Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pengawas Terhadap Kualitas Pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang

  

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pengawas

Terhadap Kualitas Pengawasan Koperasi Serba

Usaha di Kota Kupang

a b

Novita T.Dethan , Minarni A. Dethan a,b

  

Universitas Nusa Cendana, Kupang, Indonesia

novitadethan6@gmail.com,

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Pengaruh kompetensi pengawas terhadap kualitas

pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang, 2) Pengaruh independensi pengawas

terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang, 3) Pengaruh kompetensi

dan independensi pengawas secara bersama-sama terhadap kualitas pengawasan Koperasi

Serba Usaha di Kota Kupang. Populasi pada penelitian ini adalah pengawas yang ada pada 99

Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang yang terdaftar pada Dinas Koperasi dan UKM di Kota

Kupang tahun 2016. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pengawas yang pada

  

18 Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang, dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan

data dilakukan dengan keusioner. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi

linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa: 1) Kompetensi pengawas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pengawasan pada koperasi serba usaha

di Kota Kupang. 2) Independensi pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas pengawasan pada Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang. 3) Kompetensi dan

Independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba

Usaha di Kota Kupang sebesar 30,8%.

  Kata Kunci: kualitas pengawasan, kompetensi, independensi.

  PENDAHULUAN Koperasi adalah badan usaha angka kemiskinan, ketidakmerataan yang melaksanakan prinsip demokrasi pendapatan dan pengangguran. pada kegiatan usahanya didirikan dari Koperasi akan menjadi wadah kegiatan dan untuk anggota, yang ekonomi rakyat yang pada umumnya keanggotaannya didasarkan pada merupakan kelompok menengah ke kesamaan kepentingan ekonomi pada bawah. Mereka ini pada umumnya lingkup usaha koperasi, serta bersifat tidak mungkin tertampung pada badan sukarela dan terbuka bagi semua orang usaha seperti Firma atau Perseroan dan dikelola secara demokratis, Terbatas (PT). Adanya koperasi dapat sehingga kekuasaan berada pada mengembangkan kegiatan ekonomi, anggota. Jika dikembangkan secara sehingga dapat meningkatkan profesional koperasi dapat mengurangi pendapatan dan taraf hidup seseorang,

  Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  6 130

  40

  12

  28

  40

  16

  28

  44

  4 Koperasi Simpan Pinjam 124

  90 39 129 101 39 140

  30

  5 Koperasi Lain-lain

  39

  14

  53

  32

  35

  67

  32

  35

  10

  3 Koperasi Karyawan

  serta dapat menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan (Sugiharsono, 2009).

  1 Koperasi Pegawai Negeri

  Data Dinas Koperasi, jumlah koperasi paling banyak di Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di Kota Kupang dan setiap tahun mengalami pertumbuhan. Pada tabel

  1 menampilkan jenis-jenis koperasi yang ada di Kota Kupang dari tahun 2014 hingga 2016.

  Tabel 1 Jenis-jenis Koperasi di Kota Kupang

  Sumber: Dinas koperasi dan UKM Kota Kupang 2017

  Berdasarkan tabel 1 Koperasi Serba Usaha merupakan jenis koperasi yang paling banyak, hal tersebut menunjukan bahwa minat masyarakat Kota Kupang terhadap Koperasi Serba Usaha lebih tinggi jika dibandingkan dengan koperasi jenis lain, tetapi pada kenyataannya Koperasi Serba Usaha juga merupakan koperasi dengan jumlah koperasi tidak aktif paling banyak. Banyaknya jenis usaha yang dijalankan oleh Koperasi Serba Usaha akan meningkatkan komplektisitas aktivitas pada koperasi, sehingga tidak memungkinkan bagi pengurus untuk mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya, tetap saja ada hal-hal yang luput dari perhatian maka kegiatan yang tidak diawasi akan kehilangan efisiensi dan efektifitas (Putra, 2014).

