51225997 PERAN PAJAK DALAM KEBIJAKAN FISKAL ISLAM

PERAN PAJAK DALAM KEBIJAKAN FISKAL ISLAM

Hanifah
(108046100090)

Program Studi Muamalat/Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010

BAB I
PENDAHULUAN

Kebijakan fiscal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiscal lebih menekankan pada pengaturan pendaptan dan belanja pemerintah.
Dalam Negara islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai
tujuan syariah yang dijelaskan oleh Imam Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan
tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan, dan kepemilikan.
Instrument kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang

berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tariff pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat
akan meningkat dan industry akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan
pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industry secara umum.
Pajak merupakan salah satu instrument kebijakan fiskal islam dari sisi sumber
pendapatan Negara disamping zakat, ghanimah dan lainnya yang telah ada pada zaman nabi.
Zakat tidak hanya sangat berperan dalam mempengaruhi perekonomian tapi juga social.oleh
karna itu dalam makalah ini akan dibahas apakah pajak itu? Bagaimana pajak pada masa
pemerintahan Islam yang lampau? Dan juga seberpa beperankah pajak itu dalam kebijakan
fiskal?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Sommerfield mendefinisikan pajak adalah suatu pengalihan sumber-sumber yang wajib
dilakukan dari sektor swasta kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan tanpa mendapat
suatu imbalan kembali yang langsung dan seimbang, agar pemerintah dapat melaksanakan tugastugasnya menjalankan pemerintahan.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
imbalan (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum (public investment).
Adapun pengertian pajak menurut Yusuf Qaradhawi adalah kewajiban yang ditetapkan
terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa
mendapat prestasi kembali dari Negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluran-pengeluaran
umum di satu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, social, politik dan tujuantujuan lain yang ingin dicapai oleh Negara.
Abdul Qadim berpendapat pajak adalah harta yang diwajibkan Allah Swt kepada kaum
muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang
diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang/harta.
Dari berbagai definisi tersebut, nampak bahwa definisi yang dikemukakan Abdul Qadim lebih
dekat dan tepat dengan nilai-nilai Syariah, karena di dalam definisi yang dikemukakannya
terangkum lima unsur penting pajak menurut Syariah, yaitu:


Diwajibkan oleh Allah Swt

o Obyeknya harta
o Subyeknya kaum muslim yang kaya
o Tujuannya untuk membiayai kebutuhan mereka
o Diberlakukan karena adanya kondisi darurat (khusus), yang harus segera diatasi oleh Ulil
Amri.


B. Karakteristik Pajak Islami
Karakteristik pajak (dharibah) menurut Syariat, yang hal ini membedakannya dengan pajak
konvensional adalah sebagai berikut:
1. Pajak (dharibah) bersifat temporer, tidak bersifat kontinyu, hanya boleh dipungut ketika
di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal sudah terisi kembali, maka
kewajiban pajak bisa dihapuskan. Berbeda dengan zakat, yang tetap dipungut, sekalipun
tidak ada lagi pihak yang membutuhkan (mustahik). Sedangkan pajak dalam perspektif
konvensional adalah selamanya (abadi).
2. Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan kewajiban
bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan untuk pembiayaan wajib
tersebut, tidak boleh lebih. Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional ditujukan
untuk seluruh warga tanpa membedakan agama.
3. Pajak (dharibah) hanya diambil dari kaum muslim, tidak kaum non-muslim. Sedangkan
teori pajak konvensional tidak membedakan muslim dan non-muslim dengan alasan tidak
boleh ada diskriminasi.
4. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak dipungut dari
selainnya. Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional, kadangkala juga dipungut
atas orang miskin, seperti PBB. Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah
pembiayaan yang diperlukan, tidak boleh lebih.

5. Pajak (dharibah) dapat dihapus bila sudah tidak diperlukan. Menurut teori pajak
konvensional, tidak akan dihapus karena hanya itulah sumber pendapatan.
C. Penerapan Pajak Dalam Pemerintahan Islam
Di bawah in adalah bentuk pajak yang terdapat pada masa pemerintahan Nabi Muhammad,
Khulafarrasyidin, dan pemerintahan Islam lainnya setelah nabi dan para sahabat:
1. Kharaj
Kharaj adalah pajak terhadap tanah atau setara dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Kharaj
ditentukan berdasarkan tingkayt produktivitas dari tanah bukan berdasarkan zoning. Yang
menentukan jumlah besar pembayaran Kharraj adalah pemerintah. Kharaj ini dibayarkan
oleh seluruh anggota masyarakat baik orang-orang muslim maupun non-muslim.
Besarnya Kharraj ditentukan berdasarkan karekteristik tanah/ tingkat kesuburan tanah,
jenis tanaman, jenis irigasi.
2. Jizyah

Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang-orang non-Muslim sebagai pengganti
fasilitas social-ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya, serta untuk mendapatkan
perlindungan keamanan dari Negara islam. Jizyah sama dengan poll tax, karna orangorang non-Muslim tidak mengenal zakat fitrah. Jumlah yang harus dibayar sama dengan
jumlah minimum yang dibayar.
3. Ushr (bea cukai)
Bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar hanya sekali dalam setahun

dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham. Pada masa
Rasulullah menghapuskan ushr, karna berinisiatif mempercepat peningkatan perdagangan
, walupun menjadi beban pendapatan negara.
4. Khums
Khums adalah pajak proporsional sebesar 20%

