PENINGKATAN KWALITAS PRODUK BERBAHAN SAMPAH DI BANK SAMPAH “SUROLARAS” NOTOPRAJAN, NGAMPILAN, YOGYAKARTA

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

PENINGKATAN KWALITAS PRODUK BERBAHAN
SAMPAH DI BANK SAMPAH “SUROLARAS”
NOTOPRAJAN, NGAMPILAN, YOGYAKARTA
Muchlis
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta 55222 Telp.0274-563029
Email: muchlis@akprind.ac.id
Abstrak
Salah satu masalah yang timbul dari pertambahan penduduk di Yogyakarta adalah masalah sampah. Hal
ini telah membuat Pemerintah Kota mendorong masyarakat untuk mendirikan Bank Sampah sebagai
salah satu bentuk kegiatan dalam program pengelolaan sampah secara mandiri berbasis masyarakat.
Salah satu kegiatan di Bank Sampah adalah pembuatan kerajinan berbahan dasar sampah. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan kwalitas produk berbahan sampah yang diproduksi oleh bank sampah
“Surolaras” Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta. Program dilaksanakan dengan membuat kegiatankegiatan: Sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta; Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Anyam
sebanyak 10 kali; Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Jahit sebanyak 12 kali. Pelatihan diikuti oleh 20
orang. Manfaat program yang diperoleh adalah bertambahnya ilmu dan ketrampilan peserta,
bertambahnaya perlengkapan produksi berupa barang-barang yaitu alat dan bahan pelatihan seperti
mesin jahit, laptop, printer serta modal berupa uang yang didapatkan dari program ini. Dampak

program dari sisi ekonomi adalah sudah menambah pendapatan peserta dari penjualan hasil kerajinan,
dari sisi lingkungan adalah sudah mengurangi sampah yang dibuang.
Kata kunci: Sampah, Bank Sampah, Pelatihan
Abstract
One of the problems arising from population growth in Yogyakarta is the waste problem. This problem
has made the city governance to encourage people to set up the waste bank as one of the activities in
waste management program of community-based. One of the activities in the waste bank is the
manufacture of handicrafts. The objectives of the program are to improve the quality of products made
from waste produced by the waste bank “Surolaras” Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta. The programs
implemented by creating several activities i.e: Workshop on Waste Bank management; Handicraft
Training “Anyam Method” 10 times; Handicraft Training “Sewing method” 12 times. The training was
attended by 20 participant. The benefits are gained from this programs were increasing knowledge and
skills of participants, increasing of production equipment i.e.: training materials such as sewing
machines, laptop, printer and capital in the form of money earned from this program. The impacts of the
program are adding participants revenue from the sale of handicrafts and also reducing waste disposed.

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

Keywords: Waste, Waste Bank, Workshop


1. PENDAHULUAN
Penduduk Kota Yogyakarta sebagaimana kota besar lainnya di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010 diketahui
bahwa jumlah penduduk Kota Yogyakarta adalah 387.086 jiwa dengan jumlah laki-laki adalah
189.167 dan perempuan 199.490 jiwa. Dengan semakin banyak jumlah penduduk di Kota
Yogyakarta maka secara sosiologis akan berpengaruh pada volume sampah terbuang yang
semakin banyak.
Menurut Alkadri (1999), laju perkembangan kawasan kota yang begitu cepat
memberikan dampak negatif terhadap permasalahan lingkungan. Ada hubungan timbal balik
antara pola perilaku masyarakat kota dengan lingkungannya. Pola perilaku kemasyarakatan
terhadap keberadaan dan kualitas lingkungan akan menentukan wajah kota, sebaliknya
lingkungan juga akan mempengaruhi perilaku manusia. Lingkungan yang bersih akan
meningkatkan kualitas hidup.
Pertambahan jumlah penduduk di suatu wilayah berbanding lurus dengan perkembangan
wilayah tersebut. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkontrol akan menimbulkan
banyak permasalahan sosial dan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang muncul
adalah masalah sampah yang akan beresiko terhadap penurunan kualitas lingkungan (Alkadri,
1999; Hadi, 2005). Penurunan kualitas lingkungan, selain menyebabkan ketidaknyamanan hidup
juga akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Aktivitas kebiasaan
masyarakat yang membuang sampah sembarangan, seperti di badan air akan membuat sampah

