EFISIENSI PENYISIHAN SENYAWA KARBON PADA EFLUEN IPAL BOJONGSOANG DENGAN CONSTRUCTED WETLAND TIPE SUBSURFACE HORIZONTAL FLOW : STUDI POTENSI DAUR ULANG AIR LIMBAH

Efisiensi Penyisihan Senyawa Karbon Pada Efluen IPAL Bojongsoang Dengan Constructed Wetland Tipe Subsurface Horizontal Flow :
Studi Potensi Daur Ulang Air Limbah, Tazkiaturizki
JTL Vol. 8 No. 2 Desember 2016, 148-154

EFISIENSI PENYISIHAN SENYAWA KARBON PADA EFLUEN IPAL
BOJONGSOANG DENGAN CONSTRUCTED WETLAND
TIPE SUBSURFACE HORIZONTAL FLOW :
STUDI POTENSI DAUR ULANG AIR LIMBAH

Tazkiaturrizki
Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1, Jakarta 11440, Indonesia

tazkia.fatah@trisakti.ac.id

Abstrak
Teknologi daur ulang limbah merupakan solusi tepat dalam menangani kelangkaan air bersih
saat ini. Efluen IPAL Bojongsoang di Bandung merupakan salah satu potensi daur ulang air
limbah jika ditambahkan pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan lahan basah buatan
(constructed wetland). Dengan menggunakan media seperti tanah, pasir, kerikil dan
menambahkan tanaman Typha latifolia dan Scirpus grossus serta sistem aerasi parameter seperti
BOD/COD dapat tersisihkan dengan sangat baik dengan efisiensi 80-90%. Modifikasi dilakukan

dengan tiga tahapan pengolahan yaitu tahap I untuk penyisihan BOD/COD dengan Typha
latifolia ditambah aerasi dan tahap II untuk penyisihan fosfat dengan Scirpus grossus dengan dan
tanpa aerasi dan tahap III ditujukan untuk melengkapi penyisihan nitrogen melalui proses
denitrifikasi dengan Glycine max dan tanpa aerasi. Didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan
efisiensi penyisihan fosfat hingga mencapai 80-99%. Proses aerasi dan kombinasi tanaman
(T.latifolia, S.grossus, G.max) serta pengolahan bertahap terbukti memberikan pengaruh dalam
penyisihan nitrogen dan fosfat. Diperoleh hasil bahwa konsentrasi efluen yaitu COD berada pada
rentang 6 – 17 mg/L; BOD berada pada rentang 1 – 4 mg/L telah memenuhi standar kualitas air kelas 2
berdasarkan baku mutu PP 82/2001 dan berpotensi untuk digunakan sebagai daur ulang air limbah.

Abstract
Carbon Removal Efficiency Of Wwtp Effluent Bojongsoang Using Constructed Wetland
Tipe Subsurface Horizontal Flow As Preliminary Study Of Recycle Wastewater Potential.
Recycled water is one of the appropriate technology to solve scarcity of water.. The effluent’s
WWTP of Bojongsoang in Bandung West Java is one of potential water for recycling waste
water if it continue to advanced treatment with constructed wetland. From the previous research,
using media such as soil, sand, gravel and add vegetation such as Typha latifolia and Scirpus
grossus with aeration system, BOD/COD parameters are removed well with high efficiency 8090%. Modification were done by three step of treatment, they are step I for remove BOD/COD
with Typha latifolia with aeration system and step II for remove nitrogen and phosphate with
Scirpus grossus with/without aeration and step III for complete the nitrogen removal with


148

Efisiensi Penyisihan Senyawa Karbon Pada Efluen IPAL Bojongsoang Dengan Constructed Wetland Tipe Subsurface Horizontal Flow :
Studi Potensi Daur Ulang Air Limbah, Tazkiaturizki
JTL Vol. 8 No. 2 Desember 2016, 148-154

denitrification process by Glycine max without aeration. Results of this research show that
nitrogen and phosphate removal increase well with high efficiency between 80–99%. Aeration
system and combination of vegetation (T.latifolia, S.grossus, G.max) highly affected nitorgen and
phosphate removal. Results the effluent concentration of COD reach the range of 6 – 17 mg/L;
BOD 1-4 mg/L and meet the quality standard of PP 82/2001 and has potential for recycling
wastewater.