D. Fungsi Pajak
Fungsi pajak dibagi menjadi dua, yaitu fungsi budgetair (penerimaan) dan fungsi regular
(mengatur):
a. Fungsi Budgetair (penerimaan)
Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara. Sebagaimana
halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara
juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan
sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit
untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum
seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai
dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk
pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati

fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang
berasal dari pajak.
Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi
sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan
pembangunan. Pajak haruslah digunakan untuk membiayai kepentingan penyelenggaraan

pemerintahan, oleh sebab itu pajak harus diatur senetral mungkin dan tidak boleh
digunakan untuk kepentingan lain.
b. Fungsi Regular (mengatur)
Yaitu fungsi pajak untuk mengatur sesuatu keadaan di masyarakat di bidang
sosial/ekonomi/politik sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah sebagai usaha pemerintah
untuk turut campur dalam segala bidang guna tercapainya tujuan-tujuan lain pemerintah.
Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi
ini. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat
dapat dikurangi secara maksimal. Beberapa penerapan pelaksanaan fungsi mengatur
antara lain :
1. Pemberlakukan tarip progresif dengan maksud kalau hal ini diterapkan pada PPh
maka semakin tinggi penghasilan semakin tinggi tarip pajaknya. Sehingga
kebijaksanaan ini berpengaruh besar terhadap usaha pemerataan pendapatan nasional.

Dalam hubuangan ini pajak dikenal juga berperan sebagai alat dalam redistribusi
pendapatan nasional.
2. Pemberlakuan bea masuk tinggi bagi barang-barang impor dengan tujuan untuk
melindungi (proktesi) terhadap produsen dalam negeri, sehingga mendorong
perkembangan industri dalam negeri.
3. Pemberian fasilitas tax holiday atau pembebasan pajak untuk beberapa jenis industri
tertentu dengan maksud mendorong atau memotivasi para investor atau calon investor
untuk meningkatkan investasinya.
4. Pengenaan pajak untuk jenis barang-barang tertentu dengan maksud agar
menghambat konsumsi barang-barang tersebut atau kalau pajak tersebut diterapkan
pada barang mewah sebagaimana PPn BM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah)
mempunyai maksud antara lain menghambat perkembangan gaya hidup mewah.
System pajak proporsioanal adalah merupakan salah satu kontribusi islam dalam
instrument fiscal. System ini menggantikan lump sum tax yang dikenal lebih dulu. Keunggulan
system pajak proporsional adalah terbentuknya automatic stabilizer yang digambarkan dengan
amplitude yang diperkecil. Artinya apabila kondisi ekonomi sedang memuncak maka tidak
terjadi bubble, sebaliknya bila ekonomi sedang menurun, maka tidak terjadi crash.

Kebijakan pemungutan pajak terhadap setiap jenis usaha berhasil menciptakan kestabilan
harga dan mengurangi inflasi. Pada saat stagnasi dan menurunnya permintaan agregatif (AD) dan

penawaran agregatif, pajak (khususnya Khums) mendorong stabilitas pendapatan dan produksi
total. Kebijakan ini juga tidak menyebabkan penurunan harga maupun jumlah produksi.

.

BAB III
KESIMPULAN

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan (kontra prestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (public investment).
Pajak yang terdapat pada masa pemerintahan Nabi Muhammad, Khulafarrasyidin, dan
pemerintahan Islam lainnya setelah nabi dan para sahabat:
 Kharaj, pajak terhadap tanah atau setara dengan Pajak Bumi dan Bangunan
 Jizyah, yang dibayar oleh orang-orang non-Muslim sebagai pengganti fasilitas social


ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya
Ushr (bea cukai)
Khums, pajak proporsioanl 20%


Pajak berfungsi sebagai fungsi regulator dan fugsi regulated. Fungsi regolator yakni Pajak
merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit
untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai
dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan.
Sedangkan fungsi regulated untuk mengatur sesuatu keadaan di masyarakat di bidang
sosial/ekonomi/politik sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah sebagai usaha pemerintah untuk
turut campur dalam segala bidang guna tercapainya tujuan-tujuan lain pemerintah.
Kebijakan pemungutan pajak terhadap setiap jenis usaha berhasil menciptakan kestabilan
harga dan mengurangi inflasi. Pada saat stagnasi dan menurunnya permintaan agregatif (AD) dan
penawaran agregatif, pajak (khususnya Khums) mendorong stabilitas pendapatan dan produksi
total. Kebijakan ini juga tidak menyebabkan penurunan harga maupun jumlah produksi.
Jadi pajak sangat berperan penting dalam kebijak fiskal islam bukan hanya dalam bidang
ekonomi yakni salah satunya sebagai alat redistribusi pendapatan nasional dan pembangunan
infrastruktr tapi juga berperan dalam aspek social yakni mengurangi seseorang hidup dengan
barang-barang yang mewah sehingga mengurangi kesenjangan social.

DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman. A . 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT Salemba

Emban Patria.

Amalia, Euis. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata Publishing
http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/wakaf-dan-upaya-memberdayakan-potensinya-secara-produktifdi-indonesia/
http://hendrakholid.net/blog/2009/10/22/peranan-pajak-dalam-kebijakan-fiskal/