TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN DI KA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
PAREPARE
DIAN MASNENY MZ
151020600425/815101502
PROGRAM ON THE JOB TRAINING CPNS
KPP PRATAMA PAREPARE
KANTOR WILAYAH DJP SULAWESI SELATAN, BARAT DAN TENGGARA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2017
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN LAPORAN OJT
Pada hari ini tanggal 26 bulan April tahun 2017
Mengesahkan,
Kepala Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV
MUHAMMAD YASIM, S E
NIP 196012021985031001
Menilai,
Nilai
( 1 - 100 )
sc
Laporan Tugas Akhir
gc
Presentasi Workshop
ii
DAFTAR ISI
i
HALAMAN JUDUL
ii
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1. Kondisi Ideal
1
2. Kondisi Saat lni
2
2
B. Sasaran
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Permasalahan
B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan
3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
4
B. Saran
4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak Negara di dunia yang menerapkan
sistem perpajakan sebagai salah satu sumber penerimaan terbesar bagi kas Negara.
Mengamankan penerimaan negara merupakan salah satu kewajiban yang dipikul oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terutama Kantor Pelayanan Pajak Pratama sebagai unit
pelayanan terdekat dari masyarakat. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan
salah satu cara untuk melakukan penagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda. Dalam pelaksananaannya kasus yang dipilih oleh Account
Representative untuk diterbitkan STP berdasarkan pertujuan Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi seperti Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari
hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau
salah hitung, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga dsb.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin meninjau tata cara penerbitan Surat Tagihan
Pajak yang dilaksanakan oleh Account Representative berdasarkan persetujuan Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi dengan membandingkan Standar Operating Prosedure
(SOP) nomor KPP70-0063 tentang "Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)" serta
hambatan dalam pelaksanannya.
1. Kondisi Ideal
Berdasarkan SOP nomor KPP70-0063 tentang tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak
(STP), prosedur kerja dimulai dari Account Representative memilih kasus berdasarkan data
pembayaran, pelaporan, PBK, penundaan jatuh tempo, dan penundaan ditolak, kemudian
sistem menghasilkan data sanksi-sanksi yang akan diterbitkan STP sesuai dengan
ketentuan yang mengatur tentang dasar penerbitan STP dengan persetujuan Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi. Kemudian Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana
Seksi Pelayanan untuk mencetak STP yang telah disetujui. Setelah disetujui Pelaksana
Seksi Pelayanan melakukan pencetakan STP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi
Pelayanan. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani STP yang sudah dicetak.
Salah satu penyebab penerbitan STP adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib
Pajak Badan terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunan. SPT Tahunan Orang Pribadi
dilaporkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau pada tanggal 31
1
Maret setiap tahunnya. Sanksi administrasi akibat terlambat atau tidak melaporkan SPT
Tahunan Orang Pribadi berupa denda sebesar Rp 100.000,00 dan denda sebesar Rp
1.000.000,00 bagi Wajib Pajak Badan dengan batas pelaporan paling lambat 4 (empat)
bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau pada tanggal 30 April setiap tahunnya,
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.
2. Kondisi Saat Ini
Pada kenyataannya di KPP Pratama Parepare, proses Penerbitan Surat Tagihan Pajak
telah sesuai dengan Standar Operating Prosedure nomor KPP70-0063, namun dalam
pelaksanaannya masih ditemukan kendala yang dapat menghambat penerbitan Surat
Tagihan Pajak.
B. Sasa ran
Penulisan laporan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau pelaksanaan penerbitan
Surat Tagihan Pajak beserta hambatannya dan sebagai laporan tugas akhir On The Job
Training tahun 2016/2017 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Parepare. Laporan ini
diharapkan menjadi sarana pengembangan sistem yang balk dan dapat menjadi bahan
masukan untuk meningkatkan pelayanan yang prima kepada Wajib Pajak khususnya tentang
tata cara Penerbitan Surat Penagihan Pajak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hambatan dalam proses penerbitan Surat
Tagihan Pajak di KPP Pratama Parepare antara lain Tingkat Prioritas Account
Representative dan Sistem Informasi yang kadang bermasalah.
