BAB II PERUBAHAN DAN BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB II

PERUBAHAN DAN BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN

Dr. SUKMA PERDANA PRASETYA, MT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

BAB II

PERUBAHAN DAN BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL BUDAYA

DALAM PEMBANGUNAN

KOMPETENSI INTI

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran IPS

KOMPETENSI DASAR

 Menganalisis Proses Perubahan sosial budaya di Indonesia Berdasarkan Telaah Geografis  Menganalisis Proses Interaksi Sosial  Menjelaskan Fungsi Pranata Sosial  Menganalisis Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial dalam Masyarakat

URAIAN MATERI

A. PROSES PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DI INDONESIA BERDASARKAN TELAAH GEOGRAFIS

Telaah geografis atau wilayah ruang di permukaan bumi (geospasial) menitik beratkan pada mengapa suatu fenomena ada di tempat itu dan bagaimana sesampainya ke situ. Relasi antara geografi dalam lingkup regional menelaah tempat dan aktivitas penghuninya pada dimensi ruang dan waktu. Faktor geografis yang penting berupa: iklim, lokasi dan morfologi permukaan bumi. Tiga faktor itu diadaptasi oleh manusia sebagai tempat beraktivitas kehidupannya. Suatu bentang alam (landscape) sebagaimana sekarang telah mengalami perubahan terus-menerus oleh kegiatan manusia di sepanjang masa (Daldjoeni, 1987).

Dengan menelaah suatu region geografis dapat diketahui bagaimana seluk beluk cara manusia dari masa ke masa telah memanfaatkan berbagai kesempatan yang Dengan menelaah suatu region geografis dapat diketahui bagaimana seluk beluk cara manusia dari masa ke masa telah memanfaatkan berbagai kesempatan yang

Kondisi geografis suatu wilayah dapat menjadi Peradaban awal dunia dimulai dari sungai nil yaitu mesir yang terletak pada zona mediteran sehingga daerah bergurun-gurun yang menyebabkan mereka hidup dan bekerja lebih keras, banyak peninggalan peradaban mesir yang terkenal dan masih ada hingga saat ini. Sedangkan Indonesia yang beriklim tropis tidak memiliki peradaban awal negara yang kuat karena peninggalan peradaban banyak yang hilang kecuali candi akibat dari iklim Indonesia yang tropis dengan curah hujan sepanjang tahun, serta berbagai bencana alam yang banyak terjadi.

letak astronomis sangat menentukan lokasi suatu negara, yang mana pengaruh letak ini akan membawa dampak dalam hal hubungan dengan negara lain yang dikatakan dengan kerjasama. Hubungan kerjasama ini terjalin karena adanya kebutuhan tiap negara yang berbeda-beda. Misalnya, dalam bidang ekonomi Indonesia penghasil rempah- rempah ataupun minyak bumi lalu diekspor ke negara lain yang tidak menghasilkan atau kekurangan sumberdaya alam tersebut, dan begitu juga sebaliknya Indonesia mengimpor bahan-bahan industri ataupun sumberdaya alam lain yang tidak terdapat di Indonesia.

Tidak hanya dalam bidang ekonomi saja kerjasama tersebut dilakukan melainkan dalam berbagai bidang. Contoh dalam bidang lainnya adalah politik. Negara yang terletak dalam suatu kesatuan astronomis dengan mempunyai corak iklim yang hampir sama cenderung melakukan kerjasama dalam bidang politik sebagai contoh adalah Asia yang berada di lintang tropis mendirikan organisasi Asia Tenggara yang dikenal dengan ASEAN. Negara-negara yang berada dalam lingkup astronomis yang sama tentunya akan sangat menguntungkan bila melakukan kerjasama karena banyak kesamaan. Dalam hal ini peran atau fungsi letak astronomis mirip dengan peran atau fungsi letak geografis suatu negara. Jadi kesimpulannya adalah bahwa letak astronomis akan membawa pengaruh yang besar terhadap hubungan dengan negara lain (Prasetya, 2015). Dengan demikian telaah integratif geografis memberikan manfaat pengetahuan tentang hubungan antara unsur – Tidak hanya dalam bidang ekonomi saja kerjasama tersebut dilakukan melainkan dalam berbagai bidang. Contoh dalam bidang lainnya adalah politik. Negara yang terletak dalam suatu kesatuan astronomis dengan mempunyai corak iklim yang hampir sama cenderung melakukan kerjasama dalam bidang politik sebagai contoh adalah Asia yang berada di lintang tropis mendirikan organisasi Asia Tenggara yang dikenal dengan ASEAN. Negara-negara yang berada dalam lingkup astronomis yang sama tentunya akan sangat menguntungkan bila melakukan kerjasama karena banyak kesamaan. Dalam hal ini peran atau fungsi letak astronomis mirip dengan peran atau fungsi letak geografis suatu negara. Jadi kesimpulannya adalah bahwa letak astronomis akan membawa pengaruh yang besar terhadap hubungan dengan negara lain (Prasetya, 2015). Dengan demikian telaah integratif geografis memberikan manfaat pengetahuan tentang hubungan antara unsur –

Latar geografis diperlukan untuk membantu analisis peristiwa di suatu wilayah. Misalnya ada pertanyaan mengapa terjadi perpindahan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Puncak-puncak kemegahan yang dicapai Mataram kuno di Jawa Tengah terpaksa ditinggalkan karena kerajaan dipindah oleh Pu Sinok ke Watu Galuh (sekitar Jombang di tepi sungai Brantas, Jawa Timur). Berbagai pertanyaan lalu muncul dan sekarang jawabannya masih bersifat hipotesis karena baru ditemukan sedikit data akurat yang berkaitan dengan masalah itu.

