IMPLEMENTASI QARD DALAM LEMBAGA KEUANGAN (3)

IMPLEMENTASI QARD DALAM LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Fiqh Kontemporer Perbankan
Dosen pengampu: Imam Mustofa, M.S.I

Disusun oleh :
Nama

: Bramanto

NPM

: 141259210
Kelas C

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO
2016/2017


IMPLEMENTASI QARD
DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Pendahuluan
Dalam Islam, uang merupakan salah satu faktor produksi sehingga
untuk mendapatkan nilai lebih dari nilai asalnya tergantung dari hasil-hasil
produksi. Kemudian uang juga adalah sebagai alat sosial, karena uang
tersebut juga dijadikan sebagai alat membantu sesama insan, apabila bantuan
tersebut untuk kepentingan komersial, maka pinjaman tersebut dianggap
sebagai pinjaman biasa bukan pinjaman yang produktif. Pinjaman dalam
bentuk konsumsi ini oleh Islam disebut sebagai qard, yaitu pemberian harta
kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali.1 Qard adalah
pinjaman uang atau modal yang diberikan seseorang kepada pihak lainnya,
dimana pinjaman tersebut digunakan untuk usaha atau menjalankan bisnis
tertentu.2
Dalam hal ini peminjam memiliki tanggung jawab untuk
mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan jumlah yang dipinjamnya
tanpa bergantung pada untung atau rugi usaha yang dijalankannya. Pinjaman
qard juga tidak berbunga, karena prinsip dalam qard ini adalah tolong


menolong. Sedangkan qard Al- Hasan yaitu meminjamkan sesuatu kepada

1

Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia , (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 26
2

Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 169

orang lain, dimana pihak yang dipinjami sebenarnya tidak ada kewajiban
mengembalikannya.
Qardhul hasan menurut Kamus Popular Keuangan dan Ekonomi

Syariah merupakan pinjaman kebajikan, suatu akad pinjam meminjam
dengan ketentuan pihak yang menerima pinjaman tidak wajib mengembalikan
dana apabila terdapat jorce majeure.3
Al-qard merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank


syariah dalam membantu pengusaha kecil. Pembiayaan qard diberikan tanpa
adanya imbalan. Al-qard juga merupakan pembiayaan harta kepada orang lain
yang dapat ditagih atau diminta kembali sesuai dengan jumlah uang yang
dipinjamkan, tanpa adanya tambahan atau imbalan yang diminta oleh bank
syariah.4 Pinjaman qard diberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain
mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu.5
Akad yang menitik beratkan pada prisnsip tolong menolong tidak
mengutamakan mencari untung, ada pula akad yang bertujuan mencari
untung. Akad yang pertama yaitu akad tabarru, sedangkan akad yang kedua
dikenal dengan akad ijarah (mu’awadah). Salah satu akad tabarru adalah
akad pinjam-meminjam. Pinjam meminjam adalah memberi sesuatu yang

3

M. Nadratuzzaman Hosen dan Am. Hasan Ali, Kamus Popular Keuangan dan Ekonomi
Syariah, (Jakarta: PKES, 2008), h. 74
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 212.
4


5

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan , (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 63

halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusak
zatnya, dan akan mengembalikan barang yang dipinjamnya tadi.6
Para Ulama Fiqh sepakat bahwa akad qard dikategorikan sebagai akad
Ta’awuniy (akad saling tolong-menolong), bukan transaksi komersil. Maka,

dalam perbankan syariah akad ini dapat digunakan untuk menjalankan
kegiatan sosial bank syariah. Yaitu dengan memberi pinjaman murni kepada
orang yang membutuhkan tanpa dikenakan apapun. Meskipun demikian
nasabah tetap berkewajiban untuk mengembaikan dana tersebut, kecuali jika
bank mengikhlaskannya.7

6

Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 34


7

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), h.144

BAB II
PEMBAHASAN
Implementasi Qard dalam LKS
Qard merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya

untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat
diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya).8
Akad qard biasanya diterapkan sebagai berikut:
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang terbukti loyalitas dan
bonafitditasnya, yang membutuhkan dana talang segera untuk masa
yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikannya
sejumlah uang yang dipinjamnya itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia
tidak bisa menarik dananya karena misalnya, tersimpan dalam bentuk
deposito.
3. Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat kecil atau

membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah
dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardhal-hasanah.9
4. Sebagai dana talang untuk jangka waktu singkat, maka nasabah akan
mengembalikannya dengan cepat seperti kompensating balance dan
factoring (anjak piutang).10

8

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah , (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h.

