BRANDING KOTA MAKASSAR DENGAN IKON BUDAY

BRANDING KOTA MAKASSAR DENGAN IKON BUDAYA LOKAL
Anshar Daud
STIE NOBEL Indonesia Makassar
e-Mail : anshar.daud@gmail.com

Shakespeare boleh saja menganggap nama tidak memiliki arti, tapi bagi orang marketing, nama
(baca brand) mengandung banyak makna dan bernilai ekonomi. Nilainya sangat bergantung
terhadap bagaimana sang empunya nama mengelola, merawat dan membesarkannya. Beberapa
tahun terakhir, banyak kota di Indonesia yang sedang sibuk berbenah dan mencari-cari nama yang
pas dengan ciri dan identitas kotanya. Bahkan tidak sedikit yang menyewa konsultan atau agency
profesional untuk memanajemeni program city branding dan marketing communication-nya.
Sejumlah TV swasta nasional pernah gencar menayangkan iklan “Enjoy Jakarta”, “Yogya Never
Ending Asia”, dan “Malaysia Trully Asia”.
Sebagian orang mungkin bertanya, “apakah perlu dan urgent melakukan city branding”? Ya, tentu
saja perlu walaupun tidak harus mendesak! Perhatikan sekeliling Anda, semua aspek kehidupan
manusia sedang dilanda suasana kompetisi, entah skalanya kecil, sedang maupun berat.
Sekalipun memiliki uang yang melimpah tidak serta merta menjamin Anda akan memperoleh
produk (barang ataupun jasa) kebutuhan sehari-hari dengan mudah. Cobalah beli mobil atau
motor baru tanpa indent terlebih dahulu, kemungkinan besar Anda tidak akan bisa langsung
mengendarainya, antri dulu menunggu giliran. Jika untuk level individu saja kompetisinya seperti
itu, apalagi ditingkat korporasi, pemerintah daerah (Kabupaten, Kota / Provinsi) dan Negara.

Salah satu alat kompetisi perusahaan global adalah brand. Kekuatan market capitalization Coca
Cola, Google, Microsoft, IBM, Nike dan lain-lain bukan karena physical asset-nya yang besar
melainkan market value dari brand yang mereka miliki, tanpa brand tersebut they are nothing. So,
di era kompetisi jangan pernah memandang sebelah mata terhadap brand dan mengelola dia ala
kadarnya. Langkah DKI, Yogya, Solo, Malang, Surabaya dan sebagainya melakukan city branding
merupakan pilihan yang tepat dalam memasarkan daerahnya. Semua kota besar di Indonesia
sebenarnya telah punya nama (nama ≠ merek) dalam bentuk asosiasi tertentu, baik sengaja
maupun alami. Sebagai contoh, Makassar selama ini mempunyai beberapa sebutan : “Kota
Daeng”, “Kota Anging Mamiri”, “Gerbang Kawasan Timur Indonesia” dan yang sedang marak di
media adalah “kota demo anarkis”. Banyaknya identitas yang dilekatkan pada kota Makassar saat
ini menjadi alasan untuk segera melakukan pembenahan dan city branding.

Untuk melakukan branding terhadap kota Makassar perlu mempertimbangkan banyak hal, tetapi
jika ingin menyederhanakannya cukup dengan mendasarkannya pada predikat yang telah
disandangnya sebagai gerbang bisnis kawasan timur Indonesia dan posisinya yang berada
ditengah-tengah kepulauan nusantara serta banyaknya potensi wisata dalam kota. Merujuk pada
ketiganya, maka kita bisa memulainya dengan menentukan brand promise-nya terlebih dahulu,
yaitu “Great for Business, Wonderful for Living and Tourism”. Setelah menemukan brand promise
yang tepat, langkah selanjutnya adalah memilih thema positioning yang relevan. Opsi positioningnya bisa beberapa, namun untuk kesempatan ini cukup satu dulu, yakni : “Makassar : The
Preferred Business City”. Agar tidak timbul kerancuan dan over claims, atribut “Living dan

Tourism” tidak disebutkan pada positioning statement. Tetapi cukup di endorse melalui kegiatan
BTL (Below The Line) seperti audensi, direct marketing, roadshow / exhibition dan visiting.
Pemasaran kota bukan cuma urusan branding, masih banyak pekerjaan lain, terutama yang
menyangkut faktor Content, Context dan Enabler. Bicara content berarti menelaah apa saja yang
ada di kota Makassar yang mempunyai nilai jual atau “what will you offer to target market”. Karena
produknya adalah kota, maka perlu definisi dan visualisasi tentang item apa saja yang berada di
Makasar yang mempunyai nilai jual. Mengacu pada kriteria tersebut, produk kota Makassar dapat
dikelompokkan menjadi 7 bagian, yaitu :
1. Wisata bahari dengan ikon unggulan Pantai Losari yang terletak ditengah kota sehingga
mudah dijangkau dan dapat dinikmati kemegahan / keindahan lautnya siang maupun
malam