Kata kunci: daur ulang, air limbah, lahan basah buatan, karbon

1. Pendahuluan
IPAL
Bojongsoang
merupakan

Instalasi
Pengolahan Air Limbah yang khusus melayani
limbah domestik yang dihasilkan dari Kota Bandung.
Sampai saat ini, IPAL Bojongsoang baru melayani ¼
jiwa atau sekitar 596.556 jiwa dari total 2.390.120
jiwa penduduk kota Bandung (PDAM Tirta Wening,
2012). Sebelum sampel air efluen tersebut diolah
dengan menggunakan constructed wetland, dilakukan
uji
karakteristik
awal
untuk
mengetahui
kondisi/konsentrasi parameter-parameter pencemar
yang masih ada dalam efluen air limbah setelah
mengalami proses pengolahan pada IPAL.

melalui wetland standar kualitas airnya meningkat
sesuai dengan
peruntukan

penggunaan
air
berdasarkan PP 82/2001.
Jika efluen IPAL Bojongsoang ini ingin
digunakan untuk standar kualitas air kelas tiga yaitu
air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertamanan dan atau untuk peruntukkan
lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut. Untuk keperluan sehari-hari
diharapkan air yang telah diolah nanti dapat
digunakan untuk flushing, cadangan pemadam
kebakaran, mencuci kendaraan.

Baku mutu yang saat ini digunakan adalah
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 tahun
2005 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Baku mutu ini merupakan baku mutu daerah yang
penetapannya berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air (PP 82/2001).
Efluen IPAL Bojongsoang pada dasarnya telah
memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan
Gubernur Jawa Barat No.69/2005 dan juga telah
memenuhi PP 82/2001 kelas 4 sebagai stream
standar yang digunakan di Indonesia.

Untuk mengetahui apakah efluen IPAL
Bojongsoang ini dapat diolah dengan menggunakan
proses biologi, maka perlu diketahui bagaimana
perbandingan nilai BOD/COD dari efluen IPAL
Bojongsoang. Berdasarkan literatur, apabila air
limbah yang akan diolah memiliki perbandingan
BOD/COD diantara 0,4 – 0,8 mg/L maka air limbah
tersebut dapat diolah secara biologi karena
karakteristik air tersebut adalah biodegradable [5].
Telah dilakukan beberapa penelitian yang
berkaitan
sebelumnya
mengenai

efektivitas
penyisihan pencemar dengan menggunakan wetland.
Pertama dengan melakukan variasi tanaman, waktu
kontak, dan penambahan aerasi. Berdasarkan
penelitian pertama, waktu kontak memberi pengaruh
dalam meningkatkan efisiensi penyisihan untuk
setiap parameter (waktu kontak yang paling baik
yaitu 5 hari), begitu juga dengan aerasi dibuktikan
dapat meningkatkan efisiensi penyisihan terutama
untuk paramater COD, BOD, fosfat, amonium dan
nitrit (Panelin, 2011). Kedua, penelitian wetland
dilakukan dengan membuat variasi jenis tanaman,
variasi volume reaktor (ketebalan media wetland),
penambahan aerasi dan waktu kontak. Didapatkan

Melihat potensi yang besar dari efluen
pengolahan IPAL Bojongsoang yang selama ini
sebagian besar dibuang ke sungai Citarum dan
sebagian kecilnya digunakan untuk keperluan irigasi,
pertanian, dan perikanan, maka sebaiknya dilakukan

daur ulang pada efluen IPAL Bojongsoang. Daur
ulang efluen IPAL Bojongsoang nantinya diharapkan
dapat digunakan untuk keperluan aktivitas manusia
sehari-hari tidak hanya untuk irigasi, pertanian,
perikanan, tapi diharapkan dapat digunakan sebagai
air flushing, cuci kendaraan, menyiram tanaman, dan
kebutuhan lainnya (bukan untuk diminum). Oleh
karena itu akan ditingkatkan standar kualitas air
efluen dan diharapkan setelah dilakukan pengolahan

149

Efisiensi Penyisihan Senyawa Karbon Pada Efluen IPAL Bojongsoang Dengan Constructed Wetland Tipe Subsurface Horizontal Flow :
Studi Potensi Daur Ulang Air Limbah, Tazkiaturizki
JTL Vol. 8 No. 2 Desember 2016, 148-154

beberapa hari. Proses ini dilakukan guna menguji
ketahanan tanaman sehingga diharapkan tanaman
yang lolos merupakan tanaman dengan kualitas yang
baik.

