PRAKTIK SOSIAL DALAM PENGELOLAAN DANA RE

PRAKTIK SOSIAL DALAM PENGELOLAAN DANA REMITANSI TENAGA
KERJA INDONESIA (TKI)
(STUDI KASUS PADA KOPERASI SERBA USAHA BINA TKI SEJAHTERA,
DUSUN RINGINPUTIH, DESA SUMBERBOTO, KECAMATAN WONOTIRTO,
KABUPATEN BLITAR)
Dina Srirahayu
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
2013
ABSTRACT
Sumberboto village is one of enclave migrant workers in Blitar regency. The problem that arise is
when the family and migrant workers find it difficult to managed the migrant workers remittance, so that the
benefits of migrant workers remittance can not be used in real. Those situation becames the background of
establishment of KSU Bina TKI Sejahtera to managed migrant workers remittance. This research using
Anthony Giddens’s Structuration Theory (1984) to explain social practice that occured and its social
practice patterns in the management of the migrant workers remittance. Qualitative techniques with case
study approach were used to gather data, including individual in-depth interviews, direct and participant
observation. Based on teoritical propotition and pair the pattern to data analyze. The result showed that the
process of management migrant workers remittance started with the encounters from agent in Sumberboto
village locale so that generate social practice of parties that engaged in cooperative. Social practice in the
management of migrant workers remittance also generating another social practices such as saving and

loan social practice and fertilizer sales social practice. Those social practices can be occured because of the
agent and structure dualism which is reflected in signification, domination and legitimation structure.
Agency dynamics and interactions between the various structure in the context of the locality, leads to
changes in the structure of (S-D-L). Moreover, from the implementation of the three structures that are not
balanced, latent potential conflict and the practice of moral hazard.
Key words: Migrant Workers Remittance, Structuration, Social Practice and Cooperative.
1. Periode 1875-1940 pekerja Indonesia sudah
Pendahuluan
Masalah pengiriman tenaga kerja Indonesia
bekerja sebagai kuli kontrak di Suriname dan
(TKI) ke luar negeri bukanlah masalah yang baru di
New Caledonia.
negara Indonesia. Pengiriman TKI di Indonesia ke 2. Periode 1924-1944 ketika pendudukan Jepang,
luar negeri bahkan sudah berlangsung pada masa
demi memenuhi kebutuhan perang, Jepang
penjajahan atau masa kolonial. Dimana pada masa
mengirim dengan paksa pekerja-pekerja
itu banyak TKI yang dikirim ke luar negeri sebagai
Indonesia untuk bekerja di Singapura dan
tenaga kerja paksa ataupun sebagai pasukan perang

Thailand.
bangsa penjajah. Sehingga migrasi yang dilakukan
Sedangkan mulai tahun 1960-an, migrasi yang
oleh TKI pada masa dulu bukan didorong oleh dilakukan oleh TKI lebih bersifat sukarela
kebutuhan ekonomi para TKI, tetapi lebih ditentukan (voluntary migration) dan terbagi ke dalam beberapa
oleh kepentingan ekonomi negara penjajah dan para pola yaitu:
pengusaha asing.1
1. Periode 1969-1979: hampir 50 persen dari total
Pengiriman TKI ke luar negeri mengalami
TKI menuju ke negara-negara Eropa termasuk
beberapa kali periode antara lain:
ke negara Belanda.
2. 1979-1989: negara-negara di Timur Tengah
terutama Arab Saudi menjadi tujuan utama dari
TKI yang bekerja di luar negeri
3.
Setelah tahun 1989 sampai saat ini, Asia Selatan
1
Tadjuddin Noer Effendi. Peluang Kerja, Migrasi Pekerja, dan
termasuk Malaysia dan Singapura menjadi

Antisipasi Menghadapi Era Pasar Bebas 2003. Dalam M. Arif
tujuan utama.
Nasution (Ed.). 1999. Globalisasi dan Migrasi Antarnegara.
Bandung: Alumni. Hal: 38

1

2
Meningkatnya arus migrasi TKI ke luar negeri,
khususnya sejak zaman Orde Baru, yaitu pada tahun
1970-an, pemerintah terlihat secara eksplisit
memberikan perhatian kepada migrasi internasional
tenaga kerja yang mulai menunjukkan gejala
peningkatan.2 Migrasi TKI tersebut terjadi sebagai
respon masyarakat terhadap perbedaan kemampuan
ekonomi telah menimbulkan kesadaran adanya
“tekanan” untuk melakukan migrasi ke daerah yang
menjanjikan adanya kesempatan kerja yang lebih
baik.
Dari sekian banyak kantung TKI, Kabupaten

Blitar merupakan salah satu daerah kantung TKI
yang cukup besar. Berdasarkan data dari BNP2TKI
sampai bulan Juni 2012, Kabupaten Blitar
menempati urutan ketiga se-Jawa Timur, sebagai
daerah penghasil TKI yaitu sebanyak 4.300 orang.
Sedangkan Desa Sumberboto sendiri menempati
urutan keempat di Kabupaten Blitar sebagai daerah
penghasil TKI. Berdasarkan data dari SBMI DPC
Blitar yaitu pada tahun 2011 jumlah TKI Desa
Sumberboto sebanyak 257 orang.
Banyaknya TKI tersebut, berkorelasi positif
dengan banyaknya jumlah uang remitansi3 yang
dikirimkan ke daerah asal. Tahun 2011, Kabupaten
Blitar telah menyumbang jumlah remitansi sebanyak
Rp 67,85 milliar.4 Banyaknya jumlah remitansi yang
dihasilkan oleh para TKI tersebut sayangnya tidak
diimbangi dengan kesadaran dan kemampuan para
TKI untuk memanfaatkan dan mengelola dana
remitansi tersebut secara bijaksana dengan
berorientasi kepada kesejahteraan kehidupan TKI

dan keluarga TKI di masa depan.
Permasalahan
tersebut
melatarbelakangi
berdirinya Koperasi Serba Usaha (KSU) Bina TKI
Sejahtera yang diinisiatori seorang TKI Purna dari
2

Sejak orde baru, secara kuantitatif peningkatan jumlah pekerja
migran (TKI) di luar negeri adalah sebagai berikut: Pelita I
(1969-1974) sebanyak 5.624 orang; Pelita II (1974-1979)
sebanyak 17.052 orang; Pelita III (1979-1984) sebanyak 56.410
orang; Pelita IV (1984-1989) sebanyak 292.362 orang; Pelita V
(1989-1994) sebanyak 558.296 orang. (Riwanto Tirtosudarmo.
Dimensi Politik Migrasi Internasional: Indonesia dan negara
Tetangga. Dalam M. Arif Nasution (Ed.). 1999. Globalisasi
dan Migrasi Antarnegara. Bandung: Alumni. Hal: 151.
3
Remitansi adalah gaji yang dikirimkan oleh seorang TKI yang
berada di luar negeri kepada keluarganya yang ada di kampung

halamannya tersebut (N. Southiseng and J. Walsh. 2010.
Remittances and the Changing Roles of Women in Laos.World
Academy of Science, Engineering and Technology No. 49
Tahun 2011 hal: 83). Remitansi yang menjadi objek dalam
penelitian skripsi ini dipusatkan pada monetary remittance
khususnya dalam bentuk pengiriman uang (cash) dari TKI di
luar negeri dikirim ke daerah asal atau kampung halamannya.
4
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Blitar.
2011. Data Remittance s/d Desember 2011.

