PERAN BATALYON MEKANIS TNI DALAM OPERASI

PERAN BATALYON MEKANIS TNI DALAM OPERASI PEMELIHARA
PERDAMAIAN DUNIA DI LEBANON

Apa yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh TNI bagi pemeliharaan perdamaian
dunia adalah wujud semangat rakyat dan bangsa Indonesia dalam melaksanakan
amanat

konstitusi

yaitu

Undang-Undang

Dasar

1945.

Susilo

Bambang


Yudhoyono

Sebagai salah satu anggota PBB dan juga melaksanakan komitmen atas
amanat UUD 1945 yaitu untuk ikut serta dalam menjaga ketertiban dunia, maka
Indonesia mewujudkannya melalui kontribusi aktif pada misi-misi perdamaian PBB
di berbagai belahan dunia. Peran ini semakin menguat dari tahun ke tahun, tidak
hanya dari sisi jumlah namun juga dari segi kualitas personel yang dikirim. Sampai
dengan Desember 2017, Indonesia berpartisipasi pada

10 misi pemelihara

perdamaian PBB dengan jumlah kontingen 2.840 personel, menempatkan Indonesia
pada peringkat ke 12 pengirim pasukan terbanyak. Bahkan Presiden Jokowi telah
membuat payung hukum bagi pengiriman pasukan garuda melalui Perpres Nomor
86 Tahun 2015, kemudian Kementerian Luar Negeri juga telah menerbitkan
Permenlu No 5 Tahun 2015 tentang Road Map Vision 4000 Personel Pemelihara
Perdamaian sehingga Indonesia ditargetkan masuk dalam 10 besar TCC (Troop
Contributing Country) penyumbang pasukan terbesar dalam misi perdamaian PBB
pada tahun 2019.


2

Dengan semakin banyaknya konflik yang terjadi di dunia dewasa ini maka
peran pasukan pemelihara perdamaian PBB pun semakin meningkat, hal itu dapat
dilihat dari jumlah personel, peralatan maupun mandat yang diterima. Pada awal
dekade 50 sampai 70-an, misi PBB banyak digunakan untuk menghadapi sengketa
tapal batas antar negara sehingga peran yang dimainkan oleh PBB adalah
Traditional Peacekeeping Operation

yang

melibatkan personel militer tanpa

dilengkapi daya memaksa (without enforcement power), sementara di era 80-an
sampai saat ini PBB banyak menghadapi konflik internal dalam sebuah negara yang
sangat kompleks dan terjadinya tragedi kemanusiaan yang disebabkan oleh
genosida, kelaparan, perang antar kelompok dan kejahatan kemanusiaan lainnya.
Sehingga saat ini misi PBB mulai menggunakan paradigma operasi menjadi
Multidimensional Peacekeeping Operation yang meliputi aspek militer dan sipil serta
bidang-bidang lain seperti kemanusiaan, penegakan hokum, politik dan lainnya.

Peran Multidimensi ini dijalankan pada misi MONUSCO, MINUSMA, MINUSCA dan
UNAMID walaupun di beberapa misi tetap mempertahankan paradigma tradisional
seperti UNIFIL, MINURSO dan UNMOGIP.
Dan hal ini juga berpengaruh bagi Indonesia dimana pada saat pengiriman
pertama kali yaitu Kontingen Garuda ke I pada tahun 1957 di Sinai Mesir tergabung
kedalam UNEF (United Nation Emergency Forces ) mengirimkan personil dari
satuan infanteri regular/ringan Resimen 15 Tentara Teritorium IV Diponegoro
sampai dengan Kontingen Garuda XII-D pada tahun 1994 di Kamboja di bawah
UNTAC (United Nation Transitional Authority in Cambodia) dengan main body

3

Yonif 303/SSM KOSTRAD.

Untuk misi selanjutnya yaitu pada tahun 2006,

Kontingen Garuda XXIII-A yang tergabung dalam UNIFIL ( United Nations Interim
Force in Lebanon) di Lebanon sesuai requirement dan mandat PBB sudah
menggunakan istilah batalyon mekanis dan diperkuat 32 Ranpur APC VAB dan
BTR 80-A, selanjutnya dilakukan penggantian dengan Ranpur Anoa secara

bertahap. Ini merupakan hal yang baru bagi TNI karena secara organisasi batalyon
mekanis baru ada pada tahun 2010 dengan dibentuknya Yonif Mekanis 201/Jaya
Yudha. Pengiriman batalyon mekanis dalam misi perdamaian PBB merupakan
tuntutan akan semakin kompleksnya permasalahan dan meningkatnya ancaman
yang dihadapi oleh pasukan pemelihara perdamaian.

