T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB IV
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, memiliki peran dalam pendidikan nasional dengan memegang visi. Visi tersebu t adalah “menciptakan sekolah yang humanis, berkualitas, berbudaya dan berakhlak mulia”. Visi ini mengerucut pada tujuan dan profil Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Visi ini memiliki orientasi dalam mewu- judkan peserta didik yang memiliki nilai sosial kemasyarakatan dan kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungannya. Kualitas dari peserta didik yang dapat melanjutkan ke sekolah atau pendidikan pada tingkat lanjut pada sekolah yang berkualitas. Dengan cara mengembangkan sumber-sumber budaya lokal dan dapat memberikan ciri khas pada siswa didik di Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, memiliki misi dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah melalui: (1) Meningkatkan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Memberikan keterampilan dasar hidup dalam bidang Iptek maupun seni budaya; (2) Membe- rikan bimbingan dalam rangka meningkatkan: Kecer- dasan Spiritual (SQ) Kecerdasan Emosional (EQ) Kecerdasan Intelegensi (IQ) agar peserta didik mampu Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, memiliki misi dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah melalui: (1) Meningkatkan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Memberikan keterampilan dasar hidup dalam bidang Iptek maupun seni budaya; (2) Membe- rikan bimbingan dalam rangka meningkatkan: Kecer- dasan Spiritual (SQ) Kecerdasan Emosional (EQ) Kecerdasan Intelegensi (IQ) agar peserta didik mampu
Gambaran umum dari pelaksanaan visi ini adalah memberikan kemampuan ilmu ketrampilan dan pe- nguasaan teknologi kepada peserta didiknya. Program yang dilakukan sekolah dasar ini dengan cara mem- perbanyak kegiatan ekstrakuriluer. Kegiatan ekstra- kurikuler yang dilakukan dengan memusatkan hasil budaya lokal, keagamaan.
Memusatkan pada pengembangan kepribadian peserta didik dengan menyeimbangkan fungsi kecer- dasan. Peran tiga buah kecerdasan digunakan oleh guru dalam memberikan materi pembelajaran. Hal tersebut dilakukan sebagai tujuan dalam proses mengingat materi pembelajaran oleh para siswa. Hal ini memberikan tantangan dan peluang bagi para guru dalam memberikan ulasan materi pembelajaran dan kreativitasnya dalam proses KBM.
Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Mampu mengaktualisasikan budaya hidup tertib, disiplin, jujur dan santun dalam tutur
kata sopan dalam perilaku terhadap sesama; (2) Berpartisipasi aktif dan optimal serta mampu meraih minimal satu kejuaraan dari berbagai even lomba atau festival baik akademik maupun non akademik di tingkat gugus sekolah/kecamatan; (3) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan dasar life skill sebagai salah satu modal hidup mandiri di masa depan; (4) Peserta didik mampu masuk setidak-tidaknya tiga besar dalam berbagai lomba akademik seperti lomba peserta didik teladan, lomba peserta didik berprestasi, lomba mata pelajaran dan sebagainya ditingkat Kecamatan Tuntang dan Kabupaten Semarang; (5) Peserta didik dapat mempertahankan prestasi tertinggi ditingkat Kecamatan Tuntang dalam lomba-lomba ketrampilan seperti kepramukaan, olahraga, kesenian, dan lain-lain, dan dapat meraih prestasi sampai ditingkat Kabupaten Semarang dan Provinsi Jawa Tengah; (6) Melestarikan budaya daerah melalui mulok bahasa daerah dengan indikator, minimal 90% peserta didik mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks.
Merujuk pada pemaparan visi, misi dan tujuan tersebut maka rencana kerja sekolah adalah sebagai berikut: (a) Menyusun rencana guna mencapai prestasi kognitif, baik dalam formatif, sumatif, maupun ujian; (b) Menyusun rencana agar sekolah mampu masuk dalam berbagai lomba baik ditingkat Kecamatan maupun Kabupaten dan berupaya untuk masuk di tingkat Provinsi Jawa Tengah; (c) Menyusun rencana agar peserta didik memiliki ketrampilan dan sikap seperti kepramukaan, kesenian, olahraga, dan seba- gainya; (d) Menyusun rencana agar semua peserta didik memiliki akhlak yang mulia, menerapkan ajaran Merujuk pada pemaparan visi, misi dan tujuan tersebut maka rencana kerja sekolah adalah sebagai berikut: (a) Menyusun rencana guna mencapai prestasi kognitif, baik dalam formatif, sumatif, maupun ujian; (b) Menyusun rencana agar sekolah mampu masuk dalam berbagai lomba baik ditingkat Kecamatan maupun Kabupaten dan berupaya untuk masuk di tingkat Provinsi Jawa Tengah; (c) Menyusun rencana agar peserta didik memiliki ketrampilan dan sikap seperti kepramukaan, kesenian, olahraga, dan seba- gainya; (d) Menyusun rencana agar semua peserta didik memiliki akhlak yang mulia, menerapkan ajaran
4.1.2 Sumber Daya Sekolah
Sumber daya sekolah merupakan segala bentuk aspek yang dimiliki oleh sekolah dan dapat diber- dayakan sesuai dengan fungsinya. Sumber daya sekolah meliputi internal dan eksternal. Sumber daya sekolah merupakan tahapan untuk menyusun strategi pengembangan mutu sekolah. Sumber daya sekolah ini merupakan tahapan untuk menemukan masalah dan juga mencari sebuah jawaban dari stakeholder melalui beberapa cara diantaranya adalah tahapan pengamatan langsung dan menemukan narasumber untuk dilaku- kan sebuah wawancara.
A. Sumber Daya Fisik
Sumber daya fisik merupakan pendukung sarana dan prasarana penting dalam penyelenggaran meka- nisme pendidikan di tingkat sekolah. Sarana dan prasarana sebagai pendukung terlaksana program kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik dan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan rutinitasnya. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari fasilitas yang dimiliki oleh sekolah dimana keberadaan harus dirawat dan membutuhkan perbaik- an agar kondisi terawat dan baik.
1. Luas Tanah: Luas lahan Sekolah 2.950 m 2 dan
Bangunan Gedung 560 m 2 .
