PERKEMBANGAN SEJARAH FIQIH SIYASAH PADA

PERKEMBANGAN SEJARAH FIQIH SIYASAH PADA MASA KHULAFAUR
RASYIDIN
MAKALAH MATA KULIAH FIQH SIYASAH
DOSEN PENGAMPU : Drs. Mukhsin Rambe, M.H.I

Oleh
NIM

: M. Raihan
: 1212000095

JURUSAN SYARI’AH PRODI AKHWAL SYAKHSIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF
2013

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT rabbul
‘alamin yang senantiasa memberikan kita semua berbagai nikmat yang tidak terhitung.
Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada nabi besar Muhammad saw khotamun
Nabiyyin sang pembawa cahaya Islam yang terang benderang.
Kami ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan

mensupport saya dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga bisa selesai tepat
waktunya terutama kepada dosen bapak Drs. Mukhsin Rambe, M.H.I yang selalu
memberikan kami bimbingan dan arahan.
Kritik serta saran senantiasa kami harapkan dari pembaca sekalian supaya menjadi
motivator saya agar menjadi lebih baik kedepannya.

Jambi, Oktober 2013

M. Raihan

PENDAHULUAN
Pemerintah politik masa Khulafaur Rosyidin di masa Abu Bakar as-Shiddiq AsShiddiq, Umar bin Khatthab bin Khatthab, Ustman bin Affan bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib sudah pasti berbeda setiap memegang ke pimpinannya. Pada masa Khulafar Rasydin
prinsip musyawarah, persamaan kebebasan berpendapat menjadi realisasi dari penerapan
ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah. Pemahaman dan penafsiran terhadap pemerintahan Khulafar
Rasyidin, pasca dan sekarang sangat berkaitan sehingga sistem pemerintahan yang telah di
bentuk dari masa ke masa berkembang menjadi seperti sekarang. Sistem pemerintahan yang
diterapkan oleh pendahuluanya yang dapat menambah wawasan pembaca tentang
pemerintahan yang pernah di praktikan dan di terapkan dalam dunia Islam hingga saat ini.


BAB I
PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN
A. KHILAFAH RASYIDIN ABU BAKAR AS-SHIDDIQ
Dahulu, nama aslinya adalah Abdus Syams. Tetapi, setelah masuk Islam
namanya diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu Bakar as-Shiddiq. Gelar AshShiddiq diberikan padanya karena ia adalah orang yang pertama mengakui peristiwa
Isra' Mi'raj. Lalu, ia pun diberi gelar Ash- Shiddiq (Orang yang percaya).
Maka ditunjuklah Abu Bakar as-Shiddiq untuk menggantikannya. Bagi
sebagian warga Madinah, ini adalah indikasi bahwa suksesi kepemimpinan Rasulullah
SAW diteruskan kepada Abu Bakar as-Shiddiq. Ketika Rasulullah wafat, sebagian
kalangan muslim Anshar dan beberapa orang dari pihak Muhajirin mengadakan
pertemuan di Saqifah Bani Sa'idah. Sempat terjadi perselisihan antara kaum Muhajirin
dan Anshar. Dan akhirnya, terpilihlah Abu Bakar as-Shiddiq as-Siddiq sebagai
Khalifah pertama.
Khilafah Rasyidin merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu
Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khatthab bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib, Radhiallahu Ta’ala anhum ajma’in dimana sistem pemerintahan yang
diterapkan adalah pemerintahan yang Islami karena berundang-undangkan dengan AlQur’an dan As-Sunnah.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam tidak meninggalkan wasiat
tentang siapa yang akan menggantikan beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam sebagai

pemimpin politik umat Islam setelah beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Ia
Shallallahu ‘Alaihi wasallam nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada
kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah
beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan,
sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah.
Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah
itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar,
sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat
ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar as-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu
terpilih.
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar as-Shiddiq
Radhiallahu ‘anhu disebut Khalifah Rasulullah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam
perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja.
Abu Bakar as-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu menjadi khalifah hanya dua tahun.
Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan
persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa
Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat
dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal
setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu

Bakar as-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu. Karena sikap keras kepala dan penentangan

mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar as-Shiddiq
Radhiallahu ‘anhu menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang
Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid Radhiallahu ‘anhu adalah
panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar asShiddiq Radhiallahu ‘anhu, sebagaimana pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wasallam, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di
tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan
hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian,
seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Abu Bakar as-Shiddiq
Radhiallahu ‘anhu selalu mengajak sahabat-sahabat nya bermusyawarah sebelum
mengambil keputusan mengenai sesuatu,yang berfungsi sebagai lembaga legislatif
pemerintahannya.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar asShiddiq Radhiallahu ‘anhu mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid
Radhiallahu ‘anhu dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634
M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah
ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil Radhiallahu Ta’ala
anhu ajma’in.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar as-Shiddiq untuk

membentuk beberapa pasukan tersebut,dari segi tata negar, menunjukkan bahwa ia
juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara Islam.hal ini seperti juga berliku di
zaman modern ini di mana seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus sebagai
pangima tertinggi angkatan bersenjata.
Adapun urusan pemerintahan diluar kota Madinah, khalifah Abu Bakar asShiddiq membagi wilayah kekuasaan hukum Negara Madinah menjadi beberapa
provinsi, dan setiap provinsi Ia menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan
gubernur).
Mengenai praktek pemerintahan Abu Bakar as-Shiddiq di bidang pranata
social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan social rakyat.untuk
kemaslahatan rakyat ini ia mengolah zakat, infak, sadaqoh yang berasal dari kaum
muslimin, ghanimah (harta rampasan perang) dan jizyah dari warga Negara nonmuslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal. Penghasilan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan Negara ini di bagikan untuk kesejahteraan tentara, bagi
para pegawai Negara,dan kepada rakyat yang berhak menerima sesuai ketentuan alQur’an.
Pada saat Abu Bakar as-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu meninggal dunia,
sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan
kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan" nya, Umar bin Khatthab ibn Khatthab
al-Faruq Radhiallahu ‘anhu. Ketika Abu Bakar as-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu sakit
dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,
kemudian mengangkat Umar bin Khatthab ibn Khatthab Radhiallahu ‘anhu sebagai
penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan

dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar as-Shiddiq
Radhiallahu ‘anhu tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramairamai membaiat Umar bin Khatthab Radhiallahu‘anhu . Umar bin Khatthab
Radhiallahu ‘anhu menyebut dirinya Khalifah Rasulullah (pengganti dari Rasulullah).

Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang
beriman).
Dari penunjukkan Umar bin Khatthab sebagai penggantinya, ada hal yang
perlu dicatat:
1. Bahwa Abu Bakar as-Shiddiq dalam menunjuk Umar bin Khatthab tidak
meninggalkan azas musyawarah. Ia terlebih dulu mengadakan konsultasi
untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
2. Abu Bakar as-Shiddiq tidak menunjuk salah seorang putranya atau
kerabatnya melainkan memilih seseorang yang disegani oleh rakyat karena
sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
3. Pengukuhan Umar bin Khatthab sebagai khalifah sepeniggal Abu Bakar
as-Shiddiq berjalan baik dalam suatu bai’at umum dan terbuka tanpa ada
pertentangan dikalangan kaum muslimin sehingga opsesi Abu Bakar asShiddiq untuk mempertahankan keutuhan umat Islam dengan cara
penunjukkan itu terjamin.
B. KHILAFAH RASYIDIN UMAR BIN KHATTHAB BIN KHATAB
Ketika Abu Bakar as-Shiddiq merasakan sakitnya semakin berat, ia

mengumpulkan para sahabat besar dan menunjuk Umar bin Khatthab bin Khattab
sebagai Khalifah. Para sahabat setuju dan Abu Bakar as-Shiddiq meninggalkan surat
wasiat yang menunjuk Umar bin Khatthab sebagai penggantinya.sebagai mana Abu
Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khatthab bin khattab pun di bai’at dihadapan umat
muslimin.bagian dari pidatonya adalah:
“Aku telah dipilih jadi khalifah.kerendahan hati Abu Bakar as-Shiddiq
selaras dengan jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat diantara
kamu dan juga lebih mampu memikul urusan kamu yang penting-penting.aku
diangkat dalam jabatan ini tidaklah sama seperti beliau.andaikata aku tahu
ada orang yang lebih kuat daripada aku untuk memikul jabatan ini, maka
memberikan leherku untuk dipotong lebih aku sukai daripada memikul
jabatan ini.
Sebagai seorang negarawan yang patut diteladani.ia telah menggariskan:
1. persyaratan bagi calon Negara;
2. menetapkan dasar-dasar pengelolaan Negara;
3. mendorong para pejabat Negara agar benar-benar meperhatikan kemaslhatan
rakyat dan melindungi hak-haknya karena mereka adalah pengabdi rakyat dan
bagian dari rakyat itu sendiri;
4. pejabat yang dipegang seseorang adalah amanah yang harus dipertanggung
jawabkan kepada tuhan dan rakyat