Selain UNIFIL, batalyon

mekanis juga digunakan oleh Kontingen Garuda XXV-A dalam misi UNAMID (United
Nations Missionin Darfur) di Darfur Sudan dan dalam waktu dekat ini akan
dikirimkan lagi satu batalyon mekanis untuk melaksanakan tugas pada misi
MINUSCA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in the Central African
Republic)..
Dengan semakin kompleksnya tugas yang diemban oleh pasukan pemelihara
perdamaian PBB mengakibatkan peran satuan mekanis menjadi sangat vital dan
menjadi backbone dalam setiap misi yang dilaksanakan. Kontingen Garuda yang
melaksanakan operasi perdamaian dan berkemampuan mekanis ini lebh dikenal
dengan nama Indobatt. Indobatt berkedudukan di Adshit al Qusayr dan berada di
bawah kendali Sector Timur yang dipimpin oleh Brigadir Jendral Romero Mari dari
Spanyol. Saat ini seluruh Batalyon yang berada di dalam misi UNIFIL


4

berkemampuan

mekanis

karena

memang

banyak

dibandingkan dengan infanteri regular/ringan. Satuan

memiiki

kelebihan

bila


Mekanis dengan Ranpur

APC (Armored Personel Carrier) yang dimilikinya mampu meningkatkan kapasitas
tempur dan mengoptimalkan peran dalam tugas peacekeeping yang diemban baik
dalam pelaksanaan mandate PBB Chapter VI maupun Chapter VII. Kelebihan
satuan mekanis tersebut antara lain : Memiliki mobilitas tinggi, dengan
penggunaan Ranpur Anoa oleh Indobatt di daerah misi sudah pasti akan
meningkatkan coverage area operasi satuan. Indobatt yang berada di Adshit al
Qudsayr memiliki AOR (Area of Responbility) yang cukup luas dan meliputi 13 desa
binaan sehingga kemampuan Ranpur Anoa yang memiliki daya jelajah tinggi serta
cepat tersebut sangat diandalkan dalam pelaksanaan tugas-tugas escort maupun
patroli wilayah. Mobilitas ini sangat dibutuhkan karena tingkat kerawanan yang tinggi
di sepanjang Blue Line dan wilayah operasi dimana pelanggaran oleh kedua belah
pihak di sepanjang perbatasan dalam waktu singkat akan meningkat eskalasinya
menjadi kontak senjata sehingga dibutuhkan kecepatan bagi prajurit Indobatt dalam
meredam konflik tersebut. Memiliki perlindungan lapis baja, Ranpur Anoa yang
digunakan oleh Indobatt memiliki perlindungan lapis baja STANAG level 3 yang
cukup mampu melindungi prajurit dari tembakan lintas datar kaliber 7,62 mm
maupun IED/road bomb berkekuatan maks 8 kg. Berdasarkan data PBB sampai

dengan Desember 2017, tercatat 3.692 orangel yang meninggal dunia dalam
peacekeeping operation di seluruh dunia dan 1.305 orang diantaranya adalah
korban accident/tempur yang didominasi oleh korban ambush atau penghadangan

5

terhadap konvoi PBB.

Dengan penggunaan Ranpur Anoa maka dapat

meminimalisir resiko korban jiwa prajurit Indobatt dari ambush dan road bomb,
selain itu juga dapat digunakan dalam tugas-tugas peacekeeping lain seperti
mengatasi kerusuhan massa dan evakuasi. Komando, Kendali, Komunikasi dan
Informasi (K3I), kemampuan lain yang dimiliki oleh batalyon mekanis adalah K3I
dimana setiap Ranpur Anoa dilengkapi dengan radio komunikasi VHF maupun UHF
yang memiliki jangkauan lebih jauh dari alat komunikasi portable pada satuan
infanteri regular sehingga hal ini akan memudahkan dalam pengendalian pasukan
oleh komandan satuan baik

dari tingkat Regu sampai dengan Batalyon. Peran


komunikasi sebagai sarana komando dan kendali dari satuan Batalyon kepada
jajaran akan sangat vital khususnya disaat-saat kritis.