  Salah satu organ koperasi yang seharusnya difungsikan secara benar adalah pengawas koperasi sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 39 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, tentang perkoperasian yang bertugas untuk melakukan

  No Jenis Koperasi 2014 2015 2016 Aktif Tidak

  Aktif

Jumlah Aktif Tidak

Aktif Jumlah Aktif Tidak

  Aktif Jumlah

  73

  53 211 92 127 219 99 127 226

  15

  88

  39

  47

  86

  42

  47

  89

  2 Koperasi Serba Usaha 158

  64 Jumlah 424 98 522 265 276 541 290 276 569 Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi kemudian membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya (Wisudawan, 2014). Pengawasan dilakukan oleh pengawas koperasi yang menjalankan fungsi auditor internal dan bertindak sebagai penilai independen untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan pengurus, menelaah operasional koperasi, mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja koperasi, memberikan saran dan pendapat kepada pengurus atau anggota berkaitan kelangsungan koperasi. Peran pengawas begitu penting terhadap kelangsungan koperasi, maka seorang pengawas dituntut memiliki kompetensi dan independensi, sehingga dapat menghasilkan laporan pengawasan yang berkualitas. Kualitas pengawasan atau audit merupakan kemungkinan auditor menemukan kesalahan atau kecurangan tergantung pada kompetensi pengawas, sedangkan tindakan untuk melaporkan salah saji atau kecurangan tergantung pada independensi pengawas (Angelo, 1981). Laporan pengawasan yang berkualitas dapat dijadikan referensi untuk melakukan perbaikan, pencegahan serta menilai kinerja koperasi yang dijalankan pengurus.

  Pengawas yang berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda- beda, sebagian pengawas telah memperoleh pengetahuan yang memadai mengenai tugas, fungsi dan wewenang sebagai pengawas, tetapi sebagian belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai hal tersebut. Seorang pengawas dituntut untuk memiliki pengalaman kerja, pengetahuan luas mengenai koperasi sehingga mampu mengambil keputusan dan mampu menganalisis tugas yang diberikan, maka dari itu pengawas perlu meningkatkan kompetensi (Putra, 2014). Selain dituntut memiliki kompetensi, pengawas juga dituntut memiliki sikap independensi, yakni bersikap secara objektif atau tidak memihak dan tidak memasukan kepentingan pribadi untuk mempertimbangkan fakta yang terjadi.

  Kompetensi dan independensi diperlukan pengawas untuk melaksanakan pengawasan jalannya koperasi. Namun belum diketahui secara pasti apakah kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pengawas terhadap Kualitas Pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang”. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha secara parsial maupun simultan. TELAAH LITERATUR Audit Internal

  Audit internal (pemeriksaan internal) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan serta efisiensi dan efektifitas opersional perusahaan (Agoes, 2004). Adapun tujuan pemeriksaan internal adalah untuk membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif (Tugiman, 2006). Pemeriksa internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.

  Pengawas Koperasi Fungsi auditor internal pada koperasi dijalankan oleh pengawas, pengawas koperasi bertugas mengawasi kebijakan dan pengelolaan koperasi (Prawitasari, 2015). Pengawas adalah perangkat koperasi yang dipilih dari dan oleh anggota koperasi pada saat rapat anggota, serta bertanggungjawab kepada rapat anggota. Persyaratan untuk dipilih dan diangkat sebagai sebagai pengawas ditetapkan dalam anggaran dasar (Djohan, 2009).

