SISTEM AKUNTANSI BIAYA PADA SEKOLAH DASA
SISTEM AKUNTANSI BIAYA PADA SEKOLAH DASAR
DAN MENENGAH
Disusun Oleh:
Nama
:
Sophia
NIM
:
061540512354
Kelas
:
3 AP E
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan
kepada-Nya. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Makalah Sistem Akuntansi Biaya pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah ini
dengan baik. Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas harian
matakuliah Akuntansi Sektor Publik 3 dan bertujuan untuk menggali dan menerapkan ilmu
yang telah didapat selama perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan laporanmasih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
agar laporan ini dapat lebih sempurna.
Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Kartika Rachma Sari, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Matakuliah Akuntansi
Sektor Publik 3.
2. Rekan-rekan mahasiswa di Progam Studi Alih Jenjang Akuntansi Sektor Publik
kelas 3 AP E Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Palembang, Nopember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ……………………..................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Akuntansi Biaya Pendidikan SD dan SMP.................................................4
2.1.1 Klasifikasi Biaya.........................................................................................6
2.1.2 Identifikasi Biaya.........................................................................................7
2.1.3 Simulasi Sederhana Prakiraan Biaya Pendidikan........................................8
2.1.4 Simulasi Activity Costing System (ACS) untuk SD dan SMP.....................9
2.1 Sistem Akuntansi Biaya Untuk Biaya Tenaga Kerja Sektor Pendidikan...............13
2.2.1 Definisi Biaya Tenaga Kerja Sektor Publik................................................13
2.2.2 Contoh Simulasi Perhitungan Akuntansi Biaya Guru Honorer...................14
2.2.3 Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Insentif untuk Guru Sekolah.............14
2.2.4 Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lembur untuk Guru Sekolah.............15
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
5.2 Saran ......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak era otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki wewenang seluas-
luasnya untuk mengembangkan sektor pendidikan. Seiring dengan berjalannya otonomi
daerah, berlangsung pula globalisasi di mana tantantangan yang dihadapi oleh bangsa ini
ke depan akan semakin berat. Salah satnu tantangan yang akan dihadapi adalah terbatasnya
alokasi dana dari pemerintah yang membuat kualitas pendidikan sekolah belum merata.
Namun hal tersebut, tidak dapat dijadikan tolak ukur atas kualitas suatu sekolah. Sekolah
harus menggunakan dana dengan seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan
pelayanan dan kualitas pendidikan sekolah. Hal tersebut dapat dicapai apabila sekolah
mampu mengidentifikasi permasalahan perhitungan biaya di sekolah, baik tingkat dasar
maupun menengah.
Perhitungan biaya di sekolah dasar dan menengah yang ada selama ini masih
sangat sederhana dan belum mampu mengungkapkan informasi penting sebagai materi
atau landasan pengambilan keputusan, serta hanya sebatas informasi biaya per unit untuk
belanja pegawai dan belanja nonpegawai. Perkembangan terakhir dari sistem perhitungan
biaya di entitas sekolah dasar dan menengah, serta cara-cara atau inovasi baru dalam
mencapai target dan tantangan yang dewasa ini terjadi belum ditemukan. Perhitungan yang
ada belum mampu mengungkapkan dan memunculkan data informatif, seperti belum
adanya standar atau pedoman perhitungan biaya per unit siswa. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai Sistem Akuntansi Biaya pada Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem akuntansi biaya pendidikan untuk siswa tingkat Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?
2. Bagaimana sistem akuntansi biaya untuk tenaga kerja atau karyawan pada
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan sistem akuntansi biaya pada SD dan SMP yaitu :
1. Mengefektifkan dan mengefisiensikan penggunaan dana sekolah
2. Mengetahui penyebab utama biaya yang terjadi di sekolah
3. Memberikan informasi berupa laporan biaya yang akurat
4. Meberikan jaminan akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana serta
pelaporannya
5. Menghasilkan laporan biaya yang terkini (up to date) sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelola sekolah, terutama pada
aspek keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sistem Akuntansi Biaya Pendidikan untuk Siswa SD dan SMP
Landasan teori yang dipakai untuk memecahkan permasalahan perhitungan biaya
di Sekolah Dasar dan Menengah adalah dengan pendekatan akuntansi biaya tradisional dan
Activity Costing System (ACS). Proses dan sistematika pemecahannya adalah melalui
rincian tahap sebagai berikut :
1. Pemahaman mengenai pengertian biaya;
2. Klasifikasi dan identifikasi biaya-biaya yang terjadi di sekolah ke dalam kategori
tertentu dengan pendekatan ACS;
3. Pembuatan konsep perhitungan biaya yang akurat dan informatif;
4. Simulasi aplikasi model perhitungan biaya;
Sebagai langkah pertama, harus diketahui terlebih dahulu konsep biaya. Biaya
adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.
Di SD dan SMP, sangat banyak macam jenis biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini, tujuan sekolah adalah meningkatkan kualitas pendidikan secara
umum, terutama mencetak kualitas pribadi lulusan sesuai dengan standar kriteria yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, yayasan, maupun entitas sekolah itu sendiri.
Di SD dan SMP Negeri, standar pengelolaan administrasi dan keuangan serta
pelaporan keuangan relatif sama dan terpusat. Hal ini membuat entitas pendidikan dasar
dan menengah negeri harus mengembangkan penerapan standar sesuai karakteristik dan
kebutuhan yang dimiliki masing-masing sekolah, termasuk di dalamnya perhitungan dan
pelaporan biaya. Saat ini sarana informatif dan pendukung pengambilan keputusan
pendidikan belum diimplementasikan secara memadai.
Informasi biaya memiliki nilai yang berarti bagi orang tua siswa, serta masyarakt
pemerhati pendidikan maupun umum. Pelaporan biaya ini diharapkan menjadi dasar yang
efektif bagi pertimbangan dan penilaian suatu entitias sekolah tertentu.