6. Pengoperasian Reaktor
Reaktor yang digunakan terdiri dari reaktor
constructed wetland (CW) dan engineered wetland
(EW) keduanya menggunakan tipe horizontal
subsurface flow dengan 3 train aliran.

hasil bahwa tanaman Typha latifolia dapat
menyisihkan COD, BOD dengan efisiensi tertinggi
ditambah dengan aerasi pada ketebalan media 40 cm
dan waktu kontak 2 hari [4].
Wetland merupakan alternatif pengolahan limbah
cair yang bersifat alami (natural). Wetland
merupakan teknologi yang menggunakan lahan basah
yang terdiri dari tanaman, mikroorganisme, tanah,
dan substansi air limbah yang saling berinteraksi
sehingga dapat menyisihkan kontaminan dari air
buangan. Teknologi wetland sering dipilih untuk
menangani
permasalahan
limbah

domestik
dikarenakan teknologi ini merupakan teknologi yang
murah biayanya, tidak memerlukan teknologi
canggih untuk mengoperasikannya dan tidak
memerlukan
operator
khusus
dalam
mengoperasikannya [1].

Tabel 1 Ilustrasi Variasi Reaktor

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
dilakukan studi mengenai potensi daur ulang air
limbah ditinjau dari efisiensi penyisihan COD, BOD
dan Fosfat.

7.

Pengambilan dan Analisis Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
grab sampel (sampel sesaat) yaitu sampel diambil
langsung dari satu titik pada waktu tertentu. Sampel
diambil satu di titik influen dan titik efluen masingmasing reaktor constructed wetland. Pengambilan
sampel dilakukan dua kali sehari untuk analisa COD,
pH, dan temperatur, yaitu pada pukul 09.00 dan
16.00. pemilihan waktu pengambilan sampel ini
dilakukan dengan pertimbangan kondisi lingkungan
fisik yang tidak jauh berbeda.
Sampel
yang
diambil
kemudian
diuji
kualitasnya. Parameter-parameter kualitas air yang
diukur terdiri dari parameter fisik, seperti
Temperatur, pH, dan Total Solid, serta parameter
kimia, seperti COD, BOD, DO, dan Total Fosfat.
Metode analisa yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 2.


2. Metodologi
Dalam studi ini, dilakukan beberapa tahapan
pengerjaan guna mendapatkan kesimpulan dan hasil
akhir dari penelitian:
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sampel limbah yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari efluen hasil pengolahan IPAL Domestik
(Bojongsoang).
2. Penyiapan Reaktor
Reaktor berbahan dasar resin dan poly ethylene
dengan masing-masing sel reaktor memiliki 3 zona,
yaitu zona inlet, pengolahan, dan zona outlet.
3. Penyiapan Alat dan Bahan
Reaktor constructed wetland merupakan reaktor
dengan prinsip pengolahan biologis menggunakan
tanaman. Oleh karena itu, kondisi reaktor harus
disesuaikan sedemikian rupa sehingga mendukung
pertumbuhan tanaman yang digunakan.
4. Penjenuhan Reaktor
Penjenuhan dilakukan dengan mengisi reaktor
dengan air bersih hingga menggenangi permukaan.
Kondisi ini dibiarkan selama beberapa waktu hingga
pori-pori media terisi penuh oleh air. Indikator tanah
sudah jenuh adalah apabila tinggi muka air tidak
turun lagi meskipun diisi air bersih.
5. Aklimatisasi Tanaman
Aklimatisasi dilakukan dengan meletakkan tanaman
dalam wadah bersisi air bersih dan dibiarkan selama

Tabel 2 Metode Analisa Parameter

3. Hasil dan Pembahasan
Dapat dilihat pada Tabel 3 karakteristik awal
dari efluen IPAL Bojongsoang yang akan digunakan
sebagai umpan bagi reaktor constructed wetland
dalam penelitian ini.

