PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYA

MAKALAH
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA BANI
ABBASIYAH DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
PADA MASA BANI UMAYYAH DI ANDALUSIA

Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah SKI dan Budaya Lokal
Dosen Pengampu : M. Sauki

Disusun Oleh :
Fitroh Merkuri W.

Fisika

13620023

Romanudhin

Fisika

13620025


Karima Soraya F.

Fisika

13620041

KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
2014

i

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, berkah, dan hidayahNya kami dapat
menyelesaikan

tugas


makalah

SKI

dan

Budaya

Lokal

yang

membahas

tentang“Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah Dan
Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Bani Umayyah Di Andalusia” ini.
Sholawat dan salam tak lupa juga kami haturkan kepada baginda nabi Muhammad
SAW.
Dalam


penulisan

makalah

kali

ini

kami

jadi

mengetahui

tentang

perkembangan kebudayaan islam pada masa Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah di
Andalusia. Meski hambatan dan cobaan dalam pembuatan makalah ini kami rasakan
juga, tapi berkat semangat dari teman-teman dan orang-orang terdekat, Alhamdulillah
kami dapat menyelesaikan. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1.
2.

Bapak M. Sauki, selaku dosen SKI dan Budaya Lokal kami.
Spesial untuk anggota kelompok 3: Fitroh, Roman, dan Karima. Terima kasih
untuk waktu kalian dan hasil kerja keras kalian, semoga ilmu yang kita suguhkan
ini bermanfaat.
Kami menyadari jika makalah yang kami sajikan ini belumlah sempurna.

Untuk itu kami menerima kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini berguna bagi siapa saja yang ingin belajar tentang sejarah kebudayaan
islam.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 September 2014
Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................

i

Kata Pengantar .......................................................................................

ii

Daftar Isi .................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ....................................................................

1


C. Tujuan .......................................................................................

1

BAB II PEMBAHASAN
A. Bani Umayyah ..........................................................................

2

B. Bani Abbasiyyah ......................................................................

12

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

26

B. Saran .........................................................................................


26

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang membawa sebuah peradaban yang berkaitan dengan
nilai-nilai religius sesuai ajaran Allah SWT. Kepemimpinan Islam dimulai dari masa
Rasulullah yang dilanjutkan sampai pada masa kepemimpinan kulafaur Rasyidin.
Selama kurung waktu tersebut Islam telah berkembang pesat seiring perluasan wilayah
di luar Arab oleh Islam. Setelah masa Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani
Umayyah dan Abbasiyah.
Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan Bani
Umayyah dan Abbasiyah sehingga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar
kepada dunia saat itu. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai

bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains dan teknologi.
Di makalah ini akan kami paparkan mengenai politik, perkembangan peradaban, sains
dan teknologi pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah serta kemundurannya.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaiman sistem pemerintahan dan politik pada masa Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah?
b. Bagaimana perkembangan peradaban pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah?
c. Bagaimana kemunduran daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah?
C. TUJUAN
a. Mengetahui sistem pemerintahan dan politik masa Bani Umayyah dan Abbasiyah.
b. Mengetahui perkembangan peradaban masa Bani Umayyah dan Abbasiyah.
c. Mengetahui bagaimana kemunduran daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah.

1

BAB II
PEMBAHASAN

A. BANI UMAYYAH (di Andalusia)
1. Proses pembentukan

Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani
Umayyah,

pemerintahan

yang

bersifat

demokratis

berubah

menjadi

monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh
melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara
terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid.
Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang

tetap menggunakan istilah Khalifah namun dia memberikan interpretasi baru dari
kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah
Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.1
Sebelum umat Islam menguasai Andalusia wilayah yang terletak di sekitar
semenanjung Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika ini dikenal dengan
berbagai nama. Sebelum abad ke – 5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia (atau Les
Iberes), yang diambil dari nama Bangsa Iberia (penduduk tertua di wilayah
tersebut). Ketika berada di bawah kekuasan Romawi, wilayah ini dikenal dengan
nama Asbania. Pada abad ke – 5 M, Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang
berasal dari wilayah ini. Sejak itu wilayah ini disebut Vandalusia yang oleh umat
Islam akhirnya disebut “ Andalusia “.

1

Tentang perbedaan antara sistem pemerintahan masa khilafah Rasyidah dan masa

dinasti Umayyah ini, baca: Abu A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung:
Mizan, 1984).