  Fungsi Pengawas Fungsi pengawasan pada organisasi (Handayaningrat, 1994):

  1) Mempertebal rasa tanggungjawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang pada saat pelaksanaan pekerjaan. 2) Mendidik para pejabat agar mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 3) Mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang diinginkan. Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  4) Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan. Kualitas Audit Audit dikatakan berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik (Tugiman, 2006). Kualitas Pengawasan merupakan gabungan dari dua dimensi, yaitu dimensi proses dan hasil. Dimensi proses adalah bagaimana pekerjaan audit dilaksanakan oleh auditor dengan ketaatannya pada standar yang ditetapkan. Dimensi hasil adalah bagaimana keyakinan meningkat yang diperoleh dari laporan audit oleh pengguna laporan keuangan (Sutton, 1993). Indikator yang digunakan pada pengukuran kualitas audit yaitu menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI) (Tugiman, 2006), standar tersebut terdiri dari:

  1. Pengelolaan Fungsi Audit Internal Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi. Aktivitas audit internal telah dikelola secara efektif apabila memberi nilai tambah bagi organisasi dan pemangku kepentingannya, apabila dapat memberikan pertanggungjawaban yang objektif dan relevan, serta berkontribusi pada peningkatan efektivitas dan efisiensi proses tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian.

  2. Lingkup Penugasan Aktivitas audit internal harus melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi dalam peningkatan proses tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian dengan menggunakan pendekatan yang sistematis dan menyeluruh.

  3. Perencanaan Penugasan Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan lokasi sumber daya.

  4. Pelaksanaan Penugasan Pada saat melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

  5. Komunikasi Hasil Penugasan Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu.

  6. Pemantauan Tindak Lanjut Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen. Kepala audit internal harus menetapkan proses tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen senior telah melaksanakan tindakan perbaikan secara efektif, atau risiko untuk tidak melaksanakan tindakan perbaikan.

  Kompetensi Pengawas Koperasi Kompetensi adalah kemampuan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, serta pengalaman untuk memahami kriteria dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan sehingga mendukung kesimpulan yang diambil (Suhayati, 2010). Indikator kompetensi yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

  1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan fakta, informasi dan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan, baik secara teoritis maupun pemahaman praktis (BPKP, 2010).

  2. Pendidikan dan Pelatihan Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian pasal 6 ayat (e) mencantumkan salah satu prinsip koperasi yaitu koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus, pengawas dan karyawan.

  3. Keahlian Keahlian adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan baik atau lebih baik dari rata-rata. Kompetensi dari unsur keahlian merupakan keahlian di bidang pengawasan yang harus dimiliki semua tingkat atau jenjang jabatan (BPKP, 2010).

  4. Pengalaman Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari (Libby, 1990). Independensi Pengawas Koperasi

  Independensi merupakan keadaan melaksanakan tugasnya secara bebas dan objektif. Para pemeriksa dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal tersebut sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektivitas para audit internal (Tugiman, 2006). Indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah yaitu status organisasi dan objektivitas (Tugiman, 2006):

  1. Status Oragnisasi Status Organisasi unit audit internal haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggungjawab pemeriksaan yang diberikan, kemudian melaporkan hasil audit kepada pimpinan organisasi.

  2. Objektivitas Para pemeriksa internal atau auditor internal haruslah melakukan pemeriksaan secara objektif. Objektivitas adalah bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat apa adanya (BPKP, 2010).

  Kerangka Berpikir Kompetensi dibutuhkan oleh seorang pengawas untuk melaksanakan pengawasan. Kompetensi yang dimiliki pengawas akan membuat pengawasan dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat. Sikap independensi dibutuhkan oleh seorang pengawas agar dapat melaporkan kekeliruan atau kecurangan yang terjadi. Adanya kompetensi dan independensi yang dimiliki pengawas, maka laporan pengawasan yang dihasilkan dapat memberi nilai tambah bagi koperasi untuk dijadikan pertimbangan pada saat pengambilan keputusan. Kompetensi (X1) H1 Kualitas Pengawasan

  111

  11 (Y) H3 Independensi

  H2 (X2)

