B. KLASIFIKASI TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM - MAKALAH HUKUM PIDANA ISLAM DILIHAT DARI SUDUT PANDANG HAK ASASI MANUSIA

HUDUD

  MAKALAH HUKUM PIDANA ISLAM DILIHAT DARI SUDUT PANDANG HAK ASASI MANUSIA ( HAM )

  A. PENDAHULUAN Sebagai sistem hukum yang telah ada sejak abad ke 7 atau 14 abad yang lalu, kini hukum Pidana Islam dianggap sudah ketinggalan dibandingkan sistem hukum pidana barat, baik continental ataupun common law. Adalah masyarakat abad 20 telah berubah dan tentu dengan tatanan dan kebutuhan yang berbeda dengan masa lalu termasuk hukumnya. Lalu klaim itu meluas dengan mengatakan syariat Islam tidak lagi selaras dengan kehidupan global karena ia terlalu keras bagi masyarakat yang menjunjung tinggi HAM.

  Memang tidak sedikit manusia berpendapat bahwa hukum pidana dalam islam terlalu keras atau bahkan cendeung dapat dikatakan kejam dan tidak manusiawi. Hal ini wajar jika kita menilik pada hukuman – hukuman yang dijatuhkan bagi para pelaku kejahatan dianggap terlalu berlebihan, sebagaimana yang tertulis dalam kandungan hukum pidana islam. Sebagai contoh, pada saat seseorang melakukan tindakan pencurian maka jika kita mengacu dalam hukum pidana islam orang tersebut harus diberi hukuman dengan dpotong tangannya, bagi sebagian orang hal ini terlalu berlebihan jika dibandingkan dengan hukum kontinental pada umumnya dengan melakukan perbuatan yang sama hanya dihukum dengan membayar denda atau dipenjarakan. Hal ini jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan hukum pidana islam. Oleh sebab perlu adanya suatu penyelarasan atau penyeimbangan antara hukum pidana islam dengan hukum kontinental ataupun common law sebab kita terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang mempunyai pandangan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

  B. KLASIFIKASI TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM Ada beberapa klasifikasi tindak pidana dalam hukump;idan islam yaitu :

  a. Tindak pidana hudud Tindak pidana Hudud adalah kejahatan yang paling serius dan berat dalam hukum pidana Islam. Karena terkait erat dengan kepentingan publik. Namun tidak berarti kejahatan hudud tidak mempengaruhi kepentingan pribadi sama sekali. Kejahatan hudud ini terkait dengan Hak Allah.

  Tindak pidana ini diancam dengan hukuman hadd, yaitu hukuman yang ditentukan sebagai hak Allah. Ini berarti bahwa baik kuantitas maupun kualitas ditentukan dan ia tidak mengenal tingkatan serta harus dilaksanakan.

  Tindak pidana dalam kategori ini, di antaranya:

  1. Perzinaan Zina yang mewajibkan hukuman ialah memasukkan kemaluan laki-laki sampai tekuknya ke dalam kemaluan perempuan yang diingini lagi haram.

  Jenis Pezina

  • MUHSAN
yang sah Hukuman bagi pezina muhsan: Rajam

  • GHAYRU MUHSAN Yaitu yang tidak memenuhi syarat-syarat Muhsan – Bujang atau Gadis. Hukuman bagi pezina Ghayru Muhsan: Dicambuk 100 kali dan kemudian diasingkan selama setahun

  2. Tuduhan (palsu) berbuat zina Menuduh orang berzina harus dengan 4 orang saksi, jika tidak maka si penuduh dicambuk 80 kali.

  Syarat pencambukan

  1. Yang menuduh sudah baligh, berakal, bukan bapak/ibu/nenek dst. ke atas dari yang dituduh

  2. Yang dituduh adalah orang yang sudah baligh, berakal, merdeka dan terpelihara darahnya (i.e., muslim)

  1. Mengemukakan saksi 4 orang

  2. Dimaafkan yang dituduh

  3. Lian (jika hubungan penuduh – tertuduh adalah suami – isteri) Eksekusi pidana mati

  • Apabila perzinaan telah terbukti maka hakim wajib menjatuhkan hukuman had kepada para pelakunya.
  • Teori tadakhul: Jika seorang pelaku zina telah berkali-kali melakukan perzinaan kemudian tertangkap, maka baginya cukup dijatuhi hukuman sekali saja. Akan tetapi jika ia melakukan perzinaan, di samping itu juga melakukan tindak pencurian atau tindak pidana lainnya, maka masing-masing kejahatan dikenakan hukuman. karena kedua macam tindak pidana itu berbeda tujuannya, yakni yang satu memelihara kehormatan dan yang lain menjaga harta.
  • Eksekusi dilakukan oleh pemerintah atau orang atau badan yang diberi wewenang oleh pemerintah
  • Pelaksanaan sanksi harus terbuka dan diketahui umum, agar hukuman tersebut berdaya preventif.