150

Efisiensi Penyisihan Senyawa Karbon Pada Efluen IPAL Bojongsoang Dengan Constructed Wetland Tipe Subsurface Horizontal Flow :
Studi Potensi Daur Ulang Air Limbah, Tazkiaturizki
JTL Vol. 8 No. 2 Desember 2016, 148-154

besarnya dimineralisasi melalui proses degradasi
mikroba [6]. Pengukuran konsentrasi COD setiap hari
ditujukan untuk mengetahui kondisi tunak dari setiap
rangkaian reaktor sehingga dapat dilakukan
pengukuran untuk parameter lainnya.

Tabel 3 Karakteristik awal efluen IPAL Bojongsoang

Sebagian besar karbon yang masuk ke dalam
constructed wetland digunakan oleh mikroorganisme,
dan biasanya proses mineralisasi yang dilakukan
melalui respirasi mikroba aerob lebih banyak
memerlukan karbon organik yang tersedia dalam air
limbah dibandingkan dengan respirasi mikroba secara
anaerob [7]. Dilakukan pengukuran COD terlarut
setiap harinya untuk mengetahui efisiensi penyisihan
organik. Dari hasil pengukuran COD terlarut
didapatkan grafik penyisihan COD terlarut untuk
setiap reaktor pada masing-masing rangkaian sistem
constructed wetland, dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Tazkiaturrizki, 2016
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa parameter yang niilainya masih tinggi
untuk standar kualitas air kelas dua dan tiga (PP
82/2001) diantaranya BOD, COD, dan Nitrit.

Gambar 2 merupakan grafik penyisihan COD
pada running 1 (rasio N/P = 20), tampak konsentrasi
COD sangat berfluktuatif atau belum stabil pada hari
ke 1 – 7, dan tampak mulai tunak pada hari ke-7 dan
seterusnya. Konsentrasi inlet memiliki rentang COD
diantara 35 – 50 mg/L, sangat mungkin berfluktuatif
karena air limbah yang merupakan umpan reaktor
ditampung terlebih dahulu sebelum dipompakan ke
reaktor sehingga selama prosesnya berlangsung
memungkinkan terjadinya degradasi senyawa organik
oleh mikroorganisme yang terdapat dalam efluen
IPAL Bojongsoang namun tidak signifikan.

Untuk mengetahui apakah efluen IPAL
Bojongsoang ini dapat diolah dengan menggunakan
proses biologi, maka perlu diketahui bagaimana
perbandingan nilai BOD/COD dari efluen IPAL
Bojongsoang seperti pada Gambar 1.

Pada penelitian terdahulu, proses degradasi
karbon akan menunjukkan hasil yang baik pada
reaktor 1 yang merupakan reaktor tunggal pada tahap
pengolahan pertama, menggunakan Typha latifolia
dan ditambahkan aerasi. Namun pada reaktor 1 ini
sempat menunjukkan kenaikan nilai COD hingga
kemudian stabil. Konsentrasi COD pada kondisi
steady state memiliki nilai 17 mg/L. Pada tahapan
selanjutnya, yaitu tahapan yang sebenarnya
difokuskan untuk menyisihkan nutrien dalam air
limbah, nilai COD justru meningkat dari konsentrasi
outlet reaktor 1 dan hal ini terjadi pada setiap
rangkaian. Nilai COD yang meningkat dapat
dikarenakan terjadinya shock loading karena
pengaturan debit pompa yang terganggu sehingga
beban yang masuk ke reaktor menjadi lebih besar
sehingga penyisihan yang terjadi tidak optimal.

Gambar 1 Perbandingan BOD/COD
Perbandingan BOD/COD dari efluen IPAL
Bojongsoang adalah 0,519 dan ini berada pada
rentang 0,4 – 0,8 mg/L, ini berarti air efluen IPAL
Bojonsoang dapat diolah dengan menggunakan
constructed wetland karena bersifat biodegradable.
Penyisihan COD
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan
salah satu parameter pencemar yang menunjukkan
kandungan organik yang terdapat dalam limbah cair.
COD adalah sejumlah oksidan kimia (seperti
potassium dichromate) atau oksigen yang diperlukan
untuk mengoksidasi senyawa kimia dalam air.
Senyawa kimia yang terdapat dalam efluen IPAL
Bojongsoang dapat disisihkan melalui proses
sedimentasi dan filtrasi, akan tetapi sebagian