  Gambar 1 Kerangka Berpikir

  Hipotesis Pada penelitian hipotesis diartikan METODE sebagai jawaban sementara terhadap Jenis penelitian ini adalah jenis rumusan masalah penelitian (Sugiyono, pengujian hipotesis dengan 2013). Hipotesis yang digunakan pada menggunakan pendeketan deskriptif penelitian ini yaitu: kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan H1: Kompetensi pengawas koperasi pada 18 Koperasi Serba Usaha di Kota berpengaruh positif dan signifikan Kupang yang memenuhi kriteria terhadap kualitas pengawasan samapel. Kriteria tersebut antara lain Koperasi Serba Usaha. pengawas pada Koperasi Serba Usaha

  H2: Independensi pengawas yang telah menjalankan RAT dengan berpengaruh positif dan signifikan pemeringkatan aset. Jenis data pada terhadap kualitas pengawasan penelitian ini adalah kuantitatif. koperasi serba usaha. Sumber data pada penelitian ini yaitu

  H3: Kompetensi dan independensi primer dan sekunder. Data primer pada pengawas secara simultan penelitian ini diperoleh melalui berpengaruh positif dan signifikan penyebaran kuesioner ke setiap terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang Koperasi Serba Usaha. yang menjadi objek penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung atau melalui perantara. Data sekunder pada penelitian ini

  Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  diperoleh melalui artikel, karya ilmiah serta data yang diperoleh dari objek penelitian, seperti jumlah koperasi aktif, jumlah koperasi tidak aktif dan koperasi yang telah menjalankan RAT 2016. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Validitas merupakan ukuran yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Santosa, 2005).

  Tabel 2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

  

No Koefisien Korelasi Butir Soal Keterangan

Kualitas Pengawasan (Y)

Kompetensi

  

(X1)

Independensi (X2) 1 0,826 0,831 0,894 Valid

  2 0,761 0,695 0,767 Valid 3 0,756 0,665 0,904 Valid 4 0,647 0,488 0,839 Valid 5 0,663 0,784 0,844 Valid 6 0,617 0,622 0,529 Valid 7 0,656 0,650 - Valid 8 0,615 - - Valid 9 0,539 - - Valid

  10 0,555 - - Valid 11 0,555 - - Valid 12 0,622 - - Valid 13 0,604 - - Valid 14 0,648 - - Valid 15 0,676 - - Valid 16 0,540 - - Valid 17 0,762 - - Valid

  Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpulan data menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan dan konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu (Sugiyono, 2013).

  Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

  No Variabel Alpha Cronbach Kriteria Keterangan

  1 Kualitas pengawasan 0,906 0,60 Reliabel

  2 Kompetensi 0,797 0,60 Reliabel

  3 Independensi 0,859 0,60 Reliabel Berdasarkan hasil uji validitas dan reliablitas dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian adalah valid dan reliabel.

  Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

  Tabel 4 Hasil Uji Normalitas menggunakan K-S

  Unstandardized Residual N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

  32 0,557 0,915

  Hasil normalitas pada tabel 4 didapatkan nilai signifikansi dari uji K- S sebesar 0,915. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa sebaran data telah memenuhi asumsi normalitas yang berarti data kualitas pengawasan (Y), kompetensi (X1) dan independensi pengawas (X2) berdistribusi normal. Uji Multikolinearitas

  Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas

  Variabel Tolerance

  VIF Keterangan Kompetensi Independensi 0,971

  0,971 1,030 1,030 Tidak Terjadi

  Multikolinearitas Tidak Terjadi Multikolinearitas

  Hasil multikolinearitas pada tabel 5 didapatkan bahwa nilai tolerance sebesar 0,971 lebih besar dibandingkan 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,030 lebih kecil dibandingkan dengan 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas, yaitu variabel kompetensi dan independensi pengawas.

  Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  Uji Heteroskedastisitas Tabel 6

  Hasil Uji Heteroskedastisitas

  Variabel Sig Keterangan Kompetensi 0,084 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Independensi 0,223 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

  Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui penelitian ini memiliki nilai signifikansi bahwa seluruh variabel bebas > 0,05, sehingga dapat disimpulkan kompetensi dan independensi pada bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

  

Tabel 7

Hasil Analisis Linier Berganda

Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients

  Model B Std. Error Beta t Sig.