Daya Tembak, batalyon

mekanis memiliki persenjataan pada tiap Ranpur Anoa berupa SMB caliber 12.7
mm, SMR 7.62 mm atau AGL 40 mm. Dengan adanya persenjataan di Ranpur Anoa
ini maka batalyon mekanis memiliki fire support untuk melaksanakan penindakan
dalam rangka membela diri maupun mempertahankan mandat yang diberikan.
Penindakan untuk pembelaan diri ini merupakan jalan terakhir apabila prosedur
dalam penanganan masalah sudah dilakukan tahap demi tahap sesuai SOP PBB.
UNIFIL sebagai salah satu misi perdamaian di timur tengah selain UNDOF
dan UNTSO memiliki mandate untuk melaksanakan pengawasan terhadap
pemunduran pasukan Israel dari wilayah Lebanon Selatan, mengembalikan
kemanan dan kedamaian di wilayah Lebanon Selatan serta membantu pemerintah
Lebanon dalam membangun pemerintahan yang efektif . Mandat ini menjadi dasar

6


bagi satuan-satuan dilapangan seperti Indobatt dalam melaksanakan tugasnya,
adapun

tugas-tugas

dalam

misi

yang

dilaksanakan

meliputi

patroli,

escort/pengawalan, observation post sepanjang Blue Line, check point/pos
pemeriksaan dan tugas tambahan lainnya.
Dalam pelaksanaan tugas keseharian hal yang rutin dilakukan oleh Indobatt

adalah patroli pengamanan wilayah dengan menggunakan Ranpur Anoa maupun
berjalan kaki. Patroli dilakukan untuk memantau, mengawasi dan memonitor kondisi
keamanan wilayah maupun sepanjang tapal batas/Blue Line antara wilayah
Lebanon dan Israel. Selain memantau situasi wilayah, patroli ini juga digunakan
untuk mencari dan menemukan UXO (Unexploded Ordnance) yaitu bahan peledak
sisa-sisa konflik yang tidak meledak seperti mortir, bom cluster, granat dan roket.
UXO ini berbahaya bila tidak ditangani karena akan mengancam keselamatan
prajurit yang berpatroli maupun masyarakat yang melintas. Patroli bisa dilaksanakan
secara mandiri atau bersama dengan Batalyon lain maupun bersama LAF
(Lebanesse Armed Forces). Melalui patroli juga akan tercipta komunikasi antara
para prajurit Indobatt dan masyarakat Lebanon, karena para prajurit dapat
memanfaatkan kegiatan ini untuk berinteraksi dan terbukti sampai saat ini prajurit
Indobatt terkenal dengan keramahannya. Di sepanjang jalan masyarakat akan
menyapa dengan salam ‘Garuda’, sebuah sapaan yang menunjukkan hubungan
yang baik antara prajurit Indobatt dengan masyarakat di wilayah baik pada saat
patrol berjalan kaki maupun patroli dengan menggunakan Ranpur Anoa. Sebuah

7

hal yang sulit ditemukan pada batalyon negara lain yang melaksanakan patroli di

wilayah Lebanon.
Tugas lain yang dilakukan adalah Observation Post atau pos pengamatan.
Pos pengamatan ini terletak di sepanjang Blue Line antara Lebanon dan Israel dan
berada di wilah El Adaisse, tugas prajurit Indobatt adalah melaksanakan
pengawasan dan pengamatan terhadap aktivitas di sepanjang Blue Line dan
mencegah supaya tidak ada pelanggaran dari kedua belah pihak. Salah satu pos
yang terkenal adalah Panorama Point, sebuah lokasi

yang indah dan sering

menjadi tempat wisata dan selfie bagi warga Lebanon. Selain untuk berwisata,
tempat ini juga menjadi lokasi yang ideal bagi warga Lebanon yang akan melakukan
aksi unjuk rasa terhadap Israel sehingga seringkali terjadi insiden dari tingkat yang
kecil seperti pelemparan sampai dengan

kontak senjata, bentrok terakhir yang

memakan korban jiwa adalah pada tahun 2010 dimana tiga tentara Lebanon,
seorang wartawan dan seorang perwira senior IDF tewas sementara beberapa
orang lainnya luka-luka. Pada saat itu prajurit observation post dari Indobatt
berusaha untuk meredam clash tersebut dengan teriakan dan kibaran bendera putih
tetapi karena eskalasinya sudah meninggi dan kedua belah pihak mulai
menembakkan senjatanya sehingga sesuai dengan SOP maka para prajurit tersebut
meninggalkan lokasi. Karena memiliki tingkat kerawanan yang tinggi dibandingkan
pos lainnya maka Panorama Point menjadi perhatian khusus bagi Indobatt yang
bertanggungjawab terhadap pengawasan keamanan di wilayah tersebut.