2. Gedung Sekolah: Gedung sekolah terdiri atas 4 unit, yang meliputi 8 unit untuk ruang kelas, 1 unit 2. Gedung Sekolah: Gedung sekolah terdiri atas 4 unit, yang meliputi 8 unit untuk ruang kelas, 1 unit
3. Ruang Kelas: Ruang kelas terdiri 8 ruang kelas terdiri atas 4 unit gedung, masing-masing satu unit untuk 4 ruang kelas (kelas I, II, dan III) dan gudang. Satu unit untuk 4 ruang kelas (kelas IV/a, IV/b, IV/a, dan IV/b). Satu unit untuk 1 ruang (karawitan), dan satu unit lagi untuk 2 ruang 1 ruang kelas VI kelas dan kantor guru.
4. Sarana Belajar: Sarana belajar yang dimiliki 8 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang mushalla, ruang guru, ruang pimpinan, ruang tamu, ruang UKS, dan ruang Pramuka, ruang kesenian.
5. Sarana lain-lain: Sarana lain yang dimiliki yaitu WC/KM ada 6 unit (5 unit untuk peserta didik dan
1 unit untuk guru), sumber air, instalasi air, gudang, lapangan atletik, tempat parkir sepeda motor, koperasi sekolah, dan tempat bermain.
Sarana dan prasarana yang berada dilokasi SD Negeri Kesongo 04 berada pada kondisi baik dan sangat lengkap. Kondisi ini mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar. Standar Sarana dan prasarana termasuk dalam 8 SNP yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah. Standar sarana dan prasarana ini didukung dengan ruang belajar peserta didik dikelas. Ruang belajar peserta siswa didukung dengan laboratorium IPA, ruang kesenian, ruang perpustakaan, kamar mandi. Hal ini dikuatkan dengan dokumentasi lokasi yang terlampir. Sekolah memiliki luas lahan sesuai dengan ketentuan.
Beberapa komponen dalam standar sarpras dian- taranya adalah memiliki lahan seluas 76-100% sesuai dengan ketentuan minimal. Lokasi sekolah berada pada lahan aman dan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan, keselamatan jiwa, memilki akses penyelamatan dalam keadaan darurat. Lahan sekolah terhindar dari pencemaran air, udara, tanah dan kebisingan. Lahan sekolah sesuai dengan keten- tuan perijinan pendirian bangunan.
Bangunan sekolah memiliki struktur yang stabil dan memiliki pencegahan kebakaran dan petir. Kondisi sekolah kurang memiliki sanitasi. Bangunan sekolah memiliki ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai. Bangunan sekolah memiliki standar bangun- an dengan instalasi listrik sebesar 1300 wat. Ruang kelas yang dimiliki sebanyak 8 kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium dan ekstrakurikuler. Perabotan sekolah meliputi papan tulis, meja guru, kursi guru, meja dan kursi siswa, almari. Fasilitas perpustakaan. Buku teks pembelajaran sesuai dengan ketentuan permendiknas. Tempat ibadah, ruang bermain dan olahraga.Data tersebut diperjelas oleh kepala sekolah dengan menyatakan :
“ Sarana dan prasarana di sekolah ini sudah leng-
kap, namun ada beberapa bangunan yang masih dalam proses perbaikan antara lain: WC anak dan sarana sanit asi yang kurang memenuhi syarat “
B. Sumber daya manusia
Efektivitas dan efisiensi belajar dan pembelajaran siswa di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Dalam hal ini, terdapat sejumlah peran yang diemban guru. SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang, memiliki tenaga pendidik yaitu guru yang 93% sudah berkualifikasi S-1 (Sarjana) baik guru kelas, guru pendidikan agama, beberapa guru diantaranya memiliki keterampilan khusus seperti kesenian, komputer, dan keterampilan, serta didukung oleh tenaga perpustakaan dan tenaga administrasi serta penjaga sekolah selain itu masih ada guru yang berkualifikasi SMA sehingga saat ini sedang menjalan- kan studi lanjut. Guru berjenis kelamin perempuan sejumlah sembilan dan dua guru berjenis kelamin pria.
Hal tersebut didukung dengan pernyataan dari kepala sekolah yakni sebagai berikut:
“Situasi dan kondisi Sekolah SD Negeri Kesongo 04 telah memenuhi standar sarana dan prasarana, dengan jumlah peserta didik yang banyak, namun guru sangat terbatas. Hal ini disebabkan sekolah ini sulit dijangkau dari transportasi umum, sehingga peminat sekolah ini merupakan masyarakat setempat. Dimana kondisi masyarakat setempat beraktivitas dalam pertanian dan buruh. Kepercayaan wali murid terhadap sekolah dasar ini sangat besar sehingga berpeluang dalam pengembangan sekolah lebih baik. Selain itu sarana prasarana sangat memenuhi dalam pengembangan kegiatan pengembangan bakat dan skill siswa”.
Pernyataan Kepala Sekolah tersebut dikuatkan dengan hasil wawancara dengan pihak komite yakni:
“ Sekolah ini memiliki peserta didik yang sangat banyak dengan sarana prasarana sudah sangat memenuhi untuk kegiatan belajar mengajar. Sekolah
ini juga berada di lingkungan masyarakat pedesaan atau pemukiman pedesaan yang memiliki padat pen- duduk. Sehingga pengembangan sekolah ini sangat berpotensi”.
1. Guru Dalam menjalankan perannya guru melakukan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
a) Merencanakan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Persiapan terse- but dengan didukung buku dan materi pembe- lajaran. Perencanaan materi pembelajaran tidak dilakukan oleh semua guru dikarenakan keter- batasan waktu yang dimiliki oleh guru. Hal ini juga dipengaruhi kompetensi dan keahlian guru. Kondisi guru di sekolah dasar ini didominasi oleh guru yang masih seusia dengan kepala sekolah sehingga performa kinerja tidak begitu diperhatikan. Aspek kedekatan sebagai teman memengaruhi hubungan kerja pada sekolah tersebut kurang adanya perilaku menghormati.
b) Guru melaksanakan tugasnya dikelas dan menyam- paikan materi sebagai kegiatan belajar mengajar. Guru dalam menjalankan kegiatan KBM di kelas merupakan bentuk rutinitas tanpa adanya sebuah passion atau desire dalam meningkatkan kualitas pengajaran kepada peserta didik. Faktor ini dise- babkan lantaran guru memiliki apriori negatif bahwa peserta didik memiliki kemampuan yang rendah sehingga tidak memiliki motivasi dalam meningkatkan prestasi peserta didiknya.