5. mendidik rakyat supaya berani memberi nasihat dan kritik kepada
pemerintah,pemerintah juga harus berani menerima kritik dari siapapun
sekalipun menyakitkan karena pemerintah lahir rakyat dan untuk rakyat;

6. khalifah Umar bin Khatthab telah meletakkan dasar-dasar pengadilan dalam
Islam.
Ia selalu mengadakan musyawarah dengan tokoh-tokoh ansar dan Muhajirin,
dengan rakyat dan dengan para administrator pemerintahan untuk memecahkan
masalah-masalah umumdan kenegaraan.ia tidak bertindak sewenang-wenang dan
memutuskan suatu urusan tanpa mengikutsertakan warga umat.
Hasil musyawarah atau konsultasi khalifah diakhir hidupnya dengan sejumlah
pemuka masyarakat Madinah yang terpenting adalah terbentuknya “tim
formatur”yang bertugas memilih khalifah setelah beliau. Konsultasi ini terjadi ketika
kondisi beliau sedang kritis akibat tikaman enam kali yang dilakukan Abu Lu’luah
karena dendam, dan hal ini mengakibatkan kewafatannya.
Di zaman Umar bin Khatthab Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi
(perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun
635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran
Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai
Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash

Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash Radhiallahu
‘anhu. Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan
demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat
Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota
Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641M , Moshul dapat
dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar bin Khatthab
Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina,
Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar bin Khatthab Radhiallahu
‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi
delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina,
dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya
mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan
didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Adapun kekuasaan eksekutif dipegang oleh Umar bin Khatthab bin Khhattab
dalam kedudukannya sebagai kepala Negara.untuk menunjung kelancaran
administrasi dan operasional tugas-tugas eksekutif, Umar bin Khatthab
melengkapinya dengan beberapa jawatan,diantaranya:
1. Diwan al-kharaj (jawatan pajak)

2. Diwan alahdats (jawatan kepolisian)
3. Nazarat al-nafi’at (jawatan pekerjaan umum)
4. Diwan al-jund (jawatan militer)
5. Baitul al-mal (baitul mal)

Umar bin Khatthab Radhiallahu ‘anhu memerintah selama sepuluh tahun (1323 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh
seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan
penggantinya, Umar bin Khatthab Radhiallahu ‘anhu tidak menempuh jalan yang
dilakukan Abu Bakar as-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu. Dia menunjuk enam orang
sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya
menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Ustman bin Affan, Ali, Thalhah,
Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf Radhiallahu Ta’ala anhu
ajma’in. Setelah Umar bin Khatthab Radhiallahu ‘anhu wafat, tim ini bermusyawarah
dan berhasil menunjuk Utsman Radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah, melalui proses
yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu.
C. KHILAFAH UTSMAN bin AFFAN
Umar bin Khatthab bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara
terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman
dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar bin Khatthab mempertimbangkan
untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar bin

Khatthab juga berpikir untuk meninggalkan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar asShiddiq. Sebagai jalan keluar, Umar bin Khatthab menunjuk enam orang Sahabat
sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu
adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair
bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama, muncul dua nama yang bersaing
ketat yakni Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keputusan terakhir diserahkan
kepada Abdurrahman bin Auf sebagai ketua Dewan yang kemudian menunjuk Utsman
bin Affan sebagai Khalifah.
Setelah Ustman bin Affan bin Affan dilantik menjadi khlifah ketiga Negara
Madinah ,ia menyampaikan pidatonya yang menggambarkan dirinya sebagai sufi, dan
citra pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang politik belaka sebagai
dominan.dalam pidato itu Ustman bin Affan mengingatkan beberapa hal yang
penting:
1. Agar umat Islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari kematian;
2. Agar umat Islam terpedaya kemewahan hidup dunia yang penuh kepalsuan
3. Agar umat Islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu;
4. Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah al-Qur’an dan sunnah
rasul;
5. Di samping ia akan meneruskan apa yang telah dilakukan pendahulunya
juga akan membuat hal baru yag akan membawa kepada kebajikan
6. Umat Islam boleh mengkririknya bila ia menyimpang dari ketentuan hukum
Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan didaerah,khalifah Ustman bin
Affan mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau
provinsi pada masanya kekuasaan wilayah menjadi 10 provinsi:
1. Nafi’bin al-haris al-khuza’i,amir wilayah Mekkah;