2.1.1 Klasifikasi Biaya
Biaya diidentifikasikan dan diklasifikasi menurut sifatnya. Klasifikasi biaya-biaya
di entitas sekolah menurut sifatnya akan digunakan untuk mempertegas batasan,
mempermudah perhitungan, dan menambah keakuratan pelaporan. Menurut sifatnya, biaya
dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
a.
Biaya langsung
Biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses
pencapaian hasil dan tujuan seuatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri,
biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan
utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap siswa
secara keseluruhan. Berikut ini contoh biaya langsung yaitu :
1. Biaya praktikum,
2. Biaya ujian,
3. Biaya pemakaian laboratorium,
4. Biaya peminjaman dan sejenisnya.
b.
Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari
komponen biaya langsung. Dalam dunia pendidikan biaya tidak langsung merupakan
komponen penunjang atau katalisator dalam proses belajar mengajar. Jadi, tujuan akhir
sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan dapat lebih sepat dicapai. Berikut ini contoh
biaya tidak langsung yaitu :
1. Biaya kebersihan,
2. Bantuan dana kegiatan siswa,
3. Biaya kegiatan sosial, dan sejenisnya.
2.1.2 Identifikasi Biaya
Setelah diketahui klasifikasi biaya menurut sifatnya, yaitu langsung maupun tidak
langsung, identifikasi biaya yang terjadi disekolah disesuaikan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Dalam tahap ini, logika hubungan antara biaya
dan anggaran dapat digambarkan sebagai berikut :
Diagram Penyusunan Anggaran Pendidikan Sekolah Menengah
Activity Costing System
Aktivitas
Biaya
Biaya
Langsung
Anggaran
Biaya Tidak
Langsung
Keterangan :
Pada awalnya, komponen penyusun anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi
dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya
terdiri dari dua komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dalam
pembahasan bab ini, digunakan alat bantu penyusunan laporan biaya aktivitas, yaitu
Activity Costing System (ACS), yang merupakan salah satu alat penghitungan biaya dalam
pendekatan ekonomi. Menurut pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan
aktivitas yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian
aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan. Dengan penjabaran jenis
biaya dan aktivitas secara bersamaan, anggaran tahunan dapat dirinci secara lebih akurat.
Kelebihan metode tersebut adalah kemudahannya dalam merinci biaya yang perlu
diperhitungkan. Metode tersebut tidak mengindahkan pengaruh tingkat teknologi, kondisi
internal, dan tingkat efisiensi aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
2.1.3 Simulasi Sederhana Kebutuhan Prakiraan Biaya Pendidikan
Alokasi dana untuk pendidikan harus dipersiapkan sejak awal. Meskipun tidak
semua biaya pendidikan itu dpat dikatakan ‘mahal’. Seiring dengan bertambahnya
kesadaran pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka pemerintah
mengeluarkan program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). BOS adalah program
pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Tujuan umum dari dana BOS
yaitu meringankan biaya pendidikan dalam rangka Wajar 9 tahun yang bermutu, serta
berperan mempercepat pencapaian SPM dan SNP. Sedangkan tujuan khusus dana BOS
yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik di sekolah negeri dan
membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik miskin dan meringankan beban siswa
lainnya di sekolah swasta. Sasaran dari program dana BOS ini mencakup semua sekolah
SD/SDLB, SMP/SMPLB/SMPT/Satap/SLB, baik negeri maupun swasta yang sudah
terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen).
Khusus bagi sekolah swasta, juga harus memiliki izin operasional.
Dari dana BOS inilah sekolah dapat mengalokasikan ke dalam biaya-biaya terkait
biaya operasional sekolah. Besaran dana BOS yang diberikan pemerintah kepada sekolah
Dihitung berdasarkan jumlah peserta didik dengan besar satuan biaya:
a.
Tingkat SD
:
Rp
800.000,-/siswa/tahun;
b.
Tingkat SMP :
Rp
1.000.000,-/siswa/tahun;
Untuk sekolah di daerah khusus dengan jumlah peserta didik kurang dari 60 siswa, akan
mendapat alokasi sebanyak 60 siswa. Besaran biaya yang ditanggung oleh pemerintah
untuk tiap siswa dari dana BOS telah ditentukan. Hal ini berarti sekolah dasar dan
menengah wajib mengalokasikan dana BOS ke dalam pos biaya terkait operasional.
Dalam sub bab ini akan menjelaskan dua simulasi perhitungan biaya sebelum adanya
program dana BOS dan sesudah adanya Dana BOS.
2.1.4 Penerapan Activity Costing System (ACS) pada Sekolah Menengah Swasta
Penerapan Activity Costing System (ACS) di SMP Harapan Bangsa Palembang
tahun ajaran 2010/2011, dimana biaya diklasisfikasikan ke dalam biaya rutin/operasional
baik langsung maupun tidak langsung, biaya langsung umum, dan biaya tidak langsung
umum. Biaya rutin/operasional adalah biaya sekolah yang ditanggung oleh pemerintah
baik secara total atau keseluruhan maupun dalam bentuk subsidi. Subsidi dari pemerintah
ini mengurangi biaya tidak langsung yang ditanggung oleh BP3 (sekarang bisa disebut
Komite sekolah). Berikut rincian biayanya :
Biaya Rutin/Operasional Tidak Langsung
1.
Belanja Kantor
Rp
950.000
2.
Pengadaan Alat
Rp
11.000.000
3.
Tunjangan Beras 1 tahun
Rp
50.000.000
4.
Lembur
Rp
500.000
5.
Langganan daya dan Jasa
Pemeliharaan
Lingkungan/Gedung
Rp
7.500.000
6.