c) Guru melakukan penilaian terhadap serapan materi yang telah dilakukan oleh peserta didik secara rutin. Penilaian ini sebagai cara guru dalam memberikan rewards dan punishment bagi peserta didik. Namun rewards dan punishment dari metode pengajaran ini hanya terpaku pada nilai belajar c) Guru melakukan penilaian terhadap serapan materi yang telah dilakukan oleh peserta didik secara rutin. Penilaian ini sebagai cara guru dalam memberikan rewards dan punishment bagi peserta didik. Namun rewards dan punishment dari metode pengajaran ini hanya terpaku pada nilai belajar
d) Faktor lingkungan juga mempengaruhi kinerja guru dalam melakukan proses KBM. Faktor lingkungan ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, sosial dan budaya dari masyarakat penduduk setempat di sekitar sekolah dasar. Hal ini dipengaruhi juga tingkat pengalaman dan pengetahuan orang tua siswa terkait pembelajaran dan pendidikan. Sehing-
ga menjadikan guru tidak tertantang pada tuntutan yang tinggi dari wali murid sehingga menjadikan proses pendidikan monoton. Hal tersebut dipertegas oleh seorang guru kelas 4 dengan menyatakan:
“Rata rata orang tua dan wali murid peserta didik bekerja sebagai buruh dengan jam kerja
dari pagi sampai sore, selain itu banyak siswa yang tinggal tidak bersama orang tua, sehingga waktu belajar tidak ada pengawasan apalagi membantu belajar, semua pendidikan diserah- kan pihak sekolah dan orang tua tidak mem- permasalahkan nilai anak yang terpenting anak lulus mendapat ijazah”
2. Peserta Didik Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: (1) jumlah siswa kelas I sejumlah 34 siswa dengan siswa laki-laki 20, perempuan 14; (2) jumlah siswa kelas II sejumlah 31 dengan siswa laki-laki 15 dan siswa perempuan 16; (3) jumlah siswa kelas III sejumlah 28 dengan siswa laki- laki sejumlah 13 dan siswa perempuan sejumlah 15; (4) jumlah siswa kelas IV sejumlah 39 dengan siswa laki- laku 17 dan siswa perempuan 22 dimana kelas 4 sifatnya regular; (5) jumlah siswa kelas V sejumlah 57 2. Peserta Didik Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: (1) jumlah siswa kelas I sejumlah 34 siswa dengan siswa laki-laki 20, perempuan 14; (2) jumlah siswa kelas II sejumlah 31 dengan siswa laki-laki 15 dan siswa perempuan 16; (3) jumlah siswa kelas III sejumlah 28 dengan siswa laki- laki sejumlah 13 dan siswa perempuan sejumlah 15; (4) jumlah siswa kelas IV sejumlah 39 dengan siswa laki- laku 17 dan siswa perempuan 22 dimana kelas 4 sifatnya regular; (5) jumlah siswa kelas V sejumlah 57
30 dimana kelas ini sifatnya pararel; (6) jumlah siswa kelas 6 sebanyak 42 dengan siswa laki-laki sejumlah 23 dan siswa perempuan sebesar 19. Jumlah peserta didik yang meningkat merupakan potensi sumber daya yang sangat besar bagi pengembangan peningkatan mutu sekolah.
Namun kondisi yang dihadapi sebaliknya, pihak manajemen sekolah kurang mampu memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Keahlian yang rendah dalam melakukan pemberdayaan potensi SDM peserta didik menjadi tantangan sekolah ini. Input peserta didik yang dihadapi dari sekolah ini adalah input akademik dan kepedulian mengenai pendidikan yang rendah dari wali murid. Sehingga pihak manajemen sekolah harus memiliki strategi yang berbeda dari sekolah pada umumnya.
3. Komite dan Masyarakat Perubahan paradigma pemerintah dari sentral- isasi ke desentralisasi membuka peluang bagi masya- rakat dalam berperan meningkatkan peran sertanya dalam peningkatan mutu kualitas dan pengelolaan pendidikan. Hal tersebut tertuang dalam Kepmendiknas No. 044/U/2002 mengenai Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Komite Sekolah berperan dalam pemberdayaan sekolah sehingga dalam menjalankan kebijakan seorang kepala sekolah memiliki acuan pelaksanaan dari hara- pan masyarakat. Harapan masyarakat tersebut tersa- lurkan melalui Komite Sekolah yang merupakan masyarakat setempat dari lingkungan sekolah SD
Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Pemberdayaan Komite Sekolah dalam satuan pendidikan dapat membantu proses penyelenggaraan pendidikan. Komite Sekolah merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan terkait penggalian dana, kerjasama dunia usaha dan industri. Namun hal ini belum terlaksana mengingat beberapa permasalahan administratif dan kesiapan dalam manajemen pengelolaan sumber daya komite sekolah itu sendiri.
Interaksi sekolah dan masyarakat dapat diwu- judkan melalui mekanisme pengambilan keputusan sekolah dengan komite. Komite Sekolah merupakan badan yang mandiri mewadahi peran masyarakat dalam rangka memberi pertimbangan (advisory agency); pendukung (supporting agency), pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas, serta mediator antara Sekolah dengan masyarakat.
Peran serta masyarakat dapat dilihat dalam ber- bagai kegiatan sekolah, seperti berikut ini sesuai dengan hasil wawancara pihak kepala sekolah menya- takan :
”beberapa peran komite terhadap pengembangan sekolah meliputi: Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sekolah seperti Pesantren Kilat, Kepramu- kaan, Wasana Warsa. Mengupayakan dana untuk penataan lingkungan sekolah. Aktif dalam berbagai kegiatan melalui Komite Sekolah. Memberikan ban- tuan finansial ketika menghadapi lomba seperti Lomba Rebana. Perumusan dan perencanaan me- ngenai dana sumbangan peserta didik kepada sekolah ”
Kepala sekolah SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, memahani kondisi lapangan akan tingkat sumber daya sekolah. Kondisi sumber daya sekolah yang dihadapi SD ini terkait dengan sumber daya guru dan tenaga pendidik serta potensi peserta didik. Sehingga dalam menjalankan peningkatan mutu sekolah ini kepala sekolah didukung peran dari komite yang meliputi bantuan pendanaan untuk menunjang operasional dan kegiatan ekstra- kurikuler sekolah.
