TERAPI BERMAIN DENGAN APLIKASI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK PENYEMBUHAN GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL PADA ANAK

TERAPI BERMAIN DENGAN APLIKASI PERMAINAN TRADISIONAL
UNTUK PENYEMBUHAN GANGGUAN KEPRIBADIAN
ANTI SOSIAL PADA ANAK
Disusun guna memenuhi tugas makalah pada mata kuliah Psikoterapi

Disusun oleh :

Munazilah
15010111130102

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga makalah mata
kuliah Psikoterapi yang berjudul “Terapi Bermain dengan Aplikasi Permainan Tradisional

Untuk Penyembuhan Gangguan Kepribadian Anti Sosial Pada Anak” dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
terkait yang telah membantu, yaitu kepada:
1. Bu Drs. Hastaning Sakti, M. Kes., selaku dosen mata kuliah Psikoterapi
2. Bu Farida Hidayati, S. Psi, M. Si, selaku dosen mata kuliah Psikoterapi
3. Pak Yohanis Franz La Kahija, S. Psi, selaku dosen mata kuliah Psikoterapi
4. Teman-teman dan kakak tingkat Psikologi Undip
5. Semua pihak terkait yang telah membantu
Saya selaku penyusun pun juga menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
dibutuhkan apabila ditemui banyak kesalahan dalam makalah psikoterapi ini. Semoga makalah
ini juga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 1 Mei 2013

Penyusun

2


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................

i

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................

1

A. Latar Belakang ................................................................................

1


B. Rumusan Masalah...........................................................................

2

C. Manfaat Makalah ............................................................................

2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….

3

A. Teori Terapi Bermain……………………………………………

3

B. Teori Permainan Tradisional…………………………………….

3


C. Teori Pendekatan Behavioral……………………………………

4

D. Teori Gangguan Kepribadian Anti Sosial………………………..

4

BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................

6

A. Bermain…………………………………………………………...

6

B. Memahami Gangguan Kepribadian Anti Sosial…………………

7


C. Aplikasi Permainan Tradisional……………………………………

9

D. Pengaruh dan manfaat permainan tradisional……………………..

11

BAB III. PENUTUP…………………………………………………….

15

Kesimpulan……………………………………………………….

15

Saran………...................................................................................

15


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

16
3

LAMPIRAN JURNAL
1. Terapi Bermain untuk melatih Konsentrasi pada anak yang mengalami gangguan autis
2. Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial, Norma Sosial dan Norma
Sosiomatematik pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik
3. Kepribadian Anti Sosial : Fokus Pada WHITE-Collar Crime

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Terapi (dalam bahasa Yunani: θεραπεία), atau pengobatan, adalah remediasi
percobaan dengan masalah kesehatan, biasanya setelah pasien didiagnosis. Di bidang

medis, terapi identik dengan kata "pengobatan". Di antara psikolog, istilah ini mungkin
merujuk secara khusus untuk psikoterapi.
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang
menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengatasi tungkah laku abnormal dan
memecahkan masalah-masalah dalam hidup dan berkembang sebagai seorang individu.
Suatu terapi yang mendukung adalah salah satu terapi yang tidak mengobati atau
memperbaiki kondisi yang mendasari, melainkan meningkatkan kenyamanan pasien
pengobatan suportif dapat digunakan dalam perawatan paliatif.
Masa kanak-kanak adalah ayah dari manusia (the child is father of a man). Adalah
ungkapan dari seorang Psikolog ternama yakni Sigmund Freud. Beliau adalah juga
sebagai penggagas Teori Psikoanalisis Klasik. Freud mengatakan bahwa pribadi
seseorang sangat ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangannya selama lima tahun
pertama yang sering disebut sebagai the golden age, berarti bahwa apapun yang
ditangkap, diamati dan dilakukan anak akan sangat berpengaruh terhadap tahap-tahap
perkembangan selanjutnya dalam kehidupan.