  3. Minum-minuman keras Yang termasuk minuman keras: Khamr, Bir, Wine, dll. Hukumnya: HARAM Dalil: “Sesuatu yang memabukkan, banyak atau sedikitnya pun haram” (HR. An-Nasai dan Abu Dawud) “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan, maka jauhilah…” (QS. Al-Maidah: 90)

  Hukuman : dicambuk 40 kali Dalil : “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mencambuk peminum minuman keras dengan dua pelepah kurma sebanyak 40 kali” (HR. Muslim)

  4. Pencurian Adalah mengambil harta orang lain dengan jalan diam-diam, diambil dari tempat penyimpanannya.

  Hukumannya: Potong Tangan Dalil : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.

  Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana” (QS. Al-Maidah: 38)

  • Mencuri pertama, tangan kanan (dari pergelangan telapak tangan); Mencuri kedua kali, kaki kiri (dari ruas tumit); Mencuri yang ketiga, tangan kirinya; Mencuri keempat, kaki kanannya. Masih mencuri, dipenjara.
  • Selain dipotong tangannya, ia wajib pula mengembalikan atau mengganti barang curian

  1. Baligh

  2. Berakal

  3. Pencurian atas kehendak sendiri

  • Syarat barang:

  1. Mencapai satu nisab emas (85 gram/93.6 gram)

  2. Barang diambil dari tempat penyimpanannya

  3. Barang bukan kepunyaan pencuri, dan tidak ada jalan yang menyatakan bahwa ia berhak atas barang itu (e.g., anak vs bapak [dan sebaliknya], suami vs isteri [dan sebaliknya], si miskin dari baitul mal, dll.)

  5. Pemberontakan

  6. Perampokan Dalil: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul- Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau dibuang dari negeri (tempat tinggalnya)” (QS. Al-Maidah: 33) Jenis Perampokan dan Hukumannya

  1. Membunuh orang yang dirampok dan mengambil hartanya

  • Wajib dibunuh, kemudian disalib (dijemur)

  2. Membunuh orang yang dirampok, tapi hartanya tidak diambil

  • Wajib dibunuh saja

  3. Mengambil harta bendanya saja, sedang korbannya tidak dibunuh

  • Tangan dan kakinya dipotong secara silang (i.e., tangan kanan dan kaki kiri)

  4. Menakut-nakuti saja, tidak membunuh dan tidak mengambil harta benda

  • Dipenjarakan

  b. Tindak pidana Qishash/Diyat namun lebih berat daripada ta’zir. Sasaran dari tindak pidana ini adalah integritas tubuh manusia, sengaja atau tidak sengaja. Atau dalam hukum pidana modern dikenal dengan kejahatan terhadap manusia. Tindak pidana dalam kategori ini, meliputi:

  • pembunuhan dengan sengaja
  • pembunuhan menyerupai sengaja
  • pembunuhan karena kealpaan
  • penganiayaan
  • menimbulkan luka/sakit karena kelalaian Dasar Hukum:
  • “Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang- orang yang dibunuh” (QS. Al-Baqarah: 178)
  • “Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 179) Syarat Qisas

  1. Orang yang membunuh itu sudah baligh muslim, budak vs. merdeka)

  3. Yang terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya

  • “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba” (QS. Al-Baqarah: 178)
  • “Orang Islam tidak dibunuh sebab dia membunuh kafir” (HR. Bukhari) Diyat (Denda) Adalah denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya hukum bunuh Macamnya:

  1. Denda Berat

  • 100 ekor unta (i.e, 30 unta betina umur 3 tahun + 30 unta betina umur 4 tahun + 40 unta betina yang sudah bunting)
  • Dalam kasus pembunuhan DISENGAJA, denda ini wajib dibayar TUNAI oleh PEMBUNUHNYA sendiri
  • Dalam kasus pembunuhan SEMI SENGAJA, denda ini wajib dibayar oleh KELUARGANYA, diangsur dalam waktu 3 TAHUN (tiap tahun wajib dibayar 1/3 – nya)

  2. Denda Ringan

  • 100 ekor unta (i.e., 20 unta betina umur 1 tahun + 20 unta betina umur 2 tahun + 20 unta jantan umur 2 tahun + 20 unta betina umur 3 tahun + 20 unta betina 4 tahun) o Denda ini wajib dibayar oleh KELUARGA yang membunuh dalam masa 3 TAHUN (tiap tahun 1/3-nya)

  3. Denda Ringan jadi Denda Berat Denda ringan (pembunuhan tidak disengaja) menjadi denda berat jika:

  • Pembunuhan terjadi di tanah haram
  • Pembunuhan terjadi di bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, Rajab)
  • Apabila yang terbunuh itu mahram dari yang membunuh mahram
c.Tindak pidana ta’zir. Ada beberapa pengertian tentang tindak pidana ta’zir ini antara lain :