2


Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah Muawiyah ibn Abi
Sufyan (661-680 M), Abd Al-Malik ibn Marwan (685-705 M), Al-Walid ibn Abdul
Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M), Yazid ibn Abd Al-Malik
(720-724 M), dan Hasyim ibn Abd Al-Malik (724-743 M).2
Sejak pertama kali berkembang di Andalusia sampai dengan berakhirnya
kekuasaan Islam di sana, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar. Pada
tahap awal semenjak menjadi kekuasaan Islam, Andalusia diperintah oleh wali-wali
yang diangkat oleh pemerintah Bani Ummayah di Damaskus. Ibu kota negara
dipindahkan Muawiyah (661-680 M) dari Madinah ke Damaskus. Pada periode ini
kondisi sosial politik Andalusia masih diwarnai perselisihan disebabkan karena
kompleksitas etnis dan golongan. Di samping itu juga timbul gangguan dari sisasisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat tinggal di wilayah-wilayah
pedalaman. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdur Rahman Al–Dakhil ke
Andalusia.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik (685–705 M), umat Islam
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu provinsi dari dinasti
Ummayah, dan yang menjadi Gubernurnya adalah Hasan Bin Nu’man Al Ghassani.
Menurut sejarah sebelum Islam dapat menguasai daerah Afrika Utara, di daerah ini
terdapat kekuatan-kekuatan dari kerajaan Romawi. Kerajaan inilah yang selalu
mengajak masyarakat agar mau menentang kekuasaan Islam. Namum pemikiran
mereka itu dapat dihabiskan atau kekuasaan Islam kerajaan Romawi ini dapat
dikalahkan oleh kekuatan Islam, sehingga wilayah Afrika Utara dapat dikuasai
sepenuhnya dan dari daerah sinilah Islam menguasai Andalusia.
Namun pada masa pemerintahan dinasti Ummayah pada khalifah Al–Walid
(705-715 M), Gubernur di Afrika Utara tersebut digantikan kepada Musa Ibn
Nushair. Pada Musa Ibn Nushair, mereka berhasil memduduki Al-Jazair, Maroko
dan daerah bekas Barbar. Khalifah Al–Walid salah seorang Khalifah dari

2

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),

hlm. 43.

3

Bani Ummayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Andalusia, umat
Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi
dari dinasti Bani Umayyah.
Di zaman Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720 M), serangan dilakukan ke
Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd Al-Rahman
ibn Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari
sanalah ia mencoba menyerang Tours, Al-Ghafiqi terbunuh dan tentaranya mundur
kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang
terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.3
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di Timur maupun
Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas.
Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia,
Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang disebut Pakistan,
Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.4
Sepeninggal Umar ibn Abd Al-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada di
bawah khalifah Yazid ibn Abd Al-Malik (720-724 M). Penguasa yang satu ini
terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat.
Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada
zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis
politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahannya. Kerusuhan
terus menerus berlanjut hingga masa kekhalifahan berikutnya.5
Pada masa pemerintahan khalifah Hisyam ibn Abd Al-Malik (724-743 M)
muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani
Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim dan merupakan
ancaman yang sangat serius. Sebenarnya Hisyam ibn Abd Al-malik adalah seorang

3

Ibid., hlm. 44

4

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI

Press, 1985, cetakan kelima), hlm. 62.
5

Badri Yatim, op. cit., hlm. 47.
4

khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat,
khalifah tidak berdaya mematahkannya. Akhirnya pada tahun 750M, daulat
Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim AlKhurasani.6
2. Kemajuan Peradaban
Pada pemerintahan Bani Umayyah peradaban islam sudah bersifat
internasional, meliputi tiga benua: sebagian Eropa, sebagian Afrika, sebagian besar
Asia. Penduduknya meliputi puluhan bangsa, menganut bermacam-macam bahasa.
Semua itu disatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu dan agama
islam menjadi agama resmi Negara.
Perkembangan Kebudayaan yang terjadi adalah bidang Politik, bidang
Sosial, bidang Sastra, bidang Ekonomi, bidang Ilmu pengetahuan, bidang Kota dan
Arsitektur.
a. Ekspedisi Umayyah ke Andalusia
Ekspedisi Umayyah ke Andalusis berlangsung beberapa kali:
1) Dipimpin oleh Tarif ibn Malik dengan 500 tentara muslim pada 91/710,
2) Dengan 7000 tentara dipimpin Thariq ibn Ziyad pada 92/711, atas perintah
Musa ibn Nushair dengan tambahan pasukan sebanyak 5000 orang.
3) Pada 712 dipimpin Musa bin Nushair sendiri dengan membawa 10.000
tentara. Ekspedisi tersebut memperoleh hasil gemilang dengan ditaklukkan
ibukota Toledo dan sejumlah daerah di sekitar pegunungan Pyrenia dan
tanah Galia di bawah kekuasaan Prancis hingga seluruh wilayah Andalusia
dapat ditaklukkan, kecuali Galcia di bagian barat laut semenanjung itu.
Pasca ekspedisi itu, Andalusia menjadi propinsi dari Daulah Umayyah
sampai tahun 132/750, dan sejak kekuasaan Daulah Umayyah di Damaskus
jatuh ke tangan Bani Abbasiyah, maka sekitar enam tahun lamanya Andalusia
menjadi propinsi di bawah kekuasaan daulah baru tersebut.