Faktor lingkungan dari seorang kepala sekolah dalam proses kepemimpinannya dalam meningkatkan mutu pendidikan merupakan faktor utama. Sehingga dibutuhkan bagi kepala sekolah dalam melakukan si- nergi yang secara organismik mampu memadukan segala bentuk kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan kualitas SD Negeri Kesongo 04. Kualitas dari Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 ini membu- tuhkan sebuah kerjasama yang sustain. Bila manaje- men dan stakeholder SD ini terbangun maka akan memberikan kemudahan dalam meningkatkan mutu dan nilai hasil belajar dari peserta didik. Prestasi merupakan tolak ukur yang paling utama dalam menilai sebuah mutu sekolah.
C. Sumber Daya Bukan Manusia
1. Implementasi Kurikulum Kurikulum yang digunakan oleh SD Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, merupakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendi- dikan) yang penyusunannya dilaksanakan di awal tahun pelajaran. Kurikulum yang disusun pada awal 1. Implementasi Kurikulum Kurikulum yang digunakan oleh SD Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, merupakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendi- dikan) yang penyusunannya dilaksanakan di awal tahun pelajaran. Kurikulum yang disusun pada awal
Berdasarkan dokumen KTSP SDN Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, juga termuat kurikulum untuk muatan lokal propinsi yaitu Bahasa Jawa, muatan lokal Kabupaten Semarang adalah Tembang Jawa dan B aca Tulis Alqur’an/PIA sedang muatan lokal sekolah yaitu Bahasa Inggris. Standar kurikulum ini berprinsip pada beberapa atribut diantaranya berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungan.
Manajemen penjadwalan waktu KBM di SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, merupakan kebijakan bersama, dari pihak sekolah yang didasarkan dari peraturan permendiknas. Meskipun beban jam KBM sudah terjadwal dengan baik namun dalam pelaksanaan kurang disiplin dan sering terjadinya lost time proses KBM yang menjadikan noise, hal ini seperti diungkapkan oleh guru Mata pelajaran PAI:
“ Dalam KBM sering tidak maksimal dikarenakan guru mendapat tugas tambahan misalnya saat pengerjaan
lapor-an BOS banyak guru yang dikerahkan untuk membantu pengerjaan sehingga terpaksa siswa hanya di beri tugas”
Sistem pengawasan dari kepala sekolah dalam melakukan pemantauan jam KBM dalam kelas juga masih minim. Meskipun telah dilakukan penjadwalan namun hasilnya kurang efektif dan efisien.
Buku yang digunakan dalam proses kegiatan mengajar merupakan buku standar BSE dari DEPDIK-
NAS. Selain itu didukung dengan buku-buku berupa LKS. Meskipun memiliki perpustakaan dengan koleksi buku-buku materi pembelajaran, namun peserta didik lebih menyukai membaca buku-buku cerita. Buku tersebut hanya menjadi pegangan guru dalam mengajar dan siswa hanya mendengarkan sehingga proses KBM tradisional atau searah merupakan konsep yang dijalankan dalam pembelajaran.
Penyusunan RPP dan silabus sesuai dengan ketentuan pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidikan departemen pendidikan nasional Direktorat Jenderal peningkatan mutu dan tenaga pendidikan. Dimana dalam menyusun RPP dan silabus untuk tingkat SD dikerjakan dalam satuan gugus guna mengembangkan KTSP. Hal tersebut dilakukan secara bersama-sama melalui KKG dalam tingkat satuan gugus.
Hal ini dengan melibatkan Kepala Sekolah selaku pimpinan dan memberikan pembinaan dalam penyu- sunan RPP pada guru-guru. Selain itu kepala sekolah memberikan waktu kepada guru kelas untuk mengikuti penyusunan RPP yang dilakukan pada satuan tingkat pendidikan.
Penyusunan RPP yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing guru kelas dan mata pelajaran. Namun dalam implementasinya masih ditemui adanya plagiasi dalam penyusunan RPP. Hal ini menjadikan indikasi rendahnya kualitas dari pendidik dan memiliki dampak berkelanjutan pada kualitas peserta didik.
2. Standar Proses Pembelajaran Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik. Standar tenaga pendidik belum sesuai dengan standar kompe- tensi pengajar. Hal ini didasarkan pada data guru pengajar dan pendidikan yang ditempuh guru.
Metode pembelajaran yang dijalankan oleh guru kelas pada sekolah dasar ini adalah sebagai berikut: pada saat penelitian ini berlangsung sekolah mene- rapkan kurikulum 2013 untuk kelas 1, 2, 4 dan 5 sedang kelas 3 dan 6 menggunakan kurikulum 2006. Pada kenyataannya terjadi kesenjangan dalam pembela- jaran, untuk kelas yang melaksanakan kurikulum 2013 kelas tampak aktif, tempat duduk didesain sedemikian rupa, alat peraga juga digunakan dengan baik.
Berbeda ketika peneliti memasuki kelas 6 yang masih menggunakan kurikulum 2006, kelas tampak sunyi karena siswa hanya mendengarkan guru ceramah kemudian mengerjakan tugas. Alat peraga juga tidak digunakan dengan baik, sehingga tidak tampak sama sekali keaktifan siswa. Guru kelas 6 mengambil langkah konvensional dikarenakan di kejar target untuk persiapan Ujian Sekolah yang akan dilaksanakan bulan Mei. Guru kelas 6 juga menyatakan:
“Kelas 6 mengajar konvensional dikarenakan kejar target untuk menghadapi ujian sekolah, sehingga pelajaran kelas 6 yang seharusnya diselesaikan dua semester terpaksa dilaksanakan satu semester, belum lagi mengulang pelajaran kelas 4 dan 5 dikarenakan kisi kisi ujian sekolah yang ditetapkan juga mencakup pelajaran kelas 4 dan 5, sementara bulan Februari sudah mulai Try Out ”.