J.G.de Casparis berpendapat perpindahan ibu kota Mataram kearah timur (Jawa Timur) untuk menghindari serangan dari kerajaan Sriwijaya yang ada di Sumatera Selatan. Sebagai negara maritim dengan mempunyai banyak kerajaan bawahan, tidak sulit bagi Sriwijaya menyerang Mataram. Namun Boecori berpendapat bahwa penyebab perpindahan ibukota kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa timur lebih dilatar belakangi oleh faktor geografis berupa letusan gunung Merapi yang sangat hebat pada akhir abad ke 10 M. Pada kenyataannya banyak bangunan candi di selatan gunung Merapi terkubur oleh material gunung yang sangat tebal, sampai sekarangpun gunung Merapi masih sangat aktif dengan mengeluarkan material piroklastis yang sangat menakutkan (Djafar, 1978).

Latar belakang geografis juga dapat membatu lokasi kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Hindu di Pulau Jawa. Berdasarkan fakta lokasi, sebagian besar kerajaan besar di pulau seperti Mataram, Kediri, Singosari, dan Majapahit terlatak pada intra mountain basin (lereng/cukungan antar gunung). Seperti kerajaan Mataram terletak di lereng selatan gunung Merapi, kerajaan Majapahit terletak di lereng gunung Arjuno, Kerajaan Kediri terletak di lereng gunung Kelud. Megapa situs kerajaan besar ada di wilayah tersebut?

Secara geografis wilayah lereng pengunungan (mountain slope) merupakan wilayah jalur patahan yang banyak mengeluarkan sumber air (spring belt). Sumber air sebagai faktor utama dalam memenuhi kehidupan penduduk yang sebagai bercorak disektor pertanian. Selain banyak terdapat sumber air, daerah lereng gunung sangat subur yang didukung oleh material vulkanik yang dikeluarkan dari erupsi gunung berapi.

Dengan latar geografis yang bertanah subur dan banyak air menjadikan wilayah lereng pegunungan ini menjadi pilihan utama berdirinya kerajaan-kerajaan besar yang bercorak hindu.

Gambar 2.1. Lokasi Kerajaan Hindu Dilihat Dari Penampang Samping Pulau Jawa

Gambar 2. 2. Peta persebaran pusat kerajaan Hindu yang berada di lereng/cekungan pegunungan

(intra mountain basin) yang banyak dijumpai spring belt dan subur (sumber: diadaptasi dari Djafar, 1978)

Identifikasi lokasi pusat kerajaan Hindu di Jawa yang terletak di lereng-lereng pegunungan diperkuat oleh beberapa temuan sejarah, mislanya: 1) Kerajaan Daha (Kediri). Dari cerita “Bubuksah dan Gagang Aking” diketahui adanya ibu kota Daha di kerajaan Kediri. Di dalam cerita itu dikemukakan bahwa dari lereng gunung Wilis, tempat Bubuksah dan Gagang Aking bertapa dapat dilihat dengan jelas kota Daha yang terletak di tepi sungai Brantas dengan perahu-perahu yang sedang berlayar, 2) Kerajaan Wengker. Dari tradisi yang kini masih tersimpan di dalam serat Centini diketahui adanya makam Batara Katong di bekas Keraton Wengker yang terletak di lereng gunung Lawu, 3) Kerajaan Singosari (Tumapel). Dari berita china disebutkan sebagai Tu-ma-pan dan disebutkan pula kerajaan yang terletak di lereng selatan gunung Arjuno ini sampai tahun 1465 Tu-ma-pan ini masih mengirimkan utusannya ke negeri China, 4) Kerajaan Mataram. Lokasi mataram adalah di lereng gunung merapi, Yogyakarta yang sudah dikenal di abad

VIII sejak jaman dinasti Sailendra (Djafar, 1978). Selain latar geografis lereng pegunungan sebagai pusat kerajaan Hindu, terdapat latar geografis lainnya yang perlu diperhatikan dalam penempatan pusat kerajaan tersebut yaitu jalur sungai. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lereng pegunungan yang menjadi pusat kerajaan merupakan daerah agraris yang subur dan kaya sumber air. Sumber air ini akan mengalir menjadi sungai-sungai yang dapat dijadikan sebagai sarana transportasi dalam menyebarkan hasil bumi berlimpah dari daerah pedalaman yang subur ke berbagai tempat untuk diperdagangkan.

Gambar 2. 3. Alur-alur sungai sebagai jalur transportasi perdagangan

Berbeda dengan pusat kerajaan-kerajaan Hindu yang lokasi geografisnya ada di daerah lereng pegunungan, perkembangan pusat peradaban Islam di Jawa khususnya lebih berkembang di daerah pesisir utara. Sejalan dengan maraknya perdagangan dan pelayaran melalui jalur sungai dan laut yang semakin ramai, di daerah pesisir beberapa kota pelabuhan menjadi pusat perdagangan antar daerah bahkan antar pulau. Letak geografis ini sangat penting, karena daerah pesisir ini menjadi satu jalur dengan selat malaka yang dilewati arus perdagangan internasional. Sejak abad ke VIII telah ramai dikunjungi para pedagang dari Arab, Persi, Turki, India, dan China. Sejak abad X telah terdapat koloni-koloni para pedagang yang beragama Islam (Djafar, 1978).