6

ibid., hlm. 47-48.

Kemudian pada tahun 138/756 Abdurrahman ibn Muawiyah, cucu
5

Hisyam ibn Abd Malik memproklamirkan Andalusia sebagai dinasti tersendiri
sebagai Daulah Umayyah II (Barat) yang beribukota di Cordova hingga tahun
422/1031.
b. Perkembangan Politik Daulah Umayyah di Andalusia
1) Abdurrahman ibn Muawiyah (ad-Dakhilatau Rajawali Quraisy) adalah
pendiri Daulah Umayyah di Andalusia. Ia berhasil menyingkirkan Yusuf
ibn Abdurrahman al-Fikhri, gubernur Andalusia di bawah kekuasaan
Abbasiyah. Meskipun demikian, untuk selama 32 tahun kekuasaannya, ia
tetap menyebut dirinya sebagai amir bukan khalifah. Gelar amir tetap
dipertahankan hingga pemerintahan amir kedelapan, Abdurrahman III
(300-330/912/961). Terdorong oleh berdirinya Khalifah Fathimiyah di
Mesir dan merosotnya wibawa kekhalifahan Abbasiyah sepeninggal alMutawakkil, Abdurrahman III memproklamirkan dirinya sebagai khalifah
dan amirul mu’minin, bahkan ditambahkan di belakang namanya gelar alNashir.
2) Daulah Umayyah di Andalusia mengembangkan pemerintahannya selama
275 tahun dengan 7 orang amir dan 6 orang khalifah, yaitu: a)
Abdurrahman ad-Dakhil, b) Abdurrahman II, c) Abdurrahman III alNashir, d) Hakam II al- Mustanshir, e) Al-Muayyad, f) Abd Al-Malik ibn
Muhammad, g) Hisyam III al-Mu’tadi.
3) Sejak masa khalifah an-Nashir, Bani Umayyah di Andalusia mencapai
puncak kejayaan, dan mengalami keruntuhan sejak kekhalifahan Hisyam
III al-Mu’tadi ibn Muhammad III (418/1027-422/1031). Semenjak itu
dianggap tidak ada lagi keturunan Umayyah yang layak diangkat khalifah,
dan membuka babak baru kekuasan Islam di negeri Vandal itu dalam
periode Muluk al-Thawaif.

6

c. Perkembangan Sosial
1) Penduduk Andalusia terdiri dari unsur-unsur Arab (Arab Utara/ Mudlari
dan Arab Selatan/Yamani), Barbar, Spanyol, Yahudi, dan Slavia.
2) Masyarakat Barbar banyak menempati pemukiman di daerah-daerah
tandus, dan mereka berhadapan dengan masyarakat Nasrani. Adapun
masyarakat Yahudi menikmati kebebasan beragama pada masa ini dan
mereka menyebar di daerah-daerah Andalusia.
3) Sementara itu, masyarakat Spanyol terdiri dari: 1) kelompok yang memeluk
Islam, 2) kelompok yang meniru adat istiadat Arab yang disebut
Musta’ribah, dan 3) kelompok asli yang masih memeluk agama Nasrani.
Lain halnya dengan golongan Slavia, penduduk ini adalah berasal dari
kalangan budak yang semula dijadikan pengawal istana pada masa anNashir.
d. Perkembangan Kebudayaan
1) Ilmu Pengetahuan dan Kesusastraan
Dalam perkembangan ilmu agama, madzhab Maliki memperoleh
pengaruh luas di Andalusia, karena itu perhatian muslimin Andalusia
terhadap Hadits Rasulullah amat besar, sehingga melahirkan ulama
penghafal hadits seperti Abu Abdurrahman al-Mukallad. Bidang ilmu
agama yang lain memperoleh perhatian pesat adalah ilmu qiraat, yang
membahas lafal-lafal al-Quran yang baik dan benar. Selain ilmu agama,
filsafat mendapat perhatian muslim Andalusia. Begitu pula ilmu-ilmu lain
seperti ilmu pasti, astronomi, kedokteran, dan sejarah.
Bahasa Arab pada masa ini menjadi bahasa utama masyarakat
Andalusia. Ini terjadi karena kemenangan bangsa Arab di bidang militer,
politik dan keagamaan, dan sebelumnya bahasa Arab pernah sebagai bahasa
ilmu pengetahuan. Demikian perkembangan bahasa ini menyertai
perkembangan sastra Arab dan melahirkan banyak penyair serta sastrawan
terkenal.

