ANALISIS PENGARUH INFLASI IHSG BI RATE D

ANALISIS PENGARUH INFLASI, IHSG, BI RATE, DAN JUMLAH
REKSADANA SYARIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)
DANAREKSA SYARIAH BERIMBANG
(Periode Januari 2014 – Desember 2016)
Fitriyani (15830017)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
E-mail: fitri.yani.nambo@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Inflasi, Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), BI Rate, dan Jumlah Reksadana Syariah
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Penelitian ini
merupakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif. Data penelitian
ini menggunakan data time series bulanan dengan periode waktu Januari 2014
sampai dengan Desember 2016. Proses analisis data yang dilakukan
menggunakan analisis regresi linear berganda dengan terlebih dahulu digunakan
uji asumsi klasik, kemudian dilakukan pengujian hipotesis.
Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa secara simultan
atau bersama-sama Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), BI Rate
dan Jumlah Reksadana Syariah berpengaruh secara signifkan terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan hasil pengujian
secara parsial menunjukkan bahwa variabel IHSG dan Jumlah Reksadana

Syariah berpengaruh signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
Sedangkan variabel Inflasi dan BI Rate tidak berpengaruh terhadap NAB
Danareksa Syariah Berimbang.
Kata kunci: NAB, Inflasi, IHSG, BI Rate, Jumlah Reksadana Syariah
A. LATAR BELAKANG
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa mendatang. Investasi merupakan salah satu kegiatan
muamalah yang sangat dianjurkan dalam Islam, karena dengan berinvestasi harta
akan jadi lebih produktif dan mendatangkan kemaslahatan bagi orang lain (Adrian
Sutedi, 2009:33). Salah satu investasi yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah
Reksadana. Seiring perkembangan reksadana di Indonesia, telah hadir Reksadana
Syariah yaitu reksadana yang khusus menginvestasikan dananya kedalam sahamsaham perusahaan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam
(Rinayanti, 2016). Dengan adanya kegiatan investasi yang bernafaskan Islam

diyakini dapat memberikan keyakinan bahwa investasi juga merupakan suatu
kegiatan ibadah muamalah.
Menurut Heri Sudarsono (2008:199), reksadana merupakan salah satu
alternatif investasi bagi masyarakat khususnya pemodal kecil dan pemodal yang
tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi

mereka. keunggulan utama dari reksanada adalah karena reksadana
memungkinkan orang-orang yang hanya memiliki sedikit dana untuk melakukan
diversivikasi (Mankiw, 2006:88).
Reksadana syariah berkembang cukup signifikan di Indonesia, dari 48
reksadana syariah pada tahun 2010, tujuh tahun kemudian naik menjadi 160
reksadana, yakni per Agustus 2017. Data ini menunjukkan bahwa reksadana
syariah cukup diminati oleh para investor di Indonesia, meskipun dari sisi jumlah
jika dibandingkan reksadana konvensional sangat jauh. Saat ini jumlah reksadana
konvensional mencapai 1469 reksadana (Abdul Qoyum, 2017: 213).
Pertumbuhandan perkembangan Reksadana Syariah tidak terlepas dari
berbagai macam faktor yang mendasarinya. Perubahan yang terjadi pada faktorfaktor tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Reksadana
Syariah baik secara positif maupun negatif. Berikut ini adalah grafik
perkembangan reksadana syariah di Indonesia:
Tabel 1. Perkembangan Reksadana Syariah

Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa pertumbuhan reksadana syariah
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Variabel yang dapat digunakan
untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Reksadana Syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Semakin meningkatnya
NAB maka menunjukan bahwa reksadana syariah cukup diminati oleh para

investor. NAB adalah nilai aktiva reksadana setelah dikurangi dengan kewajiban
reksadana tersebut. Menurut Gani (2013) NAB merupakan indikator dalam

menentukan harga beli maupun harga jual dari setiap unit penyertaan reksadana.
Perubahan dalam NAB dapat dijadikan sebagai indikator kinerja suatu reksadana
apakah nilainya positif atau negatif. Besarya NAB dapat berfluktuasi setiap hari
tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolionya.
Reksadana syariah yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah
Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan sebuah produk reksadana
campuran. Danareksa Syariah berimbang dipilih karena merupakan reksa
dana yang tergolong aktif sampai sekarang sesuai dengan periode waktu yang
diinginkan penulis, yaitu dari Januari 2014 sampai Desember 2016. Berikut
adalah data perkembangan Nilai Aktiva Berish (NAB) Danareksa Syariah
Berimbang:
Tabel 2. Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah
Berimbang

Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Danareksa Syariah Berimbang dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang
cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa Danareksa Syariah Berimbang dari

waktu ke waktu semakin diminati oleh para investor. Pertumbuhan NAB tersebut
tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal maupun faktor eksternal.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), BI Rate, dan Jumlah Reksadana Syariah
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang (Periode
Januari 2014 – Desember 2016)”.