Hongkong yaitu Ibu Tukirah. Pendirian KSU Bina
TKI Sejahtera bertujuan untuk membantu keluarga
TKI dalam proses penerimaan dan pengelolaan dana
remitansi TKI agar dapat memberikan manfaat yang
lebih nyata dengan tujuan akhir agar TKI tidak perlu
menjadi TKI lagi. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
proses dan pola pengelolaan dana remitansi yang
dilakukan antara anggota dengan KSU Bina TKI

Sejahtera.
Tinjauan Teoritis
Gambaran praktik sosial pengelolaan dana
remitansi TKI disajikan dengan menggunakan teori
strukturasi Anthony Giddens (1984). Teori
strukturasi Giddens menggambarkan hubungan
dualitas atau saling tergantung antara agen dengan
struktur, yang dapat dilihat atau tercermin dalam
praktik sosial yang dilakukan oleh para agen. Praktik
sosial merupakan tindakan yang dilakukan secara
terpola dan terus-menerus dalam lintas ruang dan
waktu5 yang menggambarkan ketergantungan
timbal-balik antara agen dengan struktur.
Agen menunjuk pada aktor atau orang
kongkrit dalam arus kontinu tindakan dan peristiwa
di dunia. Sedangkan struktur adalah sebagai aturan
dan sumber daya yang terbentuk dari, dan
membentuk keterulangan praktik sosial. Struktur
sebagai hasil sekaligus sarana praktik sosial.6
Gagasan tentang agensi merujuk pada serangkaian

tindakan, perbuatan atau perilaku yang mengacu
pada arus tindakan tanpa henti.
Melalui gagasan hubungan dualitas antara
agen dan struktur tersebut, Giddens mengajukan tiga
gugus struktur yang disebut dengan prinsip-prinsip
struktural yang dapat digunakan untuk menganalisis
bentuk-bentuk praktik sosial antara agen dengan
struktur. Prinsip struktural tersebut adalah struktur
penandaan
atau
signifikasi
(signification)
menyangkut
skemata
simbolik,
pemaknaan,
penyebutan, dan wacana. Kedua, struktur
penguasaan atau dominasi (domination) yang
mencakup skemata penguasaan atas orang (politik)
dan barang atau hal (ekonomi). Ketiga, struktur

pembenaran atau legitimasi (legitimation) yang
menyangkut skemata peraturan normatif, yang
terungkap dalam tata hukum.
5

Anthony Giddens. 2009. Problematika Utama Dalam Teori
Sosial Aksi, Struktur dan Kontradiksi dalam Analisis Sosial.
(Penerjemah Dariyanto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal:
121.
6
B. Herry Priyono dalam Basis Edisi Khusus Anthony
Giddens. 2000. Sebuah Terobosan Teoritis. Nomor 01-02,
Tahun ke-49, Januari-Februari. Hal: 19.

3
Dalam gerak praktik-praktik sosial, ketiga didalamnya dan melalui struktur tersebut, praktik
gugus prinsip struktural tersebut terkait satu sama sosial para agen dapat dilangsungkan kembali
lain.
(direproduksi).
Penelitian ini mengambil delapan penelitian

terdahulu tentang migrasi internasional tenaga kerja,
manfaat dana remitansi dan peelitian tentang
koperasi. Kedelapan penelitian terdahulu tersebut
berfungsi sebagai acuan serta menunjukkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan
untuk mengisi celah-celah yang terdapat dalam
penelitian sebelumnya, yakni pada penelitian ini
bertujuan untuk menunjukkan pengelolaan dana
remitansi TKI yang dilakukan melalui koperasi.
Gambar 1 Skemata Praktik Sosial Giddens
Sumber: Giddens. 2009.

Berdasarkan gambar 1 diatas, maka ketiga
stuktur tersebut, terkait dengan praktik-praktik sosial
agen dalam interaksi yang juga berkaitan dengan
konsep
tentang
modalitas.
Modalitas
merepresentasikan dimensi utama dualitas struktur di

dalam penciptaan interaksi. Modalitas strukturasi
dimanfaatkan oleh para aktor untuk melakukan dan
menciptakan interaksi, namun pada saat yang sama
juga menjadi sarana untuk mereproduksi aneka
komponen struktural sistem interaksi.
Konsep lain yang penting dalam teori
strukturasi Giddens adalah membagi tingkat
kesadaran agen ke dalam tiga kelas, yakni motivasi
tidak sadar, kesadaran praktis dan kesadaran
diskursif. Ketiga jenis kesadaran tersebut berkaitan
tentang kemampuan agen dalam memberikan
penjelasan atas motif, alasan dan tujuan dari
tindakan yang dilakukan.7
Unsur penting lain dalam teori strukturasi
Giddens adalah konsep waktu dan ruang. Ruang dan
waktu tersebut menunjukkan proses (-isasi). Giddens
membedakan tiga dimensi waktu, yaitu,8 duree,
irreversible time dan longue duree. Sedangkan
konsep ruang berkaitan dengan tempat dimana
praktik sosial tersebut dilakukan, yaitu terdapat
konsep locale sebagai latar interaksi dan konsep
regionalization sebagai penetapan wilayah ruang
waktu sehubungan dengan kegiatan sosial yang
dirutinisasikan.9
KSU Bina TKI Sejahtera sebagai sebuah
lembaga ekonomi desa yang berfungsi sebagai
wadah untuk mengelola dana remitansi TKI,
terbentuk sebagai hasil dari praktik sosial para agen
7

Ibid., hal: 21.
Anthony Giddens. 2010. Teori Strukturasi Dasar-dasar
Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. (Penerjemah Maufur
dan Daryatno). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 55-57.
9
Ibid., hal: 182.
8

Metode Penelitian
Penelitian
kualitatif
yang
digunakan
menggunakan pendekatan studi kasus. Jenis studi
kasus yang digunakan adalah studi kasus intrinsik
dengan kasus tunggal dan menggunakan single level
analysis serta memakai model pengkajian
deskriptif.10 Metode tersebut digunakan untuk
menyoroti pola praktik sosial antara koperasi dan
anggota dengan satu masalah penting yaitu
pengelolaan dana remitansi TKI.
Langkah
kerja
metodologis
dengan
menggunakan dokumen, wawancara mendalam,
observasi langsung dan observasi partisipan jenis
partisipasi moderat.11 Teknis analisis data didasarkan
pada proposisi awal dan penjodohan pola. Proposisi
awal penelitian ini adalah “perjumpaan-perjumpaan
antar agen dalam pengelolaan dana remitansi
menghasilkan praktik sosial pihak-pihak yang terikat
dalam koperasi, yang dapat terjadi karena adanya
SDL yang terbangun dalam dualitas agen dan
struktur serta dapat menghasilkan sebuah pola
perubahan struktur (dinamika S-D-L)”. Sedangkan
teknik penjodohan pola merupakan strategi analisis
data yang dilakukan dengan membandingkan pola
yang didasarkan atas empiri dengan pola yang
diprediksikan (atau beberapa prediksi alteratif).12
Pihak-Pihak yang Terikat dan Pengelolaan Dana
Remitansi TKI Melalui KSU Bina TKI Sejahtera
di Desa Sumberboto
KSU Bina TKI Sejahtera sebagai lembaga
ekonomi yang terbentuk atas dasar inisiatif TKI
10

Agus Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial,
Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Tiara Wacana. Hal: 119-121.
11
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Cetakan Keempat. Bandung: Alfabeta. Hal: 227.
12
Robert K. Yin.. 2008. Studi Kasus Desain dan Metode.
(Penerjemah M. Djauzi Mudzakir). Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hal: 140.