hari. Selain Losari, wisatawan masih memiliki banyak pilihan pantai dengan

mengunjungi Tanjung Bayang / Merdeka, Akkarena atau mendatangi pulau-pulau di area
selat Makassar seperti Pulau Lae-Lae, Kayangan, Samalona, Kodingareng dan lain-lain.
2. Wisata Budaya dan Sejarah, di dalam kota Makassar terdapat Fort Rotterdam yang
menyimpan berbagai cagar budaya Sulawesi Selatan. Selain itu terdapat pula Benteng
Somba Opu yang merupakan simbol perlawanan rakyat terhadap penjajah. Makam
pahlawan nasional Pangeran Diponogoro dan Makam tokoh Islam Syech Jusuf juga

terletak di dalam kota. Anda dapat berbelanja cindra mata khas Sulawesi selatan dengan
berkunjung ke China Town di Jalan Somba Opu sambil belajar sejarah etnik Tionghoa
Makassar.
3. Wisata Kuliner tradisional, siapapun yang pernah mengunjungi Makassar akan kehilangan
momentum jika tidak menyempatkan diri mencicipi masakan khas Bugis Makassar seperti
coto, sop saudara, konro, pallu basa, pallu butung, pisang epe, pisang ijo dan sebagainya.
4. Safari Religi, rakyat Indonesia terkenal religious. Di kota Makassar, wisatawan dapat
melakukan safari religi dengan mendatangi tempat-tempat ibadah masyarakat Makassar

seperti Masjid Raya, Islamic center Al-Markaz, Gereja Ketedral Ujung Pandang, Klenteng
Ibu Agung Bahari dan Pura Giri Natha.
5. Lapangan Karebosi dan Matto Angin, kedua lokasi ini merupakan ikon kota Makassar di
bidang olah raga. Keunikan Karebosi ada pada perpaduan antara sport center dan Mall. Di
bawah lapangan Karebossi terdapat Mall Karebosi Link dengan konsep modern dan
terhubung dengan pusat elektronik MTC.
6. Lokasi Bisnis, Hunian dan Hiburan kelas dunia. Makassar mempunyai sejumlah pusat
bisnis yang sangat representatif di antaranya Panakkukang, Tanjung Bunga dan KIMA
(Kawasan Industri Makassar). Tanjung Bunga sendiri sedang berkembang menuju kota
mandiri dengan fasilitas yang sangat lengkap, yaitu Trans Studio yang menyerupai
Disneyland, Mega Tower, Mall GTC, Celebes Convention Center, Akkarena Resort, Sekolah

International Dian Harapan dan hunian eksotik modern sea front dengan puluhan cluster. Di
samping hunian Tanjung Bunga, terdapat juga Citra Land dengan konsep Green Living
area.
7. Infrastruktur skala Nasional / international. Wajah kota Makassar kini lebih indah dengan
kehadiran sejumlah infrastruktur kota yang maju dan modern. Sebut saja Bandara
International Sultan Hasanuddin, Pelabuhan Soekarno Hatta, Fly Over Urip Sumoharjo,
Graha Pena, Bosowa Tower dan Kalla Tower. Dalam waktu dekat juga menyusul hadir
Hotel sekaligus Apartement, Wimax dengan coverage sekota Makassar, Lapangan Golf
Paddy Valley dan sebagainya. Untuk bidang pendidikan, Makassar memiliki sarana yang
lengkap dan berkualitas mulai dari Sekolah Dasar hingga paska Sarjana (Master / Doktor).
Content identik dengan 2P yang pertama dalam konsep Marketing Mix (product dan Price).
Sedangkan context atau “how to offer” lebih merujuk pada 2P yang terakhir (promotion dan place).
Bisa jadi barang dan harga kita bagus dan murah, sementara barang dan harga pesaing tidak
berkualitas dan mahal, tetapi justru konsumen memilih membeli milik kompetitor. Kenapa, ya
memang sudah begitu realitanya. Dipasar, “the only real king is perception” itu sebabnya orang
communication menganut paham “perceptions is more important then reality”. Makassar selama ini
baik-baik saja, memang ada demo yang kadang rusuh, tapi dimana-mana seantero Indonesia juga
ada demo yang cenderung anarkis. Tetapi mengapa hanya Makassar yang diasosiasikan sebagai
“kota demo yang sering rusuh”? Pada kasus “Cicak vs Buaya”, Komjen Susno Duadji dihujat lebih
dari satu juta Facebookers, berselang beberapa waktu kemudian Beliau dipuja puji puluhan juta

rakyat Indonesia karena berani mengungkap kasus mafia pajak “Gayus cs”. Ini fakta marketing,
sesuatu yang semula zero (nothing) dapat berbalik arah menjadi hero (everything) hanya dalam
tempo sekejap. Itulah luar biasanya sinergi content dan context dalam profesi marketing.