B. LANDASAN TEORI
1. Inflasi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi merupakan kenaikan harga
barang dan jasa secara umum di mana barang dan jasa tersebut merupakan
kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu
negara.
Purwanto (2004) mengatakan bahwa kenaikan tingkat inflasi akan
menyebabkan penurunan kegiatan investasi karena dua hal, yaitu karena
tabungan (suplai dana) turun, dan karena imbal hasil investasi yang diharapkan
oleh investor naik. Naiknya tingkat inflasi menyebabkan investor
mengharapkan imbal hasil investasi yang lebih besar untuk mengimbangi

dampak yang disebabkan oleh meningkatnya inflasi yaitu kenaikan hargaharga. Namun peningkatan inflasi berimbas pada menurunnya nilai tabungan
investor, maka investor akan cenderung menahan diri untuk melakukan
tindakan investasi yang berisiko tinggi. Pada akhirnya, menurunnya kegiatan
investasi yang dilakukan akan berdampak pada menurunnya return investasi
yang diperoleh investor.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan sebuah indikator yang
telah disusun dan dihitung guna mencerminkan baik buruknya kinerja suatu
saham gabungan yang diterbitkan oleh penerbit pada bursa efek. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Variabel yang dalam jangka pendek tidak berpengaruh, namun secara
signifikan berpengaruh dalam jangka panjang dengan korelasi negatif terhadap
NAB reksadana syariah, adalah IHSG. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa
reksadana syariah merupakan reksadana yang jangka waktu investasinya
menengah panjang, sehingga perubaha IHSG dalam jangka pendek tidak akan
berpengaruh terhadap reksadana syariah. Peningkatan IHSG dalam jangka
panjang akan mendorong para investor untuk mela -kuk an penebusan unit
penyertaannya (redemption) untuk memperoleh keuntungan. Akibatnya,NAB
reksadana syariah akan mengalami penurunan pada jangka panjang tersebut
(Iqtishodia - Jurnal Ekonomi Islam Republika: 2012)

3. Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
Menurut Bodie et al. (2008), tingkat suku bunga merupakan faktor
ekonomi makro yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam analisis
investasi seseorang karena suku bunga yang tinggi dapat mengurangi nilai
sekarang dari arus kas masa depan, sehingga mengurangi attractiveness
peluang investasi. Untuk alasan tersebut, suku bunga riil merupakan kunci dari
pengeluaran investasi bisnis.

4. Jumlah Reksadana Syariah
Menurut hasil penelitian dari Putratama (2007), Jumlah RDS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dengan
semakin banyaknya jumlah reksa dana syariah yang ditawarkan maka
kesempatan berinvestasi pada reksa dana syariah akan semakin meningkat.
Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan dalam reksa dana
syariah.
5. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
NAB merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil kinerja suatu
reksadana. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung perubahan
nilai efek pada portofolio (Abd. Hamid, 2009:78) NAB merupakan nilai total dari
portofolio reksadana dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan setelah

terlebih dahulu dikurangi dengan biaya manajemen dari reksadana.
Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham
atau unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti
berkurangnya nilai investasi pemegang unit penyertaan atau saham.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausalitas (Causal Research).
Menurut Maholtra (2005:80) penelitian kausalitas merupakan penelitian yang
dapat memutuskan atau menyimpulkan, dimana tujuan utamanya yaitu untuk
mendapatkan keterangan mengenai hubungan sebab akibat. Yang dimaksud
dengan sebab adalah variabel bebas (independent variable), sedangkan akibat
adalah variabel terikat (dependent variabel). Dalam penelitian ini jenis
penelitian yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan
dalam satuan angka atau merupakan data yang terukur.
2. Variabel dan Sumber Data Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan, variabel independen penelitian ini
terdiri dari Inflasi, IHSG, BI Rate, dan Jumlah Reksadana Syariah.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder.
Menurut (Sugiyono, 2006:153), sumber sekunder merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen. Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan data
sekunder dimana data tersebut disediakan oleh lembaga-lembaga atau instansi
yang terkait, seperti terbitan-terbitan Bursa Efek Indonesia (BEI), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Badan Pusat Statistik (BPS).