terakumulasi di saluran air sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan turunan lainnya
(Alkadri, 1999).
1.1 Analisis situasi
Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Yogyakarta bahwa sampah yang diangkut oleh BLH Kota Yogyakarta dari tahun anggaran 2009
sampai 2012 mengalami penurunan. Pada tahun anggaran 2009, volume sampah terangkut
adalah 91.128.967 kg, tahun 2010 adalah 82.750.690 kg, tahun 2011 adalah 63.918.292 dan
tahun 2012 adalah 60.944.474 kg. Volume sampah terbuang di Yogyakarta diasumsikan sekitar
230 ton/hari sampai 350 ton/hari yang akan diangkut dengan menggunakan 28 armada dump
truck dan 6 amrol yang dimiliki oleh BLH Kota Yogyakarta. Pengangkutan sampah yang banyak
tersebut menyebabkan satu buah dump truck mengangkut 2-3 rit sampah per hari dan amrol 2-5
rit per hari.

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

Sampah yang sudah menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) akan diangkut
oleh petugas BLH Kota Yogyakarta ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan, Bantul.
TPA di Piyungan juga merupakan TPA untuk sampah-sampah dari Kabupaten Sleman dan
Bantul. Dengan banyaknya sampah yang dibuang tiap hari ke TPA Piyungan maka pada
beberapa tahun mendatang diperkirakan TPA tersebut akan penuh dan tidak dapat menjadi TPA

untuk kawasan Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Hal ini menjadikan
BLH Kota Yogyakarta membuat langkah-langkah sehingga volume sampah yang dibuang oleh
rumah tangga berkurang dalam jumlah yang signifikan. Solusi untuk pengurangan volume
sampah tersebut adalah dengan program pengelolaan sampah secara mandiri berbasis
masyarakat.
BLH Kota Yogyakarta sudah membuat program-program yang mendukung program
pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat tersebut. Kegiatan yang telah dilakukan antara
lain berupa sosialisasi tentang 3R (Reduce, Reuse, Recycle), pemberian tas pilah ke semua RW di
Kotamadya (45 RW) dan pemberian mesin pencacah sampah ke 30 RW di Kotamadya.
Pemerintah kota Yogyakarta sudah sangat perhatian dengan permasalahan sampah. Hal
ini terbukti dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah yang menjadi dasar berpijak dalam pengelolaan sampah mandiri,
karena dengan telah diberikan payung hukum tersebut diharapkan kegiatan pengelolaan sampah
mandiri sebagai salah satu penanganan persoalan persampahan bisa terlaksana dengan baik dan
optimal.
Salah satu kegiatan dalam program pengelolaan sampah secara mandiri berbasis
masyarakat adalah dengan mendorong masyarakat untuk mendirikan bank sampah. Dengan
adanya bank sampah tidak hanya lingkungan menjadi bersih tetapi juga akan menjadi
pendapatan tambahan kepada rumah tangga.
Bank sampah “Surolaras” didirikan pada Januari 2012 meskipun dalam prakteknya baru

sekitar bulan Juni beroperasi. Dalam kurun waktu 5 (lima) bulan keberadaan bank sampah di
RW 08 Notoprajan berhasil merebut prestasi peringkat 6 pada penghargaan Green and Clean
2012 yang diadakan oleh Pemerintah Daerah DIY. Hal ini tentunya menjadi prestasi yang sangat
membanggakan bagi warga masyarakat Notoprajan pada umumnya, dan pengurus maupun
nasabah bank sampah khususnya.
Bank sampah yang berada di Notoprajan sudah berjalan dengan baik, meski masih ada
beberapa hal yang harus diback-up. Pada bulan September 2102 sudah ada sekitar 118 warga
masyarakat yang menjadi nasabah bank sampah, mereka secara aktif memilah dan memilih
sampah berdasarkan kategori sampah organik dan anorganik yang kemudian sepekan sekali
disetor ke pengurus bank sampah untuk diolah. Maksud diolah disini yakni ada mekanisme
menjual kembali dan mengolahnya menjadi pupuk kompos. Selama ini yang sudah berjalan baik
yakni penjualan sampah anorganik berupa; plastik, botol plastik, dan kertas yang dijual kembali
ke pengepul sampah. Penghasilan yang diperoleh dari penjualan tersebut tegolong lumayan yakni
selama sebulan minimal mereka mendapat keuntungan sebesar Rp 1,7 Juta. Uang tersebut