Jumlah
Rp
3.500.000
Rp
73.450.000
Biaya Rutin/Operasional Langsung
1. Gaji Guru dan pegawai (1 tahun)
Jumlah
Biaya Langsung Umum
1
. Kegiatan Belajar Mengajar
Ujian Tengah Semester
700
1
siswa
700
Ujian Semester 1
siswa
Ujian Tengah Semester
700
2
siswa
700
Ujian Semester 2
siswa
Ujian Praktikum
200
Sekolah
siswa
200
Ujian Sekolah Akhir
siswa
200
Ujian Akhir Nasional
siswa
Rp
700.000.000
Rp
700.000.000
x
x
x
x
x
x
x
Rp
7.000
Rp
10.000
Rp
7.000
Rp
10.000
Rp
15.000
Rp
20.000
Rp
25.000
Jumlah
Rp
4.900.000
Rp
7.000.000
Rp
4.900.000
Rp
7.000.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
5.000.000
Rp
35.800.000
Program Pengayaan Intensif
Transport tim
Transport pembuat
soal
Transport
pembahasan
8 orang
x
392 set
1832
jam
x
Transport pengawas
424 jam
x
8 pack
x
Fotokopi soal
Jumlah
x
Rp 2.000.000
Rp
15.000
Rp
17.000
Rp
15.000
Rp
1.500.000
Rp
16.000.000
Rp
5.880.000
Rp
31.144.000
Rp
6.360.000
Rp
12.000.000
Rp
71.384.000
Kegiatan Laboratorium
Rp
6.000.000
Rp
5.000.000
Laboratorium IPA
Laboratorium Komputer
2. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Rp
6.000.000
Pengadaan buku
3. Kesiswaan
Pengembangan kesiswaan
Jumlah
Rp
2.000.000
Rp
19.000.000
4. Sarana Fisik
Pengadaan Papan Tulis Putih
Total Biaya Langsung Umum
Rp
4.000.000
Rp
130.184.000
Biaya Tidak Langsung Umum
1. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan lomba
2. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan alat
Langganan Koran
Perbaikan air
Pemeliharaan Lingkungan
Pengadaan fotokopi
Rapat dinas
Langganan Listrik, Telpon,Air
Belanja Kantor
Inventaris Kantor
Rp
5.000.000
Rp
40.000.000
Rp
1.000.000
Rp
6.000.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
1.200.000
Rp
45.000.000
Rp
8.000.000
Rp
2.000.000
Jumlah
Rp
115.200.000
3
. Kesiswaan
Jumlah
Rp
2.000.000
Rp
10.000.000
Rp
10.000.000
Rp
8.000.000
Rp
5.000.000
Rp
35.000.000
Jumlah
Rp
5.000.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
5.000.000
Rp
17.000.000
Latihan Kepemimpinan
Perayaan Hari Besar/Keagamaan
Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka
Kegiatan OSIS
Kegiatan Ekstrakulikuler Pencak Silat
4
. Lain-lain
kegiatan Sosial
Rapat BP3
Buka bersama
Bingkisan lebaran
5
. Kesejahteraan
Kesejahteraan Guru
Kesejahteraan Pegawai TU
Kesejahteraan Petugas Sekolah
Jumlah
Rp
158.000.000
Rp
44.000.000
Rp
5.000.000
Rp
207.000.000
6
. Sarana Fisik
Pembuatan tempat parkir
Pembuatan Majalah dinding
Pemasangan conblock
Perbaikan Taman
Rp
2.000.000
Rp
770.000
Rp
7.000.000
Rp
2.000.000
Rp
2.000.000
Rp
2.500.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
800.000
Rp
24.070.000
Rp
398.270.000
Pembuatan Papan Informasi
Pengecatan tembok
Perbaikan tembok
Perbaikan Alat
Pengadaan tempat sampah
Jumlah
Total Biaya Tidak Langsung Umum
Dari contoh rincian anggaran sekolah di atas, jumlah biaya per klasifikasi dan beberapa
informasi terkait dapat diketahui dalam proses perhitungan dan pengalokasian biaya-biaya
berikut :
Biaya Langsung (BL)
Dana BOS Rp. 1.000.000 x 850 siswa
:
Rp.
850.000.000
Biaya Rutin/Operasional Langsung (BRL)
:
Rp.
700.000.000
Biaya Rutin/Operasional Tidak Langsung (BRTL) :
Rp.
73.450.000
Biaya Langsung Umum (BLU)
:
Rp.
130.184.000
Biaya Tidak Langsung Umum (BTLU)
:
Rp.
398.270.000
Jumlah siswa (JS)
:
850 siswa
SPP siswa Kelas 7,8,9
Perhitungan yang digunakan adalah pengurangan biaya langsung dengan biaya rutin
langsung dibagi dengan jumlah seluruh siswa untuk mengetahui kebutuhan langsung/rill
siswa secara umum (kelas 1,2,3) dalam mencapai tujuan pendidikannya.
SPP rata-rata :
BL−BRL
JS
¿
850.000.000−700.000 .000
850
= Rp. 176.471 per tahun atau Rp. 15.000 per bulan
Non SPP
Perhitungan anggaran pendidikan, khususnya biaya langsung, mengakibatkan adanya
aktivitas yang memerlukan pendanaan lebih lanjut. Hal ini mengakibatkan timbulnya
sumbangan pendidikan untuk mendanai keperluan biaya tidak langsung. Secara umum,
sumbangan pendidikan ini dikenakan pada siswa kelas 7,8,9 sesuai kebijakan sekolah
dengan pihak BP3. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
BTL yang akan didanai BP3 = BTLU – BRTL
= Rp.
398.270.000 -- Rp.
73.450.000
= Rp 324.820.000
BTL yang akan didanai BP 3
Sumbangan BP3 :
JS
=
Rp . 324.820 .000
850
= Rp. 382.200 per tahun atau Rp. 31. 850 per bulan
Biaya tidak langsung yang akan dibayarkan oleh BP3 ini dapat dibayarkan tahun atau tiga
kali lipatnya pada awal masuk (kelas 7) dengan jumlah Rp. 1.146.600 sehingga sekolah
mendapatkan
keuntungan
dari
nilai
waktu
uang.
Penentuan
mekanisme
pembayaran/pelunasan biaya tersebut tergantung pada kesepakatan antara pihak sekolah
dengan BP3 melalui rapat yang biasa diadakan pada awal tahun ajaran. Peneliti dalam hal
ini hanya sebatas merekomendasikan hasil kajiannya yang berupa pelaporan biaya yang
lebih terklasifikasi dan informatif kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara itu,
hal-hal yang terkait di dalamnya terkadang akan sangat bergantung pada jenis dan
karakteristik dari entitas sekolah yang bersangkutan.