Proses pembelajaran oleh guru dilakukan secara aktif dengan jadwal dimulainya kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di mulai dari hari Senin- Jum’at dengan ketentuan KBM kelas 1 s.d 2 pukul 07.00-10.45 WIB (Senin s.d. Kamis), KBM hari
Jum’at dan Sabtu pukul 07.00-10.00 WIB. Untuk kelas
3 pada hari Senin-Kamis dimulai pada pukul 07.00-
11.35 sedangkan Jum’at-Sabtu dimulai pada 07.00-
10.10. Pada kelas 4 s.d 6 pukul 07.00-12.10 WIB (Senin s.d Kam is), KBM hari Jum’at-Sabtu pukul 07.00-10.45 WIB. Jadwal tersebut sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Jumlah beban jam belajar peserta didik dari kegiatan KBM bila dikorelasikan dengan output hasil belajar kurang memberikan dampak positif. Sehingga dalam kegiatan ini antara jam beban belajar dengan hasil belajar tidak memiliki keterkaitan secara signi- fikan. Hasil belajar lebih memiliki keterkaitan dengan proses desain KBM. Dalam metode pembelajaran guru memberikan tugas kepada murid dan mengecek pada hari berikutnya dan nilai direkap sebagai bukti fisik hasil pembelajaran peserta didik.
Hal tersebut didukung dengan perancangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disu- sun oleh para guru dalam satu gugus. Data RPP ini didukung dengan lampiran. Penyusunan RPP ini sebagai variabel dasar guru dalam melakukan setting KBM selama satu semester.
Proses Belajar dan Pembelajaran atau kegiatan KBM berlangsung secara menyenangkan. Hal ini didukung dengan data pengamatan yakni peserta didik antusias dalam mengikuti kegiatan tambahan belajar.
Kegiatan tambahan belajar ini hanya dilakukan kepala sekolah bukan guru yang bersangkutan.
Kegiatan tambahan belajar ini menjadikan pe- serta didik dapat menambah bahan materi belajar. Penyebab utama peserta didik antusias mengikuti proses KBM didukung dengan menggunakan peralatan dan fasilitas pendukung. Beberapa diantaranya adalah simulasi video penayangan untuk mata pelajaran IPA.
Selain itu dalam kegiatan belajat mengajar guru memiliki strategi dalam meningkatkan kualitas peserta didik dengan melalui KKG (Kelompok Kerja Guru).
3. Standar Kompetensi Kelulusan Peserta didik dapat dinyatakan lulus dalam menempuh ujian yang diselenggarakan oleh SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, bila sudah memiliki kriteria sebagai berikut: (a) Peserta didik telah menempuh semua mata pelajaran yang telah diujikan; (b) Peserta didik memperoleh nilai minimal untuk mata pelajaran US (Bahasa Indonesia 3.00, Matematika=2,50 IPA =2,50), dan memeroleh nilai rata- rata minimal 3,50 untuk mata pelajaran US; (c) Peserta didik memperoleh nilai minimal 6.00 dan nilai rata-rata minimal 6.00 untuk seluruh mata pelajaran Non-US. Peserta didik memeroleh nilai kepribadian rata-rata minimal B pada rapor semester terakhir. Peserta didik memeroleh nilai pengembangan diri rata-rata minimal B pada rapor semester terakhir. Data tersebut didukung dari data SKL sekolah SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
4. Standar Isi Sekolah telah melaksanakan KTSP dan telah memiliki perangkat pembelajarannya. Pihak sekolah melaksanakan kurikulum KTSP berdasarkan 6 muatan KTSP. Hal ini dibuktikan dengan komponen: mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas.
Pengembangan kurikulum melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah. Prosedur ini belum dijalankan secara maksimal, dikarenakan kurang efek- tifnya dalam melakukan koordinasi. Sehingga dalam penyusunan kurikulum KTSP cenderung menyesuai- kan program yang sudah ada dan belum dilakukan sebuah inovasi dan pembaharuan kurikulum. Pengem- bangan kurikulum menggunakan prinsip berpusat pada potensi siswa, beragam dan terpadu, tanggap terhadap pengembangan ilmu, relevan dengan kebutuhan.
Hal ini dengan menggunakan 3-4 prinsip sehingga pada kategori C. Pelaksanaan kurikulum da- lam bentuk pengajaran dengan prinsip 3-4 sehingga sekolah pada kategori C. Dimana prinsip yang di- jalankan adalah layanan pendidikan yang bermutu dengan menegakkan lima pilar belajar, serta layanan pendidikan yang bersifat perbaikan.
Penyusunan kurikulum dengan melibatkan muat- an lokal dalam pendidikan karakter dengan pihak kepala sekolah, guru dan komite. Program pengem- bangan diri dalam bentuk konseling belajar, pribadi, sosial. Mekanisme penyusunan KTSP melalui 3 pokok yakni tim pengembang, pertemuan dan workshop. KTSP (Buku 1) disusun oleh Kepala Sekolah, guru, komite.
Penyusunan ini meliputi potensi kearifan lokal, KKM, keungulan lokal, Kalender Pendidikan dan SKL. Pro- gram Pembelajaran (Buku 2) disusun oleh guru yang meliputi: (1) Pemetaan Kurikulum; (2) Silabus; (3) Program Semester; (4) Rencana Program Pembelajaran (RPP); (5) Program Penilaian Hasil Belajar; (6) Program Analisis Hasil Belajar dan Program Tindak Lanjut yang meliputi Program Perbaikan dan Program Pengayaan. Standar Isi didasarkan pada data yang didapatkan dari pihak sekolah tersebut dan hasilnya sesuai dengan lampiran.
5. Standar Penilaian Standar penilaian yang dilakukan di SD Negeri Kesongo 04 di Kecamatan Tuntang ini berlandaskan pada ketentuan dari BSNP. Namun demikian sekolah ini memberikan toleransi kepada peserta didiknya. Toleransi ini mengingat pada nilai hasil proses pem- belajaran yang rendah atau dibawah KKM yang telah ditentukan. Standar penilaian tersebut merupa-kan penilaian dengan mekanisme dan prosedur penilaian yang transparan. Hal ini didukung dengan nilai KKM yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Para guru telah melaksanakan standar dan prosedur penilaian secara baik. Meskipun demikian masih banyak siswa yang tidak memenuhi batas KKM dan mengharuskan menurunkan nilai batas KKM.