7

Berikut beberapa cabang ilmu pengatahuan yang berkembang di
Andalusia.
a) Kedokteran
Ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara lain adalah
Abu Al-Qasim Al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama
Abulcassis. Beliau adalah seorang ahli bedah terkenal dan menjadi
dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. di Jilid. Selain Al-Qasim,
terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli dalam
bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat al-Thib.
b) Ilmu Tafsir
Kemajuan dalam bidang ilmu tafsir ditandai dengan munculnya
ulama’ ahli tafsir. Mereka antara lain adalah Al-baqi, ibnu makhlad, Alzamakhsyari dengan karyanya Al-Kasysyaf, dan Al-thabari. Selain
mereka, terdapat juga ahli tafsir terkenal saat itu, yaitu ibn ‘Athiyah.
Kebanyakan tafsir yang dibuat mengandung cerita israiliyat. Kumpulan
tulisannya itu kemudian dibukukan oleh Al-Qurtubi.
c) Ilmu Fiqh
Perkembangan dan kemajuan ilmu fiqh ditandai dengan
munculnya banyak ulama’fiqh (fuqaha’) di antara madzhab yang
paling berperan dalam pengembangan madzhab ini adalah abdul malik
dan Ibn Rusyd dengan karyanya Bidayah Al-Mujahid, Ibn Rusyd
menggunakan metode perbandingan terhadap pemikiran-pemikiran
fiqh yang berkembang saat itu.
d) Ilmu hadits
Meskipun tidak sepesat perkembangan ilmu lain ilmu hadist
juga menjadi perhatian para ulama’ di Andalusia. Di antara ahli ilmu
hadits adalah Abdul walid Al-Baji yang menulis buku Al-Muntaqal.
e) Sejarah dan geografi
Dalam bidang literatur terdapat dua orang penulis terkenal,
yaitu, Ibn rabbi’ dan Ali Ibn Hazm.
8

f) Astronomi
Pengkajian ilmu astronomi berkembang dengan pesatnya pada
masa ini. Para ahli ilmu pada saat ini percaya bahwa radiasi bintangbintang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka
bumi.
g) Ilmu fisika
Kemajuan di bidang fisika ditandai dengan munculnya sejumlah
fisikawan muslim terkenal.
h) Filsafat
Dalam catatan sejarah, islam di Andalusia telah memainkan
peran sangat penting dalam perkembangan intelektual muslim.
Dan karena kemajuan dalam semua bidang di ataslah yang
menyebabkan peradaban islam di Andalusia berkembang.
2) Kota dan Seni Bangun
Adalah kota Cordova pada masa ini menempati kedudukan yang
sejajar dengan Konstantinopel dan Bagdad sebagai pusat peradaban dunia.
Pada masa ad-Dakhil, Cordova dijadikan ibukota negara menggantikan
Sevilla. Di kota ini dibangun benteng dan istana, danau sumber air bersih,
sejumlah masjid, pasar, dan pemandian umum. Seluruh jalan di kota ini
telah diperkeras, dan diterangi lampu pada waktu malam.
Selain Cordova yang indah dan megah itu, pada masa an-Nashir
dibangun kota saletit al-Zahra.Kota ini dilengkapi masjid agung, taman
indah, pabrik senjata, pabrik perhiasan, dan kolam-kolam marmer.
Kota lainnya, yang dibangun an-Nashir adalah al-Zahirahyang di
dalamnya dibangun istana besar dan indah, gedung-gedung pemerintahan,
gudang makanan dan senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer,
dan pagawai tinggi lainnya

9

3. Kemunduran
Sebenarnya Islam di Andalusia bertahan cukup lama, agama islam berada di
Eropa kurang lebih selama 781 tahun. Waktu yang begitu lama telah banyak
dimanfaatkan oleh para penguasa dan masyarakat muslim untuk mengembangkan
peradaban dunia. Sejarah telah memberikan catatan penting mengenai peran yang
telah dimainkan kaum intelektual muslim ketika itu. Mereka telah memberikan
sumbangan yang sangat berharaga bagi kemajuan peradaban dunia kini.
Akan tetapi, sejarah panjang yang telah diukir masyarakat muslim dan para
penguasa Dinasti Bani Umayah ll di Andalusia akhirnya mengalami kemunduran
dan kehancuran. Kemunduran dan kehancuran itu disebabkan oleh beberapa faktor.
Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut.
a. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru
bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak
jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.7
b. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim di Spanyol setelah Al-Hakam ll tidak ada yang
secakap para khalifah sebelumnya. Hal ini berakibat pada melemahnya
pertahanan yang ada. Kelemahan itu semakin menjadi ketika umat Kristen
menemukan identitas dan perasaan kebangsaan mereka. Sehingga tidak banyak
yang dapat dilakukan oleh para penguasa muslim untuk mengembangkan
bidang-bidang keilmuan yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkuat
dan mempertahankan kekuasaan, akhirnya umat islam Andalusia mengalami
kemunduran.

7

Philip K.Hitti, History of the Arabs, (London: Macmillan, 1970), hlm. 281.