4
Purna dengan mengajak TKI Purna yang lain dan
keluarga TKI, sebelumnya berasal dari kegiatan
arisan hari raya ibu-ibu warga Desa Sumberboto
yang dapat terjadi karena adanya perjumpaanperjumpaan antar para agen yakni expert agent
dengan ibu-ibu mantan anggota arisan hari raya
dalam suatu locale tertentu sebagai latar interaksi
yakni Desa Sumberboto.
Agar menjadi sebuah ciri kehidupan yang lebih
mapan (terinstitusionalisasi) maka perjumpaanperjumpaan yang dilakukan oleh para agen tersebut
harus dilakukan secara rutin yang menggambarkan
bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara berulang
(rekursif) yang menandakan bahwa kehidupan
manusia atau aktivitas-aktivitas sosial manusia
dipandang sebagai duree yaitu suatu arus perilaku
yang terus-menerus.
Perjumpaan yang dilakukan oleh para agen
tersebut, menggambarkan sebuah interaksi atau
pertemuan-pertemuan
yang
mengacu
pada
berkumpulnya dua orang atau lebih dalam konteks
keserempakan
(pertemuan-muka/co-presence).13
Perjumpaan-perjumpaan
yang
terjadi
juga
mengarahkan untuk terbentuknya interaksi terfokus
yaitu
dimana
dua
individu
atau
lebih
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitasnya melalui
titik pertemuan terus-menerus suara dan ekspresi
wajah.14
Interaksi terfokus tersebut, membuat para agen
menempatkan dirinya (positioning of the body)
sesuai dengan tugas-tugasnya (spatiality of
situation). Ibu Tukirah sebagai expert agent yakni
agen yang mampu memberi sederet kekuasaan
kausal, termasuk mempengaruhi kekuasaankekuasaan yang disebarkan orang lain, mengajak
para ibu-ibu mantan anggota arisan hari raya untuk
mendirikan kembali arisan hari raya tersebut yang
telah bubar. Ibu-ibu mantan anggota arisan hari raya
tersebut berindak sebagai lay agent karena
kedudukannya yang dapat dipengaruhi oleh expert
agent dan keberadaannya yang berfungsi untuk
mendukung tindakan yang dilakukan oleh expert
agent.
Pengambilan posisi tubuh yang dilakukan oleh
expert agent terlihat pada tindakan yang
dilakukannya untuk mengumpulkan ibu-ibu mantan
anggota arisan dan masyarakat pada umumnya untuk
melakukan
musyawarah
serta
memberikan

penjelasan atas penyampaian inisiatifnya untuk
membentuk kembali arisan hari raya.
Interaksi yang terjadi antara expert agent
dengan Ibu-Ibu mantan anggota arisan tersebut
sebagai sebuah hubungan sosial, dapat berlangsung
karena adanya ketersediaan lokal (locale) dan
kehadiran (presence). Desa Sumberboto sebagai
latar interaksi berupa daerah pedesaan, memberikan
ciri-ciri tertentu dan memberikan karakteristik
kehidupan yang khusus terhadap masyarakatnya,
yaitu sebagai masyarakat paguyuban (gemeinschaft),
dimana masyarakatnya masih hidup dalam suasana
kekerabatan tinggi, tolong-menolong, gotong-royong
dan kerukunan yang tinggi.15 Masyarakat hidup
dalam kedamaian dan kebersamaan.
Aspek fisik lokal berupa pangkalan (station)
dimulai dari pertemuan expert agent dengan
beberapa agen yang kemudian meluas dan dilakukan
sekalian dengan memanfaatkan sarana kegiatan
kemasyarakatan baik yang bersifat sosial seperti
posyandu dan PKK maupun bersifat keagamaan
seperti yasinan untuk melakukan pertemuan dan
perjumpaan-perjumpaan dengan ibu-ibu mantan
anggota arisan yang membahas upaya pembentukan
kembali arisan hari raya yang telah bubar.
Dengan begitu, Desa Sumberboto secara khas
telah diregionalisasikan secara internal menjadi
ruang pertemuan yasinan, posyandu, PKK,
musyawarah sebagai tempat melakukan kegiatan
berupa interaksi sosial antara expert agent dengan
ibu-ibu mantan anggota arisan yang dilakukan secara
rutin. Proses pembentukan kembali arisan hari raya
dapat diringkas dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2 Proses Pembentukan Kembali Arisan
Hari Raya

13

Anthony Giddens. 2011. The Constitution of Society: Teori
Strukturasi Untuk Analisis Sosial. (Penerjemah Adi Loka
Sujono). Yogyakarta: Pedati. Hal: 84.
14
Ibid., hal: 85.

15

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi Jilid I
Edisi Keenam. Diterjemahkan oleh Aminuddin Ram dan Tita
Sobari. Jakarta Erlangga. Hal: 228.

5
Inisiatif yang dilakukan oleh expert agent
untuk membentuk kembali arisan hari raya,
merupakan sebuah tindakan yang dilandasi oleh
kesadaran praktis, yaitu sebuah bentuk tindakan
yang secara khas dapat dilakukan, berupa gugus
pengetahuan praktis yang tidak selalu dapat diurai.
Kesadaran praktis melibatkan ingatan yang aksesnya
dimiliki agen dalam duree tindakan tanpa mampu
mengekspresikan apa yang dia ‘ketahui’.16
Kesadaran praktis yang dimiliki expert agent
merupakan hasil dari pengalaman masa lalu yang
sedang dihadirkan kembali (presencing). Sehingga
pengalaman masa lalu tersebut merupakan media
dimana masa lalu mempengaruhi masa depan, yang
identik dengan mekanisme dasar memori.17
Kesadaran praktis menunjukkan bahwa tindakan
yang dilakukan oleh agen tanpa dipertanyakan lagi
(begitu saja dilakukan) dan tindakan tersebut tidak
selalu dapat diuraikan oleh agen.
Pada perkembangannya expert agent harus
mampu memberikan penjelasan tentang alasanalasan dan tujuan yang mendasari tindakan yang
dilakukannya yang diperlukan untuk memberikan
pemahaman dan pengertian kepada ibu-ibu mantan
anggota arisan hari raya, agar dapat mendukung
rencana expert agent untuk membentuk kembali
arisan hari raya. Sehingga disini terjadi pergeseran
atau perkembangan kesadaran yang dimiliki expert
agent dari kesadaran praktis menuju kesadaran
diskursif.
Setelah koperasi berhasil dibentuk kembali,
jumlah anggota pada awalnya sebanyak 26 orang.
Penurunan jumlah anggota disebabkan oleh kenaikan
jumlah iuran dalam arisan hari raya. Baik mantan
anggota yang tetap memilih untuk ikut kembali
menjadi anggota arisan yang berhasil dibentuk
kembali maupun mantan anggota yang memilih
untuk tidak ikut, memiliki jenis kesadaran diskursif
karena mampu memberikan alasan atas tindakan
yang dilakukan meskipun juga terdapat beberapa
anggota yang memiliki jenis kesadaran praktis
karena tidak mampu memberikan penjelasan secara
eksplisit.
Selang tiga tahun berjalan, arisan yang telah
berhasil dibentuk mengalami perkembangan yang
pesat dan mendorong untuk menjadikan kegiatan
tersebut sebagai sebuah badan hukum berbentuk
koperasi. Upaya yang dilakukan expert agent untuk
merubah arian hari raya menjadi koperasi, memiliki
pola yang sama dengan upaya membentuk kembali
arisan hari raya, yaitu dilakukan pertama kali dengan