Meskipun sekolah telah menyelenggarakan ujian sekolah secara mandiri, dan menentukan kelulusannya. Namun hal yang dihadapi adalah setelah penerimaan hasil ujian sekolah yang mana dibawah nilai standar dan mengharuskan pihak sekolah untuk mengurus Meskipun sekolah telah menyelenggarakan ujian sekolah secara mandiri, dan menentukan kelulusannya. Namun hal yang dihadapi adalah setelah penerimaan hasil ujian sekolah yang mana dibawah nilai standar dan mengharuskan pihak sekolah untuk mengurus
6. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler pendukung dari sekolah dasar ini sebagai tujuan untuk meningkatkan krea- tivitas dan kemampuan peserta didik. Selain itu juga bertujuan dalam mengurangi kejenuhan para peserta didik di sekolah. Dampaknya adalah memberikan nilai positif bagi peserta didik dalam memanfaatkan waktu antara jam belajar dan jam bermain. Ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah meliputi:
Tabel 4.1 Jadwal Ekstrakurikuler
No Kegiatan
Pembimbing 1 UKS
Jadwal
Tatik Suswati 2 Gamelan
Senin
Sunarno 3 Pramuka
Selasa
Tsalis 4 Seni rebana
Jum’at
Izudin 5 Silat
Rabu
Zaenal Arifin 6 Drumband
Sumber : Data Sekolah
D. Sumber Pembiayaaan
Standar pembiayaan ini didukung dengan data dari RKAS dimana dalam hal pendanaan didukung dari dana BOS. Dalam mendukung pernyataan ini dileng- kapi dengan RKAS yang telah terlampir. Sumber Standar pembiayaan ini didukung dengan data dari RKAS dimana dalam hal pendanaan didukung dari dana BOS. Dalam mendukung pernyataan ini dileng- kapi dengan RKAS yang telah terlampir. Sumber
4.1.3 Mutu Pendidikan SD Negeri Kesongo 04
Tahapan selanjutnya adalah proses desain peren- canaan mutu perbaikan sekolah. Pada tahapan pene- litian ini membutuhkan sebuah perencanaan secara bersama-sama melalui mekanisme yang telah dijalan- kan yakni wawancara. Dari pemaparan wawancara tersebut diperlukan untuk melakukan analisa kelebih- an dan kelemahan serta tantangan dan peluang yang dapat dilakukan dari pihak sekolah.
Mutu pendidikan SD Negeri Kesongo 04 terlihat dari kegiatan belajar mengajar dan prestasi yang telah diperoleh. Dalam mendukung pernyataan tersebut di- dapatkan hasil wawancara dengan pihak terkait diantaranya adalah pernyataan kepala sekolah sebagai berikut:
”Pencapaian mutu pendidikan yang diraih adalah kegiatan ekstrakurikuler berupa perlombaan seni dan
agama dengan peringkat terbaik di kecamatan. Dari beberapa event kejuaraan selalu pada juara I, II dan
III. Namun demikian pencapaian mutu secara
menyeluruh hal ini disebabkan pada kondisi sumber daya manusia yakni pengajar karena keterbatasan waktu dan pikiran. Untuk kegiatan akademik dapat ditingkatkan melalui kegiatan penambahan jam belajar siswa di sekolah”.
Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan dari pihak komite yakni sebagai berikut:
“ Pencapaian mutu sekolah melalui kegiatan non akademik atau ekstrakurikuler, hal ini terbukti pada
lomba- lomba seni mendapatkan juara”.
Demikian juga dengan pernyataan dari beberapa guru pada sekolah ini yakni guru kelas 4 sebagai
be rikut”
“ Pencapaian mutu sekolah melalui kegiatan non akademik atau kegiatan ekstrakurikuler sangat ba-
nyak diperoleh”.
Pencapaian mutu sekolah dari kegiatan non akademik membantu sekolah dalam meningkatkan mutu, sesuai pendapat dari guru kelas 6:
“ Mutu sekolah dapat ditingkatkan melalui kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan seni dan keagaamaan dari perlombaan yang dilaksanakan oleh UPTD dan
Kabupaten”.
Pencapaian prestasi sekolah dalam meningkatkan mutu dan kemampuan peserta didik dari kegiatan non akademik:
“Pencapaian mutu sekolah ditingkatkan dari pengem-
bangan kegiatan non akademik atau ekstrakurikuler. Selain itu pemberdayaan potensi lokal atau daerah sehingga dapat menjadikan nilai ciri khas yang berbeda dengan yang lainnya”.
Kondisi sekolah dalam program pencapaian mutu ditingkatkan dari kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini ditunjukkan pada beberapa kegiatan lomba non akademik di tingkat kecamatan dan kabupaten. Sum- ber daya yang dimiliki adalah potensi non akademik lebih dominan dibanding prestasi akademik.
Mutu pendidikan di SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, setelah menggunakan strategi peningkatan mutu oleh kepala Mutu pendidikan di SD Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, setelah menggunakan strategi peningkatan mutu oleh kepala
A. Hasil Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar terlihat output hasil Ujian Nasional sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jumlah Nilai Ujian Peserta didik
Jumlah No Tahun didik
Peserta
Nilai Rata-rata
IPA Nilai 1 2011/2012
Sumber: Data Sekolah Pada kondisi tersebut secara ranking sekolah ini berada pada urutan ke 39 dari 40 Sekolah Dasar/MI dalam satu kecamatan.
B. Prestasi Sekolah
Beberapa prestasi lomba yang pernah diraih oleh Sekolah Dasar Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, sebagai berikut:
Tabel 4.3 Prestasi Akademik dan Non Akademik
No Jenis Lomba
Tingkat Tahun 1 MAPSI (Rebana)
Peringkat
I Kecamatan 2010 2 CALISTUNG
I Kecamatan 2011 3 Pesta Siaga Pa
Kecamatan 2013 4 Pesta Siaga Pi
Tergiat II
Kecamatan 2013 5 Mewarnai
Tergiat III
I Kecamatan 2013 6 MAPSI(Khitobah)
Kecamatan 2013 7 MAPSI (Azan)
II (Putri)
II Kabupaten 2013 8 Pek Seni (Anyam)
II Kecamatan 2013 9 Geguritan
II Kecamatan 2013 10 Tenis Meja Tunggal Pa
I Kecamatan 2013 11 OSN (IPA)
Kecamatan 2013 12 Membatik
III
2013 13 FLS2N ( Anyam)
III
Kabupaten
I Kecamatan 2013 14 LCC
Kecamatan 2013 15 FLS2N (Cergam)
III
I Kecamatan 2013 16 FLS2N (Cergam)
I Kecamatan 2014 17 Mendongeng
I Kecamatan 2014 18 Melukis
II Kabupaten 2014 19 Azan (Mapsi)
I Kecamatan 2014 20 Rebana (Mapsi)
II Kecamatan 2014 21 Khot ( Mapsi)
Kecamatan 2014 22 Azan
III
I Kabupaten
Sumber : Data Sekolah
C. Prestasi Guru
Selama lima tahun terakhir tidak ditemukan prestasi yang diperoleh dari pihak guru. Hal ini menjadi kendala utama dari pemberdayaan sumber tenaga pengajar. Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya permasalahan ini adalah sebagian guru (2 guru wiyata) memiliki pendidikan bukan dari kalangan Sarjana
Pendidikan Sekolah Dasar sehingga belum memiliki profesional dalam mengajar.