10

c. Tidak adanya ideologi pemersatu
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku
Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak
zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para
penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan
kesatuan.8
d. Kesulitan ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para
penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban islam,
sehingga mengabaikan pengembangan sektor ekonomi. Akibatnya timbul
kesulitan ekonomi yang memberatkan negara dan tentu saja berpengaruh
tarhadap perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah dengan
datangnya musim paceklik yang dialami para petani. Dengan tersendatnya
pembayaran pajak para petani ini mengganggu perekonomian Negara serta
penggunaan keuangan negara yang tidak terkendali oleh para penguasa muslim.
Krisis ekonomi ini berdampak sangat serius terhadap kondisi sosial politik,
ekonomi, militer dan sebagainya.
e. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd
Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan
golongan Syi’ah dan kaum Mawali (non-Arab) yang merasa dikelasduakan oleh
pemerintahan Bani Umayyah.9

8

Syed Amer Ali, A Short History of the Saracens, (New Delhi: Kitab Bhavan, 1981),

hlm.169-170.
9

Badri Yatim, op. cit., hlm. 49.

11

B. BANI ABBASIYAH
1. Proses pembentukan
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana
disebutkan, melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah
karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman
Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Dia dilahirkan di Humaimah pada
tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H.
Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H
(750 M) s.d. 656 H (1258 M).
Dinasti Abbasiyah berkedudukan di baghdad. Secara turun temurun kurang
lebih tiga puluh tujuh khalifah pernah berkuasa di negeri ini. Pada masa ini Islam
mencapai puncak kejayaanya dalam berbagai bidang.
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan di seluruh negeri. Pemberontakan
yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni
perang antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad
(Dinasti Bani Umayyah) yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas.
Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan
bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Di antara situasi yang mendukung berdirinya Daulah Abbasiyah dan menjadi
lemah dinasti sebelumnya adalah:
a. Timbulnya pertentangan politik antara Muawiyyah dengan pengikut Ali bin Abi
Thalib (Syiah).
b. Munculnya golongan khawarij, akibat pertentangan politik antara Muawiyyah
dengan Syiah, dan kebijakan-kebijakan land reform yang kurang adil.
c. Timbulnya politik penyelesaian khilafah dan konflik dengan cara damai.
d. Adanya dasar penafsiran bahwa keputusan politik harus didasarkkan pada Al
Quran dan oleh golongan khawarij non-Arab.

12

e. Adanya konsep hijrah dimana setiap orang harus bergabung dengan golongan
khawarij yang tidak bergabung dianggapnya sebagai orang yang berada dalam
dar al-harb, dan hanya golongan khawarijlah yang berada pada dar al-islam.
f. Bertambah gigihnya perlawanan pengikut Syiah terhadap Umayyah setelah
terbunuhnya Husein bin Ali dalam pertempuran Karbala.
g. Munculnya paham mawali, yaitu paham tentang perbedaan antara orang Islam
Arab dan non-Arab.
2. Tata Politik dan Pemerintahan
Selama dinasti ini berkuas, pola pemerintahan yang diterapkan berbedabeda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan
pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:10
a. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
b. Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
Pertama.
c. Periode ketiga (334 H/954 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga
masa pengaruh Persia kedua.
d. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti
Bani Seljuk dalam pemerintahan Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua.
e. Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 m), masa khalifah bebas dari
pengaruh lain tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Bagdad.

10

Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut: Al-Maktab Al-Tijari,

Tanpa Tahun), hlm. 360.

13

Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem
politik. Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada
pada pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat
sebagaimana diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman Khulafaur
Rasyidin. Hal ini dapat dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah
sultan Tuhan di atas bumi-Nya”.
Selanjutnya periode II , III , IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah
mengalami penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan
negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan
pemerintah pusat, kecuali pengakuan politik saja. Panglima di daerah sudah
berkuasa di daerahnya, dan mereka telah mendirikan atau membentuk pemerintahan
sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh; Daulah Bani
Umayyah di Andalusia atau Spanyol, daulah Fatimiyah. Pada masa awal berdirinya
Daulah Abbasiyah ada dua tindakan yang dilakukan oleh para Khalifah Daulah
Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan
adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu: pertama, tindakan keras
terhadap Bani Umayah, dan kedua pengutamaan orang-orang turunan Persia.
Pada periode 750-847 M seluruh kerajaan Islam berada di bawah kekuasaan
para Khalifah kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin pada
zaman ini sebagai berikut:
a. Abul Abbas As-Saffah (750-754 M)
b. Abu Ja’far Al Mansyur (754-775 M),
Pada kepemimpinannya ibu kota negara dipindahkan ke kota yang baru
dibangunnya, Bagdad, dekat ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dia
juga melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya dengan
mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga
eksekutif dan yudikatif, serta menciptakan tradisi baru dengan mengangkat
Wazir sebagai koordinator departemen,11 wazir yang pertama yaitu Khalid bin
Barmak dari Persia. Dia juga membentuk sekretaris negara, dan kepolisian