B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan
1. Tingkat prioritas penerbitan STP oleh Account Representative yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa Account Representative di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Parepare, penulis dapat menjabarkan Proses penerbitan Surat
Tagihan Pajak atau STP. Jadi berdasarkan wawancara tersebut, setiap Account
Representative memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam penerbitan STP, misalnya
berdasarkan pertimbangan mengenai batas waktu pelaporan SPT Tahunan oleh Wajib Pajak
dan pemilihan jenis Wajib Pajak yang akan diterbitkan STP. Dalam hal mempertimbangkan
batas pelaporan SPT Tahunan, AR akan mengecek terlebih dahulu Wajib Pajak yang
terlambat atau tidak melapor SPT Tahunan AR akan memberikan kebijakan dengan
menunggu pelaporan Wajib Pajak hingga akhir tahun sebelum menerbitkan STP.
Mengenai pemilihan jenis Wajib Pajak yang akan diterbitkan STP, beberapa AR
mengecualikan beberapa Wajib Pajak badan yang akan diterbitkan STP seperti Kelompok
Tani, Yayasan Pendidikan, Kegiatan Pembangunan Mesjid, Partai dan badan lainnya yang
tidak melakukan kegiatan di bidang perpajakan. Selain itu, sumber penghasilannya sematamata dari bantuan atau sumbangan yang merupakan penghasilan yang tidak termasuk objek
pajak.
2. Sistem Informasi Yang Kadang Bermasalah
Sebagai salah satu penyedia informasi, SIDJP merupakan sarana yang digunakan oleh
Account Representative dalam memproses penerbitan Surat Tagihan Pajak, namun
terkadang dalam pelaksanaanya terdapat kendala seperti sistem yang mengalami error baik
berasal dari sistem jaringan di KPP Pratama Parepare maupun dari server SIDJP. Hal
tersebut dapat menyebabkan penerbitan Surat Tagihan Pajak tidak teratur misalnya dalam
menginput kasus yang akan diterbitkan STP menjadi ganda sehingga harus dilakukan
pembatalan STP baik dari Permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan.
3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umunya pelaksanaan penerbitan Surat Tagihan Pajak di KPP Pratama Parepare
telah sesuai dengan Standard Operating Prosedure yang berlaku, yaitu SOP "Tata Cara
Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)" nomor KPP70-0063.
Penerbitan Surat Tagihan Pajak yang dilakukan oleh Account Representative sangat
beragam dengan kebijakan dan pertimbangan oleh AR tersebut, namun intinya setiap Wajib
Pajak yang tidak melapor akan dikenakan Surat Tagihan Pajak sebagaimana diatur dalam
Pasal 7 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.
B. Saran
1. Diadakannya penyeragaman sesama Account Representative di KPP Pratama Parepare
dalam penerbitan STP, hal ini untuk menghindari kesenjangan antara Wajib Pajak yang
diterbitkan STP dengan jenis Wajib Pajak yang sama, hal ini juga berlaku pada batas
waktu penyampaian SPT tahunan Sebelum diterbitkan STP.
2. Saling berkoordinasi dengan Seksi Pelayanan khususnya bagian TPT dalam hal
pendaftaran NPWP untuk tidak mencheck list kewajiban SPT Tahunan bagi Wajib Pajak
badan yang tidak memiliki kegiatan dibidang perpajakan pada saat pendaftaran NPWP
agar tidak muncul notifikasi pada SIDJP mengenai keterlambatan atau kealpaan dalam
pelaporan SPT Tahunan.
3. Sosialisasi efiling agar wajib pajak dapat melapor sendiri SPT Tahunan Orang Pribadi
secara online tanpa harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak.
4. Perbaikan sistem jaringan sebagai penyedia sumber informasi utama di KPP baik di
lingkungan internal KPP maupun dalam skala nasional.