  • Tindak pidana yang tidak ditentukan sanksinya oleh al-quran maupun hadis nabi, yang berkaitan dengan tindak pidana yang melanggar hak Allah dan hak hamba.
  • Tindak pidana yang berkaitan dengan hak Allah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan umum. Misal perampokan, pencurian, perzinaan, pemberontakan.
  • Tindak pidana yang berkaitan dengan hak hamba adalah segala sesuatu yang mengancam kemaslahatan bagi seorang manusia. Misal tidak membayar utang, penghinaan. Tindak pidana ini dibedakan atas 3 bagian:
  • Tindak pidana hudud atau qisas yang subhat atau tidak memenuhi syarat namun sudah merupakan maksiat. Misal percobaan pencurian, pencurian dikalangan keluarga.
  • Tindak pidana yang ditentukan oleh alquran dan hadits namun tidak ditentukan sanksinya. Misal penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanah.
  • Tindak pidana yang ditentukan pemerintah untuk kemaslahatan umum. Dalam hal ini ajaran Islam dijadikan pertimbangan penentuan kemaslahatan umum. dengan hak negara muslim untuk mencegah tindakan dan menghukum semua perbuatan yang tidak pantas, yang menyebabkan kerugian atau kerugian fisik, sosial, politik, finansial atau moral bagi individu atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam sejarah hukum pidana Islam tindak pidana yang diancam dengan hudud atau qisas/diyat hampir tidak pernah dilakukan, kecuali dalam perkara yang sangat sedikit. Pada umumnya tindak pidana yang banyak terjadi adalah yang diancam dengan ta’zir.karena perhatian ajaran Islam atas kemaslahatan manusia sangat besar.

  C. PANDANGAN HAM TERHADAP HUKUM PIDANA ISLAM Pada prinsipnya, HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia karena kedudukannya sebagai manusia. Dalam hal ini, warna kulit, ras, bahasa, dan etnik sama sekali tidak boleh mempengaruhi terpenuhinya hak-hak tersebut, karena hak-hak itu asasi dan universal.

  Berkaitan dengan hal ini, Hasan Rahimpour Azgadi, seorang cendekiawan Iran mengatakan sbb. “Kita sebagai muslim harus mempercayai bahwa kita dapat memiliki sebuah sistem HAM yang universal, tanpa memperdulikan etnis atau ras. Karena, nabi-nabi Tuhan termasuk Nabi Muhamamd SAWW adalah nabi bagi semua umat.” Keistimewaan HAM dalam pandangan Islam adalah keselarasannya dengan fitrah manusia. Dengan kata lain, nilai-nilai hak-hak manusia dalam Islam selalu sejalan dengan fitrah manusia. Sebagian di antara nilai-nilai ini adalah keadilan, sikap baik kepada orang lain, penghormatan kepada orangtua, usaha untuk mencapai kemerdekaann, dll. Nilai-nilai HAM yang sesuai dengan fitrah manusia artinya tidak terbatas pada bangsa tertentu saja, dan dapat diterapkan bagi semua bangsa di dunia. Doktor Rahimpour Azghadi, mengatakan sebagai berikut, “HAM memiliki dua batasan, pertama adalah menghormati kebebasan orang lain, dan kedua, melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Tuhan, akal, dan moral kepada manusia.” landasan dari UU HAM adalah fitrah manusia. Dengan demikian, segala sesuatu yang berada di luar fitrah manusia tidak bisa dianggap sebagai hak asasi. Selain itu, dalam HAM menurut pandangan Islam, prinsip hidup dan kehidupan memiliki peran penting. Hidup adalah sebuah amanat Ilahi dan tidak boleh disia-siakan begitu saja. Oleh karena itu, pengguguran janin dalam kandungan merupakan sebuah perbuatan dosa dan bertentangan dengan HAM. Dalam pandangan Islam, nyawa manusia haruslah dijunjung tinggi dan dilindungi. Tindakan membunuh diri sendiri atau membunuh orang lain adalah pelanggaran terhadap HAM. Selain itu, Islam memandang bahwa manusia memiliki dua jenis kehidupan, yaitu kehidupan duniawi dan kehidupan spiritual. Oleh karena itu, Islam memandang kebebasan manusia untuk memiliki kehidupan spiritual sebagai sebuah hak asasi. Salah satu prinsip penting HAM dalam Islam adalah melindungi kehormatan dan kemuliaan semua manusia. Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk terbaik dan khalifah Allah di muka bumi. Dengan demikian, Islam tidak sekedar mengakui hak hidup manusia di muka bumi, tetapi bahkan mensyaratkan agar manusia hidup di muka bumi secara layak dan mulia. Artinya, Islam tidak menghendaki ada sebagian manusia yang hidup terhina, direndahkan, atau didiskriminasi oleh sebagian manusia yang lain. Ustad Muhammad Taqi Ja’fari dalam hal ini menyatakan, “Manusia harus memiliki ketakwaan dan kemuliaan akhlak. Bila tidak, dunia akan menjadi lebih buruk daripada hutan. HAM haruslah melindungi prinsip kemuliaan manusia.” Jadi dapat dikatakan bahwa hukum pidana yang ditetapkan dalam Islam tetap berada memiliki wacana untuk melaksanakan perintah dari Tuhan. Jika ada manusia yang mengatakan bahwa hukum pidana Islam terkesan kejam itu tidak benar karena Islam selalu menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan.

  D. KESIMPULAN