melakukan
perjumpaan-perjumpaan
untuk
memberikan
sosialisasi
tentang
kehidupan
perkoperasian kepada anggota arisan agar mendapat
dukungan dari anggotanya.
Pendirian koperasi selain dilatarbelakangi oleh
perkembangan arisan yang menjadi semakin besar
juga karena niatan expert agent untuk membantu
keluarga TKI dalam penerimaan dan pengelolaan
dana remitansi TKI serta merubah pola pikir dan
tindakan keluarga TKI yang pragmatis dalam
pemanfataan dana remitansi menjadi tindakan yang
berorientasi
kedepan
demi
peningkatan
kesejahteraan keluarga agar dana remitansi TKI
dapat dikelola secara bijaksana sehingga mampu
memberikan manfaat secara nyata.
Pola dan Dinamika Praktik Sosial Pengelolaan
Dana Remitansi TKI di KSU Bina TKI Sejahtera
Praktik sosial antar agen dimulai dengan
praktik sosial pengelolaan dana remitansi TKI yang
kemudian dapat melahirkan bentuk-bentuk praktik
sosial yang lain yaitu praktik sosial simpan pinjam
dan praktik sosial penjualan pupuk yang merupakan
hasil dari pemanfaatan dan pengelolaan dana
remitansi TKI oleh KSU Bina TKI Sejahtera.
Baik usaha simpan pinjam maupun penjualan
pupuk yang dilakukan oleh KSU Bina TKI
Sejahtera, memiliki dua sisi sudut pandang.
Pertama, apabila kedua aktivitas tersebut dilihat
sebagai sebuah teknis aktivitas atau mekanisme,
maka tindakan tersebut disebut sebagai struktur.
Kedua, apabila aktivitas tersebut dilihat sebagai
sebuah tindakan yang didalamnya terdapat agen
yang melakukan tindakan tersebut, maka kedua
aktivitas tersebut dapat disebut sebagai praktik
sosial.
Proses pembentukan kembali arisan hari raya
yang diinisiasi oleh expert agent telah membentuk
struktur dominasi pada expert agent, karena mampu
mempengaruhi dan menguasai orang lain (dominasi
politik) yaitu para mantan anggota arisan. Selain itu
dalam praktik sosial tersebut, telah memunculkan
prototipe18 bahwa sesuatu yang berhubungan dengan
arisan, atau ketika seseorang menyebut kata arisan,
maka akan identik atau prototipe yang muncul
adalah sosok dari expert agent yang berarti juga
adanya dominasi atas sumberdaya (dominasi
ekonomi) yaitu arisan hari raya ibu-ibu (karena
arisan menjadi identik dengan expert agent).

18

16

Giddens. 2011. Op.cit., hal: 58.
17
Ibid., hal: 55.

Prototipe adalah pengetahuan tentang orang-orang tertentu
dan kaitannya dengan atribut tertentu (Horton dan Hunt.
Op.cit., hal: 223).

6
Dari praktik sosial tersebut, juga muncul
signifikasi pada diri expert agent yang dilegitimasi
oleh masyarakat, berupa simbolisasi bahwa expert
agent adalah seorang yang ulet dan pekerja keras,
dapat dipercaya dan memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Legitimasi atas simbolik tersebut dapat
muncul ketika para masyarakat menganggap hal
tersebut sebagai sebuah kebenaran.
Dualitas agen dan struktur dalam pembentukan
kembali arisan hari raya, terlihat dari hubungan
bahwa praktik sosial yang terjadi telah membentuk
struktur dan praktik sosial tersebut juga dapat
berlangsung kembali (direproduksi kembali) karena
adanya ketiga sruktur tersebut. Dari struktur-struktur
yang telah terbentuk, juga dapat memperlihatkan
pola praktik sosial dalam pembentukan kembali
arisan hari raya memiliki pola dominasi – signifikasi
– legitimasi (D – S – L).
Dalam perkembangannya, struktur selalu
mengalami dinamika yang menunjukkan bahwa
struktur tersebut tidak bersifat statis tetapi dinamis.
Struktur dapat berubah sesuai dengan dinamika
praktik sosial yang dilakukan oleh para agen. Arisan
hari raya yang telah dilembagakan menjadi koperasi,
pada proses awal upaya pembentukan koperasi
tersebut, telah membentuk sekaligus membutuhkan
struktur signifikasi yang terjadi melalui interaksi
komunikasi antara expert agent dengan para anggota
arisan dengan memanfaatkan skema interpretatif
yang tersimpan dalam gudang pengetahuan masingmasing agen.
Strukur signifikasi yang terbentuk terdiri atas
penginterpretasian yang dilakukan expert agent
kepada para anggota arisan dan keluarga TKI
tentang tujuan koperasi yaitu untuk menyejahterakan
anggota, karena dalam koperasi terdapat Sisa Hasil
Usaha (SHU) yang akan dibagikan kepada anggota
setiap akhir tahun sebagai balas jasa kepada anggota
karena telah berpartisipasi dan ikut aktif dalam
memajukan koperasi. Selain itu koperasi berazazkan
kekeluargaan sehingga selalu mengutamakan
kepentingan anggotanya.
Keberadaan struktur signifikasi, selalu
didukung bahkan dibarengi dengan adanya struktur
dominasi.19 Dalam proses pendirian koperasi expert
agent dapat berinisiatif untuk mendirikan koperasi,
karena kedudukan atau jabatannya yang sebelumnya
dalam arisan hari raya ibu-ibu warga Desa
Sumberboto sebagai ketua arisan. Jabatan ketua
menunjukkan bahwa expert agent telah memiliki
kepercayaan dari para anggota, dan menjadi sarana
19

Giddens. 2011. Op.cit., hal: 36.