11

Harun Nasution, op. Cit.., hlm. 67.
14

negara.pada masa ini jawatan pos tidak hanya mengantar surat tapi juga
mengumpulkan informasi di berbagai daerah, sehingga administrasi berjalan
lancar.
Pada masa Al-Masyur, pengertian khalifah kembali berubah. Dia
berkata yang artinya,”sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumiNya. Pandangan ini berlanjut ke generasi selanjutnya yang merupakan
mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut nabi
sebagaimana pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidun. Di samping itu, khalifahkhalifah Abbasiyah memakai “gelar tahta”, seperti Al-Mansyur adalah “gelar
tahta” Abu Ja’far yang mana itu lebih populer dari nama sebenarnya.12
c. Abu Abdullah M. Al-Mahdi bin Al Mansyur (775-785 M)
Perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan sektor pertanian,
melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas,
tembaga, dan besi. Basrah menjadi pelabuhan yang penting sebagai transit
dagang Timur dan Barat.
d. Abu Musa Al-Hadi (785-786 M)
Pada pemerintahannya, Bani Abbasiyah mencapai puncaknya. Puncak
keemasan dapat diraih karena kegigihan para pemimpin.
e. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
Pada

pemerintahannya

daulat

abbasiyah

mencapai

puncaknya.

Kekayaan yang banyak digunakan sebagai keperluan sosial. Rumah sakit
lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Dan sudah mencapai 800an
dokter pada masanya. Dan pada masa ini negara Islam menempatkan diri
sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
f. Abu Musa Muh. Al Amin (809-813 M)

12

W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, (Yogyakarta:

Tiara Wanaca Yogya, 1990), hlm. 104

g. Abu Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
15

Ia dalah khalifah yang cinta terhadap ilmu. Penerjemahan buku-buku
asing digalakkan, seperti buku Yunani. Ia mendirikan sekolah dan karya
terbesarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, sebagai
pusat penerjemahan dan perpustakaan yang besar. Dan Bagdad pun menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
h. Abu Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)
Orang Turki berpeluang besar masuk dalam pemerintahan sebagai
tentara pengawal. Pada masa ini tentara dibina secara khusus sehingga
kekuatan militer sangatlah kuat. Meskipun demikian banyak tantangan dan
dan gerakan politik baik dari Bani Abbas maupun dari luar.
i.

Abu Ja’far Harun Al Watsiq (842-847 M)
Pada pemerintahannya, Bani Abbasiyyah masih dapat mempertahankan
puncak keemasannya.

j.

Abul Fadhl Ja’far Al Mutawakkil (847-861 M)
Periode 232-590 H / 847-1194 M kekuasaan bergeser dari sistem
sentralistik pada sistem desentralisasi, yaitu ke dalam tiga negara otonom:
1) Kaum Turki (232-590 H)
2) Golongan Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
3) Golongan Bani Saljuq (447-590 H)
Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa Khalifah Abbassiyah.
Periode kelima (590-656 H / 1194-1258 M), kekuasaan berada kembali di

tangan Khalifah, tetapi hanya di Baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya.
Sedangkan para ahli kebudayaan Islam membagi masa kebudayaan Islam di zaman
daulah Abbasiyah kepada 4 masa, yaitu:
a.

Masa Abbasy I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Bani Abbasiyah tahun 750
M, sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq (847 M).

b.

Masa Abbasy II, yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakkil (847 M), sampai
16

berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
c.

Masa Abbasy III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun (946 M)
sampai masuk kaum Saljuk ke Baghdad (1055 M).

d.

Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad (1055
M), sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan
Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).

3. Peradaban
Pada masa Dinasti Abbasiyah peradaban Islam mengalami puncak
kejayaanya. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Pengembangan ilmu
pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama dari
bahasa Yunani ke bahasa Arab., pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al
Hikmah, dan terbentuknya madzhab-madzhab ilmu pengetahuan dan keagamaan
ssebagai buah kebebasan berpikir.
Dari perjalanan rentang sejarah ternyata Bani Abbsiyah dalam sejarah lebih
banyak berbuat ketimbang Bani Umayyah. Pergantian Dinasti Umayyah ke Dinasti
Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu telah
mengubah, menoreh wajah dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah.
Pengembangan ilmu pengetahuan pada Bani Abbasiyah merupakan iklim
pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.
Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun al Rasyid dan puteranya AlMakmun ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropong
bintang,

perpustakaan

terbesar

dan

dilengkapi

dengan

lembaga

untuk

penerjemahan.
Kemajuan peradaban Abbasiyah sebagai disebabkan oleh stabilitas politik dan
kemajuan ekonomi kerajaan yang pusat kekuasaannya terletak di Baghdad. Adapun
kemajuan peradaban Islam yang dibuat oleh Dinasti Abbasiyah adalah :

a. Bidang Politik dan Pemerintahan
17

Kemajuan politik dan pemerintahan yang dilakukan oleh Dinasti
Abbasiyyah:
1)

Memindahkan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad.
Kemudian menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi,
sosial dan kebudayaan. Dijadikan “kota pintu terbuka” sehingga segala
macam bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukin di
dalamnya. Dengan demikian jadilah Baghdad sebagai kota international
yang sangat sibuk dan ramai.

