MAKALAH MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN (1)

Manajemen dan kepemimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat
dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa
menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang
yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan
percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersamasama (Panji Anogara).
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain
agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu
mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang
kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan
dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang
dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun
diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada

faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku
tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar.
Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu
berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran
kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu
kerjanya. kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau
berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang
ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk
saling bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama.
Dalam implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah yang
mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang dalam perguruan tinggi
untuk melakukan peningkatan-peningkatan mutu kinerja dan terciptanya
kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja
masing-masing kelompok maupun kinerja perguruan tinggi secara
terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu
kunci keberhasilan.
Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini


bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh
orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu
untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya.
Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang
sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan
untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu,
atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu
adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilainilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk
berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam
kawasan affective.
Kepemimpinan yang merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat
memotivasi anggota organisasi perguruan tinggi untuk melakukan
perbaikan-perbaikan mutu. Tetapi kalau setiap kali dan dalam setiap hal
harus memberi perintah atau pengarahan, itu akan menimbulkan
kesulitan. Kalau setiap melakukan pekerjaan dengan baik itu harus
dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak ada perintah pimpinan tidak
dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja yang
terus menerus akan sulit diwujudkan. Oleh karena itu agar kepemimpinan
itu selain untuk memberi pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang
perlu ditingkatkan mutunya, juga perlu digunakan untuk menumbuhkan

motivasi intrinsik, yaitu menumbuhkan kesadaran akan perlunya setiap
orang dalam perguruan tinggi itu selalu berupaya meningkatkan mutu
kinerjanya masing-ma-sing secara individual maupun bersama-sama
sebagai kelompok ataupun sebagai organisasi.
B. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang masalah maka makalah ini membahas
tentang
• Manajemen kepemimpinan
• Kepemimpinan
• manajemen
• Pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
perubahan dalam organisasinya

C. MASALAH
• Bagaimanakah sebenarnya manajemen seorang pemimpin
• Apa sajakah yang harus kita ketahui dari manajemen kepemimpinan
• Membahas pentingnya sebuah manajemen bagi seorang manajer
D. BATASAN MASALAH
Makalah ini hanya membahas tentang Manajemen kepemimpinan


BAB II
LANDASAN TEORI

Ketika anda belajar manajemen, anda selalu teringat oleh Henry Fayol. Ia,
di tahun 1916 memperkenalkan konsep manajemen yang berupa
merencanakan, mengorganisasikan, memerintahkan, dan mengawasi.
Ketika ada orang bertanya kepadanya, apa tugas dari seorang dirut?
POSDCORB jawabnya. Itu adalah kepanjangan dari planning, organizing,
staffing, directing, coordinating, reporting dan budgeting. Ia
mengemukakan istilah itu di tahun 1930. Akronim manajemen itu ringkas
dan mudah diingat.
William Stewart, (Carter-Scott, 1994) seorang alumnus the Naval Academy
yang merupakan veteran perang Vietnam ikut berpendapat tentang

manajemen dengan mengatakan, “Ada perbedaan keahlian yang dituntut
di dunia militer. Ketika keadaan damai, misalnya, anda akan sukses jika
anda tahu bagaimana menerapkan manajemen. Namun ketika perang,
anda hanya akan sukses jika anda mampu memimpin. Keahlian
manajemen anda yang efektif, tidak terlalu bisa anda terapkan dalam
perang. Yang diperlukan adalah kemampuan memimpin.” Sekarang ini

Steward sudah menjadi pengacara yang sukses di Amerika Serikat.
Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen
terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation), diterbitkan
tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General
Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
Berbagai pakar mempunyai pendapat yang bermacam-macam tentang
manajemen dan kepemimpinan itu.. Satu penjelasan yang mudah
dipahami adalah dari Stephen Covey.Andaikata kita ini sedang akan
membuka hutan untuk eksplorasi hasil hutan, maka seorang pemimpin
akan mengatakan, “Baik, dari berbagai informasi dan pertimbangan, saya
putuskan hutan di lereng bukit itu yang harus kita tebang dulu.” Sebagai
pemimpin ia menjelaskan bagian mana yang harus dieksplorasi.Begitu
pemimpin itu menjelaskan bagian hutan mana yang harus dibuka, maka
saatnya peran manajemen berlaku. Para manajer akan memikirkan caracara, alat-alat, metoda yang paling efektif untuk membuka hutan itu.
Mungkin mereka akan memakai gergaji listrik, mungkin memakai gergaji
panjang karena medannya sulit, atau bahkan mereka akan melingkar
untuk mencari celah agar mudah membuka bagian hutan itu.Bisakah
sekarang anda membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan?
Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen
berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai.

Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan
itu bisa tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan
kepemimpinan dari Covey. Warren Bennis, pakar kepemimpinan dan
manajemen terkenal, dengan cerdas mengatakan, “Pemimpin
menaklukkan situasi. Mungkin situasi itu kacau, membingungkan,
mengherankan dan bahkan menantang kita dan bisa membungkam kita
jika kita biarkan situasi itu makin memburuk. Manajer, atau manajemen?
Manajer menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti mengelola,
sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan,
sedangkan pemimpin adalah asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin
mengembangkan hal-hal.
H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik
statistika ke dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett
mengkombinasikan teori statistika dengan teori mikroekonomi dan
lahirlah ilmu riset operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains

Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah
dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi.

BAB III

ANALISA MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

A. Pengertian manajemen kepemimpinan
Manajemen kita terjemahkan menjadi manajemen, dan leadership
menjadi kepemimpinan.Sebenarnya apaperbedaan “hakiki” antara
manajemen dan kepemimpinan? Silakan baca terus..Berbagai pakar
mempunyai pendapat yang bermacam-macam tentang manajemen dan
kepemimpinan itu.. Satu penjelasan yang mudah dipahami adalah dari
Stephen Covey.Andaikata kita ini sedang akan membuka hutan untuk
eksplorasi hasil hutan, maka seorang pemimpin akan mengatakan, “Baik,
dari berbagai informasi dan pertimbangan, saya putuskan hutan di lereng
bukit itu yang harus kita tebang dulu.” Sebagai pemimpin ia menjelaskan
bagian mana yang harus dieksplorasi.Begitu pemimpin itu menjelaskan
bagian hutan mana yang harus dibuka, maka saatnya peran manajemen
berlaku.
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuna ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan
semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efesien. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang karena pengalaman,

pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk

memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan
kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Para manajer akan memikirkan cara-cara, alat-alat, metoda yang paling
efektif untuk membuka hutan itu. Mungkin mereka akan memakai gergaji
listrik, mungkin memakai gergaji panjang karena medannya sulit, atau
bahkan mereka akan melingkar untuk mencari celah agar mudah
membuka bagian hutan itu.Bisakah sekarang anda membedakan fungsi
manajemen dan kepemimpinan? Kepemimpinan adalah yang menentukan
arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi
bisa tercapai
Manajemen dan kepemimpinan, sebenarnya apa perbedaan mendasar
kedua istilah itu? Dua kata itu, manajemen dan kepemimpinan sangat
sering kita dengar. Kadang kata itu sering kita persamakan artinya. Ketika
kita melihat perusahaan yang sangat berkembang kita sering
mengatakan, “manajemen di sana baik.” Kadang kita berkata, namun
kata manajemen begitu melanda dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika anda ingin mengkritik sebuah universitas yang prestasinya buruk,
anda mengatakan "manajemen universitas itu tidak cakap." Ketika anda

bicara pengelolaan pajak yang amburadul, anda mengatakan,
"manajemen pajak di negeri kita payah." Saat ini kita memang hidup
penuh dengan berondongan istilah yang macam-macam, yang semuanya
terkait dengan manajemen.. Benchmarking, balance score card,
intrapreneuring, empowerment, business process reengineering, dan
istilah-istilah aneh-aneh (tapi pasti Inggris) begitu melanda organisasi
kita.Celakanya, kita sering begitu “gagah” menggunakan kata-kata asing
itu. Daripada bilang pemberdayaan, kita lebih mantap bicara
empowerment. Daripada bicara hubungan pelanggan yang akrab, kita
katakan customer intimacy, atau malah sekadar customer relationship.
Namun ada fenomena menarik, walau kita sering mengucapkan berbagai
istilah manajemen, kita malah sering tidak tahu arti persis dari kata-kata
itu. Seringkali pula istilah manajemen itu kita dengar dari orang lain,
karena terasa gagah, kata itu kemudian menjadi “kosa kata” kita seharihari tanpa kita pernah tahu dari literatur mana sumber istilah manajemen
itu.Ketika kita makin berakrab-akrab dengan berbagai istilah itu, agar
“membumi” kita ganti istilah itu menjadi bahasa Indonesia.
B. Ruang Lingkup Manajemen
Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni.
Hal ini disebabkan oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas
emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan

antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat
seseorang dan tidak dapat dipelajari
Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan
dengan adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap
penyelesaian masalah dalam manajemen. Metode ilmiah pada hakikatnya
meliputi urutan kegiatan sebagai berikut.
1. Mengetahui adanya persoalan.
2. Mendefinisikan persoalan.
3. Mengumpulkan fakta, data dan informasi.
4. Menyusun alternatif penyelesaian.
5. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif
penyelesaian.
6. Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.
C. Kualitas Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter
semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan
agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin
memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas

seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak
efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang
baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang
menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson
Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan
masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat
secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki
metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda
kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah
formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan
mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini
yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu
artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be
Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam
hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi
mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam
metoda kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini
merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan,
yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat
melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang
ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing
motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas
dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi.

Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu
memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.
Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orangorang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang
jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah
yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar,
serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa
bertahan sampai beberapa generasi. Ada dua aspek mengenai visi, yaitu
visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak
hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi
memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam
suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
visi itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive.
Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan
dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan
proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun
tantangan yang dihadapi organisasinya. Seorang pemimpin yang efektif
adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang
dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam
menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,
rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan
sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari
anak buahnya.
Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan) Pemimpin sejati bukan
sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki
kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan
perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken
Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin,
yaitu: Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang
dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa
untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan
dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan
Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar
kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk
dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan
untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia
lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai
aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.

Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap
komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang
menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang
dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis
buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok
ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant
leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan
Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil
membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah
pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orangorang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah
hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi,
mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi,
dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun
bagi orang lain
D. Prinsip Kepemimpinan
• Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan
formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca,
menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik
maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
• Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi
melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan
karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
• Membawa energi yang positifSetiap orang mempunyai energi dan
semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan
dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan
energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus
dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak
ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan
energi yang positif, seperti ;
• Percaya pada orang lainSeorang pemimpin mempercayai orang lain
termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan
mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan
harus diikuti dengan kepedulian.
• Keseimbangan dalam kehidupanSeorang pemimpin harus dapat
menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan

akherat.
• Melihat kehidupan sebagai tantangan Kata ‘tantangan’ sering di
interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk
menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah
suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang
dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan,
kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
• Sinergi Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu
katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan
lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua
belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary,
Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif
dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat
bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
• Latihan mengembangkan diri sendiri Seorang pemimpin harus dapat
memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi
dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan
diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:










Pemahaman materi;
Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;
Mengajar materi kepada orang lain;
Mengaplikasikan prinsip-prinsip;
Memonitoring hasil;
Merefleksikan kepada hasil;
Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
Pemahaman baru; dan
Kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena
beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: kemauan dan
keinginan sepihak; kebanggaan dan penolakan; dan ambisi pribadi. Untuk
mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terusmenerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan
perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.
Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding
perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk
mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi
faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional
dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka

diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat
dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi
alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam
proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti
dengan memenuhi keinginan orang.
E. Tingkat dan Keterampilan Seorang Pemimpin
1. Keterampilan Konseptual
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk
membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Keterampilan ini sering disebut sebagai keterampilan kosepsional
(conceptional skill). Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian
haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk menciptakan
gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu
rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses
perencanaan. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga
meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan Komunikasi atau Kemanusiaan
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan
orang laion yang disebut juga keterampilan kemanusiaan (human skill).
Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap
bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif,
bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai
dan kemudian mereka akan bersikap terbutka kepada atasan.
Keterampilan kberkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen
atas, menengah maupun bawah.
3. Keterampilan Teknis
Keterampilan terakhir yang merupakan bekal bagi seorang manajer
adalah keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini apda
umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah.
Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu
pekerjaan tertentu, misalnya memperbaiki mesin, membuat kursi,
merangkai bunga dan keterampilan teknis yang lain.
F. Prinsip dan Fungsi Manajemen
Prinsip dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum yang merupakan sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak. Prinsip merupakan dasar, namun tidak bersifat mutlak karena
prinsip bukanlah umum. Dalam hubungannya dengan manajemen prinsipprinsip bersifat fleksibel dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai

dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-sitauasi yang berubah.
Prinsip-prinsip umum manajemen (general principle of management)
teridir dari:
1. Pembagian kerja
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam
penempatan personal harus menggunakan prinsip the right man in the
right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional
subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.
Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan
jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian
kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan
dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin
menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena
itu, seorang manajer/pemimpin yang berpengalaman akan menempatkan
pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi
prinsip-prinsip lainnya.
2. Wewenang dan Tanggung jawab
Setiap Pengurus dalam organisasi dilengkapi dengan wewenang untuk
melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti
pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang.
Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang
sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin
kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.
Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu
program bukan terletak pada personil pelaksana, tetapi terletak pada
puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewenang terbesar adalah
manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak
mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada
padanya merupakan bumerang.
3. Disiplin
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan
wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka
disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat
menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai
tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada
padanya.
4. Kesatuan perintah

Dalam melakasanakan program, Pengurus sebuah organisasi harus sangat
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja
dapat dijalankan dengan baik. Pengurus harus tahu kepada siapa ia harus
bertanggung jawab sesui dengan wewenang yang diperolehnya.
5. Kesatuan pengarahan
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, pengurus
perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat
dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap
kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua
perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu,
perlu alur yang jelas dari mana seseorang mendapat wewenang untuk
melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas
wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan.
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat
terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin,
serta kesatuan perintah.
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Setiap pengurus harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada
kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang
sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik
Setian pengurus dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan
pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan
organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan
organisasi dapat terwujud, apabila setiap pengurus merasa senang dalam
bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
7. Penghargaan dan Kontraprestasi
Penghargaan dan kontraprestasi merupakan kompensasi yang
menentukan terwujudnya kelancaran dalam berorganisasi. Pengurus yang
diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi
terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan
ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh karena itu, dalam hal ini kita
harus memagang prisip more pay for more prestige (upaya lebih untuk
prestasi lebih), tentu dalam rangka perlakuan adil kepada seluruh
pengurus.
8. Pemusatan
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab
dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang

memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan
berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan
untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab.
Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan
wewenang (delegation of authority)
9. Tingkatan
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila
pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan
hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada
pimpinan/manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan
adanya hirarki ini, maka setiap pengurus akan mengetahui kepada siapa
ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
10. Ketertiban
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama
karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan
kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud
apabila seluruh pengurus mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu,
ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

11. Keadilan dan Kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral
pengurus dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus
ditegakkan mulai dari pimpinan karena atasan memiliki wewenang yang
paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan
wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan
kejujuran pada bawahannya.
12. Stabilitas kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan personil harus dijaga sebaik-baiknya
agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan pengurus
terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban
dalam kegiatan. Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki
keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi,
perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan
dalam bekerja.
13. Inisiative
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir.
Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna

bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Jadi dalam prakarsa
terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman
seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari pengurus
harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang
lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan
terhadap prakarsa pengurus merupakan salah satu langkah untuk
menolak gairah kerja.
14. Semangat Kesatuan
Setiap pengurus harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib
sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang
baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap pengurus mempunyai
kesadaran bahwa setiap pengurus berarti bagi pengurus lain dalam
sebuah organisasi.. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu
melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang
suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de
corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana
G. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer /pemimpin
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Manajer Mengelola
fungsi-fungsi
1. Perencanaan
Kegiatan seorang manajer/pemimpin adalah menyusun rencana.
Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan
logis, sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk
langkah-langkah selanjutnya.
2. Pengorganisian
Pengorganisasian atau organizing berarti menciptakan suatu struktur
dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga
hubungan antarbagian-bagian satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan
mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.
Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
3. Menggerakkan
Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai

sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha
organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar
mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersamasama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal
ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
4. Pengawasan
Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan
mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan

H. Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money,
materials, machines, method, dan markets.
1. Manajemen SDM. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang
paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula
yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak
ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Uang. Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya suatu
kegiatan juga bias diliat dengan indikasi dana/uang yang diperlukan atau
justru dihasilkan dalam suatu kegiatan.
3. Bahan. Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil
yang dikehendaki.
4. Mesin. Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan.
Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
5. Metode. Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja.
Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan.
Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-

pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan suatu program. Perlu diingat
meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak
mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri.
6. Sasaran. Dalam rangka suksesi suatu program maka kita harus melihat
sasaran dari program secara utuh/holistic.Perumusan Visi Organisasi :
Banyak organisasi yang tidak dirancang untuk menjalankan tugas
tertentu. Nanti setelah berjalan selama bertahun- tahun, -karena
pengaruh berbagai tekanan yang kerapkali menimbulkan konflik- barulah
secara bertahap mereka mulai mendefinisikan kembali tugas- tugasnya..
Visi akan menuntun mereka untuk mengetahui cara paling efektif untuk
mencapainya, yang biasa disebut misi. Lalu dibutuhkan strategi dan
aktivitas guna mencapai misi tersebut.
Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah
organisasi. Semua anggota organisasi harus mengetahui visi dan misi
serta sepakat dengan strategi yang akan dijalankan. Hal ini akan
mewarnai kerja rutin dan meningkatkan motivasi serta kepuasan kerja
mereka. Cara terbaik untuk memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik
bersama adalah melibatkan orang sebanyak mungkin dalam proses
perumusannya.
Perumusan visi dan misi ini diawali dengan berdiskusi bersama pengguna
pelayanan atau kelompok lain yang menerima manfaat dari organisasi ini.
Peluang melibatkan banyak orang bisa diperoleh melalui pertemuan
formal dan informal serta lokakarya dan seminar. Untuk mencari dan
mendalami isu-isu tertentu bisa dibentuk kelompok kerja. Selain itu studi
tour dan kunjungan pertukaran ke organisasi lain yang melakukan
pekerjaan serupa bisa menstimulas lahirnya ide-ide bermanfaat. Hal lain
yang penting adalah pertemuan dan diskusi dengan organisasi lain yang
bekerja di wilayah yang sama atau organisasi mitra. Dan untuk
memastikan semua orang mengetahui apa yang sedang berlangsung dan
mampu memberikan konstribusi secara efektif maka dibutuhkan sistem
komunikasi internal yang baik.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESEIMPULAN
Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen
berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen
lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa
tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan
kepemimpinan dari Covey. Warren Bennis, pakar kepemimpinan dan
manajemen terkenal, dengan cerdas mengatakan, “Pemimpin
menaklukkan situasi. Mungkin situasi itu kacau, membingungkan,
mengherankan dan bahkan menantang kita dan bisa membungkam kita
jika kita biarkan situasi itu makin memburuk. Manajer, atau manajemen?
Manajer menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti mengelola,
sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan,
sedangkan pemimpin adalah asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin
mengembangkan hal-hal. Manajemen berfokus pada sistem dan struktur
sedangkan kepemimpinan berfokus pada orang-orang
Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana sang pemimpin mampu
mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam memimpin, tentu setiap pemimpin mempunyai gaya
kepemimpinan tersendiri yang merupakan cerminan ciri khas
kepemimpinannya.
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuna ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan
semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efesien. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang karena pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk
memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan
kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Kemampuan intelektualnya yang tinggi, telah membentuk gaya
kepemimpinan
gagasan, organisasi adalah hanyalah alat atau instrumen dari sebuah
pemikiran yang diusung bersama sama, dipahami, dan disepakati
bersama sama. Adalah hal yang susah mensintesiskan pribadi seseorang

baik atau buruk dalam soal kepemimpinan, tergantung paradigma berpikir
seseorang. Untuk menjadi pemimpin yang benar bukan hal yang mudah.
B. SARAN
Kepemimpinan dikatakan sukses jika orang-orang itu kemudian bergerak,
maju dan menganggap tujuan tadi milik mereka yang harus mereka
perjuangkan dan capai. Pengaruh kepada lingkungannya, Manajemen
kepemimpinen sangat berpengaruh keberadaannya, mendorong
perubahan dalam organisasi. Bisakah sekarang kita membedakan fungsi
manajemen dan kepemimpinan?” Pendapat saya sendiri? Kunci dari
kepemimpinan adalah pengaruh. Ia berbuat, bertindak, bekerja untuk
mempengaruhi orang agar mau bergerak menuju arah yang sudah
dicanangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardian Syam, Konsep Manajemen, Author, Http://www.pembelejar.com.

Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT. Cendekia Informatika,
Jakarta
W. Brown steven, 1998, manajemen kepemipinan, Jakarta: Profesional
Books