berupa fasilitas bagi expert agent untuk melakukan
praktik sosial penguasaan.
Dominasi yang dilakukan expert agent adalah
otoritas yang dimilikinya untuk merubah arisan hari
raya menjadi koperasi dan menjadikannya sebagai
wadah bagi para TKI untuk mengelola dana
remitansi mereka serta kewenangan expert agent
menyampaikan ide tersebut kepada anggota untuk
mendapatkan dukungan.
Kedua struktur yang telah terbentuk dalam
proses pendirian KSU Bina TKI Sejahtera,
mendapatkan pengesahan dari beroperasinya struktur
legitimasi. Struktur legitimasi merupakan hasil
sekaligus sarana berlangsungnya praktik sosial
berupa pemberian sanksi kepada anggota arisan yang
tidak patuh atau tidak sejalan dengan ketua arisan
untuk membentuk koperasi. Modalitas yang
digunakan untuk melakukan praktik sosial
pemberian sanksi adalah dengan adanya norma.20
Norma-norma baik yang tertulis ataupun tidak
tertulis yang terdapat dalam hubungan antara
anggota arisan dengan ketua arisan, terbentuk
sebagai hasil dari struktur dominasi yang sangat kuat
yang dimiliki expert agent yang kemudian diperkuat
oleh struktur sosial-budaya masyarakat Desa
Sumberboto. Kuatnya dominasi yang dimiliki expert
agent terlihat ketika expert agent memiliki inisiatif
untuk mendirikan KSU Bina TKI Sejahtera, maka
anggota arisan memiliki kewajiban untuk
mendukung rencana yang dimilikinya.
Kondisi tersebut diperkuat oleh tata kelakukan
yang lazim terdapat pada masyarakat pedesaan
bahwa anggota suatu kelompok ataupun masyarakat
harus mematuhi pemimpinnya. Maka ketika terdapat
anggota arisan yang tidak sepaham dengan
keputusan expert agent untuk mendirikan koperasi,
anggota tersebut dianggap telah melawan ketua
arisan dan di mata masyarakat dilihat sebagai
anggota masyarakat yang telah melanggar norma
berupa tata kelakukan (mores) untuk mematuhi
pemimpinnya dan dianggap telah tidak sopan.
Berdasarkan analisis diatas, terlihat bahwa
dinamika praktik sosial para agen dari aktivitas
pembentukan kembali arisan hari raya kemudian
aktivitas pendirian koperasi, juga telah menyebabkan
terjadinya dinamika perubahan struktur yang telah
terbentuk. Pola praktik sosial yang terbentuk dari
aktivitas pembentukan kembali arisan hari raya
20

Norma merupakan sebuah aturan yang berlaku dikalangan
kelompok tersebut. Norma yang ada tidak harus berupa norma
tertulis berupa aturan formal, tetapi dapat berupa norma-norma
yang tidak tertulis berupa nilai-nilai yang dianut dan diyakini
oleh kelompok tersebut (Horton dan Hunt. Op.cit., hal : 71).

7
adalah D – S – L berubah menjadi pola praktik sosial
S – D – L ketika berada pada aktivitas pendirian
KSU Bina TKI Sejahtera.
Perubahan pola praktik sosial tersebut juga
menunjukkan perubahan pada jenis struktur yang
paling dominan. Praktik sosial pembentukan kembali
arisan hari raya, menempatkan struktur dominasi
sebagai struktur yang paling dominan karena
tindakan untuk membentuk kembali arisan hari raya
merupakan sebuah upaya untuk membentuk,
menciptakan, atau menghadirkan kembali sesuatu
yang sebelumya sudah pernah ada, yakni arisan hari
raya. Sehingga yang dibutuhkan adalah kemampuan
seseorang untuk mengkoordinir dan memimpin
kelompok lainnya agar usaha tersebut dapat
terwujud.
Berbeda dengan praktik sosial pendirian
koperasi, masyarakat dihadapkan pada sebuah
bentuk lembaga ekonomi yang baru yaitu berbentuk
koperasi dimana banyak masyarakat yang masih
merasa asing dengan koperasi itu sendiri. Sehingga
dalam praktik sosial yang terjadi, menempatkan
struktur signifikasi sebagai struktur yang dominan
karena berperan penting dalam usaha untuk
memberikan pemahaman, pengertian dan pemaknaan
masyarakat terhadap koperasi. Struktur signifikasi
dibutuhkan dalam upaya untuk membangun atau
menciptakan sebuah institusi yang baru yang
sebelumnya belum pernah ada, karena diperlukan
sebuah komunikasi yang berfungsi sebagai jembatan
untuk melakukan transfer pengetahuan antar agen.

merupakan pengembangan dari usaha simpanpinjam yang dilakukan oleh arisan hari raya. Praktik
sosial simpan-pinjam antar agen dapat terjadi karena
KSU Bina TKI Sejahtera menyediakan jasa bagi
para anggota untuk melakukan aktivitas simpan
(menabung) maupun aktivitas pinjam (hutang) di
koperasi.
Praktik sosial simpan-pinjam di koperasi
dimulai dengan adanya struktur signifikasi yang
dilakukan oleh para pengurus koperasi sebagai
expert agent. Pengurus koperasi melakukan
komunikasi selain tentang kehidupan koperasi dan
keuntungan dari menjadi anggota koperasi yang
dapat menyejahterakan anggota, pengurus juga
melakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban
dari menjadi anggota koperasi, salah satunya adalah
berhak mendapatkan pelayanan dari koperasi dan
berhak memanfaatkan segala fasilitas yang terdapat
di koperasi, misalnya jasa simpan-pinjam koperasi.
Selain itu dengan memanfaatkan jasa koperasi
berarti anggota telah ikut mengembangkan koperasi.
Untuk itu sebagai balas jasa dari koperasi kepada
anggota, anggota berhak mendapatkan SHU.
Maka dalam praktik sosial simpan-pinjam,
koperasi juga memiliki dominasi baik dominasi atas
orang yang disebut dengan dominasi politik maupun
dominasi atas barang yang disebut dengan dominasi
ekonomi. Dominasi atas orang tersebut terlihat pada
kemampuan KSU Bina TKI Sejahtera untuk
mengakomodir dan mengarahkan sebagian besar
penduduk Desa Sumberboto untuk menjadi anggota
koperasi dan ketika mereka telah menjadi anggota,
mereka juga harus tunduk kepada segala peraturan
dan kebijakan koperasi, misalnya dengan mengikuti
anjuran pengurus koperasi untuk ikut aktif dalam
mengembangkan koperasi salah satunya dengan
memanfaatkan jasa dan pelayanan yang terdapat di
koperasi.
Dominasi yang dimiliki oleh koperasi juga
terlihat di bidang organisasional yaitu kemampuan
koperasi untuk mengatur organisasi di koperasi yang
membedakan antara pengurus dan karyawan,
anggota dan non anggota koperasi. Sedangkan
dominasi atas barang terlihat dari kedudukan
koperasi sebagai satu-satunya koperasi TKI yang
terdapat di Kabupaten Blitar dan mengelola dana
Gambar 3 Pola Praktik Sosial Pembentukan
Arisan dan Koperasi serta Pengelolaan
remitansi TKI yang kemudian dana tersebut
dana Remitansi TKI
dimanfaatkan oleh koperasi untuk mendirikan usaha
simpan-pinjam dan penjualan pupuk.
Setelah koperasi berdiri, koperasi mendirikan
Praktik sosial simpan-pinjam yang telah
usaha simpan-pinjam dan penjualan pupuk dimana berlangsung dan menghasilkan struktur signifikasi
sebagian dari modal yang digunakan berasal dari dan dominasi tersebut, mendapat pengesahan atas
dana remitansi TKI. Usaha simpan-pinjam tersebut, praktik sosial yang dilakukan melalui pembentukan