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

kemudian digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan para nasabahnya dan digunakan sebagai
dana operasional. Uang yang kembali ke para nasabah biasanya diwujudkan dalam bentuk
sembako seperti; minyak goreng dan beras. Secara sadar sebagian masyarakat telah menilai

adanya sampah dan keberadaan bank sampah telah memberikan nilai ekonomis bagi
perekonomian masyarakat.
Bank sampah di Notoprajan ini juga mengolah sampah plastik menjadi berbagai produk
kerajinan kreatif seperti tas dan souvenir. Salah satu kendala yang dihadapi bank sampah di
Notoprajan ini adalah produk yang dihasilkan kurang berkwalitas. Barang yang berkwalitas akan
berdampak pada jumlah penjualan dimana masyarakat lebih menyukai barang yang berkwalitas.
Jika dapat jumlah penjualan meningkat maka secara langsung akan menambah pendapat nasabah
dan mengurangi jumlah pengangguran. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kwalitas
produk berbahan sampah yang diproduksi oleh bank sampah SUROLARAS Notoprajan,
Ngampilan Yogyakarta.
2. METODE
Program dilaksanakan dengan metode membuat kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan peserta dalam membuat kerajinan berbahan dasar sampah. Kegiatankegiatan tersebut adalah sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta, pelatihan pembuatan
kerajinan cara anyam dan pelatihan pembuatan kerajinan cara jahit. Setelah peserta mempunyai
kemampuan dalam membuat kerajinan diharapkan setelah pelatihan selesai, peserta dapat
membuat kerajinan yang berkualitas sendiri.
2.1 Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan
Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
1.


Sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta
Sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta mengambil tema Peningkatan Kwalitas dan
Pengembangan Strategi Pemasaran Produk Berbahan Dasar Sampah. Sarasehan ini bertujuan:
Menjadi ajang tukar informasi dan motivasi bagi pengurus bank sampah sekota Yogyakarta, dan
Mencari strategi pemasaran produk berbahan dasar sampah. Sarasehan akan dilaksanakan pada 7
September 2013.
2.

Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Anyam
Pelatihan pembuatan kerajinan dengan cara anyam akan dilaksanakan sebanyak 10 kali
yang dibimbing oleh Ibu Bunda Sulastri. Pelatihan dilakukan 2-3 seminggu di Bank Sampah
SUROLARAS dengan diikuti oleh 20 orang peserta. Semua alat dan bahan yang diperlukan
disediakan. Agenda pelatihan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Agenda pelatihan pembuatan kerajinan dengan cara anyam

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

No
1
2

3
4
5
6

Materi
Menggunting sampah plastik
Menganyam untuk dompet
Penyelesaian dompet
Menganyam untuk tas
Penyelesaian tas
Menganyam model lain
Jumlah

Jumlah pertemuan
1 kali
1 kali
2 kali
1 kali
3 kali

2 kali
10 kali

3.

Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Jahit
Pelatihan pembuatan kerajinan dengan cara jahit dilaksanakan sebanyak 12 kali yang
dibimbing oleh mbak Sulastri. Pelatihan dilakukan 2-3 seminggu di Bank Sampah
SUROLARAS dengan diikuti oleh 20 orang peserta. Semua alat dan bahan yang diperlukan
disediakan. Agenda pelatihan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Agenda pelatihan pembuatan kerajinan dengan cara jahit
No
Materi
Jumlah pertemuan
1 Menggunting sampah plastik
1 kali
2 Menjahit lembaran dasar
3 kali
3 Membuat dompet
2 kali

4 Membuat tas wanita
3 kali
5 Membuat binder block note
3 kali
Jumlah
12 kali
3. PEMBAHASAN
Sampah rumah tangga yang dikumpulkan oleh Bank Sampah sebagian besar adalah
sampah plastic berupa bungkus minuman atau makanan. Plastik merupakan bahan kebutuhan
yang banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia modern. Secara garis besar plastik dapat
digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang
bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi
bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali.
Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk
thermoplastic.
Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari justru semakin meningkat sehinga
problem semakin pelik. Solusinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan yang berasal
dari plastik atau mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat. Sampah plastik
bisa diolah menjadi aneka kerajinan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Peluang


Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

usaha Kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan rezeki juga mengurangi polusi
akibat sampah plastik (Wahyono & Sudarno 2012).
Produk kerajinan yang berasalal dari sampah harus dijual untuk mendapatkan
keuntungan. Penjualan yang meningkat memberikan keuntungan yang meningkat pula. Cara-cara
untuk meningkatkan penjualan:
1. Ultimate advance adalah keunggulan produk yang kita berikan kepada konsumen. Ini
dapat berupa kualitas produk atau pelayanan, harus memberi nilai tambah untuk
pelanggan.
2. Sensasional offer adalah penawaran yang bisa membuat pelanggan terkejut karena tak
menyangka bakal mendapat penawaran menyenangkan itu. Misalnya dengan diskon,
hadiah dll
3. Powerful promise adalah memberi janji yang bisa meyakinkan konsumen agar tak raguragu membeli. Janji bahwa barang yang dibeli bisa ditukar atau dikembalikan biasa
dimanfaatkan orang untuk meyakinkan pembeli. Jaminan garansi atau layanan purna jual
juga memenuhi kaidah ini.
Salah satu cara dalam ultimate advance adalah produk yang dihasilkan harus mempunyai
kwalitas yang baik.Menurut Kotler dan Armstrong (2010) definisi kualitas produk adalah the
characteristic of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied customer
needs. Kualitas produk adalah karakteristik sebuah produk atau jasa yang memberikan
kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pelanggan.
Sedangkan menurut Stevenson (2005) dimensi kualitas produk adalah sebagai berikut :
1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.
2. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang
berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.
3. Special features, yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang
ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Reliability, hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang
berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan
dalam kondisi tertentu pula.
6. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai
barang.
7. Perceived Quality, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk
tersebut sebagai produk yang berkualitas.

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

8. Service ability, berkaitan dengan penanganan pelayanan purna jual, seperti penanganan
keluhan yang ditujukan oleh pelanggan.
Permasalahan yang dihadapi oleh pengurus Bank Sampah SUROLARAS adalah belum
mampu untuk membuat produk kerajinan berbahan sampah yang mempunyai kwalitas yang
baik, juga belum dapat menjual produk tersebut. Permasalahan yang dihadapi pengurus bank
sampah harus diatasi karena hal ini sudah membuat pengurus enggan untuk membuat produk
berbahan sampah. Sekiranya permasalahan ini dapat diatasi, maka produk ini akan menjadi nilai
tambah yang sangat berarti dan secara langsung akan menambah penghasilan dan mengurasi
jumlah pengangguran.
Solusinya adalah produk yang dihasilkan oleh bank sampah harus mempunyai kwalitas
yang baik. Kwalitas produk yang baik mengakibatkan pelanggan menjadi puas dan akan
memesan lagi (repeat order) produk tersebut. Kwalitas produk yang baik dimulai dengan
pemilihan bahan baku (berupa sampah olahan) yang baik, dilanjutkan dengan cara pembuatan
produk yang rapih dan baik, dan diakhiri dengan pengemasan produk yang baik dan menarik.
Program peningkatan kwalitas produk dimulai dengan pelatihan dari orang yang
berkompeten tentang cara-cara membuat produk yang berkwalitas baik. Di samping pelatihan,
perlu juga penyuluhan tentang penambahan produk baru yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
dapat dibuat oleh pengurus bank sampah. Hal ini membuat produk yang dihasilkan membuat
kwalitas yang baik dan lebih bervariasi. Penyuluhan dan pelatihan tentang produk saja tidaklah
cukup untuk menjadikan produk yang dihasilkan berkwalitas, perlu adanya pendampingan
kepada pengurus dalam pembuatan produk. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dilakukan
beberapa bulan sehingga pengurus benar-benar dapat membuat produk yang berkwalitas. Untuk
menjadikan produk berkwalitas, tentu memerlukan alat dan bahan yang benar dan baik walaupun
faktor ketrampilan dari peserta juga merupakan faktor penentu juga.
Untuk menjadikan produk yang berkwalitas dan dapat dipasarkan maka telah dilakukan
beberapa strategi yaitu:
1. Program berjalan selama 3 bulan agar peserta benar-benar mahir dalam membuat dan
menjual. Setelah program ini selesai, diharapkan pengurus bank sampah sudah mahir
dalam membuat produk yang bermutu dan mahir dalam pemasaran sehingga dapat
melaksanakannya secara mandiri.
2. Pelatihan diberikan kepada peserta dalam jumlah terbatas (20 orang) untuk menjaga
keefektifan pelatihan.
3. Pelatihan tentang peningkatan kwalitas produk dilaksanakan sebanyak 22 kali pertemuan.
Pelatihan sekaligus juga pendampingan dari pembimbing yang berpengalaman sangat
diperlukan.
4. Kebutuhan akan alat untuk meningkatkan kwalitas disediakan melalui program ini.
Mengingat terbatasnya dana maka tidak semua alat dapat disediakan, melainkan alat yang
memang benar-benar dibutuhkan.