  (Constant) 18.677 14.100 1.325 .196 Kompetensi .925 .365 .384 2.535 .017 Independensi .970 .375 .392 2.584 .015 Adjusted = 0,308

  F = 7.902 Sig. = 0,002

  Pengujian hipotesis dengan Kompetensi pengawas koperasi menggunakan analisis linier berganda berpengaruh positif dan signifikan menyatakan bahwa kompetensi dan terhadap kualitas pengawasan independensi pengawas berpengaruh Koperasi Serba Usaha di Kota positif dan signifikan terhadap kualitas Kupang. pengawasan Koperasi Serba Usaha di

  Berdasarkan hasil pengujian Kota Kupang baik secara parsial hipotesis pertama menunjukan nilai maupun simultan. Hal ini menunjukan

  > , yang berarti kompetensi bahwa hipotesis yang digunakan pengawas berpengaruh positif dan diterima. signifikan terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang, sehingga hipotesis pertama dapat diterima. Kompetensi merupakan pengetahuan dan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, serta pengalaman. Seorang pengawas koperasi dituntut memiliki pengetahuan yang luas mengenai perkoperasian, tugas serta wewenang, sehingga mampu mengambil keputusan dan mampu menganalisis tugas yang diberikan dan risiko-risko penyimpangan. Pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan penambahan ilmu atau pengetahuan perkoperasian, serta untuk meningkatkan keterampilan teknik pengawasan, seperti memeriksa, menghitung dan mencocokan data, menganalisa, membandingkan dan menelusuri data. Keahlian pengawas membantu pengawas untuk mendeteksi gejala penyimpangan- penyimpangan pada prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan dan dijalankan pengurus. Pengalaman kerja yang dimiliki pengawas akan membantu pengawas dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui pada koperasi.

  Banyaknya jenis usaha yang dijalankan Koperasi Serba Usaha maka akan semakin kompleks aktivitas pada koperasi tersebut, sehingga dibutuhkan seorang pengawas yang memiliki kompetensi untuk dapat meminimalisir kesalahan atau kecurangan pada koperasi, serta dapat mencapai tujuan koperasi.

  Pengawas yang memiliki kompetensi akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara mendalam dan mampu mengambil keputusan yang tepat, sehingga menghasilkan laporan pengawasan yang berkualitas. Semakin ahli atau kompeten seorang pengawas maka kualitas pengawasan yang dihasilkan juga akan semakin baik. Independensi pengawas koperasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang.

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa nilai

  > , maka dapat disimpulkan bahwa independensi pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang, sehingga hipotesis kedua dapat diterima. Independensi merupakan keadaan pemeriksa melaksanakan tugas secara bebas dan objektif, dimana pemeriksa dapat Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka. Permasalahan di kalangan pengawas internal yang masih terus bergulir yaitu mengenai independensi pengawas. Hal tersebut dikarenakan pengawas merupakan anggota dari koperasi tersebut dan mereka memeriksa teman sejawat mereka sendiri ketika menjalankan tugasnya. Independensi diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektivitas pengawas itu sendiri. Status organisasi pengawas harus memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggungjawab pemeriksaan yang diberikan. Sikap objektivitas adalah kemampuan membedakan antara keyakinan, persepsi dan fakta, untuk menyatakan pendapatnya, pengawas harus berdasarkan pada persepsi didukung oleh fakta. Pengawas yang memiliki sikap independen akan melaksanakan pengawasan dengan sikap bebas atau tidak memihak serta tidak memasukan kepentingan pribadi pada saat memeriksa dan melaporkan, sehingga akan menghasilkan laporan pengawasan yang berkualitas. Jika pengawas tidak memiliki independensi pada saat menjalankan tugasnya, maka laporan pengawasan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, sehingga laporan hasil pengawasan tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Kompetensi dan independensi pengawas secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha.