46
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 134
9

Uang yang dititipkan nasabah kepada LKS yang biasanya
menggunakan akad wadi’ah dapat berubah menjadi qard. Perubahan ini
terjadi apabila pihak LKS menggunakan dana atau uang tersebut untuk
dimanfaatkan atau diinvestasikan dalam kegiatan bisnis atau penggunaan
uang tersebut untuk dikembangkan.11

Praktek qard dalam Lembaga Keuangan Syariah, mengingat sifatnya
bukan

transaksi

komersial

dan

tanpa

kompensasi,

maka

qard

menggunakan sumber dana yang berasal:
1. Untuk membantu dana talangan yang bersifat jangka pendek,
digunakan modal bank.

2. Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial,
digunakan dana yang bersumber dari zakat, infak, dan sedekah.12
Sementara Ismail menyatakan bahwa asal dana qard adalah sebagai
berikut:
1. Qard yang diperlukan untuk pemberian dana talangan kepada
nasabah yang memiliki deposito di bank syariah. Dana talangan ini
diambilkan dari modal bank yang jumlahnya sedikit dan jangka
waktunya pendek, sehingga bank syariah tidak diragukan.

Gemala Dewi, “Hukum Perikatan Islam di Indonesia”, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2001), h. 159
10

11

12

Imam Mustofa, Fiqh Muamalah.., h. 173

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori,

Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan
Mahasiswa , (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 197

2. Qard yang digunakan untuk memberikan pembiayaan kepada
pedagang asongan (pedagang kecil) atau lainnya, sumber dana
berasal dari zakat, infak, sedekah dari nasabah atau para pihak yang
menitipkannya kepada bank syariah.
3. Qard untuk bantuan sosial, sumber dana berasal dari pendapatan
bank syariah dari transaksi yang tidak dapat dikategorikan
pendapatan halal. Misalnya pendapatan denda atas keterlambatan
pembayaran oleh nasabah.13
Aplikasi qard dalam perbankan biasanya dalam empat hal:14
1.

Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya
perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan
haji.

2.


Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit
syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai
milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu
yang ditentukan.

3.

Sebagai

pinjaman

kepada

pengusaha

kecil

dimana


menurut

perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila dberi
pembiayaan dengan skema jual-beli, ijarah, atau bagi hasil.

h. 84

13

Imam Mustofa, Fiqh Muamalah.., h. 173

14

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah , (Yogyakarta: Ekonisia, 2003),

4.

Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.
Pengurus bank akan mengembaliikannya secara cicilan melalui
pemotongan gajinya.
Dalam skema qard akan lebih jelas tentang gambaran mekanisme

qard dalam aplikasi bank syariah.15
Perjanjian Qard

Nasabah

Tenaga

100%

Bank Syariah

Modal 100%

Proyek usaha

Modal 100%

Keuntungan

1. Kontrak perjanjian qard dilaksanakan antara bank dan nasabah
2. Nasabah menyediakan tenaga untuk mengelola usaha dan bank syariah
menyerahkan modal sebagai investasi. Modal yang diserahkan dalam
qard berasal dari dana bank dan dana kebajikan yang dikumpulkan

oleh bank dari berbagai sumber antara lain: zakat, infak, sadaqah,
denda, bantuan dari pihak lain, dan dana lainnya.

15

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 214

3. Bila terdapat keuntungan maka keuntungan 100% dinikmati oleh
nasabah, tidak dibagi hasilkan dengan bank syariah.
4. Pada

saat

pembayaran

atau

jatuh

tempo,

maka

nasabah

mengembalikan 100% modal yang berasal dari bank tanpa ada
tambahan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Qard adalah pinjaman uang atau modal yang diberikan seseorang kepada

pihak lainnya, dimana pinjaman tersebut digunakan untuk usaha atau
menjalankan bisnis tertentu.
Aplikasi qard dalam lembaga keuangan syariah yaitu sebagai produk
pelengkap kepada nasabah yang membutuhkan talangan dana secepatnya,
sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membentuk
sektor sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris
di Indonesia , Jakarta: Erlangga, 2010

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2007
Gemala Dewi, “Hukum Perikatan Islam di Indonesia”, Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2001
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia,
2003
Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011
M. Nadratuzzaman Hosen dan Am. Hasan Ali, Kamus Popular Keuangan dan
Ekonomi Syariah, (Jakarta: PKES, 2008

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2001
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2001

Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management:
Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa , Jakarta: Rajawali Pers, 2008

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009