4
TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
PAREPARE
DIAN MASNENY MZ
151020600425/815101502
PROGRAM ON THE JOB TRAINING CPNS
KPP PRATAMA PAREPARE
KANTOR WILAYAH DJP SULAWESI SELATAN, BARAT DAN TENGGARA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2017
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN LAPORAN OJT
Pada hari ini tanggal 26 bulan April tahun 2017
Mengesahkan,
Kepala Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV
MUHAMMAD YASIM, S E
NIP 196012021985031001
Menilai,
Nilai
( 1 - 100 )
sc
Laporan Tugas Akhir
gc
Presentasi Workshop
ii
DAFTAR ISI
i
HALAMAN JUDUL
ii
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1. Kondisi Ideal
1
2. Kondisi Saat lni
2
2
B. Sasaran
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Permasalahan
B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan
3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
4
B. Saran
4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak Negara di dunia yang menerapkan
sistem perpajakan sebagai salah satu sumber penerimaan terbesar bagi kas Negara.
Mengamankan penerimaan negara merupakan salah satu kewajiban yang dipikul oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terutama Kantor Pelayanan Pajak Pratama sebagai unit
pelayanan terdekat dari masyarakat. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan
salah satu cara untuk melakukan penagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda. Dalam pelaksananaannya kasus yang dipilih oleh Account
Representative untuk diterbitkan STP berdasarkan pertujuan Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi seperti Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari
hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau
salah hitung, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga dsb.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin meninjau tata cara penerbitan Surat Tagihan
Pajak yang dilaksanakan oleh Account Representative berdasarkan persetujuan Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi dengan membandingkan Standar Operating Prosedure
(SOP) nomor KPP70-0063 tentang "Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)" serta
hambatan dalam pelaksanannya.
1. Kondisi Ideal
Berdasarkan SOP nomor KPP70-0063 tentang tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak
(STP), prosedur kerja dimulai dari Account Representative memilih kasus berdasarkan data
pembayaran, pelaporan, PBK, penundaan jatuh tempo, dan penundaan ditolak, kemudian
sistem menghasilkan data sanksi-sanksi yang akan diterbitkan STP sesuai dengan
ketentuan yang mengatur tentang dasar penerbitan STP dengan persetujuan Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi. Kemudian Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana
Seksi Pelayanan untuk mencetak STP yang telah disetujui. Setelah disetujui Pelaksana
Seksi Pelayanan melakukan pencetakan STP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi
Pelayanan. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani STP yang sudah dicetak.
Salah satu penyebab penerbitan STP adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib
Pajak Badan terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunan. SPT Tahunan Orang Pribadi
dilaporkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau pada tanggal 31
1
Maret setiap tahunnya. Sanksi administrasi akibat terlambat atau tidak melaporkan SPT
Tahunan Orang Pribadi berupa denda sebesar Rp 100.000,00 dan denda sebesar Rp
1.000.000,00 bagi Wajib Pajak Badan dengan batas pelaporan paling lambat 4 (empat)
bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau pada tanggal 30 April setiap tahunnya,
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.
2. Kondisi Saat Ini
Pada kenyataannya di KPP Pratama Parepare, proses Penerbitan Surat Tagihan Pajak
telah sesuai dengan Standar Operating Prosedure nomor KPP70-0063, namun dalam
pelaksanaannya masih ditemukan kendala yang dapat menghambat penerbitan Surat
Tagihan Pajak.
B. Sasa ran
Penulisan laporan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau pelaksanaan penerbitan
Surat Tagihan Pajak beserta hambatannya dan sebagai laporan tugas akhir On The Job
Training tahun 2016/2017 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Parepare. Laporan ini
diharapkan menjadi sarana pengembangan sistem yang balk dan dapat menjadi bahan
masukan untuk meningkatkan pelayanan yang prima kepada Wajib Pajak khususnya tentang
tata cara Penerbitan Surat Penagihan Pajak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hambatan dalam proses penerbitan Surat
Tagihan Pajak di KPP Pratama Parepare antara lain Tingkat Prioritas Account
Representative dan Sistem Informasi yang kadang bermasalah.