2. Sufyan bin Abdullah al-tsaqqfi,amir wilayah thaif
3. Ya’la bin Munabbih Halif BaniNauful bin Abd Manaf,amir wilayah Shan’a
4. Abdullah bin Abi Rabiah ,amir wilayah a-janad;
5. Ustman bin Affan bin Abi al-ashal-Tsaqafi,Amir wilayah Bahrain;
6. Al-Mughirah bin Syu’bah al-tsaqi, Amir wilayah Kufah;
7. Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari,Amir wilayah Basrah;
8. Muawiyah bin Abi Sufyan ,Amir wilayah Damaskus
9. Umar bin Khatthab bin Sa’ad ,Amir wilayah Himsh;dan
10. Amr bin al-Ash al-Sahami, Amir wilayah mesir.
Sedangkan kekuasaan legislative dipegang oleh Dewan Penasehat Syura,
tempat khalifah mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka.
Prestasi tertinggi masa pemerintahan Ustman bin Affan sebagai hasil majlis
syura adalah menyusun al-Qur’an standar , yaitu penyeragaman bacaan dan tulisan alQur’an,seperti yang dikenal sekarang.naskah salinan al-Qur’an tersebut disimpan
dirumah istri Nabi kemudian naskah salinannya atas persetujuan para sahabat dikirim
ke beberapa daerah.
Di masa pemerintahan Utsman Radhiallahu ‘anhu (644-655 M), Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan
Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Ustman bin Affan Radhiallahu ‘anhu berlangsung selama 12
tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan
kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman Radhiallahu
‘anhu memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar bin Khatthab Radhiallahu
‘anhu. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang
yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari
suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin
yang baru masa keIslamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman
Radhiallahu ‘anhu dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang
yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ .
Tahun-tahun berikutnya, pemerintahannya Ustman bin Affan mulai goyah.
Rakyat dibeberapa daerah terutama Kufah,Basrah dan Mesir mulai memprotes
kepemimpinannya yang dinilai tidak adil.Salah satu faktor yang menyebabkan banyak
rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman Radhiallahu ‘anhu adalah
kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting
diantaranya adalah Marwan ibn Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang
dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan
Utsman Radhiallahu ‘anhu hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak
anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Dia juga tidak tegas
terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan

tanpa terkontrol oleh Ustman bin Affan Radhiallahu ‘anhu sendiri. Itu semua akibat
fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’.
Padahal Utsman Radhiallahu ‘anhu yang paling berjasa membangun
bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke
kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas masjid Nabi di Madinah.
D. KHALIFAH ALI bin ABI THALIB
Umat yang tidak punya pemimpin dengan wafatnya Utsman, membaiat Ali bin
Abi Thalib sebagai Khalifah baru. Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus
pengukuhan tiga orang khalifah pendahulunya. Ia di bai’at di tengah-tengah
kekacauan karena kematian Ustman bin Affan, pertentangan dan kekacauan dan
kebingungan umat Islam Madinah.sebab kaum pemberontak yang membunuh Ustman
bin Affan mendaulat Ali supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah.
Dalam pidatonya khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan agar umat
Islam:
1. tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan sunnah rasul
2. taat dan bertaqwa kepada Allah serta mengabdi kepada Negara dan sesame manusia
3. saling memelihara kehormatan di antara sesame muslim dan umat lain
4. terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum,dan
5. taat dan patuh kepada pemerintah.
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali Radhiallahu ‘anhu
tidak mau menghukum para pembunuh Utsman Radhiallahu ‘anhu , dan mereka
menuntut bela terhadap darah Utsman Radhiallahu ‘anhu yang telah ditumpahkan
secara zhalim. Ali Radhiallahu ‘anhu sebenarnya ingin sekali menghindari perang.
Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair Radhiallahu ‘anhu ajma’in agar
keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun
ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini
dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah Radhiallahu ‘anha dalam
pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan
Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah Radhiallahu ‘anha ditawan dan dikirim kembali
ke Madinah.
Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui masa-masa paling kritis
karena pertentangan antar kelompok yang berpangkal dari pembunuhan Ustman bin
Affan. Namun Ali menyatakan ia berhasil memecat sebagian besar gubernur yang
korupsi dan mengembalikan kebijaksanaan Umar bin Khatthab pada setiap
kesempatan yang memungkinkan.ia membenahi dan menyusun arsip Negara untuk
mengamankan dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor
pemerintahan Negara ,serta mengordinir polisi dan menetapkan tugas-tugas mereka.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Radhiallahu ‘anhu juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah Radhiallahu