4

Bermain dapat dilakukan dalam segala bentuk baik permainan tradisional maupun
permainan modern. Ditinjau dari sudut pandang budaya banyak permainan tradisional

yang mengandung unsur pendidikan tinggi terhadap tumbuh kembang anak hanya saja
hal ini tidak disadari berbagai pihak karena permainan tradisional saat ini sudah kalah
saing bila dibandingkan dengan permainan modern yang sedikit mengandung unsur
pendidikan atau bahkan tidak ada.
Semua anak memiliki hak yang sama untuk melalui masa kanak-kanaknya dengan
aktivitas bermain yang menyenangkan, tidak terkecuali dengan anak-anak yang
abnormal atau memiliki perbedaan secara fisik ataupun mental, seperti anak dengan
Gangguan Kepribadian Anti Sosial. Disini akan dibahas tentang efektivitas dari
permainan tradisional untuk terapi bermain dalam upaya penyembuhan pada anak
dengan Gangguan Kepribadian Anti Sosial.

B.

Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana terapi bermain dapat menyembuhkan gangguan kepribadian anti sosial
pada anak ?
2. Bagaimana aplikasi permainan tradisional dalam terapi bermain ?
3. Apakah pengaruh dan manfaat permainan tradisional bagi perkembangan jiwa
anak?


C.

Manfaat Makalah
1. Menambah wawasan mahasiswa dalam hal penerapan terapi bermain dengan
mengaplikasikan berbagi macam permainan tradisional yang dapat dilakukan
sehari-hari.
2. Mengetahui dan memahami pengaruh dan manfaat permainan tradisional dalam
penerapannya sebagai terapi bermain pada anak dengan gangguan kepribadian
anti sosial.

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Teori Terapi Bermain
.Bermain bagi anak merupakan kebutuhan sebagaimana makan, minum, kasih

sayang, dan sebagainya. Bermain harus seimbang antara bermain aktif (kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat) dan bermain pasif (kesenangan diperoleh dari orang

lain.
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya
faktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya
adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan
tidak ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat
spontanitas, sukarela dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat. Menurut
Caplan (1974) terapi permainan bisa dilakukan dengan cara menggunakan alat yang tidak
berbahaya, misal : Buku cerita yang dapat digunakan untuk menumbuhkan pola
komunikasi antara siswa dengan gurunya.

F. Teori Permainan Tradisional
Permainan (tradisional) merupakan salah satu bentuk social interaction yang
bersifat alami bagi pebelajar , khususnya pada tingkat pendidikan dasar Permainan
(tradisional) secara alami sangat menuntut adanya interaksi, baik dalam satu tim maupun
antar tim. Bentuk paling dasar dari komunikasi dalam permainan adalah kesepakatan
sebagai salah satu bentuk dari norma sosial.

6

Pemanfaatan permainan (tradisional) untuk pembelajaran matematika sangat

sesuai dengan pendekatan pendidikan matematika realistik. Permainan (tradisional)
merupakan suatu fenomena sehari-hari yang relatif familiar bagi mayoritas siswa,
sehingga penggunaan permainan (tradisional) untuk pembelajaran merupakan suatu
bentuk phenomenological exploration. Penggunaan permainan (tradisional) juga sesuai
dengan karakteristik pendidikan matematika realistik yang keempat, yaitu interactivity.
Penggunaan permainan (tradisional) dalam pembelajaran juga sesuai dengan Experiential
Learning Theory - yang dicetuskan oleh David Kolb – yang menekankan pembelajaran
berbasis pengalaman.

G. Teori Pendekatan Behavioral
Pengertian Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku
manusia , yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi
Amerika sebagai reaksi psikodinamika. Prespektif behavioral ini berfokus pada peran
dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah
laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya di tentukan oleh aturanaturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan.
Menurut Watson, Skinner dan teoritikus lainnya (1904-1990) mereka meyakini
bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional. Kalau freud melhat bahwa tingkah laku kita kendalikan oleh
kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behavioristik melihat kita sebagai hasil
pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku kita. Menurut
teoritikus behavioristik, manusia sepenuhnya sepenuhnya adalah makhluk reaktif, yang
tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor yang berasal dari luar. Faktor lingkungan
inilah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Berdasarkan
pemahaman ini, maka kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan kepada
hubungan antara individu dan lingkungannya.
H. Teori Gangguan Kepribadian Anti Sosial