Fungsi enabler adalah sebagai supporting system. Bahasa umum yang relevan dengan istilah
enabler adalah suprastruktur atau value chain dalam organisasi bisnis. Wujud fisiknya tidak
nampak tetapi kontribusinya dapat dirasakan serta hasilnya mudah diukur. Manajemen kota
memang lebih sulit dan kompleks dibanding sistem organisasi pada umumnya, karena pemangku
kepentingannya (stakeholders) banyak dengan interest yang beragam dan cenderung independen
satu sama lainnya. Tetapi bukan berarti unmanageable, banyak pemerintah kota sukses
melakukannya, Singapore adalah contoh yang paling nyata dan terdekat.
Menurut Kertajaya dan Yuswohady (2005), target market pemasaran kota ada 3. Pertama adalah
Masyarakat (penduduk), mereka mendambakan layanan publik dengan kualitas, proses dan
standar waktu yang baik. Kedua, Trader, Tourist dan Investor (disingkat TTI) baik lokal, nasional
maupun global. Ketiga adalah Talent (SDM berkualitas dan berbakat), Developer (Pengembang)
dan Organizer (Event Organizer) selanjutnya disingkat TDO. Konsumen atau pelanggan kota
adalah penduduk, TTI dan TDO, sedangkan pemerintah kota berfungsi sebagai pemasar. Selaku
pemegang otoritas pemerintahan, Walikota wajib menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan
keinginan


pelanggannya

dengan

mereformasi

birokrasi

pemerintahan

eksisting

menuju

“Community Driven Government” yang dilandasi oleh semangat “Accountablity” bagi semua
kalangan. Dalam waktu yang sama, warga kota atau Citizen juga perlu membenahi diri dengan
mengembangkan kapabilitas individu maupun kelompok sehingga mempunyai kemandirian dan
jiwa entrepreneurial yang inovatif. Selanjutnya dengan semangat kolaboratif Pemkot, DPRD,
Citizen dan LSM menanamkan sikap ramah tamah dengan menjadi tuan rumah yang baik (be a
good host) dan memperlakukan semua tamu / pelanggan kota sebaik-baiknya (treat your guest

properly) serta menghindari mental premordialisme dan jargon putra daerah yang merugikan.
Makassar dan warganya perlu bersikap terbuka dan kooperatif bagi Trader, Tourist, Investor,
Telant, Develover dan Organizer lokal maupun global. Disamping itu, harus rajin mengundang TTI
dan TDO dari daerah lain agar datang ke Makasar serta berupaya maksimal memelihara dan
meretensi mereka agar tidak berpaling ke daerah (kota) lainnya.
Letak geografi yang strategis memungkinkan Makassar menjadi Singapore-nya Indonesia. Klaim
ini bukan jokes atau omong kosong, tetapi sangat logis dan faktual karena didukung oleh sumber
daya (distinctive capabilities) yang mumpuni dan tidak dipunyai daerah lain. Makassar memiliki 7
sumber diferensiasi yang unik dengan nilai ekonomis yang tinggi. Keunikan tersebut merupakan
simbol atau ikon kebanggaan masyarakat dan patut kita sebut sebagai “The Seven Pride of
Makassar”, yaitu

: sejarah / budaya (Fort Rotterdam), wisata (pantai Losari), olah raga

(Karebosi), bisnis (Bandara Sultan Hasanuddin), kuliner (Coto Makassar), Hunian kelas dunia
(Tanjung Bunga dan Citraland) dan Religi (Masjid Al-Markaz). “So, what gitu lo : pantaskan digelari

The Singapore’s of Indonesia”? Makassar ibarat seorang “Bidadari : ia multi talenta, cantik, indah,
gemulai nan sexy”, tetapi dunia luar belum mengenalnya secara proporsional, justru khalayak
nusantara memahaminya sebagai sosok buruk yang menakutkan “rusuh, anarkis, kasar, rawan

kejahatan dan semrawut”.
Untuk mereposisi dan recovery opini miring rakyat Indonesia tentang Makassar, kita memiliki
pekerjaan rumah secara kolektif untuk me-leverage citra dan harga diri kota Makassar melalui
kampanye positioning “Makassar : The Preferred Business City” yang dilandasi semangat “The
Seven Pride of Makassar”. Ingat, kita masih memegang teguh budaya Siri’, positioning adalah
janji yang wajib ditunaikan kepada target Market (TTI dan TDO), be a good host and treat your
guest properly.

Daftar Pustaka
Kertajaya, Hermawan dan Yuswohady. 2005, " Atracting Tourists, Traders, Investors : Strategi
Memasarkan Daerah di Era Otonomi". Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Indonesia.