Sunan Bonang

Sunan Giri & Maulana

Sunan Muria

Malik Ibrahim

Sunan Kaldijaga

Sunan Gunugjati

Sunan Kudus

Sunan Drajad

Sunan Ampel

Gambar 2.4. Persebaran pusat peradaban Islam yang terletak di pesisir utara pulau Jawa sumber: diadaptasi dari Daldjoeni, 1984) (

Begitu strategisnya Tanah Jawa sehingga banyak dari negara-negara lain mengunjungi negeri ini dengan tujuan untuk berdagang. Namun lama-kelamaan tidak hanya untuk berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama salah satunya adalah agama Islam. Masuknya Islam di Indonesia dan Jawa khususnya tidak lepas dari peran wali songo, meskipun jumlah penyebar Islam sebenarnya lebih dari Sembilan orang. Para Walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari Begitu strategisnya Tanah Jawa sehingga banyak dari negara-negara lain mengunjungi negeri ini dengan tujuan untuk berdagang. Namun lama-kelamaan tidak hanya untuk berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama salah satunya adalah agama Islam. Masuknya Islam di Indonesia dan Jawa khususnya tidak lepas dari peran wali songo, meskipun jumlah penyebar Islam sebenarnya lebih dari Sembilan orang. Para Walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari

Pengaruh latar geografis terhadap kesejarahan tidak hanya terjadi di jaman kerajaan Hindu maupun Islam saja, tetapi juga berpengaruh di masa kontenporer sekarang. Peristiwa krisis dunia di tahun 1930, 1965, dan 1998 tidak lepas dari faktor geografis. Pada siklus tiga puluh tahunan tersebut terjadi fenomena kekeringan panjang di negara-negara produsen pangan, akibat kekeringan tersebut terjadi kelangkaan harga pangan yang memicu inflasi harga barang lainnya. Keguncangan ekonomi ini memicu yang memberikan dampak pada kehidupan masyarakat dan politik. Kondisi geografis berupa cuaca yang ekstrim memang tidak berpengaruh langsung terhadap keguncangan ekonomi dan politik suatu negara, tetapi dapat menjadi ‘katalisator’ peristiwa besar yang akan selalu tercatat dalam lembaran peristiwa.

Kehidupan peradaban manusia dimulai dari determinisme lingkungan yang kuat. Kehidupan dan prilaku manusia prasejarah sangat ditentukan oleh lingkungan alam, mulai dari hidup mengumpulkan makanan (food-gathering) dan hidup dilembah-lembah sungai besar dengan cara berpindah-pindah tempat.

Setiap makhluk hidup memerlukan air. Begitu pula halnya dengan manusia prasejarah memerlukan air sebagai faktor utama untuk memenuhi hidup (Moentadhim, 2014)). Dengan demikian lembah-lembah sungai besar menjadi situs ditemukannya fosil manusia prasejarah.

Perkembangan zaman kerajaan Hindu di Indonesia sudah jauh mengalami perkembangan peradaban yang berarti. Hal yang penting adalah kemampuan dalam mengolah tanah dalam memproduksi tanaman makanan (food-producing). Kehidupan agraris memerlukan dukungan lingkungan alam berupa sumber air yang melimpah dan tanah yang subur. Dengan demikian daerah lereng gunung menjadi pilihan utama pusat peradaban karena tanahnya subur (bersumber dari tanah vulkanik) dan menjadi jalur sumber air (spring belt). Situs kerajaan-kerajaan Hindu dapat banyak ditemukaan di daerah pedalaman cekungan antar pegunungan ini (intra mountain basin).

Pada masa perkembangan Islam di Jawa khususnya, terjadi pergeseran lokasi peradaban dari dearah lereng pegunungan di pedalaman pulau menuju dearah pesisir utara pulau Jawa. Secara lingkungan geografis, wilayah utara pulau jawa adalah tanah Pada masa perkembangan Islam di Jawa khususnya, terjadi pergeseran lokasi peradaban dari dearah lereng pegunungan di pedalaman pulau menuju dearah pesisir utara pulau Jawa. Secara lingkungan geografis, wilayah utara pulau jawa adalah tanah

Meskipun kondisi lingkungan yang kurang mendukung, namun kawasan Utara Jawa menjadi pusat peradaban karena pengaruh adaptasi manusia dalam mengolah lingkungan (posibilisme). Posibilisme dalam geografi budaya adalah teori yang menggagas bahwa lingkungan tidak mutlak menentukan kendala atau batasan tertentu, namun teknologi melalui budaya menentukan tindakan manusia.

Kehidupan manusia pada masa masukknya Islam tidak hanya berasal dari agraris saja, tetapi bergeser menuju perdagangan dengan berdirinya banyak pelabuhan- pelabuhan dagang di kawasan Utara Jawa. Para Walisongo mempunyai peran penting dalam adaptasi lingkungannya, misalnya di daerah Tuban dan Lamongan yang tandus maka Sunan Bonang dan Sunan Drajat membekali penduduk setempat dengan ketrampilan membuat batik sebagai komoditas yang populer diperdagangkan dimasa itu. Sunan Kalijogo dengan filosofi ‘pacul’ dan ‘bajak’ mengajarkan penduduk setempat bagaimana melakukan intensifikasi bidang pertanian dengan mengoptimalkan fungsi ‘embung’ pada logva atau doline yang banyak dijumpai pada topografi karst yang berlitologi kapur.