7

Gangguan kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok perilaku
criminal yang terjadi. Psikopat ditentukan oleh karakter pribadi dan perilaku sosial yang
menyimpang. Kebanyakan kriminal bukanlah psikopat, namun banyak individu yang
bekerja di “bawah bayangan hukum” tetap bebas sebagai psikopat. (Hare, 2006).
Gangguan Kepribadian Antisosial sering disebut Psikopat atau Sosiopat, dan
sering dikaitkan dengan penyalahgunaan obat dan perilaku kriminal. DSM IV
mengharuskan orang berusia sedikitnya 18 tahun untuk didiagnosis gangguan ini, dimana
penderita gangguan ini sering telah menampakkan gejala pada usia sebelum 15 tahun.
Survey di Amerika Serikat lebih dari 3,5% populasi memenuhi kriteria Gangguan
Kepribadian Antisosial, dengan perbandingan pria 4 kali lebih banyak daripada wanita
dan orang kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit hitam.
Gangguan Kepribadian Anti Sosial sangat berkaitan erat dengan suatu
kecenderungan individu untuk gagal berinteraksi dengan lingkungannya, berikut teori
tentang interaksi sosial.
Interaksi Sosial menurut Shaw (Ali,2004:87) merupakan suatu pertukaran
antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam
kehadiran mereka dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Menurut
(Astrid S.Susanto) Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil
interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihakpihak yang terlibat dalam interaksi ini. Menurut (Bonner) suatu hubungan antara dua
individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya.Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang
terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan
antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok (Soerjono Soekanto).
Sedangkan menurut (Gillin & Gillin) Interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang
dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok.

8

BAB III
PEMBAHASAN

E. Bermain

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif
menurunkan stres pada anak dan penting untuk mensejahterakan mental dan emosional
anak (Champbel & Glaser, 1995 dikutip oleh Supartini, 2004).
Anak bermain pada dasarnya agar memperoleh kesenangan, sehingga ia tidak
akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Bermain adalah unsur yang
penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial
(Soetjiningsih, 1995). Anak dengan bermain dapat mengungkapkan konflik yang
dialaminya, bermain cara yang baik untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran dan
kedukaan. Anak dengan bermain dapat menyalurkan tenaganya yang berlebihan dan ini
adalah kesempatan yang baik untuk bergaul dengan anak lainnya (Soetjiningsih, 1995).
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak
akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi (Soetjiningsih, 1995)
9

a. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak
dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak Universitas
Sumatera Utaraseperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil
(sentuhan) dan stimulasi kinetik.

b. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan tersebut.
d. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
e. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui

bermain

anak

akan

mengembangkan

kemampuannya

dan

membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di

10

lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya.

F. Memahami Gangguan Kepribadian Anti Sosial
Gangguan kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok
perilaku kriminal yang terjadi. Psikopat ditentukan oleh karakter pribadi dan perilaku
sosial yang menyimpang. Kebanyakan kriminal bukanlah psikopat, namun banyak
individu yang bekerja di “bawah bayangan hukum” tetap bebas sebagai psikopat.
(Hare, 2006)
Banyak pembaca terkejut mengetahui beberapa sifat terbaik mereka
menunjukkan ciri-ciri kepribadian antisosial, dalam bentuk pasif, contoh Christopher
Columbus. Petualangan membuat mereka dikagumi dan disebut jantan. Mereka
adalah orang yang menyukai tantangan, menganggap orang-orang dapat menjaga diri
mereka sendiri, persuasif secara interpersonal dan enggan untuk menetap. Di masa
kanak dan remaja mereka nakal, pemberani dan kuat saat dewasa. (Millon & Davis,
2000).
Dissenting Personality (kepribadian yang kerap berselisih) mewakili
varian antisosial lingkup normal, sedikit lebih patologis. Melakukan segala hal
dengan cara mereka sendiri, mau menanggung konsekuensinya, kadang bermain-main
dengan batas hukum untuk mengejar tujuan/keinginannya. Mereka melihat diri
sendiri sebagai orang merdeka, berotonomi. Otoritas dipandang rendah. Tidak suka
rutinitas sehari-hari, impulsif, tidak bertanggung jawab, dapat memotivasi diri sendiri
dan sangat kaya ide/kreatif. (Millon & Davis, 2000)
Pribadi yang menderita disorder secara konsisten melanggar norma sosial
melalui aktifitas ilegal, sementara style antisosial meletakkan sistem nilai dirinya
diatas nilai kelompok. Jika pasien gangguan menggunakan berbagai bentuk
kebohongan untuk mencapai tujuannya, style pribadi antisosial sangat licin,
cenderung menyiasati dan memutar fakta demi keuntungannya tanpa harus nyatanyata berbohong. Jika pasien gangguan terlalu impulsif untuk mempertimbangkan
konsekuensi tindakannya, style pribadi antisosial terlalu mengasihi diri sendiri, tetapi