Inti dari pembahasan ini adalah memberikan informasi khusus kepada siswa dan
orang tua siswa bahwa segala macam biaya yang akan dikeluarkan selama proses KBM di
sekolah bersangkutan adalah tepat atau sesuai dengan hasil yang ditetapkan dan
diharapkan, karena biaya yang akan ditanggung oleh siswa merupakan cerminan dari
aktivitas value added yang dilakukannya dan sesuai dengan kualitas yang akan
dicapainya.Contoh perhitungan biaya di atas tidak jauh berbeda dengan perhitungan biaya
di Sekolah Dasar, yang berbeda hanyalah besaran dana BOS dari pemerintah.
2.2
Sistem Akuntansi Biaya untuk Biaya Tenaga Kerja/Karyawan Sektor
Pendidikan
2.2.1 Definisi Biaya tenaga Kerja Sektor Pendidikan
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk
melakukan aktivitas yang terkait dengan institusi pendidikan, seperti mengajar. Biaya
tenaga kerja di sektor pendidikan dapat dibagi ke dalam beberapa golongan berikut :
a. Gaji Kepala Sekolah
b. Tunjangan Kepala Sekolah
c. Gaji Guru
d. Tunjangan Guru
e. Gaji Guru honorer
Untuk besaran gaji dan tunjangan Kepala Sekolah maupun guru sudah ditentukan
oleh pemerintah berdasarkan pangkat dan golongan mereka, sehingga akuntansi biaya
lebih digunakan untuk menghitung gaji guru honorer atau karyawan lain yang lembur.
Ada beberapa cara untuk menghitung gaji guru honorer maupun upah lembur
karyawan. Salah satunya adalah dengan mengalikan tariff upah dengan jam kerja
karyawan. Dengan demikian, untuk menentukan upah seorang karyawan perlu
dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama periode tertentu. Jadi yang diperlukan
untuk guru honorer dan karyawan yang lembur adalah apa yang dinamakan dengan Kartu
Hadir. Kartu hadir adalah suatu catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran
karyawan, yaitu jangka waktu antara jam hadir dan jam meninggalkan tempat kerja.
2.2.2 Contoh Simulasi Perhitungan Akuntansi Biaya untuk Biaya Guru Honorer
Misalnya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Palembang ada 4 orang Guru Honorer
yang bernama Andi, Bima, Resa dan Selly. Berikut rinciannya :
No
Nama
1.
Andi
2.
Jumlah Jam Kerja 1 minggu
Tarif per Jam
Gaji Sebulan
40 jam
Rp. 15.000
Rp. 2.400.000
Bima
30 jam
Rp. 10.000
Rp. 1.200.000
3.
Resa
30 jam
Rp. 15.000
Rp. 1.800.000
4.
Selly
30 jam
Rp. 10.000
Rp. 1.200.000
2.2.3 Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Insentif untuk Guru Sekolah
Menurut penyelidikan, dibutuhkan waktu 60 menit untuk mengajar satu mata
pelajaran, sehingga mengajar standar per hari (7 jam) adalah 7 kali mata pelajaran yang
diajarkan. Jika gaji pokok adalah Rp. 14.000 per hari (= 7 jam), maka tarif gaji mengajar
per mata pelajaran adalah Rp. 2.000 (Rp. 14.000 :7 jam). Guru yang tidak dapat
menghasilkan jumlah mengajar per hari tetap dijamin mendapatkan gaji Rp.14.000 per
hari. Akan tetapi bila ada 9 mata pelajaran yang disampaikan ke murid dalam seharinya
(ada kelebihan mengajar 2 mata pelajaran), upahnya dihitung sebagai berikut :
Gaji pokok per hari
=
Rp. 14.000
Insentif = 2 x Rp. 2.000
=
Rp. 4.000 +
Gaji yang seharusnya diterima per hari =
2.2.4
Rp. 18.000
Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lembur untuk Guru/Pegawai Sekolah
Aturan dalam setiap institusi, termasuk institusi pendidikan, adalah jika pegawai
bekerja lebih dari 40 jam (misalkan ditetapkan 40 jam per minggu), maka pegawai tersebut
berhak menerima uang lembur dan premi lembur. Misalnya dalam waktu satu minggu
seorang pegawai bekerja selama 44 jam denga tarif upah (dalam jam kerja biasa aupun
lembur) Rp. 2.000 per jam, premi lembur dihitung sebesar 50% dari tarif gaji. Gaji
pegawai tersebut dihitung sebagai berikut :
Jam Biasa
40 jam x Rp. 2.000
=
Rp. 80.000
Lembur
4 jam x Rp. 2.000
=
Rp. 8.000
Premi Lembur
4 jam x Rp. 1.000
=
Rp. 4.000 +
=
Rp.92.000
Jumlah gaji guru tersebut dalam satu minggu
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam BAB II maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Perhitungan dalam sistem akuntansi biaya pendidikan di Sekolah Dasar dan
Sekolah menegah dapat digunakan alat bantu penyusunan laporan biaya
aktivitas, yaitu Activity Costing System (ACS), yang merupakan salah satu alat
penghitung biaya dalam pendekatan ekonomi.
2. Perhitungan biaya untuk tenaga kerja atau pegawai di sekolah dasar dan
sekolah menengah seperti gaji honorer, upah lembur dapat dilakukan dengan
cara mengalikan tarif upah dengan jam kerja guru atau pegawai.