8
struktur legitimasi. Struktur legitimasi koperasi
berfungsi untuk melakukan pembenaran terhadap
tindakan yang dilakukan oleh koperasi meliputi
seluruh aturan (nilai dan norma) baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Aturan yang tertulis terdiri
atas Anggaran Dasar (AD) koperasi yang mengatur
syarat atau ketentuan umum koperasi dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) yang mengatur ekonomi
rumah tangga KSU Bina TKI Sejahtera. Aturan yang
dimiliki oleh KSU Bina TKI Sejahtera, memberikan
perlakuan yang berbeda antara anggota koperasi
dengan non anggota koperasi.
Perbedaan aturan antara anggota dan non
anggota pada akhirnya juga menghasilkan praktik
sosial yang berbeda diantara keduanya, misalnya
interaksi yang dilakukan anggota dengan koperasi
lebih intens apabila dibandingkan dengan non
anggota. Hal tersebut terjadi karena sebagai anggota
koperasi, anggota tiap bulan mengikuti pertemuan
rutin rapat bulanan, rapat tiga bulanan, dan rapatrapat anggota yang lainnya. Selain itu, anggota juga
diwajibkan untuk membayar iuran wajib tiap bulan
(disamping iuran cicilan jika mereka berhutang ke
koperasi). Sehingga intensitas anggota ke koperasi
lebih sering jika dibandingkan dengan non anggota.
Pada diri anggota juga muncul kesadaran kolektif
bahwa anggota harus ikut berpartisipasi dalam
koperasi untuk mengembangkan koperasi serta
kewajiban menjaga interaksi sosial dan hubungan
baik antar anggota koperasi berdasarkan atas asas
kekeluargaan, dimana sebagian besar dari kegiatan
tersebut tidak menjadi kewajiban non anggota.
Hubungan dualitas antara agen dan struktur
dalam aktivitas simpan-pinjam di koperasi telah
membentuk pola praktik sosial dan menghasilkan
struktur berupa signifikasi – dominasi – legitimasi (S
– D – L). Pola praktik sosial tersebut ternyata tidak
menunjukkan bahwa selamanya pola tersebut akan
mapan seperti itu, tetapi struktur yang ada juga dapat
mengalami sebuah goncangan yang oleh Giddens
disebut dengan ‘situasi kritis’, yaitu keadaankeadaan yang perubahannya radikal yang tidak bisa
diprediksi dan sanggup mempengaruhi sejumlah
besar individu, situasi-situasi yang mengancam atau
menghancurkan kepastian-kepastian kegiatan rutin
yang terlembagakan.21
Situasi kritis dalam koperasi terlihat ketika
salah satu struktur yang dimiliki oleh koperasi tidak
dapat berjalan sebagaimana mestinya seperti praktik
sosial yang terdapat pada struktur dominasi dan
legitimasi. Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang
terdapat pada masyarakat pedesaan, dalam
21

Giddens. 2004. Op.cit., hal: 72.

pelaksanaannya banyak dipengaruhi oleh struktur
sosial budaya masyarakat setempat tempat koperasi
tersebut berada. Sebagai contoh, ketika terdapat
anggota
yang
mengalami
keterlambatan
pembayaran, seringkali menempatkan koperasi
dalam keadaan yang cenderung kurang dapat
memberlakukan sanksi secara tegas atas pelanggaran
yang dilakukan oleh anggota maupun non anggota.
Pada kondisi seperti itu struktur dominasi dan
legitimasi koperasi berarti lemah karena koperasi
tidak dapat menjalankan praktik sosial yang
seharusnya dilakukan. Peraturan yang telah dibuat
oleh koperasi tidak dapat dilaksanakan secara tegas
dan kemampuan koperasi dalam mengatur
anggotanya lemah. Namun disisi lain, ketika
koperasi berusaha menegakkan aturan dan
mengembalikan kewibawaan koperasi dengan
menerapkan struktur dominasi dan legitimasi secara
tegas, terdapat kecenderungan munculnya konflik
laten antara anggota dengan koperasi. Konflik laten
tersebut dapat terjadi disebabkan karena adanya
pengetahuan dan interpretasi yang kurang dari para
anggota masyarakat.
Konflik laten muncul ketika anggota ataupun
masyarakat yang mengalami gagal bayar tetapi
kurang bisa menerima dengan peraturan dan
kebijakan yang dilakukan oleh koperasi kemudian
membentuk kelompok baru tersendiri dengan orangorang yang tidak paham dan mengerti tentang
koperasi. Munculnya kelompok tandingan dalam
koperasi tersebut mengancam keberlangsungan dan
kemapanan praktik sosial simpan-pinjam, keadaan
tersebut juga dapat menyebabkan kondisi yang
kurang kondusif bagi kemajuan koperasi dan
kehidupan kekeluargaan dalam koperasi.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat
diketahui bahwa pola praktik sosial simpan-pinjam
KSU Bina TKI Sejahtera memiliki pola praktik
sosial yang membentuk dan terbentuk dari struktur
signifikasi (S) – dominasi (D) – legitimasi (L). Antar
ketiga struktur tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, karena keberadaan antar struktur adalah
saling tergantung dan menguatkan struktur yang
lainnya.

9

Gambar 4 Pola Praktik Sosial Simpan-Pinjam di
KSU Bina TKI Sejahtera

Faktor penyebab gagalnya usaha penjualan
pupuk yang kedua adalah karena adanya pihak-pihak
tertentu di Desa Sumberboto yang bermain curang.
Meskipun telah terdapat peraturan yang jelas
mengenai distribusi pupuk bersubsidi, pada
kenyataannya di Desa Sumberboto pupuk tersebut
dapat beredar secara bebas di masyarakat.22 Kedua
kondisi tersebut meyebabkan penjualan pupuk di
koperasi Sejahtera mengalami kemacetan, karena
tidak adanya masyarakat yang memilih untuk
membeli pupuk di koperasi.
Kegagalan KSU Bina TKI Sejahtera dalam
mempertahankan
usaha
penjualan
pupuk
menunjukkan bahwa dalam mekanisme penyaluran
pupuk dari distributor kepada pengecer hingga
sampai konsumen akhir terdapat sebuah struktur lain
yang lebih besar di atas KSU Bina TKI Sejahtera
yang dapat mempengaruhi bekerjanya struktur yang
terdapat di koperasi. Perbedaan struktur tersebut
tergantung pada lokal (locale) masing-masing.
Struktur yang terdapat di koperasi bekerja demi
mengusahakan keuntungan bersama yakni anggota
koperasi. Sedangkan struktur yang terdapat di
masyarakat
bekerja
berdasarkan
orientasi
keuntungan pribadi atau kelompok tertentu saja,
yakni pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan
pengaruh lebih besar dibandingkan dengan koperasi.
Dominasi yang dimiliki oleh struktur desa
yang berada di atas koperasi tersebut, disebut telah
memiliki kapasitas transformatif (transformative
capacity) yaitu kemampuan mengadakan intervensi
dalam peristiwa tertentu dan bertujuan untuk
mengadakan perubahan,23 yang membawa dampak
terhadap perubahan integrasi pengelolaan penjualan
pupuk di KSU Bina TKI Sejahtera.
Gagalnya usaha jasa penjualan pupuk oleh
koperasi juga menunjukkan bahwa struktur yang
dimiliki oleh koperasi lemah, terutama dalam
struktur dominasi dan signifikasi. Koperasi pada
kenyataannya tidak mampu mengkoordinir dan
mengarahkan
anggotanya
untuk
memenuhi
kebutuhan pupuk mereka dengan membelinya dari
koperasi. Maka terlihat bahwa struktur dominasi
berupa dominasi otoritatif terhadap preferensi
anggota agar membeli pupuk di KSU Bina TKI
Sejahtera dan struktur dominasi alokatif berupa
menyediakan pupuk dengan harga bersaing tidak