151

Konsentrasi COD, mg/L

Efisiensi Penyisihan Senyawa Karbon Pada Efluen IPAL Bojongsoang Dengan Constructed Wetland Tipe Subsurface Horizontal Flow :
Studi Potensi Daur Ulang Air Limbah, Tazkiaturizki
100
JTL Vol. 8 No. 2 Desember 2016, 148-154

80
60
40
20
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Waktu (hari)
Inlet

R1

R2

R5

Konsentrasi COD, mg/L

(a)

100
80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Waktu (hari)
Inlet

R1

R3

R6

Konsentrasi COD, mg/L

(b)

100
50
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Waktu (hari)
Inlet

R1

R4

R7

(c)
Gambar 2 Penyisihan COD pada running 1 (rasio
N/P = 20) untuk : (a) Rangkaian 1 (T.latifolia+aerasi,
S.grossus+aerasi, S.grossus); (b) Rangkaian 2
(T.latifolia+aerasi, S.grossus+aerasi, G.max); dan (c)
Rangkaian 3 (T.latifolia+aerasi, S.grossus, G.max)
Nilai COD pada tahapan kedua (menggunakan
Scirpus grossus dengan aerasi/tanpa aerasi), mulai
menurun dan tunak pada hari ke-5. Efisiensi
penyisihan pada running 1 (rasio N/P = 20) yang
dimiliki dari setiap rangkaian reaktor adalah 82%
untuk
rangkaian
1
(T.latifolia+aerasi,
S.grossus+aerasi, S.grossus), 70% untuk Rangkaian 2

152

(T.latifolia+aerasi, S.grossus+aerasi, G.max) dan
82% untuk Rangkaian 3 (T.latifolia+aerasi,
S.grossus, G.max). Tampak efisiensi penyisihan
terbaik ditunjukkan oleh rangkaian 1 dan rangkaian
3.
Pada proses running 2 (rasio N/P = 10) seperti
yang bisa dilihat pada Gambar 3 grafik penyisihan
COD menunjukkan nilai yang lebih stabil
dibandingkan running 1 (rasio N/P = 20). Konsentrasi
COD pada inlet berada pada rentang 40- 60 mg/L dan
lebih stabil konsentrasinya. Kemampuan adaptasi
mikroorganisme dan tanaman tampak lebih baik pada
running 2 (rasio N/P = 10) ini sehingga penyisihan
karbon berlangsung dengan baik meskipun pada
rangkaian 3 (T.latifolia+aerasi, S.grossus, G.max)
fluktuatif konsentrasi masih jelas terlihat. Sama
seperti running 1 (rasio N/P = 20), kondisi tunak
dicapai pada hari ke-7 sehingga dapat dilakukan
pengukuran untuk parameter lainnya seperti BOD,
TS, Amonium, Nitrit, Nitrat, NTK dan Totak Fosfat.
Efisiensi penyisihan pada running 2 (rasio N/P = 10)
yang dimiliki dari setiap rangkaian reaktor nilainya
sama yaitu 85,7% pada kondisi tunak.
Proses penyisihan COD berlangsung lebih baik
jika menggunakan aerasi, dapat dilihat pada Gambar
3 untuk reaktor 2 pada rangkaian 1 dan reaktor 3
pada rangkaian 2 dengan menggunakan tanaman
Scirpus grossus konsentrasi COD semakin menurun
dari konsentrasi efluen reaktor 1 (Typha latifolia +
sistem aerasi). Konsentrasi COD pada outlet
keseluruhan rangkaian nilainya kurang dari 10 mg/L,
menunjukkan hasil yang baik karena COD baku mutu
yang diinginkan adalah 50 mg/L. Konsentrasi terkecil
ditunjukkan oleh reaktor 6 (G.max & tanpa aerasi)
dan reaktor 7 (G.max & tanpa aerasi) dengan
konsentrasinya sebesar 2,79 mg/L. Dari hasil yang
diperolah dapat disimpulkan dengan adanya tiga
tahapan pengolahan dapat meningkatkan efisiensi
penyisihan untuk karbon. Tampak efisiensi terbaik
ditunjukkan oleh rangkaian 1.
Pada Gambar 4, proses penyisihan karbon pada
running 3 (rasio N/P = 30) mencapai kondisi steady
state pada hari ke-7. Secara umum, konsentrasi COD
mengalami penurunan dari tahap 1 hingga ke tahap 3
pengolahan. Ini menunjukkan terdapat peranan
mikroorganisme dari setiap reaktor yang dilalui air
limbah. Konsentrasi terendah yang bisa dicapai pada
running 3 adalah 5,59 mg/L COD. Efisiensi
penyisihan pada running 3 (rasio N/P = 30) yang
dimiliki dari setiap rangkaian reaktor adalah 94%
untuk
rangkaian
1
(T.latifolia+aerasi,
S.grossus+aerasi, S.grossus), 89% untuk Rangkaian 2
(T.latifolia+aerasi, S.grossus+aerasi, G.max) dan
89% untuk Rangkaian 3 (T.latifolia+aerasi,
S.grossus, G.max). Tampak efisiensi yang terbaik

