik dan kompleks sert a t ugas dan produk
yang dirancang dengan sangat hat i-hat i. Probl em-Based Lear ni ng/ Inquir y adalah belaj ar dengan memanf aat kan masalah dan mahasiswa
harus melakukan pencarian at au penggalian
inf ormasi ( i nquir y ) unt uk dapat memecahkan
masalah t ersebut . 46
Penggunaan met ode SCL dalam penerapan KBK memang penuh muat an sof t skills.
Berbagai penelit ian yang sej alan dengan pent ingnya pengembangan sof t ski l l s mendukung
hal ini, di ant aranya berdasarkan hasil beberapa j aj ak pendapat ( t r acer st udy ) yang di-

Hukum
Bagi penyelenggara pendidikan t inggi hukum, persoalan kurikulum memiliki akar sej arah yang panj ang dan perdebat an yang t iada
kunj ung usai dari masa Recht hogeschool (1909)
ke Facult eit der Recht sgeleerdheiden en Sociale Wet enschappen (1947) sampai ke era
Program St udi Ilmu Hukum. Kurikulum yang
mendasari penyelenggaraan pendidikan pada
masa-masa it u selalu bergant i, seriring dengan
perkembangan j aman dan perdebat an mengenai pert anyaan apakah pendidikan t inggi hukum
merupakan pendidikan akademik at au prof esi. 48

45
46

Ibi d, hl m. 27-28.
Ibi d, hl m. 29-30.

Penerapan KBK pada Program Studi Ilmu

47
48

Il l ah Sail ah, l oc, ci t .
Lihat per debaan ini dal am ber bagai t ul i san, mi sal nya
Mar dj ono Reksodi put ro, Pembinaan Pendi dikan Tinggi
Hukum dal am Pembangunan Jangka Panj ang Kedua (PJPT
II), art ikel pada Maj al ah Hukum dan Pembangunan No. 3
Tahun XXV Juni 1995, Jakart a: FH UI, hl m. 195-219;
Mar dj ono Reksodi put ro, Tahap-t ahap Pembi naan Sist em
Pendi dikan Hukum dal am Pembangunan Jangka Panj ang
Kedua (PJP II), art ikel pada Maj al ah Hukum dan

250 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

Program st udi ilmu hukum merupakan
penyelenggara pendidikan hukum yang akan
menghasilkan lulusan dengan berbagai macam
kompet ensi yang harus dimiliki dan dikuasai.
Kurikulum pendidikan t inggi hukum saat ini
masih mengacu kepada kurikulum int i dan
inst it usional, sehingga pet a kompet ensi t ak
dapat dilihat hanya dengan melihat kurikulum.
Lagi pula penekanan pada cont ent based ,
menyebabkan isi kurikulum berkut at pada pen-

ment al, t ampaknya j uga sama sudah dit erima
secara umum. Suat u pendidikan yang diarahkan unt uk mengaj arkan (menumbuhkan) sej umlah kemahiran dan pemahaman dengan sasaran
pada penerapan “ prakt is” di kemudian harinya,
t ampaknya memang sekurang-kurangnya pada
pandangan pert ama memiliki kekhasan yang
berbeda ket imbang pendidikan yang t uj uan
ut amanya adalah mengaj arkan penget ahuan
t eoret is/ ilmiah. 49

yampaian mat eri kuliah dengan dosen sebagai
cent er-nya. Sehubungan dengan t unt ut an perkembangan j aman dan dunia kerj a, penyelenggara pendidikan t inggi hukum perlu mengubah
orient asi kurikulumnya ke KBK.
Sampai saat ini, belum ada program st udi
ilmu hukum yang memiliki dan menerapkan KBK
secara penuh. Ada beberapa yang sebagian kecil menerapkan KBK, akan t et api it u t ak lebih
dari sekadar percont ohan. Badan Kerj asama
Dekan Fakult as Hukum Perguruan Tinggi seIndonesia, masih mendasarkan pada kurikulum
lama, padahal amanat dalam perat uran perundang-undangan sudah harus bergeser ke KBK.
Saat ini hanya Fakult as Hukum UGM yang sedang serius menggarap KBK, yang berart i j ika
t ak ada program st udi ilmu hukum lain yang
berani, FH UGM akan menj adi l eader dalam

