ORGAN ORGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS

ORGAN-ORGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS

Nama

: Kevin Valentino Parulian

NIM

: 15.400.500.98

Kelas

: Kelas D

Mata Kuliah : Hukum Bisnis
Nama Dosen: Henry Donald Lumbantoruan, SH, MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
TAHUN 2017


BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dewasa ini perusahaan merupakan salah satu sendi utama dalam

kehidupan masyarakat modern, hal ini disebabkan perusahaan merupakan
salah satu pusat kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
sehari-hari. Bagi Negara, keberadaan sebuah perusahaan tidak dapat
dipandang sebelah mata, karena memberikan kontribusi yang sangat besar
sebagai sumber pendapatan Negara, utamanya dari sektor pajak dan disektor
lain keberadaan suatu perusahaan merupakan sarana untuk menampung
tenaga kerja.
Kontribusi perusahaan bagi bangsa Indonesia utamanya bagi masyarakat
pencari kerja tentu sangat penting, dimana perusahaan dapat menampung dan
mempekerjakan putra-putri bangsa untuk keberlangsungan kehidupan dan demi
mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Adapun bentuk perusahaan
yang diyakini sebagai salah satu pilar pendorong kemajuan kesejahteraan
Bangsa Indonesia yaitu badan usaha berbadan hukum yang salah satu jenisnya

adalah Perseroan Terbatas (PT).
Sri Redjeki Hartono memberikan pengertian perseoan terbatas adalah
sebuah persekutuan untuk menjalankan perusahaan tertentu dengan
menggunakan suatu modal dasar yang dibagi dalam sejumlah saham atau sero
tertentu, masing-masing berisikan jumlah uang tertentu pula ialah jumlah
nominal, sebagai ditetapkan dalam akta notaris pendirian perseroan terbatas,
akta mana wajib dimintakan pengesahannya oleh Menteri Kehakiman,
sedangkan untuk jadi sekutu diwajibkan menempatkan penuh dan menyetor
jumlah nominal dari sehelai saham atau lebih.[1]
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa “Perseroan Terbatas,
yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

2

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta
peraturan pelaksanaannya”.
Keberlangsungan usaha ataupun keberhasilan sebuah PT tentu tidak

lepas dari usaha-usaha yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan
didalamnya, dimana keseluruhan bagian dari PT tersebut bekerja secara
maksimal dengan tujuan untuk tercapainya visi dan misi dari sebuah PT, dalam
hai ini tentu peranan organ-organ yang ada didalam sebuah PT sangat
berpengaruh, adapun organ-organ yang terdapat dalam sebuah PT yakni
diantaranya adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan
Dewan Komisaris. Peranan ketiganya tentu sangat vital karena diyakini sebagai
penentu berhasil atau tidaknya sebuah PT.
1.2

Rumusan Masalah
Pada latar belakang yang telah diutarakan di atas, maka dapat

dikemukakan tentang pokok permasalahan yang akan di bahas. Pokok-pokok
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS)?
2. Apa kewajiban Direksi dalam sebuah Perseroan Terbatas?
3. Apa kewenangan Komisaris dalam sebuah Perseroan Terbatas?

1.3


Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah bentuk hasil tugas pada mata

kuliah Hukum Bisnis. Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Rapat Umum Pemegang
Saham(RUPS)
2. Untuk mengetahui kewajiban Direksi dalam sebuah Perseroan Terbatas
3. Untuk mengetahui kewenangan Komisaris dalam sebuah Perseroan Terbatas.