Efisiensi Penyisihan Senyawa Karbon Pada Efluen IPAL Bojongsoang Dengan Constructed Wetland Tipe Subsurface Horizontal Flow :
Studi Potensi Daur Ulang Air Limbah, Tazkiaturizki
JTL Vol. 8 No. 2 Desember 2016, 148-154

100
50
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11

Waktu (hari)
R1 in

R1 out

R2 out

Konsentrasi COD (mg/L)

Konsentrasi COD (mg/L)

pada rangkaian 1.

R5 out

80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

R1 in

0
4

5

6

7

8

9 10 11

Konsentrasi (mg/L)

Konsentrasi COD (mg/L)

50

3

R1 out

R1 out

R3 out

R6 out

40
20
0
1

2

R1 in

3

4

5

4

5

6

7

8

9

10

Waktu (hari)
R1 in

R1 out

6

7

8

9 10 11

R1 out

R3 out

R6 out

(b)

R4 out

Konsentrasi COD (mg/L)

Konsentrasi COD (mg/L)

3

R5 out

Waktu (hari)

100
80
60
40
20
0
2

R2 out

60

(b)

1

9 10 11

80

Waktu (hari)
R1 in

8

(a)

100

2

7

Waktu (hari)

(a)

1

6

80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11

Waktu (hari)

R7 out
R1 in

(c)

R1 out

R4 out

R7 out

(c)
Gambar 4 Penyisihan COD pada running 3 (rasio
N/P = 30) untuk : (a) Rangkaian 1 (T.latifolia+aerasi,
S.grossus+aerasi, S.grossus);
(b) Rangkaian 2
(T.latifolia+aerasi, S.grossus+aerasi, G.max); dan (c)
Rangkaian 3 (T.latifolia+aerasi, S.grossus, G.max)

Gambar 3 Penyisihan COD pada running 2 (rasio
N/P = 10) untuk : (a) Rangkaian 1 (T.latifolia+aerasi,
S.grossus+aerasi, S.grossus);
(b) Rangkaian 2
(T.latifolia+aerasi, S.grossus+aerasi, G.max); dan (c)
Rangkaian 3 (T.latifolia+aerasi, S.grossus, G.max)

153

Efisiensi Penyisihan Senyawa Karbon Pada Efluen IPAL Bojongsoang Dengan Constructed Wetland Tipe Subsurface Horizontal Flow :
Studi Potensi Daur Ulang Air Limbah, Tazkiaturizki
JTL Vol. 8 No. 2 Desember 2016, 148-154

rentang 1 – 4 mg/L telah memenuhi standar kualitas
air kelas 2 berdasarkan baku mutu PP 82/2001 dan
berpotensi untuk digunakan sebagai daur ulang air
limbah.