‘anhu, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan
kedudukan dan kejayaan.
Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah,
Ali Radhiallahu ‘anhu bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar
tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu di
Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang
ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan
masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang
yang keluar dari barisan Ali Radhiallahu ‘anhu. Akibatnya, di ujung masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu umat Islam terpecah menjadi tiga
kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudi)
yang menyusup pada barisan tentara Ali Radhiallahu ‘anhu, dan al-Khawarij (orangorang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali
Radhiallahu ‘anhu. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya
semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu semakin kuat. Pada
tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali Radhiallahu ‘anhu terbunuh oleh salah
seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
Harus diakui ada beberapa kasus dan peristiwa pada masa khalifah Ustman bin
Affan dan Ali yang tidak menyenangka.tapi perlu dicatat secara umum mengenai
beberapa hal yang dicontohkan oleh khulafa al-Rasyidin dalam memimpin Negara
Madinah. Pertama, mengenai pengangkatan empat orang sahabat Nabi terkemuka itu
menjadi Khalifah dipilih dan di angkat dengan cara yang berbeda.








Pemilihan bebas dan terbuka melalui forum musyawarah tanpa ada seorang
calon sebelumnya. Karena Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk calon
penggantinya. Cara ini terjadi pada musyawarah terpilihnya Abu Bakar asShiddiq dibalai pertemuan TsaqifahBani Syaidah.
Pemilihan dengan cara pencalonan atau penunjukan oleh khalifah sebelumnya
dengan terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan para sahabat terkemuka
dan kemudian memberitahukan kepada umat Islam, dan mereka
menyetujuinya. Penunjukan itu tidak karena ada hubungan keluarga antara
khalifah yang mencalonkan dan calon yang di tunjuk. Cara ini terjadi pada
penunjukan Umar bin Khatthab oleh khalifah Abu Bakar as-Shiddiq.
Pemilihan team atau Majelis Syura yang di bentuk khalifah. Anggota tim
bertugas memilih salah seorang dari mereka menjadi khalifah. Cara ini terjadi
pada Ustman bin Affan melalui Majelis Syura yang dibentuk oleh khalifah
Umar bin Khatthab yang beranggotakan enam orang.
Pengangkatan spontanitas di tengah-tengah situasi yang kacau akibat
pemberontakan sekelompok masyarakat muslim yang membunuh Ustman bin
Affan.Cara ini terjadi pada Ali yang dipilih oleh kaum pemberontak dan umat
Islam Madinah.

Kedua,Pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin tidak mempunyai konstitusi yang
dibuat secara khusus sebagai dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan.
Undang-undang nya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul ditambah dengan hasil

ijtihad khalifah dan keputusan Majelis Syura dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul yang tidak ada penjelasannya dalam nash syariat.
Ketiga,Pemerintahan khulafa al-Rasyidin juga tidak mempunyai ketentuan
mengenai masa jabatan bagi setiap khalifah. Mereka tetap memegang jabatan itu
selama berpegang kepada syariat Islam. Keempat, dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara Madinah khulafa al-Rasyidin telah melaksanakan prinsip
musyawarah, prinsip persamaan bagi semua lapisan masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan, prinsip kebebasan berpendapat, prinsip keadilan social dan kesejahteraan
rakyat.
Kelima,dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah
adalah Al-Qur’an dan Sunnah rasul, hasil ijtihad penguasa, dan hasil keputusan
Majelis Syura. Karenanya corak Negara Madinah pada periode Khulafa al-Rasyidin
tidak jauh berbeda daripada zaman Rasulullah SAW

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124