KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI (1)
KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG
BERDASARKAN STAKEHOLDER
Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886
e-mail: Alamat Email Penulis 1
ABSTRAK
Peran stakeholder terhadap perkembangan pariwisata di Kota Malang tidak hanya berperan mengambil
keputusan untuk kebijakan pengembangan pariwisata, namun juga berperan mengelola daya tarik wisata di
Kota Malang. Beberapa permasalahan Kota Malang terkait dengan pengelolaan pariwisata saat ini adalah
jumlah wisatawan yang tidak stabil dan potensi wisata yang ada telah terbengkalai. Namun, dengan kondisi
tersebut, Kota Malang masih memiliki potensi wisata perkotaan yang memerlukan peran stakeholder di dalam
pengelolaannya. Penelitian ini dilakukan mengidentifikasi strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang
berdasarkan stakeholder. Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian adalah overlay lokasi potensi
pariwisata, menentukan kriteria evaluasi menggunakan Analisis Hirarki Proses, mencari berbagai alternatif
menggunakan SWOT dan IFAS-EFAS, mengevaluasi alternatif menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan
dan memilih alternatif menggunakan Goeller Scorecard. Berdasarkan hasil analisis, strategi potensi pariwisata
perkotaan Kota Malang berdasarkan stakeholder, yaitu (a) mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata
pariwisata; (b) pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah dan swasta; (c) menghubungkan daya tarik
wisata melalui pengadaan kegiatan; (d) mengembangkan atraksi wisata dengan paket perjalanan wisata,
festival, pameran; (e) memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata; (f)
mengalokasikan moda angkutan umum untuk angkutan wisata; (g) meningkatkan jumlah wisatawan melalui
peningkatan kualitas pariwisata perkotaan; (h) mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media.
Kata Kunci : Pariwisata, Stakeholder.
ABSTRACT
The Role of stakeholders toward the development of tourism in Malang is not only to take decision for the
tourism policy but also to manage the attraction of tourism in Malang. The problems being encountered are the
number of tourists which is unstable, and also some existing tourism potencies which are managed inattentively.
But then, Malang still has an urban tourism which needs role of stakeholders to manage the tourism. Therefore,
it is conducted a study which aims to identify the strategy of urban tourism in Malang based on stakeholders.
Analysis method of the study consists of overlaying the tourism sites, determining the evaluation criteria using
Analytical Hierarchy Process; finding out several alternatives using SWOT and IFAS-EFAS, evaluating the
alternatives using policy criteria recommendation, and deciding the alternatives using Goeller Scorecard. Based
on the result of the study, the tourism strategies of Malang based on stakeholders can be formulated become: (a)
to socialize the policy of every tourism attraction; (b) to determine the job division clearly between government
and private enterprise; (c) to intertwine tourism attraction through holding events; (d) to develop the attraction
with travel package tours, festivals, and fairs; (e) to improve and to keep facilities on every tourism places; (f) to
allocate public transportation for the tour transportation (g) to increase the number of tourists by improving the
quality of urban tourism; (h) to hold promotions using various media.
Keywords: Tourism, Stakeholders.
PENDAHULUAN
Pariwisata mampu memberikan kemajuan
bagi suatu daerah jika daerah tersebut mampu
mengelola potensi pariwisata yang dimiliki.
Pariwisata telah menjadi industri paling dinamis
dan tercepat pertumbuhannya dikarenakan oleh
keikutsertaan penduduk di seluruh dunia dalam
kegiatan berwisata (Wahab, 2003). Pembangunan
ekonomi untuk membangun kemajuan daerah
melalui kepariwisataan, bergantung pada
kebijakan-kebijakan yang mengatur mengenai
kepariwisataan tersebut.
Stakeholder merupakan individu-individu
atau kelompok-kelompok yang ahli dalam
bidangnya dan mempunyai peran di dalam suatu
kebijakan yang menaungi bidangnya tersebut.
Stakeholder juga merupakan individu maupun
kelompok yang melihat kondisi eksisting dan
menyalurkan aspirasi dari berbagai golongan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013
47
KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER
untuk menghasilkan kebijakan yang tepat, efektif
dan efisien. Dalam bidang pariwisata,
stakeholder memiliki peran yang signifikan.