3.2
Saran
Berdasarkan pembahasan materi di atas, saya menyarakan agar sistem akuntansi
biaya di sekolah dasar dan sekolah menengah dapat diterapkan di setiap sekolah agar
sekolah dan pihak yang berkepentingan seperti orang tua siswa, donatur, dan pemerintah
dapat mengetahui jelas pos-pos biaya apa saja yang akan dibiaya dan jumlah biaya yang
diperlukan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian Indra. 2006. Akuntansi Pendidikan. Yogyakarta : Erlangga
DAN MENENGAH
Disusun Oleh:
Nama
:
Sophia
NIM
:
061540512354
Kelas
:
3 AP E
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan
kepada-Nya. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Makalah Sistem Akuntansi Biaya pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah ini
dengan baik. Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas harian
matakuliah Akuntansi Sektor Publik 3 dan bertujuan untuk menggali dan menerapkan ilmu
yang telah didapat selama perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan laporanmasih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
agar laporan ini dapat lebih sempurna.
Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Kartika Rachma Sari, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Matakuliah Akuntansi
Sektor Publik 3.
2. Rekan-rekan mahasiswa di Progam Studi Alih Jenjang Akuntansi Sektor Publik
kelas 3 AP E Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Palembang, Nopember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ……………………..................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Akuntansi Biaya Pendidikan SD dan SMP.................................................4
2.1.1 Klasifikasi Biaya.........................................................................................6
2.1.2 Identifikasi Biaya.........................................................................................7
2.1.3 Simulasi Sederhana Prakiraan Biaya Pendidikan........................................8
2.1.4 Simulasi Activity Costing System (ACS) untuk SD dan SMP.....................9
2.1 Sistem Akuntansi Biaya Untuk Biaya Tenaga Kerja Sektor Pendidikan...............13
2.2.1 Definisi Biaya Tenaga Kerja Sektor Publik................................................13
2.2.2 Contoh Simulasi Perhitungan Akuntansi Biaya Guru Honorer...................14
2.2.3 Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Insentif untuk Guru Sekolah.............14
2.2.4 Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lembur untuk Guru Sekolah.............15
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
5.2 Saran ......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak era otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki wewenang seluas-
luasnya untuk mengembangkan sektor pendidikan. Seiring dengan berjalannya otonomi
daerah, berlangsung pula globalisasi di mana tantantangan yang dihadapi oleh bangsa ini
ke depan akan semakin berat. Salah satnu tantangan yang akan dihadapi adalah terbatasnya
alokasi dana dari pemerintah yang membuat kualitas pendidikan sekolah belum merata.
Namun hal tersebut, tidak dapat dijadikan tolak ukur atas kualitas suatu sekolah. Sekolah
harus menggunakan dana dengan seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan
pelayanan dan kualitas pendidikan sekolah. Hal tersebut dapat dicapai apabila sekolah
mampu mengidentifikasi permasalahan perhitungan biaya di sekolah, baik tingkat dasar
maupun menengah.
Perhitungan biaya di sekolah dasar dan menengah yang ada selama ini masih
sangat sederhana dan belum mampu mengungkapkan informasi penting sebagai materi
atau landasan pengambilan keputusan, serta hanya sebatas informasi biaya per unit untuk
belanja pegawai dan belanja nonpegawai. Perkembangan terakhir dari sistem perhitungan
biaya di entitas sekolah dasar dan menengah, serta cara-cara atau inovasi baru dalam
mencapai target dan tantangan yang dewasa ini terjadi belum ditemukan. Perhitungan yang
ada belum mampu mengungkapkan dan memunculkan data informatif, seperti belum
adanya standar atau pedoman perhitungan biaya per unit siswa. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai Sistem Akuntansi Biaya pada Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem akuntansi biaya pendidikan untuk siswa tingkat Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?
2. Bagaimana sistem akuntansi biaya untuk tenaga kerja atau karyawan pada
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan sistem akuntansi biaya pada SD dan SMP yaitu :
1. Mengefektifkan dan mengefisiensikan penggunaan dana sekolah
2. Mengetahui penyebab utama biaya yang terjadi di sekolah
3. Memberikan informasi berupa laporan biaya yang akurat
4. Meberikan jaminan akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana serta
pelaporannya
5. Menghasilkan laporan biaya yang terkini (up to date) sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelola sekolah, terutama pada
aspek keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sistem Akuntansi Biaya Pendidikan untuk Siswa SD dan SMP
Landasan teori yang dipakai untuk memecahkan permasalahan perhitungan biaya
di Sekolah Dasar dan Menengah adalah dengan pendekatan akuntansi biaya tradisional dan
Activity Costing System (ACS). Proses dan sistematika pemecahannya adalah melalui
rincian tahap sebagai berikut :
1. Pemahaman mengenai pengertian biaya;
2. Klasifikasi dan identifikasi biaya-biaya yang terjadi di sekolah ke dalam kategori
tertentu dengan pendekatan ACS;
3. Pembuatan konsep perhitungan biaya yang akurat dan informatif;
4. Simulasi aplikasi model perhitungan biaya;
Sebagai langkah pertama, harus diketahui terlebih dahulu konsep biaya. Biaya
adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.
Di SD dan SMP, sangat banyak macam jenis biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini, tujuan sekolah adalah meningkatkan kualitas pendidikan secara
umum, terutama mencetak kualitas pribadi lulusan sesuai dengan standar kriteria yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, yayasan, maupun entitas sekolah itu sendiri.
Di SD dan SMP Negeri, standar pengelolaan administrasi dan keuangan serta
pelaporan keuangan relatif sama dan terpusat. Hal ini membuat entitas pendidikan dasar
dan menengah negeri harus mengembangkan penerapan standar sesuai karakteristik dan
kebutuhan yang dimiliki masing-masing sekolah, termasuk di dalamnya perhitungan dan
pelaporan biaya. Saat ini sarana informatif dan pendukung pengambilan keputusan
pendidikan belum diimplementasikan secara memadai.
Informasi biaya memiliki nilai yang berarti bagi orang tua siswa, serta masyarakt
pemerhati pendidikan maupun umum. Pelaporan biaya ini diharapkan menjadi dasar yang
efektif bagi pertimbangan dan penilaian suatu entitias sekolah tertentu.
2.1.1 Klasifikasi Biaya
Biaya diidentifikasikan dan diklasifikasi menurut sifatnya. Klasifikasi biaya-biaya
di entitas sekolah menurut sifatnya akan digunakan untuk mempertegas batasan,
mempermudah perhitungan, dan menambah keakuratan pelaporan. Menurut sifatnya, biaya
dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
a.