KSU Bina TKI Sejahtera memulai usaha
penjualan pupuk pada tahun 2010 bekerjasama
dengan distributor pupuk UD. Maju Makmur Desa
Sumberboto. Usaha penjualan pupuk bertujuan
untuk mendekatkan pupuk kepada kelompok tani
karena dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat
sekitar yang merasa kesulitan untuk mendapatkan
pupuk ketika musim tanam tiba. Sehingga koperasi
ingin mendekatkan pupuk dari tangan distributor
kepada kelompok tani.
Keberhasilan koperasi mendirikan usaha
penjualan pupuk menunjukkan bahwa koperasi telah
berhasil
menjadi
lembaga
ekonomi
yang
mendominasi para anggota dan kelompok tani di
Desa Sumberboto karena koperasi mampu menjadi
lembaga yang mendominasi pendistribusian dan
penyediaan pupuk bagi anggota koperasi dan
kelompok tani di Desa Sumberboto, dan dalam
kondisi yang demikian maka koperasi telah
melakukan bentuk dominasi ekonomi. Struktur
dominasi ekonomi didukung dengan interpretasi
masyarakat bahwa koperasi menyejahterakan
anggotanya dan selalu mementingkan kepentingan
anggotanya.
Usaha jasa penjualan pupuk yang dilakukan
koperasi telah berhasil berjalan selama dua tahun,
hingga akhirnya pada September 2012 lalu, usaha
tersebut terpaksa dibubarkan dikarenakan banyak
faktor, diantaranya adalah adanya program dana
hibah dari kementrian pertanian tentang program
Penggerak Membangun Desa (PMD) yang diberikan
kepada kelompok tani desa. Berkat adanya dana
hibah tersebut, kelompok tani Desa Sumberboto 22
Hasil wawancara dengan Ibu Tukirah pada 18 Desember
memiliki dana sendiri dan dapat memenuhi
2012.
kebutuhan pupuknya sendiri tanpa melalui KSU 23 Karnaji. 2002. Sektor Informal Kota: Analisis Teori
Bina TKI Sejahtera bahkan mampu membuat Strukturasi Giddens (Kasus Pedagang Pasar Keputran Kota
gudang persediaan pupuk sendiri.
Surabaya). Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik. Tahun
22, Nomor 4. Hal: 292.

10
dapat dilakukan oleh koperasi. Sehingga para
anggota maupun masyarakat ketika terdapat pilihan
lain dalam pembelian pupuk yang dirasakan lebih
murah, memilih untuk membeli pupuk di tempat lain
tersebut karena dianggap lebih menguntungkan.
Sedangkan lemahnya struktur signifikasi
koperasi terlihat dari pemahaman, pemaknaan serta
interpretasi anggota koperasi terhadap usaha dan
kehidupan berkoperasi. Pengurus koperasi dapat
dianggap kurang berhasil dalam melakukan
komunikasi makna dan menanamkan jiwa
berkoperasi kepada anggotanya. Sehingga belum
tumbuh sikap loyal para anggota terhadap koperasi
dan masih tingginya sifat egois para anggota yang
mementingkan keuntungan pribadi dibandingkan
dengan memberikan keuntungan kepada koperasi
yang mana hasilnya dapat memberikan dan
meningkatkan kesejahteraan bersama. Tujuan
koperasi untuk menyejahterakan anggota dan
kewajiban
anggota
untuk
mengembangkan
kehidupan koperasi secara bersama-sama belum
dapat dipahami dengan baik oleh anggota.
Munculnya kelompok-kelompok tertentu atau
munculnya keadaan dimana pupuk dapat beredar
luas di masyarakat, merupakan sebuah situasi kritis
karena keadaan tersebut tidak dapat diprediksi
sebelumnya oleh KSU Bina TKI Sejahtera dan
kondisi baru yang muncul tersebut dapat
memberikan ancaman dan perubahan terhadap
kegiatan jual-beli pupuk yang selama ini telah
dilakukan oleh koperasi.
Konsekuensi-konsekuensi yang muncul dari
adanya situasi kritis tersebut adalah dengan
dibubarkannya usaha penjualan pupuk yang
dilakukan oleh KSU Bina TKI Sejahtera pada
September 2012. Sedangkan konsekuensi psikologis
yang muncul adalah berkurangnya rasa percaya dan
keamanan ontologis dalam diri anggota terhadap
koperasi karena dari keuntungan yang diambil oleh
koperasi yang ditujukan untuk kepentingan seluruh
anggota koperasi dimaknai secara berbeda oleh
masyarakat dan dianggap merugikan mereka. Selain
itu dengan terdapatnya gagal usaha di koperasi,
berpengaruh
terhadap
rendahnya
penilaian
masyarakat tentang kemampuan berwirausaha
koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggotanya.

Gambar 5 Pola Praktik Sosial Penjualan Pupuk
di KSU Bina TKI Sejahtera

Berdasarkan gambar diatas, maka dapat
diketahui bahwa praktik sosial penjulan pupuk di
KSU Bina TKI Sejahtera dapat berlangsung
sekaligus memiliki pola dominasi-signifikasilegitimasi. Tetapi karena struktur dominasi dan
signifikasi koperasi yang terbentuk lebih lemah jika
dibandingkan dengan struktur yang terdapat di
masyarakat, maka usaha penjualan pupuk yang
dilakukan oleh koperasi tersebut terpaksa
dibubarkan.
Temuan-Temuan Penting
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
terhadap KSU Bina TKI Sejahtera dengan
menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens,
telah menunjukkan bahwa praktik sosial yang
dilakukan oleh para agen mulai dari praktik sosial
pembentukan kembali arisan hari raya hingga
praktik sosial pendirian koperasi dan usaha yang
dilakukan oleh koperasi pada awalnya membutuhkan
struktur signifikasi yang lebih dominan namun pada
perkembangannya menjadikan struktur dominasi
menjadi struktur yang paling dominan yang
didukung oleh struktur legitimasi.
Struktur dominasi yang terbentuk baik berupa
dominasi politik maupun dominasi ekonomi.
Dominasi atas sumberdaya otoritatif (dominasi
politik) terlihat dari kemampuan ketua koperasi atau
expert agent untuk melakukan koordinasi terhadap
sejumlah agen yakni anggota arisan, keluarga TKI