Stakeholder tidak hanya berperan dalam
mengambil keputusan bersama untuk kebijakan
pengembangan pariwisata, namun juga berperan
dalam mengelola daya tarik wisata yang tersebar
di Kota Malang. Dalam hal ini, stakeholder
pariwisata di Kota Malang juga berperan dalam
usahanya melalui berbagai strategi guna
mewujudkan Tri Bina Cita Kota (PendidikanPariwisata dan Industri). Secara garis besar,
kebijakan pariwisata akan lebih efektif jika
dibuat oleh seluruh stakeholder yang ada di Kota
Malang, khususnya stakeholder yang berperan
penting dalam kepariwisataan Kota Malang.
Stakeholder dapat merumuskan kebijakan
pariwisata Kota Malang yang lebih efektif dalam
mengatasi
kelemahan,
ancaman
dan
mengembangkan kekuatan serta peluang yang
dapat mencapai sebuah kebijakan pariwisata yang
efektif dan efisien.
Kota Malang meski tidak memiliki potensi
pariwisata alam, namun masih memiliki fungsi
wilayah yang berpotensi untuk memberikan
peluang dalam menarik wisatawan, potensi
tersebut berupa kegiatan wisata belanja dan
wisata warisan arsitektur. Wisata belanja dan
wisata warisan arsitektur merupakan potensi
wisata perkotaan yang menjadi daya tarik Kota
Malang bagi wisatawan domestik maupun
mancanegara. Hal tersebut juga didukung oleh
kebijakan yang tertuang dalam RTRW Kota
Malang yang menyatakan bahwa Kota Malang
potensial sebagai tempat berkembangnya bisnis
pariwisata, terutama wisata kota. Kelemahan dan
ancaman pariwisata perkotaan yang dimiliki oleh
Kota Malang dapat diatasi melalui kerjasama dan
sinkronisasi
pendapat
stakeholder
untuk
menyusun sebuah strategi bagi peningkatan
potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang,
sehingga mampu menghasilkan kebijakan
pariwisata yang mampu memajukan kekuatan
dan peluang potensi pariwisata perkotaan di Kota
Malang.
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji
potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang
berdasarkan
Stakeholder.
Analisis
yang
digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata
Kota Malang
Karakteristik pariwisata Kota Malang
berdasarkan faktor supply dan demand
pariwisata. Faktor supply yang meliputi segala
48
sesuatu yang berada dan ditawarkan sebagai
suatu produk wisata dan fasilitasnya, misalnya
attraction, services, transportation, promotion.
Sedangkan faktor demand yang meliputi
besarnya permintaan terhadap suatu obyek wisata
oleh wisatawan, dalam hal ini demand yang
dibahas adalah perubahan jumlah wisatawan di
Kota Malang.
Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi
Potensi Pariwisata Kota Malang
Analisa ini merupakan tahap pertama pada
a basic policy analysis yaitu menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah. Analisa yang
dilakukan yaitu penjabaran latar belakang,
identifikasi masalah dan rumusan masalah.
Selanjutnya, metode analisa yang dilakukan yaitu
dengan mendeskripsikan overlay lokasi potensi
pariwisata menurut masyarakat (yang telah dikaji
oleh Wurianto, 2006) dengan berdasarkan
kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Kota
Malang. Hasil pada step pertama adalah berupa
peta persebaran overlay lokasi wisata dan
tabulasi data.
Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi
Step kedua a basic policy analysis yaitu
menentukan kriteria evaluasi, kriteria evaluasi
dicari dengan melakukan metode analisa AHP.
Dalam metode ini dilakukan wawancara pada
Stakeholder yang berkaitan sehingga mendapatkan variabel yang digunakan untuk strategi
pariwisata sesuai dengan prioritas.
Analisa Preskriptif Penentuan Alternatif
Strategi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang
Pada step ketiga ini, berdasarkan variabel
yang didapatkan dari metode AHP, kemudian di
identifikasi strength, weakness, oppourtunity,
threat yang kemudian dilakukan analisa IFASEFAS untuk mendapatkan strategi dengan
membuat strategi pada masing-masing strategi.
Pembobotan pada tahap analisa IFAS- EFAS
dilakukan berdasarkan bobot Priority Vector
pada hasil analisa AHP kemudian dikonversikan
sehingga menghasilkan bobot yang sesuai untuk
IFAS yaitu 0,5 pada strength dan 0,5 pada
weakness serta pada EFAS yaitu 0,5 pada
opportunity dan 0,5 pada threat.