Apabila kit a perhat ikan pendapat A. H. de
Wild, maka akan t erlihat bahwa pendidikan
hukum merupakan perpaduan ant ara pendidikan prof essional dan pendidikan akademik. Hal
ini t ak perlu diperdebat kan lebih lanj ut mengingat keduanya saling melengkapi. Akan t et api
dalam kont eks KBK, persoalan ini kembali muncul mengingat pet a kompet ensi yang hendak
dicapai lulusan, set idaknya mencakup dua hal
t ersebut .
Terhadap persoalan ini, ada pendapat
menarik dari Hikmahant o Juwana yang berpendapat perlunya pemisahan yang t egas
ant ara pendidikan akademik dan pendidikan
prof esi. 50 Jika persoalan ini dipet akan ke j enj ang pendidikan (S1, S2, dan S3), maka akan
j elas pet a kompet ensinya, akan t et api j ika hal
ini dit erapkan pada pendidikan S1, persoalan

penerapan KBK.
Jika kit a melihat perdebat an mengenai
pendidikan t inggi hukum, maka KBK akan cocok
dit erapkan.
Sebagaimana dikemukakan oleh
A. H. de Wild, bahwa pendidikan hukum adalah
khas suat u pendidikan prof essional t ampaknya
sepert i suat u kebenaran yang sudah j elas
dengan sendirinya ( sel f evi dent , een waar haei d
al s een koe ). Dalil bahwa ant ara apa yang dinamakan pendidikan prof essional dan apa yang
dinamakan pendidikan akademik (pendidikan
ilmiah) t erdapat suat u perbedaan yang f unda-

akan kembali ke masa Recht shogeschool dengan Facul t ei t der Recht sgel l eer dhei d en Soci al
Wet enschappen di j aman kolonial.
KBK memang berorient asi pada kompet ensi yang diperlukan dalam bidang pekerj aan t ert ent u, akan t et api t ak berart i meniadakan pendidikan yang bersif at akademis. Penyusunan KBK bagi program st udi ilmu hukum,
pada awalnya perlu diident if ikasikan mengenai
kompet ensi apa yang harus dimiliki oleh
seorang lulusan. Unt uk it u perlu dit ent ukan
prof il lulusan at au akan menj adi apa at au
prof esi apa yang akan dij alani oleh lulusan
(misalnya, j aksa, hakim, polisi, pengacara, konsult an dan sebagainya). Dari prof il lulusan it u
maka dapat dit ent ukan kompet ensi ut ama,

Pembangunan No. 4 Tahun XXV Agust us 1995, Jakar t a:
FH UI, hl m. 291-309; Hikmahant o Juw ana, Ref or masi
Pendi di kan
Hukum ,
art ikel
pada
Sit us
MaPPI,
ht t p: / / www. pemant au per adil an. com/ opi ni / 04. REFOR
MASIPENDIDIKANHUKUMDIINDONESIA. pdf , akses t ang-gal
10
Agust us
2010;
Soet andyo
Wignj osoebrot o,
Per kembangan Hukum Nasi onal dan Pendi di kan Hukum di
Indonesi a Pada Er a Pascakol oni al , art ikel pada sit us LSM
HUMA,
ht t p: / / www. huma. or . i d/ Anal isaHukum/ Perkem
bangan_Hukum_Nasional _dan_Pendidikan_Hukum_di _Ind
onesi a_Pada_Era_Pascakol oni al _Soet andyo. pdf .

49

50

A. H. de Wil d, Pendidikan Hukum Ant ara Il mu dan Prof esi,
art ikel dal am Maj al ah Pr o Just i t i a FH UNPAR Bandung,
Tahun XII No. 1 Januari 1994, hl m. 54.
Hikmahant o Juw ana, op. ci t , hl m. 20-21

Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 251

kompet ensi pendukung dan kompet ensi lainnya
(yang di dalamnya t erdapat muat an har dski l l s
dan sof t ski l l s) dari masing-masing prof il lulusan
it u.
Berdasarkan pet a kompet ensi it u, maka
dapat disusun mat rik hubungan ant ara bahan
kaj ian dengan kompet ensi dalam bent uk mat a
kuliah. Bahan kaj ian it u meliput i landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan ket erampilan,
kemampuan berkarya, sikap dan perilaku dalam

Jika kit a melihat kembali model pembelaj ar