BAB II
3

PEMBAHASAN

2.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Menurut Pasal 1 butir 3 UUPT, RUPS memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
direksi dan komisaris.
Perlu ditegaskan mengenai adanya anggapan di dalam masyarakat, bahwa

pemegang kedaulatan tertinggi dalam PT ada di tangan pemegang saham.
Beredarnya adagium diatas tampaknya dilatarbelakangi kultur sebagian besar
lapisan masyarakat yang tidak dapat memisahkan urusan pribadi dengan urusan
tugas.Didalam perseroan, jabatan pemegang saham acapkali digunakan untuk
mempengaruhi kebijakan perseroan.
Sesungguhnya didalam perseroan, pemegang saham tidak mempunyai
kekuasaan sama sekali. Para pemegang saham baru mempunyai kekuasaan
atas PT apabila mereka beada dalam suatu ruangan atau forum yang dinamakan
dengan RUPS. Kehendak bersama para pemegang saham yang dijelmakan
dalam keputusan yang diambil dalam RUPS merupakan kehendak perseroan.
Kehendak RUPS yang terjelma dalam keputusan RUPS adalah kehendak
perseroan yang paling tinggi,tidak dapat ditentang oleh siapapun,kecuali oleh
undang-undang atau karena keputusan tersebut bertentangan dengan maksud
dan tujuan perseroan sebagaimana telah ditentukan Akta Pendirian atau
Anggaran Dasar.
Status Hukum keputusan RUPS yang tidak dapat ditentang oleh siapapun itu
menyebabkan RUPS sebagai pemegang kedaualatan tertinggi dalam PT dan
bukan pemegang saham. Pemegang saham diluar forum tersebut tidak memiliki
kekuasaan apa-apa lagi terhadap perseroan.
Adapun kewenangan RUPS dengan dasar hukum UU Perseoran Terbatas

yakni UU No 40 Tahun 2007 yakni:
1. Megubah anggaran dasar (Pasal 14)

4

2. Membeli kembali saham yang telah dikeluarkan,kecuali RUPS
menyerahkannya kepada orang lain,yakni direksi atau komisaris(Pasal
31 dan 32)
3. Menambah modal perseoran, kecuali RUPS menyerahkannya kepada
orang komisaris(Pasal 34)
4. Mengurangi modal perseoran (Pasal 37)
5. Memberikan persetujuan Laporan Tahunan dan pengesahan Laporab
Keuangan atau perhitungan Tahunan(Pasal 60)
6. Menggunakan laba bersih ,termasuk penentuan jumlah yang disisihkan
untuk cadangan (Pasal 62)
7. Memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan
perseroan dari direksi atau komisaris (Pasal 63)
8. Mengangkat anggota direksi (Pasal 80)
9. Menetapkan pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi
dan besae serta jenis penghasilan direksi, kecuali jika dilimpahkan

kepada komisaris (Pasal 81)
10. Memberikan persetujuan untuk mengaliihkan atau menjadikan jaminan
uang atau seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (Pasal 88)
11. Memberikan keputusan untuk mengajukan permohonan persyaratan
kepailitan kepada Pengadilan Negeri (Pasal 90)
12. Sewaktu-waktu memberhentikan anggota direksi dengan menyebutkan
alasaanya (Pasal 92)
13. Mengangkat komisaris (Pasal 95)
14. Memberhentikan komisaris secara tetap atau sementara (Pasal 101)
15. Menyetujui rancangan penggabungan dan peleburan perseroan (Pasal
102)
16. Memberikan persetujuan pengambilalihan (Pasal 103)
17. Memberikan keputusan pembubaran perseroan (Pasal 115)
18. Menerima pertanggungjawaban likuidator atas likuidasi yang
dilakukannya (Pasal 124)

2.2 Kewajiban Direksi
Menurut Pasal 1 angka UU PT yang dimaksud dengan Direksi adalah organ
perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam

maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

5

Anisitus Amanat mengklasifikasikan kewajiban direksi menjadi yakni
kewajiban yang berkaitan dengan perseroan dan RUPS.
1. Kewajiban Direksi yang berkaitan dengan perseroan
a) Kewajiban Pendaftaran akta Pendirian atau akta perubahan
anggaran dasar perseroan secara lengkap, surat keputusan
pengesahan atau surat persetujuan dalam daftar perusahaan
sesuai dengan Undang – Undang Wajib daftar perusahaan. Juga
mengusahakan pengumuman perseroan yang telah didaftarkan
dalam Tambahan Berita Negara (Pasal 21 dan 22)
b) Mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham dan daftar
khusus yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham
dari anggota direksi atau dewan komisaris beserta keluarganya
pada perseroan tersebut atau perseroan lain (Pasal 43)
c) Mendaftarkan atau mencatat setiap pemidahan hak atas saham
disertai dengan tanggal dan hari pemindahan dalam daftar
pemegang saham atau daftar khusus(Pasal 49 ayat 3)

d) Dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan usaha perseroan
(Pasal 82 jo 185)
e) Menyelenggarakan pembukuan perseroan(Pasal 86 ayat 1 huruf
b)
f) Direksi dan anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan
mengenaikepemilikan

sahamnya

beserta

keluarganya

pada

perseroan tersebut dan perseroan lain (Pasal 87)

2. Kewajiban Direksi yang berkaitan dengan RUPS
6


a) Meminta persetujuan RUPS, jika perseroan ingin membeli
kembali saham yang telah dikeluarkan
b) Meminta persetujuan RUPS, jika perseroan ingin menambah atau
mengurangi modal perseroan ( Pasal 34 jo 37)
c) Menyampaikan laporan tahunan (Pasal 56)
d) Menandatangani laporan tahunan sebelum disampaikan kepada
RUPS (Pasal 57)
e) Menyampaikan laporan secara tertulis tentang perhitungan
tahunan
f) Pada saat diselenggarakan RUPS, direksi mengajukan semua
dokumen perseroan(Pasal 65)
g) Menyelenggarakan panggilan RUPS (Pasal 68)
h) Meminta persetujuan RUPS, jika perseroan hendak melakukan
tindakan hukum pengalihan atau menjadikan jaminan utang atas
seluruh atau sebagian besar asset perusahaan (Pasal 88)
i) Menyusun

rancangan


pengambilalihan

untuk

penggabungan,
disampaikan

peleburan,

kepada

RUPS

dan
untuk

mendapatkan keputusan (Pasal 102 jo 103)
j)

Mengumumkan

dalam

dua

surat

kabar

tentang

rencana

penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan paling
lambat 14 (empat belas hari) sebelum panggilan RUPS dilakukan .
(Pasal 103 jo 105)
Direksi tidak hanya memiiki kewajiban, tetapi juga memiliki hak, yaitu :
1. Hak mewakili untuk dan atas nama perseroan di dalam dan di luar
pengadilan;

7

2. Hak untuk memberikan kuasa tertulis kepada seorang atau lebih
karyawan perseroan atau orang lain bertindak untuk dan atas nama
perseroan untuk melakukan tindakan hukum tertentu sebagaimana
ditetapkan dalam kuasa tersebut;
3. Hak untuk mengajukan permohonan pailit kepada pengadilan setelah
mendapatkan persetujuan RUPS. Keempat;
4. Hak untuk untuk membela diri dalam forum RUPS jika direksi
diberhentikan untuk sementara waktu oleh RUPS atau Dewan
Komisaris;
5. Hak untuk mendapatkan gaji, tunjangan dan lainlainnya sesuai dengan
ketentuan akta pendirian dan anggaran dasar
2.3 Kewenangan Komisaris
Menurut Pasal 1 angka 5, komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan khusus serta memberikan nasehat
kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.
Kewenangan Komisaris:
1. Berdasarkan alasan tertentu dapat memberhentikan direksi untuk
sementara waktu dari jabatannya (Pasal 92)
2.Apabila direksi tidak ada atau berhalangan karena suatu sebab,
komisaris dapat bertindak sebagai pengurus, yang dalam hal ini semua
ketentuan mengenai hal, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap
perseroan dan pihak ketiga berlaku untuk komisaris tersebut (Pasal 100
ayat 2 dan ayat 3)
Pengangkatan dan Masa Tugas Komisaris
Menurut pasal 95 UU PT, pengangkatan komisaris untuk pertama kalinya
dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama komisaris dalam kata
pendirian perseroan yang bersangkutan,sedangkan pengangkatan berikutnya
harus oleh RUPS.
Sebagaimana jumlah direksi, UU PT juga tidak menentukan jumlah komisaris.
Penentuan jumlah komisaris ini sangat bergantung kepada kepentingan atau
kebutuhan perseroan yang bersangkutan. Kecuali bagi perseroan yang bidang
usahanya mengerahkan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat

8

pengakuan utang atau persero terbuka menurut pasal 94 ayat 2 UU PT wajib
mempunyai paling sedikit 2 orang komisaris.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Rapat Umum Pemegang Saham atau sering disebut RUPS adalah organ
perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dan memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris.
2. Kewajiban Direksi dalam sebuah Perseroan Terbatas meliputi kewajiban
yang berkaitan dengan Perseroan dan yang berkaitan dengan RUPS.
Kewajiban Direksi yang berkaitan dengan Perseroan antara lain:
a)

Dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan

tugas

pengurusan

perseroan

untuk

kepentingan

dan

usaha

perseroan (Pasal 82 jo 185)
b)

Menyelenggarakan pembukuan perseroan(Pasal 86 ayat 1

huruf)
c)

Direksi dan anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan

mengenaikepemilikan

sahamnya

beserta

keluarganya

pada

perseroan tersebut dan perseroan lain (Pasal 87)

Sedangkan kewajiban yang berkaitan dengan RUPS antara lain:
a)

Meminta persetujuan RUPS, jika perseroan ingin membeli

kembali saham yang telah dikeluarkan
b)

Meminta persetujuan RUPS, jika perseroan ingin menambah

atau mengurangi modal perseroan ( Pasal 34 jo 37)

9

c)

Menyampaikan laporan tahunan (Pasal 56)

3. Kewenangan Komisaris dalam Perseroan Terbatas adalah
a) Berdasarkan alasan tertentu dapat memberhentikan direksi untuk
sementara waktu dari jabatannya (Pasal 92)
b) Apabila direksi tidak ada atau berhalangan karena suatu sebab,
komisaris dapat bertindak sebagai pengurus, yang dalam hal ini
semua ketentuan mengenai hal, wewenang, dan kewajiban direksi
terhadap perseroan dan pihak ketiga berlaku untuk komisaris
tersebut (Pasal 100 ayat 2 dan ayat 3)
3.2

Saran
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas agar para pemegang saham perseroan dapat mengadakan
penilaian yang objektif dan realistis atas hak dan kewajiban pemegang saham dalam
ketentuan tentang pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), sehingga
pemegang saham dapat bertindak lebih bijaksana dan tidak terjadi penyimpangan
atas kewenangan yang diatur dalam Undang-Undang. Berdasarkan hal tersebut
perlu dibentuk suatu lembaga penilai (rating agency) yang diberi otoritas untuk
membuat penilaian yang jujur dan objektif tentang kebijakan pemegang saham
dalam menggunakan wewenangnya sebagai pemegang saham dalam pemenuhan
hak dan kewajibannya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai
dengan peraturan undang-undang, sehingga kelangsungan operasional perseroan
dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya yaitu kemajuan
perseroan. Para pengusaha hendaknya didorong dan diberi kesempatan yang lebih
luas untuk membentuk perseroan-perseroan baru untuk merangsang masuknya
modal / investasi baru dan menunjang perkembangan pembangunan ekonomi
nasional sehingga terbuka kegiatan usaha lebih tertib dan teratur sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Munculnya perseroan-perseroan baru dapat membuka kesempatan kerja bagi para
tenaga kerja profesional dan mengurangi pengangguran sehingga tercipta
pemerataan ekonomi dan stabilitas nasional

10

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdulkadir Muhammad, (1999), Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Khairandy, Ridwan. Pengantar Hukum Dagang. Yogyakarta: FH UII PRESS.2006
Sri Redjeki Hartono, (1985), Bentuk Bentuk Kerjasama Dalam Dunia Niaga, Fakultas
Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Semarang.
Referensi lain:
http://artonang.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-kewajiban-dan-hak-hakdireksi.html
http://www.berandahukum.com/2016/02/organ-dalam-perseroan-terbatas-pt.html

11