Analisa Evaluasi Setiap Alternatif
Analisa tahap keempat pada a basic policy
analysis yaitu mengevaluasi setiap alternatif yang
dihasilkan pada tahap ketiga. Pada step ke empat
ini, menggunakan metode kriteria rekomendasi
kebijakan yang merupakan kriteria untuk
memecahkan masalah. Kriteria rekomendasi
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari
kebijakan terdiri dari efektivitas (effectiveness),
efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy),
perataan/kesamaan
(equity),
responsivitas
(responsiveness)
dan
kelayakan/ketepatan
(appropriateness), dimana keenam kriteria
tersebut memiliki hubungan dengan biaya. Selain
ke enam kriteria rekomendasi kebijakan juga
menggunakan kriteria penilaian ketersediaan
kebijakan yang mendukung.
Analisa Preskriptif Memaparkan dan memilih
alternatif
Analisa tahap kelima pada a basic policy
analysis yaitu memaparkan dan memilih diantara
berbagai alternatif. Pada step kelima ini dengan
menggunakan metode Goeller Scorecard akan
mendapatkan hasil pemilihan alternatif terbaik
dilihat berdasarkan tingkat keberhasilan yang
didapatkan dari analisa tahap ke empat dan
dinilai melalui pengambilan kata kunci dari
metode Goeller Scorecard.
HASIL DAN PEMBAHASAN
lokasi (17%). Sedangkan sebesar 55% terdiri dari
berbagai macam lokasi wisata, yaitu wisata
monumen, musium, taman rekreasi, candi,
spiritual, makam, olahraga, boulevard, dan
kawasan.
Karakteristik service, sarana pokok berupa
hotel yang terdapat di Kota Malang sebanyak 70
hotel berbintang dan tidak berbintang, yaitu
sebanyak satu hotel berbintang satu, dua hotel
berbintang empat, satu hotel berbintang lima dan
empat hotel berbintang tiga. Sedangkan 61 hotel
lainnya merupakan hotel tidak berbintang, yaitu
49 golongan Melati, dua golongan Losmen dan
10 golongan Wisma. Sedangkan untuk sarana
pokok berupa rumah makan, restoran dan cafe di
Kota Malang terdiri dari 309 lokasi berupa depot,
rumah makan, kedai, warung, dan pujasera.
Sarana pokok lainnya yaitu berupa biro dan agen
perjalanan wisata yang berjumlah 113 biro dan
agen yang terdapat di Kota Malang. Sebagian
besar sarana pariwisata tersebut berada di pusat
kota, Kecamatan Klojen.
Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata
Kota Malang
Gambar 2. Lokasi persebaran hotel berbintang
Gambar 1. Lokasi wisata belanja di kota Malang
Karakteristik Attraction, Kota Malang
memiliki 78 daya tarik wisata yang terbagi dalam
berbagai jenis wisata. Mayoritas merupakan
wisata belanja yaitu sebanyak 22 lokasi (28%)
dan wisata warisan arsitektur yaitu sebanyak 13
Karakteristik
transportation,
bahwa
berdasarkan RIPP Kota Malang tahun 2007,
seluruh lokasi daya tarik wisata Kota Malang
terakomodir dengan jaringan jalan arteri primer
dan jalan kolektor. Namun, pelayanan transportasi tidak maksimal dikarenakan tidak adanya informasi yang jelas mengenai rute-rute pariwisata
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
49
KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER
yang mengakomodir terminal dan rute angkutan
umum di Kota Malang.
Karakteristik promotion, berupa promosi
secara langsung dan tidak langsung. Promosi
secara langsung terdiri dari peragaan (display),
barang cetakan (leaflet, booklet/brosur), dan
pameran khusus. Sedangkan promosi secara tidak
langsung dapat berupa review, majalah, kunjungan, dan temu karya (workshop).
Karakteristik wisatawan berupa deskripsi
terhadap jumlah wisatawan, wisatawan nusantara
(wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman).
Grafik perkembangan
jumlah
kunjungan
wisatawan ke Kota Malang sejak tahun 20012008 mengalami ketidakstabilan yaitu wisatawan
nusantara pada tahun 2001-2004 turun sebesar
22.258 jiwa, yaitu dari 191.424 jiwa menjadi
169.166 jiwa. Sedangkan wisatawan mancanegara turun sebesar 333 jiwa, yaitu dari 702 jiwa
menjadi 369 jiwa. Pada tahun 2008 wisatawan
nusantara naik menjadi 340.108 jiwa dan
wisatawan mancanegara menjadi 634 jiwa.