8

Selain tugas-tugas tempur diatas Indobatt juga melaksanakan salah satu
support task yaitu CIMIC (Civil Military Coordination), CIMIC merupakan kegiatan
untuk mendekatkan diri antara satuan militer dengan masyarakat lokal di Lebanon,
dalam istilah TNI kegiatan CIMIC lebih menyerupai pembinaan territorial walaupun
terdapat perbedaan dan lingkup pembinaan territorial juga lebih luas. Dalam
kegiatan tersebut satuan harus menjalin koordinasi dan kerjasama dengan para
pimpinan wilayah setempat yaitu Mayor (kepala Municipality) dan Muhtar (kepala
Village).

Selain

itu

juga

melakukan

koordinasi

dengan

lembaga-lembaga

internasional maupun local seperti UNHCR, UNDP, UNMAS, LMAK, UNRWA dan
lainnya. Bagi prajurit Indobatt kegiatan CIMIC bukanlah hal yang asing karena TNI
sejatinya sudah memiliki pembinaan teritorial yang menjadi jati diri setiap prajurit
TNI. Kegiatan CIMIC yang dilaksanakan antara lain adalah melaksanakan tatap
muka dengan para tokoh masyarakat seperti Mayor dan Muhtar yang berada di
wilayah AOR Indobatt, melaksanakan pengobatan gratis kepada masyarakat di
desa-desa binaan dengan menggunakan tenaga medis dari personel kesehatan
Batalyon, melaksanakan kunjungan dan sosialisasi di sekolah-sekolah baik dasar
dan menengah dengan memanfaatkan Smart Car yang dimiliki, melaksanakan
olahraga bersama dengan masyarakat setempat, menghadiri undangan perayaan
hari besar keagamaan dan festival yang sering diadakan di desa-desa,
melaksanakan market walk di pasar-pasar sekitar AOR dan membuka camp
Indobatt untuk menerima kunjungan student visit dari sekolah-sekolah di lingkungan
sekitar camp. Selain untuk meningkatkan hubungan dengan masyarakat setempat,

9

kegiatan CIMIC ini sekaligus menjadi sarana bagi Indobatt untuk memperkenalkan
Indonesia melalui interaksi para prajurit dengan masyarakat Lebanon sehingga akan
tercipta hubungan batin yang kuat walaupun memiliki latar belakang budaya yang
berbeda, dan ini sesuai dengan tujuan utama CIMIC yaitu winning heart and mind of
the people.
Setelah melaksanakan operasi selama kurang lebih dua belas tahun sejak
Indobatt XXIII-A pada tahun 2006 sampai dengan saat ini Indobatt XXIII-L, batalyon
mekanis kontingen Garuda sudah memberikan yang terbaik bagi misi UNIFIL dan
juga membawa nama harum Merah Putih, tidak hanya dapat melaksanakan tugastugas peacekeeping mission secara professional, imparsial dan berdisiplin tinggi
tetapi juga mampu berperan sebagai sosok prajurit yang mampu beradaptasi dan
memahami budaya lokal dengan baik sehingga bisa diterima oleh masyarakat
Lebanon dan Kontingen dari negara lain, hal ini juga yang melatarbelakangi
mengapa UNIFIL menjadikan Kontingen Garuda sebagai kontingen terbesar dalam
misinya. Semoga semangat dan pengabdian ini akan tetap terjaga seperti teriakan
dan semangat masyarakat Lebanon serta prajurit negara lain ketika bertemu prajurit
Indonesia,...Garuda !!.
You can do a lot with diplomacy, but with diplomacy backed up by force you can get
a lot more done.” Kofi Annan

Naqourra, 6 februari 2018
Dansatgas CIMIC Konga 2018

Sigit Purwanto S.I.P, M.Si
Letnan Kolonel Inf NRP 11970037730975

10