3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:
1) Metode Studi Dokumentasi, dengan cara membaca dan mencatat semua
informasi yang berhubungan dengan penelitian yang kemudian diolah
menjadi data dalam proses analisa.
2) Metode Kepustakaan, penelitian pustaka dengan bantuan buku-buku,
diktat, dan juga tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Serta riset melalui internet dengan cara mencari informasi
seperti literatur-literatur terkini dan penelitian-penelitan terdahulu yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti khususnya mengenai reksa dana
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan upaya penghitungan data menjadi
sebuah informasi, sehingga dapat menjawab masalah-masalah yang berkaitan
dengan penelitian. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan regresi

linear berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Dalam proses pengolahan
datanya dilakukan dengan mengaplikasikan program MS-Excel dan SPSS
versi 23 untuk memperoleh kejelasan dari setiap variabel yang diteliti.
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji adanya
pengaruh variabel independen yaitu Inflasi, IHSG, BI Rate, dan Jumlah
Reksadana Syariah terhadap variabel NAB. Berikut adalah hasil analisis regresi
linear berganda.
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model

B

1 (Constant)

60,786

36,558


-,384

,770

,018

BI_RATE
JRS

INFLASI
IHSG

Std. Error

Beta

t

Sig.


1,663

,106

-,069

-,498

,622

,003

,598

5,562

,000

-,406

2,486

-,038

-,163

,871

-,394

,111

-,845 -3,533

,001

a. Dependent Variable: NAB

Dari tabel diatas dapat disimpulkan persamaan matematis regresi linear
berganda adalah sebagai berikut:
Y = 60,786 – 0,384 X1 + 0,018 X2 – 0,406 X3 – 0,394 X4 + e
Keterangan :

X1 : Inflasi
X2 : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
X3 : BI Rate
X4 : Jumlah Reksadana Syariah
2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Damodar Gujarati (2007) agar model regresi tidak bias atau agar
model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik adalah persyaratan yang harus
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least
Square (OLS). Uji asumsi klasik terdiri dari:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai
residual yang terdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil dari uji normalitas:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

36

Normal Parameters

a,b

Mean

,0000000

Std. Deviation
Most Extreme Differences

5,07254347

Absolute

,144

Positive

,144

Negative

-,070

Test Statistic

,144

Asymp. Sig. (2-tailed)

,058c

Dari tabel hasil uji Kolmogorov-Smirnov di atas dapat dilihat bahwa nilai
Asymp Sig. berada di atas 0.05 yaitu sebesar 0,058 yang artinya data penelitian
terdistribusi normal.
b) Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antara variabel-variabel bebas
dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) atau nilai Tolerance.
Berikut ini adalah hasil dari uji multikolinearitas:
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

t

Sig.

Collinearity
Statistics

B
1 (Constant)
INFLASI
IHSG
BI_RATE
JRS

Std. Error

Beta

Tolerance

60,786

36,558

-,384

,770

,018

,003

-,406

2,486

-,038

-,394

,111

-,845

VIF

1,663 ,106
-,069

-,498 ,622

,442

2,264

,598 5,562 ,000

,739

1,353

,157

6,368

,149

6,706

-,163 ,871
3,533

,001

a. Dependent Variable: NAB

Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 5 menunjukan bahwa tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki nilai tolerance > 0,05 atau Nilai
VIF < 10, sehingga dapat dinyatakan bahwa model regresi linear berganda ini
bebas dari multikolinearitas.
c) Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi
maka digunakan uji Run Test. Hasil uji Run Test dapat dilihat dalam tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea

-1,39693

Cases < Test Value

18

Cases >= Test Value

18

Total Cases

36

Number of Runs

14

Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-1,522
,128

Dari tabel hasil uji Runs Test di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp Sig.
berada di atas 0.05 yaitu sebesar 0,128 yang artinya data residual terjadi secara
random atau tidak terjadi autokorelasi antara residual.
d) Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Guna mencari tahu apakah terdapat heteroskedastisitas
maka, penelitian ini diuji dengan uji Glesjer. Hasil dari uji Glesjer dapat dilihat
pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Heterokedastisistas
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model

B

Std. Error

Beta

t

Sig.