Gambar 3. Prosentase perubahan jumlah
wisatawan
lokasi menurut kebijakan, maka didapatkan hasil
lokasi wisata yang tidak diketahui oleh
masyarakat adalah sebanyak 21 lokasi (45%).
Melalui metode overlay juga didapatkan hasil
bahwa hanya sebanyak 29 lokasi (37%) yang
diketahui oleh Stakeholder maupun masyarakat.
Tahap analisis kebijakan pertama yaitu tahapan
menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah
diketahui bahwa permasalahan utama dalam
potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang
adalah lokasi pariwisata Kota Malang masih
belum terpublikasi dengan baik. Terbukti dari
hasil kesesuaian lokasi pariwisata perkotaan
antara Stakeholder dengan masyarakat.
Gambar 4. Peta Overlay persebaran lokasi
wisata perkotaan kota Malang
Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi
Potensi Pariwisata Kota Malang
Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi
Persebaran lokasi potensi pariwisata
dibandingkan antara lokasi wisata menurut
kebijakan yang ada di Kota Malang dengan
lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat.
Setelah dibandingkan melalui metode overlay,
maka jika lokasi wisata dalam kebijakan di
overlay dengan lokasi wisata menurut
pemahaman masyarakat hasilnya diketahui lokasi
potensi pariwisata yang tidak diketahui oleh
Stakeholder adalah sebanyak 30 lokasi (53%).
Sedangkan jika lokasi wisata menurut
pemahaman masyarakat di overlay terhadap
Analisa evaluatif penentuan kriteria
evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode
AHP yang menggunakan variabel supply demand
pariwisata dan variabel lainnya hasil dari
wawancara terhadap stakeholder. Berikut
merupakan hasil perhitungan menggunakan
metode AHP.
Berdasarkan
perhitungan
gabungan
pendapat Stakeholder, diketahui bahwa pendapat
kelima Stakeholder telah konsisten karena telah
memenuhi ketentuan konsistensi pendapat
BERDASARKAN STAKEHOLDER
Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886
e-mail: Alamat Email Penulis 1
ABSTRAK
Peran stakeholder terhadap perkembangan pariwisata di Kota Malang tidak hanya berperan mengambil
keputusan untuk kebijakan pengembangan pariwisata, namun juga berperan mengelola daya tarik wisata di
Kota Malang. Beberapa permasalahan Kota Malang terkait dengan pengelolaan pariwisata saat ini adalah
jumlah wisatawan yang tidak stabil dan potensi wisata yang ada telah terbengkalai. Namun, dengan kondisi
tersebut, Kota Malang masih memiliki potensi wisata perkotaan yang memerlukan peran stakeholder di dalam
pengelolaannya. Penelitian ini dilakukan mengidentifikasi strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang
berdasarkan stakeholder. Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian adalah overlay lokasi potensi
pariwisata, menentukan kriteria evaluasi menggunakan Analisis Hirarki Proses, mencari berbagai alternatif
menggunakan SWOT dan IFAS-EFAS, mengevaluasi alternatif menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan
dan memilih alternatif menggunakan Goeller Scorecard. Berdasarkan hasil analisis, strategi potensi pariwisata
perkotaan Kota Malang berdasarkan stakeholder, yaitu (a) mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata
pariwisata; (b) pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah dan swasta; (c) menghubungkan daya tarik
wisata melalui pengadaan kegiatan; (d) mengembangkan atraksi wisata dengan paket perjalanan wisata,
festival, pameran; (e) memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata; (f)
mengalokasikan moda angkutan umum untuk angkutan wisata; (g) meningkatkan jumlah wisatawan melalui
peningkatan kualitas pariwisata perkotaan; (h) mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media.
Kata Kunci : Pariwisata, Stakeholder.
ABSTRACT
The Role of stakeholders toward the development of tourism in Malang is not only to take decision for the
tourism policy but also to manage the attraction of tourism in Malang. The problems being encountered are the
number of tourists which is unstable, and also some existing tourism potencies which are managed inattentively.
But then, Malang still has an urban tourism which needs role of stakeholders to manage the tourism. Therefore,
it is conducted a study which aims to identify the strategy of urban tourism in Malang based on stakeholders.