11
dan TKI yang kemudian menjadi anggota koperasi
dan non anggota koperasi secara bersama-sama di
suatu masyarakat dan reproduksinya disepanjang
waktu merupakan jenis sumberdaya otoritatif yang
paling mendasar.
Sedangkan dominasi atas sumberdaya alokatif
(dominasi ekonomi) terlihat dari kemampuan expert
agent untuk melakukan perluasan ‘kekuatan
produksi’ untuk menambah sumberdaya material
yang sangat mendasar bagi ekspansi kekuasaaan.24
Dalam hal ini ketua koperasi memanfaatkan dana
remitansi TKI yang terdapat di koperasi
dipergunakan untuk mendirikan usaha simpanpinjam dan penjualan pupuk. Dari usaha tersebut
koperasi akan mendapatkan keuntungan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan modal dan
membesarkan koperasi.
Dominasi expert agent yang kuat, juga terlihat
dari fasilitas dan keistimewaan yang dimiliki oleh
ketua koperasi untuk menjadi pengurus koperasi
sekaligus merangkap sebagai karyawan koperasi.
Dimana didalamnya juga terdapat sekretaris koperasi
sekaligus juga merangkap sebagai karyawan
koperasi, yang merupakan anak dari expert agent.
Meskipun secara kualitas sekretaris koperasi
memenuhi kualifikasi untuk menjadi pengurus
koperasi dan tindakan yang dilakukan berupa
menduduki posisi ganda merupakan tindakan
rasional, namun aturan dalam koperasi menyebutkan
bahwa dalam suatu kepengurusan koperasi tidak
boleh terdapat hubungan darah atau hubungan
saudara.
Dominasi expert agent yang kuat dalam
koperasi selain memungkinkannya terjadinya hal
tersebut diatas, juga menyebabkan kedua agen
tersebut menjadi agen yang dilihat dan dipercaya
oleh masyarakat untuk mengurus dan memimpin
koperasi. Karena itu pengurus koperasi yang selama
ini telah menjabat terus terpilih dan menjabat
sebagai pengurus koperasi sejak koperasi berdiri
sampai sekarang (tiga kali periode). Terpilihnya
pengurus koperasi hingga tiga kali periode
kepengurusan, menunjukkan bahwa pengurus
koperasi memiliki dominasi yang kuat untuk
menancapkan pengaruhnya di segala bidang kegiatan
koperasi. Kepengurusan koperasi yang belum pernah
mengalami
pergantian
menunjukkan
bahwa
pemberian kesempatan untuk melakukan kaderisasi
ataupun pergantian kepengurusan tidak dilakukan
secara maksimal.
Kondisi yang demikian, apabila dibiarkan terus
berlanjut, dapat membuka peluang untuk melakukan
24

Ibid., hal: 315.

praktik moral hazard yang mungkin dapat dilakukan
oleh ketua koperasi bersama pengurus koperasi yang
lainnya. Moral hazard adalah pemanfaatan
kesempatan sekecil mungkin untuk tujuan
memperkaya diri atau dalam bahasa Jawa sering
diekspresikan dengan ungkapan aji mumpung.25
Kemungkinan untuk dapat terjadinya praktik moral
hazard tersebut karena sebagai expert agent yang
telah berjasa dalam menginisiasi dan mewujudkan
berdirinya KSU Bina TKI Sejahera akan berpotensi
menganggap dirinya sebagai owner koperasi dan
akan mewariskan posisi tersebut yang secara silsilah
kepada agen yang masih memiliki garis keturunan
atau hubungan darah dengan ketua koperasi, dan
calon yang berpotensi untuk hal tersebut adalah
sekretaris koperasi.
Jadi terdapat kecenderungan bahwa setelah
expert agent nanti tidak menjabat lagi, maka agen
yang akan menempati posisi ketua adalah agen yang
sekarang menjabat sebagai sekretaris koperasi.
Sehingga meskipun pada awalnya semua tindakan
yang dilakukan oleh pengurus koperasi memiliki
niatan yang baik yaitu ingin membantu TKI dan
keluarga TKI serta masyarakat Desa Sumberboto
pada umumnya, tetapi pada perkembangannya niat
dan tujuan tersebut dapat berubah (kemungkinan
munculnya kepentingan tertentu dalam diri agen)
sebagai akibat adanya kesempatan-kesempatan yang
secara ekonomi dapat menguntungkan agen.
Kemungkinan terjadinya pewarisan jabatan
tersebut juga didukung oleh adanya budaya
paternalistik pada masyarakat pedesaan.26 Budaya
paternalistik yang tumbuh pada masyarakat pedesaan
25

Pengertian moral hazard yang lain adalah keadaan yang
berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia yang
dapat menambah besarnya kerugian dibanding dengan resiko
rata-rata. Manusia itu terutama adalah tertanggung sendiri tapi
juga pegawainya atau orang-orang sekitarnya. Ciri-ciri moral
hazard adalah sulit diidentifikasi, namun kadang-kadang
tercermin dari keadaan-keadaan tertentu seperti, tidak rapi,
tidak bersih, keadaan dimana peraturan perusahaan tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya (tidak disiplin). Ciri lain
dari moral hazard adalah sulit diperbaiki atau dirubah karena
menyangkut sifat, pembawaan ataupun karakter manusia
(Sindung Haryanto. 2011. Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: ArRuzz Media. Hal: 86).
26
Budaya paternalistik adalah budaya dimana atasan atau
pemimpin berperan sebagai “Bapak” yang dianggap lebih tahu
akan segala hal, sehingga anggota atau bawahan merasa tidak
enak jika menyampaikan usulan apalagi mengkritik kesalahan
atasan. Manajemen yang menerapkan budaya seperti ini akan
mengurangi inisiatif bawahan atau dengan kata lain akan
menghambat adanya partisipasi (Anonim. 2009. Budaya
Paternalistik.
Diakses
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23373/3/Chapt
er%20II.pdf).

12
tersebut, membuat sebagian besar anggota koperasi
bersifat pasif, bahkan cenderung apatis terhadap
kepengurusan koperasi. Anggota tidak mau merasa
direpotkan atau bahkan memikirkan siapa agen yang
akan dicalonkan kelak untuk memimpin koperasi
agar terjadi regenerasi kepengurusan koperasi
Anggota koperasi selama ini melihat sosok
expert agent sebagai sosok yang baik,
bertanggungjawab dan dapat dipercaya. Sehingga
masyarakat dan khususnya anggota koperasi menjadi
kesulitan untuk mencari figure atau sosok lain yang
dapat dicalonkan menjadi pengurus koperasi.
Tumbunya sikap pasif dan cenderung apatis dari
para anggota koperasi tersebut memiliki dampak
yang kurang baik bagi kesehatan, keberlangsungan
dan keterbukaan (akuntabilitas) baik dalam bidang
organisasional maupun keuangan koperasi, yang
mana dalam hal tersebut dapat menimbulkan bahaya
laten korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Berdasarkan beberapa penemuan penting
tersebut, maka terdapat beberapa kitisi terhadap teori
strukturasi Giddens, dimana dalam analisis praktik
sosial, Giddens terlalu menekankan pada tindakan
(agensi) dari agen, tanpa memperhatikan keberadaan
struktur lain di luar struktur yang terbentuk sebagai
hasil dari praktik sosial agen. Dinamika yang terjadi
pada struktur sebagai hasil sekaligus sarana praktik
sosial tersebut tidak hanya disebabkan oleh dinamika
agensi yang dilakukan oleh agen, tetapi juga karena
adanya interaksi dengan struktur lain, terutama
interaksi dengan berbagai unsur atau struktur lokal
tempat interaksi tersebut berlangsung.
Selain itu, perubahan yang terjadi pada
struktur akibat adanya situasi kritis, tidak hanya
menyebabkan konsekuensi-konsekuensi psikologis,
seperti hancurnya rasa kepercayaan dan rasa aman
ontologis (ontological security) sebagaimana yang
disebutkan oleh Giddens, tetapi juga memiliki
konsekuensi-konsekuensi yang secara struktural,
misalnya terjadinya perubahan yang bersifat praktis
maupun strategis dalam suatu lembaga.
Prinsip-prinsip struktural yang terdiri atas
signifikasi, dominasi dan legitimasi yang berfungsi
untuk menganalisis praktik sosial yang terjadi, pada
kenyataannya di lapangan, apabila ketiga prinsip
struktural tersebut diterapkan secara tegas
sebagaimana seharusnya, ternyata memiliki