1 (Constant)

,832

20,464

,041

,968

INFLASI

,688

,431

,412 1,596

,121

IHSG

,000

,002

-,018

-,092

,927

-,227

1,392

-,071

-,163

,871

,022

,062

,157

,352

,727

BI_RATE
JRS

a. Dependent Variable: ABS_RES1

Dari hasil uji Glejser di atas, dapat dilihat bahwa koefisien variabel
independen tidak ada yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a) Uji F
Uji F dilakukan guna menjawab hipotesis yang tersusun yaitu H1: Terdapat
pengaruh yang signifikan secara simultan dan signifikan pada Inflasi, Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), BI Rate, dan Jumlah Reksadana Syariah
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang.
Tabel 8. Hasil Uji F
Model
1 Regression
Residual
Total

Sum of Squares df Mean Square
2504,867

4

900,574 31

F

626,217 21,556

Sig.
,000b

29,051

3405,441 35

Dari tabel hasil regresi diatas, dapat dilihat bahwa p-value sebesar 0,000
yang berada dibawah α = 5%. Hal ini menunjukan bahwa p-value (0,000) < α
(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti H1 diterima
sehingga secara simultan dan signifikan Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), BI Rate, dan Jumlah Reksadana Syariah terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Danareksa Syariah Berimbang.

b) Uji t

Uji t dilakukan guna mengetahui apakah secara parsial atau individu
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil
dari uji t dapat dilihat dalam tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji t
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model

B

1 (Constant)

60,786

36,558

-,384

,770

,018

BI_RATE
JRS

INFLASI
IHSG

Std. Error

Beta

t

Sig.

1,663

,106

-,069

-,498

,622

,003

,598

5,562

,000

-,406

2,486

-,038

-,163

,871

-,394

,111

-,845 -3,533

,001

a. Dependent Variable: NAB

Berikut ini penjelasan mengenai pengaruh secara parsial masing-masing
variabel independen:
1) H2: Terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan dari Inflasi
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang
Setelah dilakukan pengujian secara parsial, dapat diketahui bahwa koefisien
regresi Inflasi terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang adalah -0,384
dengan nilai p-value adalah sebesar 0,622. Karena nilai p-value > α =5% maka,
hal tersebut menunjukan bahwa H0 diterima, dan menolak H2 artinya secara
parsial Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap NAB Danareksa
Syariah Berimbang atau dengan kata lain NAB yang berfluktuasi belum tentu
dipengaruhi oleh Inflasi.
2) H3: Terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan dari IHSG
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, dapat diketahui bahwa koefisien
regresi IHSG terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang adalah 0,018
dengan nilai p-value adalah sebesar 0,000. Karena nilai p-value < α =5% maka,
hal tersebut menunjukan bahwa H0 ditolak, dan menerima H3 artinya secara
parsial IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah
Berimbang. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi saham yang tercermin pada
indikator IHSG mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang.
3) H4: Terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan dari BI Rate
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang
Dari hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien regresi BI Rate terhadap
NAB Danareksa Syariah Berimbang adalah -0,406 dengan nilai p-value adalah

sebesar 0,871. Karena nilai p-value > α =5% maka, hal tersebut menunjukan
bahwa H0 diterima, dan menolak H4 artinya secara parsial BI Rate tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang atau
dengan kata lain NAB yang berfluktuasi belum tentu dipengaruhi oleh BI
Rate.
4) H5: Terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan dari Jumlah
Reksadana Syariah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa
Syariah Berimbang
Koefisien regresi Jumlah Reksadana Syariah terhadap NAB Danareksa
Syariah Berimbang adalah -0,394 dengan nilai p-value adalah sebesar 0,001.
Karena nilai p-value < α =5% maka, hal tersebut menunjukan bahwa H 0 ditolak,
dan menerima H5 artinya secara parsial Jumlah Reksadana Syariah berpengaruh
secara signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
c) Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi menunjukan persentase kemampuan variabel
independen yaitu Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), BI Rate, dan
Jumlah Reksadana Syariah dalam menjelaskan variabel dependen yaitu NAB
Danareksa Syariah Berimbang.
Tabel 10. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model
1

R
,858

R Square
a

,736

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
,701

5,38988

Berdasarkan Tabel diatas, dapat dilihat bahwa besarnya Adjusted R Square
sebesar 0,701 hal ini berarti 70,1% variabel NAB (dependen) dapat dijelaskan
oleh variabel Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), BI Rate, dan
Jumlah Reksadana Syariah (independen). Sedangkan sisanya 29,9% (100% 70,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar variabel yang diteliti.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik
sebuah kesimpulan dari hasil pembuktian empiris mengenai pengaruh Inflasi,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), BI Rate dan Jumlah Reksadana Syariah
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang pada periode
2014-2016. Bukti empiris yang diperoleh dari hasil pengolahan statistik
dengan menggunakan alat analisis regresi berganda, sebagai berikut:
1) Inflasi tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa
Syariah Berimbang