Analysis method of the study consists of overlaying the tourism sites, determining the evaluation criteria using
Analytical Hierarchy Process; finding out several alternatives using SWOT and IFAS-EFAS, evaluating the
alternatives using policy criteria recommendation, and deciding the alternatives using Goeller Scorecard. Based
on the result of the study, the tourism strategies of Malang based on stakeholders can be formulated become: (a)
to socialize the policy of every tourism attraction; (b) to determine the job division clearly between government
and private enterprise; (c) to intertwine tourism attraction through holding events; (d) to develop the attraction
with travel package tours, festivals, and fairs; (e) to improve and to keep facilities on every tourism places; (f) to
allocate public transportation for the tour transportation (g) to increase the number of tourists by improving the
quality of urban tourism; (h) to hold promotions using various media.
Keywords: Tourism, Stakeholders.
PENDAHULUAN
Pariwisata mampu memberikan kemajuan
bagi suatu daerah jika daerah tersebut mampu
mengelola potensi pariwisata yang dimiliki.
Pariwisata telah menjadi industri paling dinamis
dan tercepat pertumbuhannya dikarenakan oleh
keikutsertaan penduduk di seluruh dunia dalam
kegiatan berwisata (Wahab, 2003). Pembangunan
ekonomi untuk membangun kemajuan daerah
melalui kepariwisataan, bergantung pada
kebijakan-kebijakan yang mengatur mengenai
kepariwisataan tersebut.
Stakeholder merupakan individu-individu
atau kelompok-kelompok yang ahli dalam
bidangnya dan mempunyai peran di dalam suatu
kebijakan yang menaungi bidangnya tersebut.
Stakeholder juga merupakan individu maupun
kelompok yang melihat kondisi eksisting dan
menyalurkan aspirasi dari berbagai golongan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013
47
KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER
untuk menghasilkan kebijakan yang tepat, efektif
dan efisien. Dalam bidang pariwisata,
stakeholder memiliki peran yang signifikan.
Stakeholder tidak hanya berperan dalam
mengambil keputusan bersama untuk kebijakan
pengembangan pariwisata, namun juga berperan
dalam mengelola daya tarik wisata yang tersebar
di Kota Malang. Dalam hal ini, stakeholder
pariwisata di Kota Malang juga berperan dalam
usahanya melalui berbagai strategi guna
mewujudkan Tri Bina Cita Kota (PendidikanPariwisata dan Industri). Secara garis besar,
kebijakan pariwisata akan lebih efektif jika
dibuat oleh seluruh stakeholder yang ada di Kota
Malang, khususnya stakeholder yang berperan
penting dalam kepariwisataan Kota Malang.
Stakeholder dapat merumuskan kebijakan
pariwisata Kota Malang yang lebih efektif dalam
mengatasi
kelemahan,
ancaman
dan
mengembangkan kekuatan serta peluang yang
dapat mencapai sebuah kebijakan pariwisata yang
efektif dan efisien.
Kota Malang meski tidak memiliki potensi
pariwisata alam, namun masih memiliki fungsi
wilayah yang berpotensi untuk memberikan
peluang dalam menarik wisatawan, potensi
tersebut berupa kegiatan wisata belanja dan
wisata warisan arsitektur. Wisata belanja dan
wisata warisan arsitektur merupakan potensi
wisata perkotaan yang menjadi daya tarik Kota
Malang bagi wisatawan domestik maupun
mancanegara. Hal tersebut juga didukung oleh
kebijakan yang tertuang dalam RTRW Kota
Malang yang menyatakan bahwa Kota Malang
potensial sebagai tempat berkembangnya bisnis
pariwisata, terutama wisata kota. Kelemahan dan
ancaman pariwisata perkotaan yang dimiliki oleh
Kota Malang dapat diatasi melalui kerjasama dan
sinkronisasi
pendapat
stakeholder
untuk
menyusun sebuah strategi bagi peningkatan
potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang,
sehingga mampu menghasilkan kebijakan
pariwisata yang mampu memajukan kekuatan
dan peluang potensi pariwisata perkotaan di Kota
Malang.
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji
potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang
berdasarkan
Stakeholder.