11

tahu kapan ia harus menunda melakukan sesuatu demi kepuasan diri, karena jika
tidak hal itu akan melanggar norma sosial atau akan melukai diri sendiri atau orang
lain. Jika pasien gangguan mudah marah, agresif sampai berkelahi atau menyerang
berulang-ulang, style pribadi antisosial bertindak asertif dalam menciptakan kesan
kehadirannya secara fisik. Jika pasien gangguan secara sembrono mengabaikan
keselamatan dirinya dan orang lain, style antisosial melihat diri sendiri sebagai orang
yang lebih resistant terhadap risiko, tidak sembrono. Jika pasien gangguan secara
konsisten tidak bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan kewajiban keuangannya,
style pribadi antisosial lebih suka merdeka dan menghabiskan uang untuk bersenangsenang sekarang daripada menabung dengan bijaksana untuk masa depan. Akhirnya,
jika pasien gangguan tidak memiliki nurani/kesadaran dan merasionalisasi eksploitasi
terhadap orang lain, style pribadi antisosial secara agresif/impulsif melayani dirinya
sendiri tetapi dalam batas moral, sosial dan hukum. (Millon & Davis, 2000; Gabbard,
2005)

G. Aplikasi Permainan Tradisional

Galah asin, galasin, atau gobak sodor adalah sejenis permainan daerah dari
Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di
mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah
menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolakbalik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap
melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garisgaris yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan
ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya
diberi tanda dengan kapur.
Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua,
yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi
anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka

12

mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk
melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas.
Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal
(umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan
garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat
mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan
berlari

secepat

mungkin

jika

diperlukan

untuk

meraih

kemenangan.

kalau di makassar nama nya main asing. seorang pemain bertindak sebagai peluncur
(kapten). permainan ini seru melatih ketangkasan, strategi, kecepatan, dan kecerdikan.
Terapis mendampingi anak pada saat melakukan terapi bermain dengan aplikasi
permainan Gobak Sodor tersebut, sesuaikan perlakuan dengan kondisi anak pada saat
itu (terapi dilakukan secara bertahap). Bila anak baru pertama kali melakukan terapi,
bisa dimulai dengan melakukannya dengan orang terdekat terlebih dahulu, seperti
keluarga ataupun saudara. Jika anak sudah mulai mendapat kesenangan dan
kenyamanan dapat mulai bergabung dengan lingkungan sosialnya, seperti teman
sebaya dan para tetangga.Terapis selalu memberikan intervensi dan dukungan agar
anak yang mengalami gangguan kepribadian anti sosial tersebut mengembangkan
kepercayaan diri saat bermain ddan merasa tidak canggung terhadap teman se-timnya
ataupun lawannya.

13

Gambar peraga permainan “Gobak Sodor”
H. Pengaruh dan manfaat permainan tradisional terhadap perkembangan jiwa anak

1. Anak menjadi lebih kreatif
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka
menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para
pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat
permainan. Selain itu, permainan tradisioanal tidak memiliki aturan secara tertulis.
Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah
dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat

14

bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai
dengan keadaan mereka.
2. Bisa digunakan sebagai terapi bagi anak
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan
bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang
memerlukannya kondisi tersebut.
3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
a. Mengembangkan kecerdasan intelegensi anak

Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan, Oray-Orayan, dan Pa CiciCici Putri mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan
intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap
beragam pengetahuan.
b. Mengembangkan kecerdasan emosi anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan
berkelompok anak akan:
1. mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang
lain,
2. nyaman dan terbiasa dalam kelompok.
Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di antaranya
Bebentengan, Adang-Adangan, Anjang-Anjangan, dan Kasti.
c. Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan
langkah-langkah

yang

harus

dilewatinya,

misalnya

Engklek,

Congkak,

Macan/Dam Daman, Lompat tali/Spintrong, Encrak/Entrengan, Bola bekel, dan
Tebak-Tebakan.