  Hasil penelitian ini diperoleh nilai AdjustedR Square sebesar 0,308 atau 30,8% . Hal tersebut berarti kualitas pengawasan dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi dan independensi pengawas secara bersama-sama. Sisanya 69,2% dipengaruhi variabel lain atau faktor- faktor lain di luar model penelitian. KESIMPULAN Kesimpulan

  Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Hasil uji atau uji parsial variabel kompetensi pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang. Hal ini berarti semakin tinggi kompetensi yang dimiliki pengawas, maka akan semakin pengawasan yang dihasilkan meningkatkan kualitas semakin berkualitas. pengawasan Koperasi Serba

  2. Menggunakan objek penelitian Usaha di Kota Kupang. pada jenis Koperasi lainnya yang

  2. Hasil uji atau uji parsial berbeda selain Koperasi Serba variabel independensi pengawas Usaha, guna mengetahui berpengaruh positif dan konsistensi dari hasil penelitian signifikan terhadap kualitas pada objek penelitian yang pengawasan Koperasi Serba berbeda. Usaha di Kota Kupang. Hal ini

  3. Melakukan penambahan berarti semakin tinggi variabel lain yang mempengaruhi kualitas independensi yang dimiliki pengawas, maka akan semakin pengawasan Koperasi Serba meningkatkan kualitas Usaha di Kota Kupang. pengawasan Koperasi Serba Usaha di Kota Kupang. DAFTAR PUSTAKA

  3. Hasil uji F atau uji simultan AAA Financial Accounting Standard

  Committee. 2000. “Commentary : variabel kompetensi dan SEC Auditor Independece independensi pengawas Requiments”, Accounting Horizons Vol.15 No.4 December 2001, hal berpengaruh terhadap kualitas 373-386. pengawasan Koperasi Serba

  Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing Usaha Kota Kupang dengan

  (Pemeriksaan Akuntan) oleh Adjusted R Square sebesar Kantor Akuntan Publik, Jilid Dua.

  30,8%.

  Agoes, Sukrisno. 2009. Etika Bisnis Saran dan Profesi. Jakarta.

  1. Pengawas Koperasi Serba Usaha BPKP. 2010. Peraturan Kepala Badan yang menjalankan fungsi auditor Pengawasan Keuangan dan

  Pembangunan Nomor: PER- internal pada koperasi 211/K/JF/2010 Tentang Standar disarankan untuk terus Kompetensi Auditor. meningkatkan kompetensi dan

  Kao, Alison. 1999. Accountability Effect on Auditor’s Performance: The independensi yang dimiliki

  Influence Of Knowladge, Problem pengawas, sehingga laporan Solving Ability and Task Complexity. Journal of Accounting Research. Novita, Minarni- Pengaruh Kompetensi dan Independensi….

  Affecting the Quality of The Audit Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Process. Decission Sciences. Subandi. 2011. Ekonomi Koperasi (Teori Tugiman, Hiro. 2006. Standar dan Praktik). Profesional Audit Internal.

  Yogyakarta. Sugiyono. 2013. Statistik untuk Penelitian.

  Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen.

  Undang-undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. Sugiharsono. 2009. Sistem Ekonomi

  Koperasi Sebagai Solusi Masalah Wisudawan, Agung. 2014. Peranan

  Perekonomian Indonesia. Jurnal, Pengawas dalam Rangka Universitas Negeri Yogyakarta.

  Meminimalisir Terjadinya Penyalahgunaan Kewenangan oleh Suhayati, Ely.2010. Auditing. Pengurus yang Merugikan Anggota dalam Lembaga Keuangan

  Sutton, S. G. 1993. Toward an Koperasi. Jurnal. Universitas

  Understandingof The Factors Mataram.