Analisis
yang
digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata
Kota Malang
Karakteristik pariwisata Kota Malang
berdasarkan faktor supply dan demand
pariwisata. Faktor supply yang meliputi segala
48
sesuatu yang berada dan ditawarkan sebagai
suatu produk wisata dan fasilitasnya, misalnya
attraction, services, transportation, promotion.
Sedangkan faktor demand yang meliputi
besarnya permintaan terhadap suatu obyek wisata
oleh wisatawan, dalam hal ini demand yang
dibahas adalah perubahan jumlah wisatawan di
Kota Malang.
Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi
Potensi Pariwisata Kota Malang
Analisa ini merupakan tahap pertama pada
a basic policy analysis yaitu menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah. Analisa yang
dilakukan yaitu penjabaran latar belakang,
identifikasi masalah dan rumusan masalah.
Selanjutnya, metode analisa yang dilakukan yaitu
dengan mendeskripsikan overlay lokasi potensi
pariwisata menurut masyarakat (yang telah dikaji
oleh Wurianto, 2006) dengan berdasarkan
kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Kota
Malang. Hasil pada step pertama adalah berupa
peta persebaran overlay lokasi wisata dan
tabulasi data.
Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi
Step kedua a basic policy analysis yaitu
menentukan kriteria evaluasi, kriteria evaluasi
dicari dengan melakukan metode analisa AHP.
Dalam metode ini dilakukan wawancara pada
Stakeholder yang berkaitan sehingga mendapatkan variabel yang digunakan untuk strategi
pariwisata sesuai dengan prioritas.
Analisa Preskriptif Penentuan Alternatif
Strategi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang
Pada step ketiga ini, berdasarkan variabel
yang didapatkan dari metode AHP, kemudian di
identifikasi strength, weakness, oppourtunity,
threat yang kemudian dilakukan analisa IFASEFAS untuk mendapatkan strategi dengan
membuat strategi pada masing-masing strategi.
Pembobotan pada tahap analisa IFAS- EFAS
dilakukan berdasarkan bobot Priority Vector
pada hasil analisa AHP kemudian dikonversikan
sehingga menghasilkan bobot yang sesuai untuk
IFAS yaitu 0,5 pada strength dan 0,5 pada
weakness serta pada EFAS yaitu 0,5 pada
opportunity dan 0,5 pada threat.
Analisa Evaluasi Setiap Alternatif
Analisa tahap keempat pada a basic policy
analysis yaitu mengevaluasi setiap alternatif yang
dihasilkan pada tahap ketiga. Pada step ke empat
ini, menggunakan metode kriteria rekomendasi
kebijakan yang merupakan kriteria untuk
memecahkan masalah. Kriteria rekomendasi
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari
kebijakan terdiri dari efektivitas (effectiveness),
efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy),
perataan/kesamaan
(equity),
responsivitas
(responsiveness)
dan
kelayakan/ketepatan
(appropriateness), dimana keenam kriteria
tersebut memiliki hubungan dengan biaya. Selain
ke enam kriteria rekomendasi kebijakan juga
menggunakan kriteria penilaian ketersediaan
kebijakan yang mendukung.
Analisa Preskriptif Memaparkan dan memilih
alternatif
Analisa tahap kelima pada a basic policy
analysis yaitu memaparkan dan memilih diantara
berbagai alternatif. Pada step kelima ini dengan
menggunakan metode Goeller Scorecard akan
mendapatkan hasil pemilihan alternatif terbaik
dilihat berdasarkan tingkat keberhasilan yang
didapatkan dari analisa tahap ke empat dan
dinilai melalui pengambilan kata kunci dari
metode Goeller Scorecard.
HASIL DAN PEMBAHASAN
lokasi (17%). Sedangkan sebesar 55% terdiri dari
berbagai macam lokasi wisata, yaitu wisata
monumen, musium, taman rekreasi, candi,
spiritual, makam, olahraga, boulevard, dan
kawasan.
Karakteristik service, sarana pokok berupa
hotel yang terdapat di Kota Malang sebanyak 70
hotel berbintang dan tidak berbintang, yaitu
sebanyak satu hotel berbintang satu, dua hotel
berbintang empat, satu hotel berbintang lima dan
empat hotel berbintang tiga. Sedangkan 61 hotel
lainnya merupakan hotel tidak berbintang, yaitu
49 golongan Melati, dua golongan Losmen dan
10 golongan Wisma. Sedangkan untuk sarana
pokok berupa rumah makan, restoran dan cafe di
Kota Malang terdiri dari 309 lokasi berupa depot,
rumah makan, kedai, warung, dan pujasera.