Pada masa kontenporer sekarang, kondisi lingkungan geografis tidak lagi menjadi faktor utama pusat pemukiman atau peradaban. Hampir di semua wilayah manusia sudah mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Kemampuan manusia dalam menanggapi alam tidak terlepas dari penggunaan teknologi yang digunakannya. Dengan kemampuan penciptaan teknologi oleh manusia, menjadikan hidup manusia semakin mudah dan ringan. Keberhasilan manusia dalam menerapkan teknologi, menjadikan bahwa teknologi menjadi keyakinan sebagai tumpuan untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri karena manusia adalah makhluk sosial. Manusia dalam hidupnya sangat membutuhkan hubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Interaksi sosial merupakan salah satu faktor penting yang mendasari aktivitas sosial dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Interaksi sosial yang terjadi antar bangsa dalam proses perdagangan tersebut mendorongterjadinya proses akulturasi dan asimilasi budaya. Pedagang-pedagang yang datang dariberbagai penjuru dunia membawa kebudayaan masing-masing. Pedagang- pedagang yangdatang dari Cina dan India membawa kebudayaan Hindu-Buddha. Pedagang-pedagang yangdatang dari Arab, Persia, dan Gujarat membawa kebudayaan Islam. Begitu pula pedagangpedagangdari Eropa membawa ajaran Nasrani. Hal ini menjadi pendorong utama terbentuknyakeanekaragaman agama di Indonesia.

Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad ke-4 Masehi. Pedagang dari India yang datang ke Sumatra, Jawa, dan Sulawesi membawa agama mereka. Agama Hindu mulai berkembang di Pulau Jawa pada abad ke-5. Para pedagang juga mengembangkan ajaran Buddha. Hasilnya, kebudayaan Hindu dan Buddha memengaruh terbentuknya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha seperti Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Tarumanegara, Mataram Hindu, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan lainnya. Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur, telah dibangun oleh Kerajaan Mataram dari Dinasti Syailendra. Pada waktu yang hampir sama, Candi Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha terjadi pada abad ke-14, yaitu pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini telah berhasil menanamkan pengaruh politiknya ke seluruh penjuru tanah air.

Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-7 melalui pedagang Arab. Islam menyebar di pantai barat Sumatra, kemudian menyebar ke timur Pulau Jawa. Pada abadke-13, Kerajaan Samudra Pasai berdiri sebagai kerajaan bercorak Islam pertama. Padamasa berikutnya, berdiri banyak kerajaan Islam lainnya, seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Banten, Banjar, Mataram Islam, Kesultanan Makassar, serta Kerajaan Ternatedan Tidore. Banyaknya kerajaan Islam yang berdiri menandakan kuatnya pengaruh Islamdi Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia menjadi negara terbesar di dunia yang mayoritaspenduduknya beragama Islam.

Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Adapun Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M. Wilayah Indonesia bagian Timur menjadi tujuan utama penyebaranagama Kristen, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua, dan Kalimantan.

Kemudian, Kristenmenyebar ke Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatra juga menjadi daerah penyebaran agamaKristen Protestan.

B. PROSES INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial adalah hubungan antara orang dan orang, antara orang dan kelompok, serta antara kelompok dan kelompok. Dalam berinteraksi sosial, manusia harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Proses interaksi sosial baru akan berlaku apabila menghasilkan reaksi yang berbentuk hal-hal berikut.

1. Imitasi

Imitasi adalah meniru sesuatu yang dilakukan orang lain. Misalnya, meniru cara berpakaian, gaya rambut, gaya bicara, dan perilaku lainnya. Meniru bisa berdampak baik atau sebaliknya. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap apa yang diimitasi. Meniru menjadi buruk jika sesuatu yang kita tiru merugikan diri sendiri dan tidak sesuai dengan kesopanan lingkungan. Meniru berlaku baik jika peniruan tersebut bermanfaat bagi kehidupan kita danmasyarakat menerimanya.

2. Sugesti

Sugesti adalah reaksi seseorang terhadap sesuatu secara langsung dan tanpa dipikir terlebih dahulu. dalam sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima oleh orang lain. Jika seorang artis yang menggunakan handphone terbaru kemudian diikuti oleh para siswa SMP, itu merupakan contoh sugesti. Sugesti bukan merupakan proses belajar, melainkan proses meningkatkan suatu reaksi yang sudah ada pada dirinya. Sugesti terjadi karena pihak yang menerima anjuran itu tergugah secara emosional tanpa dipikir terlebih dahulu.

3. Simpati

Simpati merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah-olahdalam keadaan orang lain dan ikut merasakan apayang dilakukan, dialami, atau diderita Simpati merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah-olahdalam keadaan orang lain dan ikut merasakan apayang dilakukan, dialami, atau diderita

4. Empati

Empati adalah kemampuan untuk menyadari perasaan orang lain dan bertindak (sesuai) untuk membantu. Konsep Empati terkait erat dengan rasa iba dan kasih sayang. Empati merupakan kemampuan mental untuk memahami dan berempati dengan orang lain, apakah orang diempati setuju atau tidak tetapi disini memiliki niat untuk membantu.

Dalam penelitian empati merupakan fenomena kompleks yang tidak memiliki definisi sederhana. Empati dipelajari dalam psikologi sosial, psikologi kognitif dan neuroscience. Empati adalah proses mental yang kompleks yang melibatkan :

a. Apa yang dirasakan oleh orang lain (empati afektif)

b. Bagaimana menempatkan diri sebagai orang lain(empati kognitif), dan

c. Menjadi orang lain yang merasakan (diri sendiri / lainnya) (empati akurasi).

Ketiga mekanisme dianggap saling terkait dan tergantung satu sama lain maka empati pun terjadi. Dalam proses empati maka ada hubungan yang saling berinteraksi antara penularan emosi, pengambilan perspektif dan akurasi empati satu sama lain untuk menghasilkan respon adaptif sosial.

5. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Umumnya yang menjadi objek dari proses identifikasi adalah “sang idola”. Seseorang yang merasakan menjadi korban bencana merupakan bentuk identifikasi. Identifikasi lebih dalam daripada simpati. Seseorang yang mengidentifikasikan dirinya terhadap orang lain pada umumnya akan meniru, Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Umumnya yang menjadi objek dari proses identifikasi adalah “sang idola”. Seseorang yang merasakan menjadi korban bencana merupakan bentuk identifikasi. Identifikasi lebih dalam daripada simpati. Seseorang yang mengidentifikasikan dirinya terhadap orang lain pada umumnya akan meniru,

Gambar 2.5. Sesorang Mengidentifikasi Dirinya Sebagai Cristiano Robnaldo

Sumber: www.merdeka.com

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

1. Adanya Kontak Sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.

2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan yang bersifat negative mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.

Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Sekunder tidak dapat dilakukan secara langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf, radio, dan sebagainya.

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaika noleh orang laintersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.

Proses Asosiatif

Proses asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yangdapat meningkatkan hubungan solidaritas antarindividu.

a. Kerjasama (cooperation)

Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yangutama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usahabersama antara perorangan atau kelompok manusiauntuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.Kerjasama ini semakin menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya.Kerjasama bisa timbul jika terjadi hal-hal berikut:

1) Orang menyadari bahwa mereka mempunyaikepentingan-kepentingan yang sama.

2) Kedua belah pihak memiliki sumbangan ataukontribusi untuk memenuhi kepentingan merekamelalui kerjasama.

Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yangbaik, tetapi bukan kerjasama dalam hal yang negatif,seperti kerjasama ketika para siswa sedang melakukanulangan atau ujian.

Ada beberapa bentuk kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan itu antara lain sebagai berikut:

1) Kerukunan

Kerukunan adalah hidup berdampingan secaradamai dan melakukan kerjasama secara bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari kegiatankerja bakti yang dilakukan warga atau secarabergiliran melakukan ronda untuk menjagakeamanan kampung. Kerukunan pada intinyamencakup gotong-royong dan tolong-menolong.

2) Tawar-menawar (bargaining)

Tawar-menawar adalah bentuk perjanjian mengenaipertukaran barang dan jasa antara dua organisasiatau lebih.

3) Kooptasi

Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk maumenerima pendapat atau ide orang atau kelompoklain. Hal itu diperlukan agar kerjasama dapatberlanjut dengan baik.

4). Koalisi

Koalisi adalah bentuk kerjasama antara duaorganisasi atau lebih yang mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasilyang lebih besar.

5) Joint venture

Joint venture adalah bentuk kerjasama yang dilakukanoleh beberapa perusahaan. Dengan joint venturediharapkan hasil atau keuntungan yang diperolehdari sebuah usaha akan lebih besar.

b. Akomodasi (accomodation)

Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yangmenunjuk pada suatu keadaan dan yang menunjukpada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk padasuatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangandalam interaksi di antara orang-orang, yang berkaitandengan norma-norma sosial dan nilai- nilaisosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkansebagai suatu proses, akomodasi menunjuk padausaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Mengurangi pertentangan.

2) Mencegah pertentangan untuk sementara.

3) Memungkinkan terjadinya kerjasama.

4) Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untukmenyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkanpihak lawan sehingga lawan tidak kehilangankepribadiannya. Ada beberapa bentuk akomodasi.

Bentuk-bentuk akomodasi tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Paksaan (coercion)

Paksaan merupakan bentuk akomodasi yangprosesnya dilaksanakan karena adanya unsur paksaan. Paksaan merupakan bentuk akomodasidengan salah satu pihak berada dalam keadaanyang lemah dibandingkan dengan pihak lawan.

2) Kompromi

Kompromi adalah bentuk akomodasi di manapihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

3) Penengah (arbitration)

Adanya penengah (arbitration) atau pihak ketigamerupakan suatu cara untuk mencapai kompromiapabila pihak-pihak yang berhadapan tidaksanggup mencapai penyelesaian. Pertentangandiselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih olehkedua belah pihak yang bertentangan.

4) Mediasi

Mediasi menyerupai penengah. Pada mediasihadirnya pihak ketiga hanya sebagai penasihat belaka. Tugas pihak ketiga adalah memberi nasihatagar para pihak yang bertikai menemukan penyelesaianuntuk selanjutnya melakukan perdamaian.

5) Konsilisasi

Konsilisasi adalah suatu usaha mempertemukankeinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan bersama.

6) Kesabaran

Kesabaran suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuanyang resmi. Pada usaha ini pihak yang berselisihmenyadari betapa berselisih itu tidak bermanfaat. Secara perlahan-lahan perselisihan diharapkanakan hilang atau setidaknya berkurang.

7) Terperangkap (skakmat)

Terperangkap hingga tak dapatbergerak lagi adalah suatu bentukakomodasi di mana dua pihak yangsedang berselisih yang mempunyaikekuatan seimbang berhenti padasuatu titik tertentu.

8) Keputusan pengadilan

Keputusan pengadilan adalah penyelesaianperselisihan melalui jalanpengadilan. Hal ini dilakukan karenakedua belah pihak mengalami kesulitanmencari jalan damai.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah penyesuaian sifat-sifat asli yangdimiliki dengan sifat-sifat sekitar. Dalam hal prosessosial, asimilasi berkaitan dengan peleburan perbedaanbudaya.

Proses asimilasi bisa terjadi bila terdapat hal-hal berikut:

1) Perbedaan kebudayaan kelompok-kelompokmanusia.

2) Terjadi pergaulan secara langsung dan intensif.

3) Ada perubahan kebudayaan dari kelompok-kelompokmanusia dan saling menyesuaikan diri.

Beberapa faktor yang mempermudah asimilasiadalah toleransi, sikap menghargai orang asing,sikap terbuka yang dimiliki para pemimpin, persamaanunsur-unsur kebudayaan, dan kesempatankesempatanyang seimbang di bidang ekonomi.

a). Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapatmerenggangkan hubungan solidaritas antar individu. Proses disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dankonflik.

 Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial dimanaindividu atau kelompok manusia bersaingmencari keuntungan melalui suatu bidangkehidupan yang pada suatu masa tertentumenjadi pusat perhatian umum, dengancara menarik perhatian publik atau mempertajamprasangka yang ada, tanpamenggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa bentuk persaingan antara lainpersaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan danperanan, serta persaingan ras.

 Kontravensi (contravention) Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatubentuk proses sosial yang berada antara persaingandan pertentangan atau pertikaian.

Kontravensiadalah sikap mental yang tersembunyi terhadaporang-orang lain atau unsur-unsur kebudayaangolongan tertentu, yang dapat berubah menjadikebencian, tetapi tidak sampai pada pertentangan atau pertikaian. Secara umum, bentuk kontravensimeliputi penolakan, keengganan, perlawanan,

menghalang-halangi, protes, dan mengecewakanrencana pihak lain.

perbuatan

 Pertentangan/pertikaian (conflict) Interaksi sosial dalam bentuk pertentangan ataupertikaian terjadi jika masing-masing pihak yangsedang mengadakan interaksi, tidak menemukankesepahaman mengenai sesuatu, kemudian berlanjutmenjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya pertentanganatau pertikaian. Pertentangan atau pertikaiantersebut dapat bersifat sementara atau terus- menerus.

Sejak dahulu bangsa Indonesia sudah melakukan interaksi sosial dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Indonesia sudah terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Indonesia juga memiliki komoditas lain seperti emas, perak, batu permata, kain katun, teh, kopi, dan hasil alam lainnya yang bermutu tinggi. Hal ini menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain untuk membeli hasil bumi itu.

C. PRANATA SOSIAL

Peranata social atau sering disebut lembaga sosial, secara umum berkaitan dengan: 1). Seperangkat norma yang saling berkaitan, bergantung, dan saling mempengaruhi;2). Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah, dan dipertahankan sesuai dengan kebutuhan hidup; 3). Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga masyarakat agar dapat berjalan dengan tertib dan teratur; 4). Fungsi pranata sosial atau lembaga sosial adalah agar ada keteraturan dan integrasi di dalam masyarakat.

Pranata sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: 1). Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan; 2). Menjaga keutuhan masyarakat; 3). Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotaanggotanya.

Fungsi-fungsinya di atas menyatakan bahwa betapa pentingnya keberadaan pranata sosial bagi masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, apabila Anda hendak mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu, maka harus pula diperhatikan secara teliti lembagalembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan.

1. Ciri-ciri Pranata Sosial

pranata sosial adalah merupakan pedoman bagi warga masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahluk sosial. Keberadaan pranata sosial dalam masyarakat berbeda dengan lembaga atau organisasi sosial lainnya. Untuk membedakannya, maka secara umum terdapat lima ciri pranata sosial, yaitu:

a. Adanya tujuan, dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tertulis atau tidak tertulis,

b. Diambil dari nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat,

c. adanya prasarana pendukung, seperti bangunan dan lambang tertentu.

d. Di dalam pranata sosial akan ditemukan unsur budaya dan unsur struktural, yaitu berupa norma dan peranan sosial.

e. Pranata sosial dapat dikatakan sebagai suatu adat kebiasaan dalam kehidupan bersama yang mempunyai saksi yang disistematisasikan dan dibentuk oleh kewibawaan masyarakat.

Menurut Gillin dan Gillin dalam General features of social institutions, mengemukakan enam ciri pranata sosial , yaitu: Menurut Gillin dan Gillin dalam General features of social institutions, mengemukakan enam ciri pranata sosial , yaitu:

b. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama. Misalnya, suatu sistem pendidikan tertentu baru akan dapat diterapkan seluruhnya setelah mengalami suatu masa percobaan. Lembaga- lembaga kemasyarakatan biasanya juga berumur lama, karena pada umumnya orang menganggapnya sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara.

c. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuantujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang bersangkutan, apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan. Perbedaan antara tujuan dan fungsi sangat penting oleh karena tujuan suatu lembaga adalah tujuan pula bagi golongan masyarakat tertentu dan golongan masyarakat bersangkutan pasti akan berpegang teguh padanya. Sebaliknya, fungsi sosial lembaga tersebut, yaitu peranan lembaga tadi dalam sistem social dan kebudayaan masyarakat, mungkin tidak diketahui atau disadari golongan masyarakat tersebut. Mungkin fungsi tersebut baru disadari setelah diwujudkan dan kemudian ternyata berbeda dengan tujuannya. Umpamanya lembaga perbudakan ternyata bertujuan untuk mendapatkan tenaga buruh semurah-murahnya, tetapi di dalam pelaksanaan ternyata sangat mahal.

d. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga bersangkutan seperti bangunan, peralatan, mesin dan lain sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berlainan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Misalnya, gergaji

Jepang dibuat sedemikian rupa sehingga alat tersebut akan memotong apabila ditarik. Sebaliknya gergaji Indonesia baru memotong apabila didorong.

e. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Sebagai contoh, kesatuan- kesatuan angkatan bersenjata masing-masing mempunyai panji-panji. Perguruan- perguruan tinggi masing-masing mempunyai lambanglambangnya dan lain-lain. Kadang-kadang lambang-lambang tersebut berbentuk tulisantulisan atau slogan- slogan

f. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis ataupun tidak tertulis yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku, dan lain-lain. Tradisi tersebut merupakan dasar bagi lembaga itu di dalam pekerjaannya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat, di mana lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi bagiannya.