2) Indeks Harga Saham Syariah (IHSG) memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang
3) BI Rate tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa
Syariah Berimbang
4) Jumlah Reksadana Syariah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang
5) Secara simultan atau bersama-sama Inflasi, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), BI Rate dan Jumlah Reksadana Syariah berpengaruh
secara signifkan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah
Berimbang pada periode 2014-2016.
F. DAFTAR PUSTAKA
Aviva, Iza Nur. 2016. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah Periode 2011-2015. Indonesia Banking
School.
Bodie, Z., Alex Kane, dan Alan Marcus. 2008. Investments 7th Edition.
Boston: McGraw Hill.
Data BI Rate diakses pada www.bi.go.id
Data Inflasi diakses pada www.bps.go.id
Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diakses pada www.idx.go.id
Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) diakses pada www.ojk.go.id
Desiana, Lidia, dan Isnurhadi. 2012. Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham
Konvensional dengan Reksa Dana Saham Syariah Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol.10, No.19.
Dwi Setyarini, Febrian. 2015. Pengaruah SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,
Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah Periode 2009-2013. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Citraningtyas, Pipit. 2016. Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang Periode
Januari 2012-Desember 2014. Skripsi Universitas Muhammadyah
Surakarta.
Gani, Abdul. 2015. Analisis Perbandingan Resiko dan Tingkat Pengembalian
Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional. Journal of Accountancy
FEUBB, 1(1).
Gujarati, Damodar N. 2007. Basic Econometric Edisi ke-4. Singapore: McGrawHill.
Hamid, Abdul. 2009. Metode Penulisan Skripsi. Jakarta: FEB UIN Press.
Ika, Apriliana. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi NAB (Nilai Aktiva
Bersih) Reksadana Manulife Syariah Sektoral Amanah Pada PT. Manulife
Aset Manajemen Indonesia. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

Kasyfurrohman, dan Syauqi Beik. 2012. Pengaruh Makroekonomi Terhadap
Reksadana Syariah. Iqtishodia – Jurnal Ekonomi Islam Republika.
Lidwina, Maria, dan Christiana Fara. 2014. Faktor Eksternal dan Internal Yang
Mempengaruhi Return Investasi Produk Reksadana Campuran di
Indonesia. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 29 No. 2.
Maholtra, Nasser K. 2005. Riset Pemasaran. Jakarta: Ideks.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Principle of Economic Pengantar Ekonomi Makro.
Edisi Tiga. Jakarta: Salemba Empat.
Maulana, Akbar. 2013. Pengaruh Sbi, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia Periode 2004-2012. Jurnal Ilmu
Manajemen Volume 1 Nomor 3.
Mirazdianti, Febrina. 2014. Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Reksadana Syariah dan Perkembangannya
di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
Onasis, Dini dan Rinayanti Rasyad. 2016. Analisis Kinerja Reksadana Syariah di
Pasar Modal Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis (e-journal),
13(1).
Purwanto, Sugeng. 2004. “Pengaruh Inflasi terhadap Iklim Investasi”. Suara
Pembaruan, 18 Agustus 2004.
Putratama, Hendra. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Putri, Renita. 2016. Pengaruh Tingkat Suku Bungan SBI, Inflasi, dan Pengelolaan
Investasi Terhadap Kinerja Reksadana di Indonesia. Skripsi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Rachman, Ainur. 2015. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Bi Rate Terhadap
Net Asset Value Reksa Dana Saham Syariah. JESTT Vol. 2 No. 12.
Rahmah, Layaly. 2011. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa
Syariah Berimbang Periode Januari 2008-Oktober 2010. Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rozak, Abdul. 2016. Analisis Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Dan Jumlah Uang Yang Beredar Terhadap Kinerja Reksadana Saham di
Bursa Efek Indonesia. Conference on Management and Behavioral
Studies. Jakarta: Universitas Tarumanegara.
Soemintra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Salemba
Empat
Sudarsono, Heri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Tiga.
Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika Untuk Ekonomi Keuangan dan Modern,
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Ulinnuha, Ahmad, dkk. 2014. Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Nilai
Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Nilai Aktiva bersih
Reksadana Campuran Pada PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Artikel Ilmiah Mahasiswa. Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Jember (UNEJ).
Qoyum, Abdul. 2017. Lembaga Keuangan Islam di Indonesia. Yogyakarta:
Elmatera Publishing