Karbon merupakan sumber energi utama yang
diperlukan oleh mikroorganisme, terdapat dua bentuk
karbon yang biasa digunakan untuk metabolisme
mikroorganisme yaitu senyawa organik dan karbon
dioksida. Mikroorganisme yang menggunakan
karbon untuk membentuk jaringan selnya dinamakan
heterotrof, dan mikroorganisme yang mengambil
karbon dari karbondioksida dinamakan autotrof [5].
Mikroorganisme autotrof ini membutuhkan energi
yang lebih banyak untuk mensintesis karbon
dibandingkan dengan mikoorganisme autotrof
sehingga pertumbuhannya lambat. Jika dibandingkan
dengan heterotrof, mikroba autotrof tidak mampu
berkompetisi dengan baik dalam menggunakan
oksigen sehingga mikroba autotrof baru akan aktif
apabila konsentrasi karbon yang ada dalam air sudah
sangat sedikit dan mikroba heterotrof tidak lagi aktif
memakan karbon untuk metabolisme tubuhnya.
Sebagian besar karbon yang masuk ke dalam
contsructed wetland direspirasi sebagai CO2 oleh
mikroorganisme dan umumnya respirasi aerob
memineralisasi organik karbon yang ada dalam air
limbah dibandingkan respirasi mikroba secara
anaerob [3].

Daftar Pustaka
[1]

[2]

[3]

[4]

Tampak beberapa kali terjadi peningkatan
konsentrasi di efluen reaktor yang disebabkan
terjadinya shock loading akibat debit pompa influen
yang tidak terkontrol dengan baik sehingga beban
yang masuk lebih besar dari beban optimum yang
dapat diolah oleh setiap reaktor. Dalam penyisihan
senyawa organik, peran tanaman memang tidak
terlalu signifikan akan tetapi sistem perakaran dari
tanaman dapat meningkatkan transport oksigen ke
substrat dan penyediakan permukaan yang luas untuk
mikroorganisme hidup [2]. Aerasi juga memberikan
pengaruh pada penyisihan senyawa organik karena
diperlukan sebagai akseptor elektron dalam proses
degradasi senyawa organik. Dari ketiga rangkaian
pengolahan untuk tiga variasi rasio N/P kinerja
penyisihan untuk senyawa karbon yang paling baik
adalah pada rangkaian 1 dengan menggunakan
Typha latifolia dan Scirpus grossus.

[5]

[6]

[7]

4. Kesimpulan
Konsentrasi efluen setelah air efluen IPAL
Bojongsoang
diolah
dengan
menggunakan
constructed
wetland
menunjukkan
terjadi
peningkatan kualitas air sebagai pertimbangan daur
ulang air limbah. Dengan menggunakan hasil kinerja
rangkaian reaktor tiga (T.latifolia+aerasi, S.grossus,
G.max) diperoleh konsentrasi efluen yaitu COD
berada pada rentang 6 – 17 mg/L; BOD berada pada

154

Al-Omari,A., Fayyad,M. 2003. Treatment of
domestic wastewater by subsurface flow
constructed wetlands in Jordan. Journal of
Elsevier. Desalination 155 (2003) 27-39
Scholz, M., Hedmark, A.,. 2010. Constructed
Wetlands Treating Runnoff Contaminated
with Nutrients. Journal of Springer Science.
Water Air Soil Pollut (2010) 205;323-332
Stottmeister. Wieβner. Kuschk. Kappelmeyer.
2003. Effects of plants and microorganisms in
Contructed
Wetlands
for
Wastewater
Treatment. Elsevier Journal. Biotechnology
Advances 22 (2003) 93-117
Tazkiaturrizki, 2016. Pengaruh Penambahan
Glycine max pada Penyisihan Nitrogen dalam
Constructed Wetland Tipe Subsurface
Horizontal
Flow.
Jurnal
Teknologi
Lingkungan, ISSN: 1829-6572,vol.7, no.3,
Juni 2016.
Tchobanoglous, G.,.Burton, L., Franklin.
Stensetl,
H.D.,.
(2004).
Wastewater
Engineering Treatment and Reuse 4th Edition.
McGraw-Hill: New York.
Vymazal, J. 2001. Removal of Organics in
Czech Constructed Wetlands with Horizontal
Subsurface Flow. In J. Vymazal (Ed.),
Transformations of nutrient in natural and
constructed wetland (pp. 305–327). Leiden:
Backhuys.
Zemanova, K., Picek, T., Dusek, J., Edwards,
K., Stanruckova, H.,. 2010. Carbon, Nitrogen
and Phosphrus Transformations are Related to
Age of Constructed Wetland. Journal of
Springer Science. Water Air Soil Pollut (2010)
207:39-48

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25