Sedangkan Harsojo (1986 ) mengemukakan enam sifat umum pranata sosial, yaitu:

a. Pranata sosial berfungsi sebagai satu unit dalam sistem kebudayaan yang merupakan satu kesatuan bulat;

b. Pranata sosial biasanya mempunyai berbagai tujuan yang jelas;

c. Pranata sosial biasanya relatif kokoh;

d. Pranata sosial dalam melakukan fungsinya sering mempergunakan hasil kebudayaan material;

e. Sifat karakteristik yang ada pada pranata sosial adalah lambang; dan

f. Pranata sosial biasanya mempunyai tradisi tertulis atau lisan yang jelas. Suatu lembaga atau organisasi sosial dapat dikatakan sebagai pranata sosial apabila memenuhi persyaratan.

Menurut Suhandi (1987), terdapat empat syarat bagi lembaga atau organisasi sosial agar menjadi pranata sosial, yaitu:

a. Harus memiliki aturan atau norma yang hodup dalam ingatan atau yang tertulis.

b. Aktivitas-aktivitas bersama itu harus memiliki suatus istem hubungan yang didasarkan atas norma-norma tertentu.

c. Aktivitas-aktivitas bersama itu harus memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu yang disadari dan dipahami oleh kelompok masyarakat bersangkutan.

d. Harus memiliki peralatan dan perlengkapan.

Dengan demikian bahwa pranata sosial adalah merupakan norma yang ada di masyarakat yang relatif, di mana warga masyarakatnya memiliki fungsi masing- masing untuk mendukung pranata sosial tersebut agar berfungsi bagi keteraturan dan integrasi sosial.

2. Tipe-Tipe Pranata Sosial

Beragamnya aktivitas manusia dalam hidup bermasyarakat membawa konsekuensi terhadap beragamnya bentuk dan jenis pranatanya sosial yang mengaturnya. Menurut Gillin dan Gillin ( Soekanto, 1990), pranata sosial dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Crescive institutions dan enacted institutions. Crescive institutions dan enacted institutions, merupakan klasifikasi pranata social berdasarkan perkembangannya. Crescive institutions disebut juga pranata sosial primer, merupakan lembaga yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya: hak milik, perkawinan, agama, dan seterusnya. Sedangkan enacted institutions adalah pranata sosial yang dengan segaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. Misalnya: lembaga utang piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut kemudian disistematisasi dan diatur untuk kemudian dituangkan ke dalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh negara.

b. Basic institutions dan subsidiary institutions. Pranata sosial tipe ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan nilai-nilai yang diterima masyarakat. Lahirnya pranata sosial ini (Basic institutions) karena dipandang sebagai lembaga sosial b. Basic institutions dan subsidiary institutions. Pranata sosial tipe ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan nilai-nilai yang diterima masyarakat. Lahirnya pranata sosial ini (Basic institutions) karena dipandang sebagai lembaga sosial

c. Approved atau social sanctioned institutions dan unsanctioned institutions. Kedua tipe pranata sosial ini merupakan pengkalsifikasian berdasarkan penerimaan masyarakat terhadap pranata sosial. Approved atau social sanctioned institutions adalah lembaga-lembaga sosial yang diterima masyarakat, seperti: sekolah, perusahaan dagang, dan lain-lain. Sebaliknya unsanctioned institutions adalah lembaga sosial yang ditolak keberadaannya oleh masyarakat, walau kadang- kadang masyarakat itu sendiri tiak berhasil memberantasnya. Misalnya, kelompok penjahat, perampok, pemeras, pencoleng, dan lain-lain.

d. General institutions dan restricted institutions Kedua pranata sosial ini merupakan hasil pengklasifikasian berdasarkan pada penyebarannya. Misalnya: pranata agama adalah suatu general institutions, karena hampir dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Sedangkan pranata agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lainnya, merupakan restricted instiutions karena dianut oleh masyarakat- masyarakat tertentu di dunia. Misalnya, agama Islam banyak dianut oleh masyarakat di Negara Arab Saudi, Indonesia, dan Malaysia, sedangkan di Eropa mayoritas pemeluk agama Kristen.

e. Operative institutions dan regulative institutions. Pranata sosial ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan fungsinya bagi masyarakat. Operative institutions adalah pranata sosial yang berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang e. Operative institutions dan regulative institutions. Pranata sosial ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan fungsinya bagi masyarakat. Operative institutions adalah pranata sosial yang berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang

Pada masyarakat totaliter misalnya, negara dianggap sebagai lembaga sosial pokok yang membawahi lembaga-lembaga lainnya seperti keluarga, hak milik, perusahaan, sekolah, dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam setiap masyarakat akan dijumpai pola-pola yang mengatur hubungan antar lembaga sosial tersebut. Sistem pola hubungan-hubungan tersebut lazimnya disebut institutional configuration. Sistem tadi, dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, mempunyai kecenderungan untuk bersifat statis. Lain halnya pada masyarakat yang sudah kompleks dan terbuka bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial kebudayaan, sistem tersebut sering mengalami kegoncangan-kegoncangan. Karena dengan masuknya hal-hal baru, masyarakat mempunyai anggapan- anggapan baru tentang norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokoknya.