Beberapa hal yang menjadi penghambat dalam pengembangan mutu sekolah adalah: (1) Terkendala pada operasional di tingkat guru dikarenakan guru terhambat pada penggunaan alat transportasi kenda- raan; (2) Pembinaan dan motivasi guru yang masih rendah terkait peningkatan prestasi guru, sehingga guru mengerjakan sesuatu yang sifatnya menjadi rutinitas; (3) Guru terkendala para tingkat kreativitas, inovatif yang rendah; (4) Guru terkendala pada peng- gunaan teknologi dan informasi (IT).
D. Program Kerja Sekolah
Agenda program kerja sekolah disusun dalam jangka pendek yakni sebagai program tahunan, jangka menengah dan jangka panjang selama kepala sekolah menjabat. Agenda program kerja yang dijalankan belum memiliki sistem manajemen kontrol secara holistik. Rencana kerja sekolah sebenarnya merupakan bentuk lain dari, atau dikembangkan dari rencana strategis. Rencana strategis sekolah (Renstra sekolah), rencana pengembangan sekolah (RPS), dan rencana pengem- bangan program sekolah yang dijalankan oleh pihak sekolah.
Program kerja sekolah menyangkut kegiatan aka- demik. Metode pengembangan akademik Pengembang- an akademik untuk meningkatkan nilai belajar siswa sehingga peningkatan mutu peserta didik dapat meningkat. Standarisasi pengajar atau guru yang merupakan sarjana pendidikan sekolah dasar. Pening- katan kegiatan muatan lokal dan ekstrakurikuler untuk Program kerja sekolah menyangkut kegiatan aka- demik. Metode pengembangan akademik Pengembang- an akademik untuk meningkatkan nilai belajar siswa sehingga peningkatan mutu peserta didik dapat meningkat. Standarisasi pengajar atau guru yang merupakan sarjana pendidikan sekolah dasar. Pening- katan kegiatan muatan lokal dan ekstrakurikuler untuk
“ Sekolah sudah berusaha membuat program kegiatan eksrakurikuler yang beragam juga pelajaran tambah-
an seperti senam pagi terkandung maksud agar siswa lebih bersemangat dalam belajar “.
Program pengelolaan sekolah dengan mensinergikan program rencana strategis sekolah dengan melakukan koordinasi dengan pihak guru, siswa, komite sekolah, dan masyarakat.
E. Manajemen Pengelolaan Sekolah
Manajemen pengelolaan sekolah yang digunakan sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional. Namun demikian masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasinya yakni belum menggunakan sistem administrasi dan kontrol yang baku. Hal ini terlihat dari rutinitas aktivitas sistem kegiatan belajar mengajar dimana hasil ujian nasional berada pada tingkat 39 dari
40 Sekolah Dasar/MI pada tahun ajaran 2014 ini. Namun demikian sekolah ini justru memiliki prestasi dalam bidang religi dan non akademik.
Manajemen pengelolaan ini dilakukan sebagai strategi dalam mencapai prestasi peningkatan mutu peserta didik. Dalam hal ini kepala sekolah menyata- kan:
Untuk mengejar prestasi akademik dibutuhkan proses yang tidak secara tiba tiba ,dan kondisi saat ini untuk mengejar prestasi akademik masih perlu pembenahan di berbagai hal, sehingga yang kami utamakan adalah prestasi non akademik”.
F. Kegiatan pengabdian Masyarakat
Pada kegiatan ini, orientasi kegiatan belum mencapai pada pengembangan dan pengabdian masya- rakat secara optimal. Hal ini disebabkan tingkat kesibukan yang sangat padat oleh guru serta penge- tahuan yang masih terbatas. Seperti dikatakan oleh kepala Sekolah yaitu:
“ Kegiatan pengabdian masyarakat hanya sekali dalam setahun saat mengikuti pawai taaruf dengan menyum-
bangkan drum band, untuk hal yang lain belum kami sentuh disebabkan tingkat kesibukan guru yang
sangat padat “.
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, baik kepala sekolah, guru, serta komite sekolah dapat menjalin hubungan dan kerjasama dengan masyarakat sekitar dengan tujuan untuk saling mendukung program kegiatan sekolah dan masyara- kat. Sehingga ketika masing-masing membutuhkan maka pemenuhan kebutuhan dapat segera ditindak- lanjuti sesuai yang diharapkan.
Pada wilayah ini, kehadiran sekolah di tengah masyarakat dapat diterima melalui hubungan yang terjalin dengan baik didukung kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan secara rutin dalam setiap tahun pelajaran berlangsung.
4.1.4 Peran Kepala Sekolah dalam Strategi Pening- katan Mutu
Kepala sekolah memiliki peran utama sebagai seorang pemimpin dalam pelaksanaan sistem satuan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar. Beberapa peran kepala sekolah dalam mencapai strategi Kepala sekolah memiliki peran utama sebagai seorang pemimpin dalam pelaksanaan sistem satuan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar. Beberapa peran kepala sekolah dalam mencapai strategi
4.2.1 Peran Educator (pendidik) dalam Strategi Peningkatan Mutu Peran kepala sekolah sebagai educator hal ini ditunjukkan dari kehadiran kepala sekolah yang datang lebih awal ke sekolah. Kepala Sekolah berada disekolah dari waktu mulai hingga KBM selesai. Disiplin waktu ini ditunjukkan kepada para guru dan peserta didik dalam memberikan suri tauladan atau contoh. Kepala sekolah juga melakukan kontrol di sekolah meliputi ruang kelas, perpustakaan dan ruang pendukung lainnya. Kepala sekolah juga mengontrol jadwal mengajar guru serta melakukan penjadwalan. Selain itu memberikan reward dan punishment bagi guru.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan para guru pengajar kelas dan mata pelajaran.