B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan
1. Tingkat prioritas penerbitan STP oleh Account Representative yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa Account Representative di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Parepare, penulis dapat menjabarkan Proses penerbitan Surat
Tagihan Pajak atau STP. Jadi berdasarkan wawancara tersebut, setiap Account
Representative memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam penerbitan STP, misalnya
berdasarkan pertimbangan mengenai batas waktu pelaporan SPT Tahunan oleh Wajib Pajak
dan pemilihan jenis Wajib Pajak yang akan diterbitkan STP. Dalam hal mempertimbangkan
batas pelaporan SPT Tahunan, AR akan mengecek terlebih dahulu Wajib Pajak yang
terlambat atau tidak melapor SPT Tahunan AR akan memberikan kebijakan dengan
menunggu pelaporan Wajib Pajak hingga akhir tahun sebelum menerbitkan STP.
Mengenai pemilihan jenis Wajib Pajak yang akan diterbitkan STP, beberapa AR
mengecualikan beberapa Wajib Pajak badan yang akan diterbitkan STP seperti Kelompok
Tani, Yayasan Pendidikan, Kegiatan Pembangunan Mesjid, Partai dan badan lainnya yang
tidak melakukan kegiatan di bidang perpajakan. Selain itu, sumber penghasilannya sematamata dari bantuan atau sumbangan yang merupakan penghasilan yang tidak termasuk objek
pajak.
2. Sistem Informasi Yang Kadang Bermasalah
Sebagai salah satu penyedia informasi, SIDJP merupakan sarana yang digunakan oleh
Account Representative dalam memproses penerbitan Surat Tagihan Pajak, namun
terkadang dalam pelaksanaanya terdapat kendala seperti sistem yang mengalami error baik
berasal dari sistem jaringan di KPP Pratama Parepare maupun dari server SIDJP. Hal
tersebut dapat menyebabkan penerbitan Surat Tagihan Pajak tidak teratur misalnya dalam
menginput kasus yang akan diterbitkan STP menjadi ganda sehingga harus dilakukan
pembatalan STP baik dari Permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan.
3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umunya pelaksanaan penerbitan Surat Tagihan Pajak di KPP Pratama Parepare
telah sesuai dengan Standard Operating Prosedure yang berlaku, yaitu SOP "Tata Cara
Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)" nomor KPP70-0063.
Penerbitan Surat Tagihan Pajak yang dilakukan oleh Account Representative sangat
beragam dengan kebijakan dan pertimbangan oleh AR tersebut, namun intinya setiap Wajib
Pajak yang tidak melapor akan dikenakan Surat Tagihan Pajak sebagaimana diatur dalam
Pasal 7 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.
B. Saran
1. Diadakannya penyeragaman sesama Account Representative di KPP Pratama Parepare
dalam penerbitan STP, hal ini untuk menghindari kesenjangan antara Wajib Pajak yang
diterbitkan STP dengan jenis Wajib Pajak yang sama, hal ini juga berlaku pada batas
waktu penyampaian SPT tahunan Sebelum diterbitkan STP.
2. Saling berkoordinasi dengan Seksi Pelayanan khususnya bagian TPT dalam hal
pendaftaran NPWP untuk tidak mencheck list kewajiban SPT Tahunan bagi Wajib Pajak
badan yang tidak memiliki kegiatan dibidang perpajakan pada saat pendaftaran NPWP
agar tidak muncul notifikasi pada SIDJP mengenai keterlambatan atau kealpaan dalam
pelaporan SPT Tahunan.
3. Sosialisasi efiling agar wajib pajak dapat melapor sendiri SPT Tahunan Orang Pribadi
secara online tanpa harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak.
4. Perbaikan sistem jaringan sebagai penyedia sumber informasi utama di KPP baik di
lingkungan internal KPP maupun dalam skala nasional.
4