15

d. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk
bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan
lainnya. Contoh permainannya adalah Nakaluri, Adang-Adangan, Lompat tali,
Baleba, Pulu-Pulu, Sorodot Gaplok, Tos Asya, Heulang jeung Hayam, dan
Enggrang
e. Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting,
batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya
sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah:
i. Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari daun
bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna
kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak nakal.
ii. Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
iii. Engrang terbuat dari bambu
iv. Encrak menggunakan batu
v. Bola sodok menggunakan bambu
vi. Parise terbuat dari bambu
vii. Calung terbuat dari bambu
viii. Agra/sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan
f. Mengembangkan kecerdasan spasial pada anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan.
Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran
(teatrikal).
g. Mengembangkan kecerdasan musical anak
16

Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional.
Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya:
i. Ucang-Ucang Angge
ii. Enjot-Enjotan
iii. Calung
iv. Ambil-Ambilan
v. Tari Tempurung
vi. Berbalas Pantun
vii. Wayang
viii. Pur-Pur Sadapur
ix. Oray-Orayan
h. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
i. Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah.
Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya
bertengkar atau minder. Bahkan ada kecenderungan, orang yang
sudah bisa melakukan permainan mengajarkan tidak secara
langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.
ii. Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para pemain
yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu para pemain
yang lebih dewasa.
iii. Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar
secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah bisa,
walaupun usianya masih di bawahnya.
iv. Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain dengan
multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu.

17

v. Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki
kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda.
Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri para
pemainnya/anak-anak.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi Bermain dengan mengaplikasikan permainan tradisional yang dimainkan
secara kelompok, seperti Kasti atau Gobak Sodor dapat mengatasi masalah anti sosial
pada anak karena pada saat memainkan permainan tersebut anak tidak hanya merasa
senang tetapi secara tidak langsung mereka mulai menumbuhkan dan mengembangkan
pola komunikasi secara efektif terhadap lingkungannya melelui teman-teman

18

sepermainan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan teori pendekatan behaviorisme dan
teori gangguan kepribadian Anti Sosial.

Saran
Penyusun merasa masih kurang optimal dalam menyusun makalah “Terapi
Bermain dengan Aplikasi Permainan Tradisional Untuk Penyembuhan Gangguan
Kepribadian Anti Sosial Pada Anak“ ini, oleh karena itu saya berharap peserta kuliah
pada mata kuliah psikoterapi selanjutnya dapat menyempurnakan makalah tersebut
dengan menambahkan contoh studi kasus yang disertai gambar beserta keterangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Malchiodi, Cathy A. (2007). Expressive Therapies (E- Book). The Guilford Press : New
York London.
Ivana Sajogo & Didi Aryono Budiyono. Kepribadian Anti Sosial : Fokus Pada WhiteCollar Crime. Jurnal Psikiatri FK Unair.

19

Indahwati, Dwi. 2013. Terapi bermain untuk melatih konsentrasi pada anak yang
mengalami autis. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2013. Volume I
(I).41-45.
Wijaya, Ariyadi. 2009. Permainan (Tradisional) untuk mengembangkan Interaksi
Sosial, Norma Sosial, dan Norma Sosiomatematik pada Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan
Matermatika-Universitas Negeri Yogyakarta.
Dwi, Panji Baskoro Muhammad. 2010. Hubungan Antara Depresi dengan Perilaku
Anti Sosial Pada Remaja di Sekolah. Jurnal Pendidikan Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Mutia, Sari Sarah. 2013. Gobak Sodor permainan tradisional yang sudah mulai
(online).http://kabarkalianda.blogspot.com/2013/03/gobak-sodor-

dilupakan

permainan-tradisional yang.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2013.
Prakoso,

Reza.

2012.

Bagi-bagi

Ilmu

(online).

http://rezaprakoso.blogspot.com/2012/06/pendekatan-behavioristik.html, diakses
pada tanggal 2 Mei 2013.
Sulanty,

NS.

2011.

Terapi

Bermain

Pada

Anak

(online)

.http://nssulantyskep.blogspot.com/2011/06/terapi-bermain-pada-anak.html,
diakses pada tanggal 1 mei 2013.
Minggus,

Degei

Felix.

2013.

Masa

kanak-kanak

(online).

http://majalahselangkah.com/content/masa-kanak-kanak-adalah-ayah-darimanusia masa anak-anak adalah ayah dari manusia.html, diakses pada tanggal 1
Mei 2013.
Coretan Sederhana. 2011. Permainan Tradisional Memberikan Manfaat Lebih Besar
Bagi

Perkembangan

Anak

Daripada

Permainan

Modern

(online).

http://candlelight229.wordpress.com/2011/11/18/permainan-tradisionalmemberikan-manfaat-lebih-besar-bagi-perkembangan-anak-daripada-permainanmodern.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2013
20

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25