“…Kepala sekolah masih ikut mengajar dikelas untuk mata pelajaran seni rupa dan seni musik. Selain itu masih mengajar beberapa mata pelajaran untuk menggantikan posisi guru yang tidak hadir mengajar. Dalam kegiatan pengajaran mengguna- kan metode kreatif dengan menampilkan video- video pendukung, sehingga peserta didik dapat menyerap pembelajaran. Kepala se-kolah juga
masih mengurusi kegiatan ekstrakurikuler….”.
Menurut pihak komite peran kepala sekolah dalam hal pendidik ditunjukkan dengan berbagai macam strategi dalam peningkatan mutu melalui Menurut pihak komite peran kepala sekolah dalam hal pendidik ditunjukkan dengan berbagai macam strategi dalam peningkatan mutu melalui
“…. Peran kepala sekolah ditunjukkan dengan melaku-kan bimbingan kegiatan ekstrakurikuler
dan berkat manajemen pengelolaannya, beberapa kegiatan
ekstrakuriluler mendapat juara di
beberapa tingkat kecamatan dan kabupaten. Selain itu perannya sebagai pendidik masih dilakukan untuk
mengajar
kelas
dan tambahan jam
pelajaran. Perilaku tersebut harus dicontoh bagi guru-guru yang lainnya atau kepala sekolah lainnya, sehingga benar-benar menjalankan peran-
nya…”
Kepemimpinan kepala sekolah dalam institusi pendidikan mengarah pada perilaku moral yang dicontohkan oleh seorang kepala sekolah pada para guru dan peserta didiknya. Perilaku moral yang baik akan memberikan dampak psikolog bagi para guru dan peserta didik karena adanya sosok tauladan yang dikagumi.
Berdasarkan parameter tersebut maka strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi para guru dan peserta didiknya. Peran pendidik dalam meningkatkan kualitas mutu guru dan peserta didik dalam hal hasil belajar adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum KTSP
2. Kompetensi guru atau pendidik
3. Memfasilitasi dalam peningkatan konsumsi. Peranan dan tanggung jawab tersebut, maka dalam melakukan prosedur peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Kesongo 04 maka diperlukan berbagai hal data dan pendukung dari stakeholder terkait yakni: guru, orang tua peserta didik,
Komite Sekolah dan Pengawas satuan pendidikan dasar tingkat gugus dan kecamatan.
Pembinaan Guru sebagai pendidik dengan menggunakan berbagai macam kompetensi yang dapat dimplementasikan. Pembinaan guru dilakukan dengan percakapan pribadi, pembinaan kepala sekolah dan dinas terkait.
Pembinaan ini dijalankan sesuai dengan para- meter kemampuan pedagogik, sosial, kepribadian, profesional. Beberapa hal tersebut diantaranya: (1) Pembagian guru kelas sesuai dengan kemampuan dan pengalaman guru; (2) Melengkapi sarana dan prasarana atau fasilitas KBM yang dibutuhkan oleh seorang guru; (3) Melakukan supervisi terkait metode dan cara mengajar seorang guru di kelas satu kali dalam satu semester; (4) Menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dengan melakukan kerjabakti setiap minggu; (5) Menciptakan suasana kerja yang bersinergi membangun team work kuat.
4.2.2 Peran Manajer dalam strategi peningkatan mutu Peran manajer meliputi perencanaan dan pengor- ganisasian. Perencanaan tersebut tersusun meliputi penetapan tujuan organisasi, kebijakan program, metode anggaran dan standar dalam mencapai tujuan. Pengorganisasi meliputi penentuan sumber daya dan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi.
Penyusunan personalia dengan melakukan rekrutmen, pelatihan dan pengembangan dalam lingku- ngan kerja. Melakukan pengarahan dengan cara leading directing, motivating, actuating. Pengawasan, penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk Penyusunan personalia dengan melakukan rekrutmen, pelatihan dan pengembangan dalam lingku- ngan kerja. Melakukan pengarahan dengan cara leading directing, motivating, actuating. Pengawasan, penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
Proses pendidikan yang menggambarkan kegiatan manajerial, yaitu bagaimana pimpinan atau manajer mengatur personel, menggunakan sarana dan pra- sarana, perlengkapan pembelajaran seperti buku-buku pelajaran, media dan alat peraga diberdayakan sesuai kebutuhan.
Peran kepala sekolah sebagai manajemen juga dilakukan dengan menjalin kerjasama dan mengorgani- sasikan dengan pihak komite sekolah. Komite sekolah sebagai jembatan antara pihak wali murid dengan manajemen pendidikan dalam memberikan sumbangan pemikiran dan memperdayakan sistem pendidikan yang dijalankan dapat diimplementasikan. Komite bukan hanya terkait pada alokasi anggaran namun terkait pada prinsip peningkatan mutu sekolah secara komprehensip.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dengan pihak komite dalam meningkatkan mutu sekolah adalah sebagai berikut: (1) Mengundang komite pada rapat koordinasi dua kali dalam satu tahun; (2) Keterlibatan dalam program wasana warsa. Hal ini seperti yang dikatakan kepala sekolah sebagai berikut:
“… Dalam mengaktifkan peran komite kami mengundang komite pada rapat koordinasi dua kali
dalam satu tahun dan melibat-kannya dalam
program wasana warsa ”.
Hal itu terlihat dari program dan pembagian tugas guru dan beberapa kegiatan di sekolah seperti pada struktur sekolah. Baik tugas mengajar maupun Hal itu terlihat dari program dan pembagian tugas guru dan beberapa kegiatan di sekolah seperti pada struktur sekolah. Baik tugas mengajar maupun
Menurut pendapat guru peran kepala sekolah dalam melakukan peran sebagai manajemen dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai berikut:
“…Kepala sekolah melakukan koordinasi kegiatan pengajaran kepada para guru. Terutama untuk kegiatan KBM dan kegiatan pendukung bagi para
peserta didiknya…”.
Meskipun demikian bagi pihak komite sekolah kepala sekolah kurang memberikan peran manajemen dalam pendidikan disekolah sesuai dengan pernya- taannya adalah:
“….Kepala sekolah kurang mengorganisasikan perangkat yang ada disekolahnya meliputi guru dan komite. Hal tersebut terlihat jelas pada struktur
organisasi
yang
dijalankan belum
maksimal sehingga masih terjadi overlaping atau manajemen yang tumpang tindih….”