Secara garis besar, munculnya pranata sosial dapat diklasifikasikan ke dalam dua cara, yakni secara tidak terencana dan secara terencana. Secara tidak terencana artinya bahwa lembaga tersebut lahir secara bertahap (berangsur- angsur) dalam praktik kehidupan masyarakat. Hal ini biasanya terjadi ketika manusia dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Contoh, dalam kehidupan ekonomi, ketika sistem barter (tukar barang) sudah dianggap tidak efisien, maka masyarakat menggunakan mata uang untuk mendapatkan barang yang diinginkan dari orang lain. Sedangkan secara terencana berarti bahwa lembaga sosial muncul melalui suatu perencanaan yang matang oleh seorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Contoh, untuk meningkatkan kesejahteraan petani maka pemerintah Contoh, dalam kehidupan ekonomi, ketika sistem barter (tukar barang) sudah dianggap tidak efisien, maka masyarakat menggunakan mata uang untuk mendapatkan barang yang diinginkan dari orang lain. Sedangkan secara terencana berarti bahwa lembaga sosial muncul melalui suatu perencanaan yang matang oleh seorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Contoh, untuk meningkatkan kesejahteraan petani maka pemerintah

3. Bentuk-Bentuk Pranata Sosial

a. Pranata Keluarga

Keluarga memiliki fungsi sosial majemuk bagi terciptanya kehidupan sosial dalam masyarakat. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, yang disebut keluarga inti (nuclear family). Dalam keluarga diatur hubungan antaranggota keluarga dan setiap anggota mempunyai peran dan fungsi yang jelas.

Contoh, ayah sebagai kepala keluarga sekaligus bertanggungjawab untuk menghidupi keluarganya, ibu sebagai pengatur, pengurus, dan pendidik anak. Selain keluarga inti, terdapat keluarga luas (extended family), yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan kekerabatan, baik atas dasar perkawinan maupun hubungan darah.

Kekerabatan yang berasal dari satu keturunan atau hubungan darah merupakan penelusuran leluhur seseorang baik melalui garis ayah maupun ibu. Keluarga luas (extended family) yaitu ikatan keluarga dalam satu keturunan yang terdiri dari kakek, nenek, ipar, paman, anak, cucu, dan seterusnya. Pembentukan keluarga yang ideal yaitu untuk mendirikan rumah tangga (household) yang berada pada satu naungan tempat tinggal. Apabila dalam satu rumah tangga terdiri dari lebih dari satu keluarga inti yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga disebut keluarga poligamous.

Dalam keluarga akan terbentuk tingkat-tingkat sepanjang hidup individu (stages a long the lifecycle), yaitu masa-masa perkembangan individu semenjak masa bayi, masa penyapihan (anaktidak lagi menyusu kepada ibunya), masa anak-kanak, masa pubertas, masa setelah nikah, masa hamil, masa tua, dan seterusnya.

Keluarga yang terbentuk karena perkawinan disebut keluarga konyungal. Perkawinan adalah penerimaan status baru, untuk siap menerima hak dan kewajiban sebagai pasangan suami istri yang sah diakui Keluarga yang terbentuk karena perkawinan disebut keluarga konyungal. Perkawinan adalah penerimaan status baru, untuk siap menerima hak dan kewajiban sebagai pasangan suami istri yang sah diakui

Perkawinan dapat dilakukan di dalam kelompok yang sama maupun dari luar kelompoknya. Perkawinan di dalam kelompok, baik berdasarkan wilayah maupun keturunan disebut endogami. Perkawinan ini bertujuan untuk mempertahankan kekekalan keturunan atau darah (keluarga yang disusun atas dasar pertalian darah disebut konsanguinal), juga untuk menghindarkan kekayaan yang dimiliki sekelompok kekerabatan jatuh ke tangan kerabat dari kelompok lain. Sedangkan perkawinan antar kelompok disebut eksogami. Perkawinan eksogami terjadi karena semakin luasnya pergaulan, sehingga di antara mereka saling mengenal.

Pada masyarakat sekarang, perkawinan banyak disebabkan oleh lingkungan kerja atau lingkungan pendidikan yang sama. Perkawinan monogami, yaitu pasangan hidup antara seorang suami dengan seorang istri. Tetapi di masyarakat, tidak menutup kemungkinan terjadi poligami yaitu seseorang memiliki pasangan lebih dari satu. Poligami dibagi dua : Poligini yaitu seorang suami memiliki pasangan lebih dari seorang istri dan Poliandri yaitu seorang istri memiliki pasangan lebih dari seorang suami.

Poliandri di Indonesia dilarang dilaksanakan, selain bertentangan dengan norma agama, juga status anak yang dilahirkan oleh istri tidak jelas ayahnya.

Terdapat beberapa fungsi keluarga, yaitu: 1). Fungsi melanjutkan keturunan/reproduksi.

2). Fungsi afeksi. Fungsi afeksi ini dapat berupa tatapan mata, ucapan-ucapan mesra, sentuhansentuhan halus, yang semuanya akan merangsang anak dalam membentuk kepribadiannya.

3). Fungsi sosialisasi. Keluarga merupakan sistem yang menyelenggarakan sosialisasi terhadap calon-calon warga masyarakat baru.

Seseorang yang dilahirkan di suatu keluarga akan melalui suatu proses internalisasi unsur-unsur budaya yang mengatur masyarakat bersangkutan. Keluarga sebagai tempat awal terbinanya sosialisasi bagi seseorang, akan dijumpai tiga proses yang menjadi dasar hubungan antar manusia dengan dunia kehidupannya sebagai lingkungan sosial (walaupun tidak selalu berurutan), yaitu : 1). eksternalisasi adalah proses pembentukan pengetahuan latar belakang yang tersedia untuk dirinya serta untuk orang lain; 2). obyektivasi adalah proses meneruskan pengetahuan latar belakang itu kepada generasiberikutnya secara obyektif; 3).internalisasi adalah proses di mana kenyataan sosial yang sudah menjadi kenyataan obyektif itu ditanamkan ke dalam kesadaran, terutama pada anggota masyarakat baru, dalam konteks proses sosialisasi.

b. Pranata Ekonomi