Sarana pokok lainnya yaitu berupa biro dan agen
perjalanan wisata yang berjumlah 113 biro dan
agen yang terdapat di Kota Malang. Sebagian
besar sarana pariwisata tersebut berada di pusat
kota, Kecamatan Klojen.
Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata
Kota Malang
Gambar 2. Lokasi persebaran hotel berbintang
Gambar 1. Lokasi wisata belanja di kota Malang
Karakteristik Attraction, Kota Malang
memiliki 78 daya tarik wisata yang terbagi dalam
berbagai jenis wisata. Mayoritas merupakan
wisata belanja yaitu sebanyak 22 lokasi (28%)
dan wisata warisan arsitektur yaitu sebanyak 13
Karakteristik
transportation,
bahwa
berdasarkan RIPP Kota Malang tahun 2007,
seluruh lokasi daya tarik wisata Kota Malang
terakomodir dengan jaringan jalan arteri primer
dan jalan kolektor. Namun, pelayanan transportasi tidak maksimal dikarenakan tidak adanya informasi yang jelas mengenai rute-rute pariwisata
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
49
KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER
yang mengakomodir terminal dan rute angkutan
umum di Kota Malang.
Karakteristik promotion, berupa promosi
secara langsung dan tidak langsung. Promosi
secara langsung terdiri dari peragaan (display),
barang cetakan (leaflet, booklet/brosur), dan
pameran khusus. Sedangkan promosi secara tidak
langsung dapat berupa review, majalah, kunjungan, dan temu karya (workshop).
Karakteristik wisatawan berupa deskripsi
terhadap jumlah wisatawan, wisatawan nusantara
(wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman).
Grafik perkembangan
jumlah
kunjungan
wisatawan ke Kota Malang sejak tahun 20012008 mengalami ketidakstabilan yaitu wisatawan
nusantara pada tahun 2001-2004 turun sebesar
22.258 jiwa, yaitu dari 191.424 jiwa menjadi
169.166 jiwa. Sedangkan wisatawan mancanegara turun sebesar 333 jiwa, yaitu dari 702 jiwa
menjadi 369 jiwa. Pada tahun 2008 wisatawan
nusantara naik menjadi 340.108 jiwa dan
wisatawan mancanegara menjadi 634 jiwa.
Gambar 3. Prosentase perubahan jumlah
wisatawan
lokasi menurut kebijakan, maka didapatkan hasil
lokasi wisata yang tidak diketahui oleh
masyarakat adalah sebanyak 21 lokasi (45%).
Melalui metode overlay juga didapatkan hasil
bahwa hanya sebanyak 29 lokasi (37%) yang
diketahui oleh Stakeholder maupun masyarakat.
Tahap analisis kebijakan pertama yaitu tahapan
menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah
diketahui bahwa permasalahan utama dalam
potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang
adalah lokasi pariwisata Kota Malang masih
belum terpublikasi dengan baik. Terbukti dari
hasil kesesuaian lokasi pariwisata perkotaan
antara Stakeholder dengan masyarakat.
Gambar 4. Peta Overlay persebaran lokasi
wisata perkotaan kota Malang
Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi
Potensi Pariwisata Kota Malang
Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi
Persebaran lokasi potensi pariwisata
dibandingkan antara lokasi wisata menurut
kebijakan yang ada di Kota Malang dengan
lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat.
Setelah dibandingkan melalui metode overlay,
maka jika lokasi wisata dalam kebijakan di
overlay dengan lokasi wisata menurut
pemahaman masyarakat hasilnya diketahui lokasi
potensi pariwisata yang tidak diketahui oleh
Stakeholder adalah sebanyak 30 lokasi (53%).
Sedangkan jika lokasi wisata menurut
pemahaman masyarakat di overlay terhadap
Analisa evaluatif penentuan kriteria
evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode
AHP yang menggunakan variabel supply demand
pariwisata dan variabel lainnya hasil dari
wawancara terhadap stakeholder. Berikut
merupakan hasil perhitungan menggunakan
metode AHP.
Berdasarkan
perhitungan
gabungan
pendapat Stakeholder, diketahui bahwa pendapat
kelima Stakeholder telah konsisten karena telah
memenuhi ketentuan konsistensi pendapat