Biaya langsung
Biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses
pencapaian hasil dan tujuan seuatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri,
biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan
utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap siswa
secara keseluruhan. Berikut ini contoh biaya langsung yaitu :
1. Biaya praktikum,
2. Biaya ujian,
3. Biaya pemakaian laboratorium,
4. Biaya peminjaman dan sejenisnya.
b.
Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari
komponen biaya langsung. Dalam dunia pendidikan biaya tidak langsung merupakan
komponen penunjang atau katalisator dalam proses belajar mengajar. Jadi, tujuan akhir
sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan dapat lebih sepat dicapai. Berikut ini contoh
biaya tidak langsung yaitu :
1. Biaya kebersihan,
2. Bantuan dana kegiatan siswa,
3. Biaya kegiatan sosial, dan sejenisnya.
2.1.2 Identifikasi Biaya
Setelah diketahui klasifikasi biaya menurut sifatnya, yaitu langsung maupun tidak
langsung, identifikasi biaya yang terjadi disekolah disesuaikan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Dalam tahap ini, logika hubungan antara biaya
dan anggaran dapat digambarkan sebagai berikut :
Diagram Penyusunan Anggaran Pendidikan Sekolah Menengah
Activity Costing System
Aktivitas
Biaya
Biaya
Langsung
Anggaran
Biaya Tidak
Langsung
Keterangan :
Pada awalnya, komponen penyusun anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi
dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya
terdiri dari dua komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dalam
pembahasan bab ini, digunakan alat bantu penyusunan laporan biaya aktivitas, yaitu
Activity Costing System (ACS), yang merupakan salah satu alat penghitungan biaya dalam
pendekatan ekonomi. Menurut pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan
aktivitas yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian
aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan. Dengan penjabaran jenis
biaya dan aktivitas secara bersamaan, anggaran tahunan dapat dirinci secara lebih akurat.
Kelebihan metode tersebut adalah kemudahannya dalam merinci biaya yang perlu
diperhitungkan. Metode tersebut tidak mengindahkan pengaruh tingkat teknologi, kondisi
internal, dan tingkat efisiensi aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
2.1.3 Simulasi Sederhana Kebutuhan Prakiraan Biaya Pendidikan
Alokasi dana untuk pendidikan harus dipersiapkan sejak awal. Meskipun tidak
semua biaya pendidikan itu dpat dikatakan ‘mahal’. Seiring dengan bertambahnya
kesadaran pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka pemerintah
mengeluarkan program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). BOS adalah program
pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Tujuan umum dari dana BOS
yaitu meringankan biaya pendidikan dalam rangka Wajar 9 tahun yang bermutu, serta
berperan mempercepat pencapaian SPM dan SNP. Sedangkan tujuan khusus dana BOS
yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik di sekolah negeri dan
membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik miskin dan meringankan beban siswa
lainnya di sekolah swasta. Sasaran dari program dana BOS ini mencakup semua sekolah
SD/SDLB, SMP/SMPLB/SMPT/Satap/SLB, baik negeri maupun swasta yang sudah
terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen).
Khusus bagi sekolah swasta, juga harus memiliki izin operasional.
Dari dana BOS inilah sekolah dapat mengalokasikan ke dalam biaya-biaya terkait
biaya operasional sekolah. Besaran dana BOS yang diberikan pemerintah kepada sekolah
Dihitung berdasarkan jumlah peserta didik dengan besar satuan biaya:
a.
Tingkat SD
:
Rp
800.000,-/siswa/tahun;
b.
Tingkat SMP :
Rp
1.000.000,-/siswa/tahun;
Untuk sekolah di daerah khusus dengan jumlah peserta didik kurang dari 60 siswa, akan
mendapat alokasi sebanyak 60 siswa. Besaran biaya yang ditanggung oleh pemerintah
untuk tiap siswa dari dana BOS telah ditentukan. Hal ini berarti sekolah dasar dan
menengah wajib mengalokasikan dana BOS ke dalam pos biaya terkait operasional.
Dalam sub bab ini akan menjelaskan dua simulasi perhitungan biaya sebelum adanya
program dana BOS dan sesudah adanya Dana BOS.
2.1.4 Penerapan Activity Costing System (ACS) pada Sekolah Menengah Swasta
Penerapan Activity Costing System (ACS) di SMP Harapan Bangsa Palembang
tahun ajaran 2010/2011, dimana biaya diklasisfikasikan ke dalam biaya rutin/operasional
baik langsung maupun tidak langsung, biaya langsung umum, dan biaya tidak langsung
umum. Biaya rutin/operasional adalah biaya sekolah yang ditanggung oleh pemerintah
baik secara total atau keseluruhan maupun dalam bentuk subsidi. Subsidi dari pemerintah
ini mengurangi biaya tidak langsung yang ditanggung oleh BP3 (sekarang bisa disebut
Komite sekolah). Berikut rincian biayanya :
Biaya Rutin/Operasional Tidak Langsung
1.
Belanja Kantor
Rp
950.000
2.
Pengadaan Alat
Rp
11.000.000
3.
Tunjangan Beras 1 tahun
Rp
50.000.000
4.
Lembur
Rp
500.000
5.
Langganan daya dan Jasa
Pemeliharaan
Lingkungan/Gedung
Rp
7.500.000
6.