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

Gambar 1. Suasana pelatihan

4. KESIMPULAN
Penelitian sudah berjalan dengan baik dan memberikan beberapa kebaikan yaitu:
1. Jumlah penerima manfaat riset
Jumlah penerima manfaat riset secara langsung berjumlah 20 orang yaitu peserta pelatihan. Ke20 orang ini diharapkan bisa menularkan ilmunya kepada yang lain, dan alhamdulillah hal ini
sudah mulai ada yaitu adanya peserta pelatihan yang diminta untuk menjadi instruktur oleh bank
sampah lain untuk memberi pelatihan tentang kerajinan berbahan sampah.
Jumlah penerima manfaat riset secara tidak langsung adalah semua pengurus dan nasabah bank
sampah “Surolaras” yaitu dapat digunakannya alat dan bahan pelatihan oleh mereka. Ini sudah
mulai dilakukan semenjak alat itu dibeli, misalnya untuk kegiatan pencatatan dan penghitungan
penjualan bank sampah sudah menggunakan laptop yang dibeli m dibeli menggunakan dana dari
penelitian.
2. Bentuk manfaat riset

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

Bentuk yang paling bermanfaat adalah bertambahnya ilmu dan ketrampilan peserta. Bentuk
manfaat riset yang lain berupa barang-barang yaitu alat dan bahan pelatihan seperti mesin jahit,
laptop, printer serta modal berupa uang yang didapatkan dari sisa penelitian.
3. Dampak riset
Dampak riset dapat dilihat dari beberapa sisi
a. Ekonomi
Secara ekonomi, riset ini sudah menambah pendapatan peserta dari penjualan hasil kerajinan.
Hal ini disebabkan kwalitas kerajinan yang dihasilkan setelah mengikuti pelatihan jauh lebih
baik berbanding sebelum pelatihan. Gambar 1 menunjukkan barang yang dihasilkan sebelum dan
sesudah pelatihan.

Sebelum

Sebelum

Sesudah

Sesudah

Gambar 2 Hasil kerajinan sebelum dan sesudah pelatihan
Barang kerajinan yang dihasilkan sebelum pelatihan rata-rata dijual dengan harga Rp.20.000 –
Rp.30.000 tetapi setelah adanya pelatihan, kerajinan dapat dijual dengan harga rata-rata
Rp.60.000 – Rp.70.0000.
b. Lingkungan
Dari sisi lingkungan, riset ini sudah mengurangi sampah yang dibuang. Jika sebelumnya
bungkus-bungkus tersebut dibuang oleh masyarakat, maka setelah ini masyarakat khususnya
pembuat kerajinan akan menyimpan dan menggunakan bungkus-bungkus tersebut. Ada juga

Era Abdima Volume 2 No. 1 Maret 2018

pembuat kerajinan yang sudah bekerjasama dengan penjual minuman untuk pengadaan bungkus
minuman tersebut.
c. Kemasyarakatan
Ilmu yang didapat oleh peserta pelatihan membuat mereka mempergunakan waktu luangnya
dengan membuat kerajinan. Peserta pelatihan yang rata-rata ibu rumah tangga sebelum pelatihan
mempergunakan waktu luangnya untuk menonton tv tetapi sekarang mempergunakannya untuk
hal-hal yang bermanfaat dan menguntungkan.
Riset ini telah melibatkan banyak pihak terutamnya yaitu Badan Lingkungan Hidup
(BLH) kota Yogyakarta, Bank Sampah seKota Yogyakarta, pengurus RW dan RT di RW 08
Notoprajan. Pelibatan dalam bentuk pelibatan mereka dalam sarasehan bank sampah sekota
Yogyakarta dan pelatihan. Pegawai BLH juga pernah mengunjungi tempat pelatihan untuk
melihat aktivitas pelatihan yang dilaksanakan.
5. SARAN
1.

Melaksanakan kegiatan serupa untuk Bank Sampah yang lain dengan melibatkan kader
Bank Sampah “Surolaras” Notoprajan sebagai pembimbing.

2.

Melakukan diversifikasi pelatihan dalam bidang pengolahan sampah organik.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pertamina Foundation Yang sudah memberi
bantuan keuangan terhadap penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA
Alkadri. 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Wilayah-BPPT. Jakarta.
Hadi, Sudharto P. 2005. Demensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2010. Principles Of Marketing 13ed. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Stevenson, William J.2005.Operations Management 8th ed.McGraw-Hill
Wahyono, Edy Hendras dan Sudarno, Nano. 2012. Pengelolaan Sampah Plastik Aneka:
Kerajinan dari Sampah Plastik. Yapeka. Bogor.