Jumlah
Rp
3.500.000
Rp
73.450.000
Biaya Rutin/Operasional Langsung
1. Gaji Guru dan pegawai (1 tahun)
Jumlah
Biaya Langsung Umum
1
. Kegiatan Belajar Mengajar
Ujian Tengah Semester
700
1
siswa
700
Ujian Semester 1
siswa
Ujian Tengah Semester
700
2
siswa
700
Ujian Semester 2
siswa
Ujian Praktikum
200
Sekolah
siswa
200
Ujian Sekolah Akhir
siswa
200
Ujian Akhir Nasional
siswa
Rp
700.000.000
Rp
700.000.000
x
x
x
x
x
x
x
Rp
7.000
Rp
10.000
Rp
7.000
Rp
10.000
Rp
15.000
Rp
20.000
Rp
25.000
Jumlah
Rp
4.900.000
Rp
7.000.000
Rp
4.900.000
Rp
7.000.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
5.000.000
Rp
35.800.000
Program Pengayaan Intensif
Transport tim
Transport pembuat
soal
Transport
pembahasan
8 orang
x
392 set
1832
jam
x
Transport pengawas
424 jam
x
8 pack
x
Fotokopi soal
Jumlah
x
Rp 2.000.000
Rp
15.000
Rp
17.000
Rp
15.000
Rp
1.500.000
Rp
16.000.000
Rp
5.880.000
Rp
31.144.000
Rp
6.360.000
Rp
12.000.000
Rp
71.384.000
Kegiatan Laboratorium
Rp
6.000.000
Rp
5.000.000
Laboratorium IPA
Laboratorium Komputer
2. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Rp
6.000.000
Pengadaan buku
3. Kesiswaan
Pengembangan kesiswaan
Jumlah
Rp
2.000.000
Rp
19.000.000
4. Sarana Fisik
Pengadaan Papan Tulis Putih
Total Biaya Langsung Umum
Rp
4.000.000
Rp
130.184.000
Biaya Tidak Langsung Umum
1. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan lomba
2. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan alat
Langganan Koran
Perbaikan air
Pemeliharaan Lingkungan
Pengadaan fotokopi
Rapat dinas
Langganan Listrik, Telpon,Air
Belanja Kantor
Inventaris Kantor
Rp
5.000.000
Rp
40.000.000
Rp
1.000.000
Rp
6.000.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
1.200.000
Rp
45.000.000
Rp
8.000.000
Rp
2.000.000
Jumlah
Rp
115.200.000
3
. Kesiswaan
Jumlah
Rp
2.000.000
Rp
10.000.000
Rp
10.000.000
Rp
8.000.000
Rp
5.000.000
Rp
35.000.000
Jumlah
Rp
5.000.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
5.000.000
Rp
17.000.000
Latihan Kepemimpinan
Perayaan Hari Besar/Keagamaan
Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka
Kegiatan OSIS
Kegiatan Ekstrakulikuler Pencak Silat
4
. Lain-lain
kegiatan Sosial
Rapat BP3
Buka bersama
Bingkisan lebaran
5
. Kesejahteraan
Kesejahteraan Guru
Kesejahteraan Pegawai TU
Kesejahteraan Petugas Sekolah
Jumlah
Rp
158.000.000
Rp
44.000.000
Rp
5.000.000
Rp
207.000.000
6
. Sarana Fisik
Pembuatan tempat parkir
Pembuatan Majalah dinding
Pemasangan conblock
Perbaikan Taman
Rp
2.000.000
Rp
770.000
Rp
7.000.000
Rp
2.000.000
Rp
2.000.000
Rp
2.500.000
Rp
3.000.000
Rp
4.000.000
Rp
800.000
Rp
24.070.000
Rp
398.270.000
Pembuatan Papan Informasi
Pengecatan tembok
Perbaikan tembok
Perbaikan Alat
Pengadaan tempat sampah
Jumlah
Total Biaya Tidak Langsung Umum
Dari contoh rincian anggaran sekolah di atas, jumlah biaya per klasifikasi dan beberapa
informasi terkait dapat diketahui dalam proses perhitungan dan pengalokasian biaya-biaya
berikut :
Biaya Langsung (BL)
Dana BOS Rp. 1.000.000 x 850 siswa
:
Rp.
850.000.000
Biaya Rutin/Operasional Langsung (BRL)
:
Rp.
700.000.000
Biaya Rutin/Operasional Tidak Langsung (BRTL) :
Rp.
73.450.000
Biaya Langsung Umum (BLU)
:
Rp.
130.184.000
Biaya Tidak Langsung Umum (BTLU)
:
Rp.
398.270.000
Jumlah siswa (JS)
:
850 siswa
SPP siswa Kelas 7,8,9
Perhitungan yang digunakan adalah pengurangan biaya langsung dengan biaya rutin
langsung dibagi dengan jumlah seluruh siswa untuk mengetahui kebutuhan langsung/rill
siswa secara umum (kelas 1,2,3) dalam mencapai tujuan pendidikannya.
SPP rata-rata :
BL−BRL
JS
¿
850.000.000−700.000 .000
850
= Rp. 176.471 per tahun atau Rp. 15.000 per bulan
Non SPP
Perhitungan anggaran pendidikan, khususnya biaya langsung, mengakibatkan adanya
aktivitas yang memerlukan pendanaan lebih lanjut. Hal ini mengakibatkan timbulnya
sumbangan pendidikan untuk mendanai keperluan biaya tidak langsung. Secara umum,
sumbangan pendidikan ini dikenakan pada siswa kelas 7,8,9 sesuai kebijakan sekolah
dengan pihak BP3. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
BTL yang akan didanai BP3 = BTLU – BRTL
= Rp.
398.270.000 -- Rp.
73.450.000
= Rp 324.820.000
BTL yang akan didanai BP 3
Sumbangan BP3 :
JS
=
Rp . 324.820 .000
850
= Rp. 382.200 per tahun atau Rp. 31. 850 per bulan
Biaya tidak langsung yang akan dibayarkan oleh BP3 ini dapat dibayarkan tahun atau tiga
kali lipatnya pada awal masuk (kelas 7) dengan jumlah Rp. 1.146.600 sehingga sekolah
mendapatkan
keuntungan
dari
nilai
waktu
uang.
Penentuan
mekanisme
pembayaran/pelunasan biaya tersebut tergantung pada kesepakatan antara pihak sekolah
dengan BP3 melalui rapat yang biasa diadakan pada awal tahun ajaran. Peneliti dalam hal
ini hanya sebatas merekomendasikan hasil kajiannya yang berupa pelaporan biaya yang
lebih terklasifikasi dan informatif kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara itu,
hal-hal yang terkait di dalamnya terkadang akan sangat bergantung pada jenis dan
karakteristik dari entitas sekolah yang bersangkutan.
Inti dari pembahasan ini adalah memberikan informasi khusus kepada siswa dan
orang tua siswa bahwa segala macam biaya yang akan dikeluarkan selama proses KBM di
sekolah bersangkutan adalah tepat atau sesuai dengan hasil yang ditetapkan dan
diharapkan, karena biaya yang akan ditanggung oleh siswa merupakan cerminan dari
aktivitas value added yang dilakukannya dan sesuai dengan kualitas yang akan
dicapainya.Contoh perhitungan biaya di atas tidak jauh berbeda dengan perhitungan biaya
di Sekolah Dasar, yang berbeda hanyalah besaran dana BOS dari pemerintah.
2.2
Sistem Akuntansi Biaya untuk Biaya Tenaga Kerja/Karyawan Sektor
Pendidikan
2.2.1 Definisi Biaya tenaga Kerja Sektor Pendidikan
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk
melakukan aktivitas yang terkait dengan institusi pendidikan, seperti mengajar. Biaya
tenaga kerja di sektor pendidikan dapat dibagi ke dalam beberapa golongan berikut :
a. Gaji Kepala Sekolah
b. Tunjangan Kepala Sekolah
c. Gaji Guru
d. Tunjangan Guru
e. Gaji Guru honorer
Untuk besaran gaji dan tunjangan Kepala Sekolah maupun guru sudah ditentukan
oleh pemerintah berdasarkan pangkat dan golongan mereka, sehingga akuntansi biaya
lebih digunakan untuk menghitung gaji guru honorer atau karyawan lain yang lembur.
Ada beberapa cara untuk menghitung gaji guru honorer maupun upah lembur
karyawan. Salah satunya adalah dengan mengalikan tariff upah dengan jam kerja
karyawan. Dengan demikian, untuk menentukan upah seorang karyawan perlu
dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama periode tertentu. Jadi yang diperlukan
untuk guru honorer dan karyawan yang lembur adalah apa yang dinamakan dengan Kartu
Hadir. Kartu hadir adalah suatu catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran
karyawan, yaitu jangka waktu antara jam hadir dan jam meninggalkan tempat kerja.
2.2.2 Contoh Simulasi Perhitungan Akuntansi Biaya untuk Biaya Guru Honorer
Misalnya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Palembang ada 4 orang Guru Honorer
yang bernama Andi, Bima, Resa dan Selly. Berikut rinciannya :
No
Nama
1.
Andi
2.
Jumlah Jam Kerja 1 minggu
Tarif per Jam
Gaji Sebulan
40 jam
Rp. 15.000
Rp. 2.400.000
Bima
30 jam
Rp. 10.000
Rp. 1.200.000
3.
Resa
30 jam
Rp. 15.000
Rp. 1.800.000
4.
Selly
30 jam
Rp. 10.000
Rp. 1.200.000
2.2.3 Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Insentif untuk Guru Sekolah
Menurut penyelidikan, dibutuhkan waktu 60 menit untuk mengajar satu mata
pelajaran, sehingga mengajar standar per hari (7 jam) adalah 7 kali mata pelajaran yang
diajarkan. Jika gaji pokok adalah Rp. 14.000 per hari (= 7 jam), maka tarif gaji mengajar
per mata pelajaran adalah Rp. 2.000 (Rp. 14.000 :7 jam). Guru yang tidak dapat
menghasilkan jumlah mengajar per hari tetap dijamin mendapatkan gaji Rp.14.000 per
hari. Akan tetapi bila ada 9 mata pelajaran yang disampaikan ke murid dalam seharinya
(ada kelebihan mengajar 2 mata pelajaran), upahnya dihitung sebagai berikut :
Gaji pokok per hari
=
Rp. 14.000
Insentif = 2 x Rp. 2.000
=
Rp. 4.000 +
Gaji yang seharusnya diterima per hari =
2.2.4
Rp. 18.000
Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lembur untuk Guru/Pegawai Sekolah
Aturan dalam setiap institusi, termasuk institusi pendidikan, adalah jika pegawai
bekerja lebih dari 40 jam (misalkan ditetapkan 40 jam per minggu), maka pegawai tersebut
berhak menerima uang lembur dan premi lembur. Misalnya dalam waktu satu minggu
seorang pegawai bekerja selama 44 jam denga tarif upah (dalam jam kerja biasa aupun
lembur) Rp. 2.000 per jam, premi lembur dihitung sebesar 50% dari tarif gaji. Gaji
pegawai tersebut dihitung sebagai berikut :
Jam Biasa
40 jam x Rp. 2.000
=
Rp. 80.000
Lembur
4 jam x Rp. 2.000
=
Rp. 8.000
Premi Lembur
4 jam x Rp. 1.000
=
Rp. 4.000 +
=
Rp.92.000
Jumlah gaji guru tersebut dalam satu minggu
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam BAB II maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Perhitungan dalam sistem akuntansi biaya pendidikan di Sekolah Dasar dan
Sekolah menegah dapat digunakan alat bantu penyusunan laporan biaya
aktivitas, yaitu Activity Costing System (ACS), yang merupakan salah satu alat
penghitung biaya dalam pendekatan ekonomi.
2. Perhitungan biaya untuk tenaga kerja atau pegawai di sekolah dasar dan
sekolah menengah seperti gaji honorer, upah lembur dapat dilakukan dengan
cara mengalikan tarif upah dengan jam kerja guru atau pegawai.
3.2
Saran
Berdasarkan pembahasan materi di atas, saya menyarakan agar sistem akuntansi
biaya di sekolah dasar dan sekolah menengah dapat diterapkan di setiap sekolah agar
sekolah dan pihak yang berkepentingan seperti orang tua siswa, donatur, dan pemerintah
dapat mengetahui jelas pos-pos biaya apa saja yang akan dibiaya dan jumlah biaya yang
diperlukan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian Indra. 2006. Akuntansi Pendidikan. Yogyakarta : Erlangga