2)

Membentuk Wizarat untuk membantu khalifah dalam menjalankan
pemerintahan Negara. Yaitu Wizaratul Tanfiz sebagai pembantu khalifah
dan bekerja atas nama khalifah dan Wizaratul Rafwidl sebagai orang
yang diberi kuasa untuk memimpin pemerintah, sedangkan khalifah
sendiri hanya sebagai lambang.

3)

Membentuk Diwanul Kitaabah (Sekretaris Negara) yang tugasnya
menjalankan tata usaha Negara.

4)

Membentuk Nidhamul Idary al-Markazy yaitu sentralisasi wilayah
dengan cara wilayah jajahan dibagi dalam beberapa propinsi yang
dinamakan Imaarat, dengan gubernurnya yang bergelar Amir atau
Hakim. Kepala daerah hanya diberikan hak otonomi terbatas; yang
mendapat otonomi penuh adalah “al-Qura” atau desa dengan kepala desa
yang bergelar Syaikh al-Qariyah. Hal ini jelas untuk membatasi
kewenangan kepala daerah agar tidak menyusun pasukan untuk melawan
Baghdad.

5)

Membentuk Amirul Umara yaitu panglima besar angkatan perang Islam
untuk menggantikan posisi khalifah dalam keadaan darurat.

6)

Memperluas fungsi Baitul Maal, dengan cara membentuk tiga dewan;
Diwanul Khazaanah untuk mengurusi keuangan Negara, Diwanul alAzra’u untuk mengurusi kekayaan Negara dan Diwan Khazaainus Sila,
untuk mengurus perlengkapan angkatan perang.

7)

Menetapkan tanda kebesaran seperti al-Burdah yaitu pakaian kebesaran
18

yang berasal dari Rasul, al-Khatim yaitu cincin stempel dan al-Qadlib
semacam pedang, dan kehormatan. Al-Khuthbah, pembacaan doa bagi
khalifah dalam khutbah Jum’at, as-Sikkah, pencantuman nama khalifah
atas mata uang dan Ath-Thiraz, lambang khalifah yang harus dipakai oleh
tentara dan pegawai pemerintah untuk khalifah.
8)

Membentuk organisasi kehakiman,Qiwan Qadlil Qudha (Mahkamah
Agung), dan al-Sutrah al-Qadlaiyah (jabatan kejaksaan), Qudhah alAqaalim (hakim propinsi yang mengetuai Pengadilan Tinggi), serta
Qudlah al-Amsaar (hakim kota yang mengetuai Pengadilan Negeri).

b. Bidang Ekonomi
Pada masa awal pemerintahan Abbasiyah, pertumbuhan ekonomi cukup
stabil, devisa Negara penuh melimpah. Khalifah al-Mansur adalah tokoh
ekonom Abbasiyah yang telah mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat
dalam bidang ekonomi dan keuangan Negara (Baitul Maal).
Di sektor pertanian, pemerintah membangun sistem irigasi dan kanal di
sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai teluk Persia, sehingga tidak
ada lagi daerah pertanian yang tidak terjangkau irigasi. Kemudian kota
Baghdad di samping sebagai kota politik agama, dan kebudayaan, juga
merupakan kota perdagangan terbesar di dunia, sedangkan Damaskus
merupakan kota kedua. Sungai Tigris dan Eufrat menjadi kota transit
perdagangan antar wilayah-wilayah Timur seperti Persia, India, China, dan
nusantara dan wilayah Barat seperti Eropa dan Afrika Utara sebelum
ditemukan jalan laut menuju Timur melalui Tanjung Harapan di Afrika
Selatan. Selain itu, barang-barang kebutuhan pokok dan mewah dari wilayah
Timur diperdagangkan dengan barang-barang hasil dari wilayah bagian Barat.
Di kerajaan ini juga, sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain
Linen di Mesir, Sutra di Suriah dan Irak, Kertas di Samarkand, serta hasilhasil pertanian seperti Gandum dari Mesri dan Kurma dari Irak.

c. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
19

Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan keilmuan dan teknologi
diarahkan ke dalam Ma’had. Lambaga ini dikenal ada dua tingkatan.
Pertama, Maktab/Kuttabdan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah,
tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, menghitung, menulis, anakanak remaja belajar dasar-dasar ilmu agama serta tempat penngajian dari
ulama-ulama yang merupakan kelompok-kelompok (Khalaqah), tempat
berdiskusi dan Munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan dan juga
dilengkapi dengan ruangan perpustakaan dengan buku-buku dari berbagai
macam disiplin ilmu. Di samping itu, di masjid-masjid ini dilengkapi juga
dengan berbagai macam fasilitas pendidikan penunjang lainnya. Kedua, bagi
pelajar yang ingin mendalami ilmunya, bisa pergi keluar daerah atau ke
masjid-masjid atau bahkan ke rumah-rumah gurunya. Karena semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum
maka semakin banyak khalaqah-khalaqah (lingkaran pengajaran), yang tidak
mungkin tertampung di dalam ruang masjid. Maka pada perkembangan
selanjutnya mulai dibuka madrasah-madrasah yang dipelopori oleh Nizhamul
Muluk. Lembaga inilah yang kemudian yang berkembang pada masa Dinasti
Abbasyiah. Madrasah ini dapat ditemukan di Baghdad, Balkar, Isfahan,
Basrah, Musail dan kota lainya mulai dari tingkat rendah, menengah, serta
meliputi segala bidang ilmu pengetahuan.
d. Gerakan Penerjemah
Pelopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Dinasti
Abbasyiah adalah khalifah al-Mansur yang juga membangun kota Baghdad.
Dia mempekerjakan orang-orang Persia yang baru masuk Islam seperti
Nuwbhat, Ibrahim al-Fazari dan Ali Ibnu Isa untuk menerjemahkan karyakarya berbahasa Persia dalam bidang Astronomi yang sangat berguna bagi
kafilah dengan baik dari darat maupun laut. Buku tentang ketatanegaraan dan
politik serta moral seperti kalila wa Dimma Sindhind dalam bahasa Persia
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain itu, Manuskrip berbahasa Yunani
seperti logika karya Aristoteles, Al-Magestkarya Ptolemy, Arithmetickarya
Nicomachus dan Gerase, Geometri karya Euclid. Manuskrip lain yang
berbahasa Yunani Klasik, Yunani Bizantium dan Bahasa Pahlavi (Persia

20

Pertengahan), bahasa Neo-Persia dan bahasa Syiria juga diterjemahkan.
Penerjemahan secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa
Arab dipelopori oleh Hunayn Ibn Isyaq (w. 873 H) seorang penganut Nasrani
dari Syiria. Dia memeperkenalkan metode penerjemahan baru yaitu
menerjemahkan kalimat, bukan kata per kata. Metode ini lebih dapat
memahami isi naskah karena sturktur kalimat dalam bahasa Yunani berbeda
dengan sturktur kalimat dalam bahasa Arab.
Pada masa al-Ma’mun karena keinginan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan demikian pesat, dia membentuk tim penerjemah yang diketuai
langsung oleh Hunayn Ibn Isyaq sendiri, dibantu Ishaq anaknya dan Hubaish
keponakannya serta ilmuwan lain seperti Qusta Ibn Luqa, Jocabite seorang
Kristen, Abu Bisr Matta Ibn Yunus seorang Kristen Nestorian, Ibn A’di,
Yahya Ibn Bitriq dan lain-lain. Tim ini bertugas menerjemahkan naskahnaskah Yunani terutama yang berisi ilmu-ilmu yang sangat diperlukan seperti
kedokteran. Keberhasilan penerjemahan juga didukung oleh fleksibilitas
bahasa Arab dalam menyerab bahasa Asing dan kekayaan kosa kata bahasa
Arab.
e. Baitul Hikmah
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan. Istitusi ini adalah kelanjutan dari
Jandishapur Academy yang ada pada masa Sasania Persia. Namun, berbeda
dari istitusi pada masa Sasania yang hanya menyimpan puisi-puisi dan ceritacerita untuk raja, pada masa Abbasiyah intitusi ini diperluas kegunaannya.
Pada masa Harun ar-Rasyid intitusi ini bernama Khizanah al-Hikmah
(Khazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat
penelitian.
Sejak tahun 815 M, al-Ma’mun mengembangkan lembaga ini dan
diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah. Pada masa ini juga, Bait alHikmah dipergunakan secara lebih modern yaitu sebagai tempat penyimpanan
buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Byzantium, bahkan Ethiopia dan
India. Selain itu Bait al-Hikmah berfungsi sebagai kegiatan studi dan riset
astronomi untuk meneliti perbintangan dan matematika. Di institusi ini al21

Ma’mun mempekerjakan Muhammad Ibn Hawarizmi yang ahli bidang alJabar dan Astronomi dan orang-orang Persia bahkan Direktur perpusatakaan
adalah seorang nasionalis Persia dan ahli Pahlewi Sahl Ibn Harun.
f. Bidang Keagamaan
Pada masa Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang,
terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bil al-Ma’tsur dan Tafsir bi alRa’yi. Tokoh tafsir terkenal seperti Ibn Jarir at-Tabary, Ibn Athiyah, Abu
Bakar Asam (Mu’tazilah), Abu Muslim Muhammad Ibn Bahr Isfahany
(Mu’tazilah), dll.
Dalam bidang Hadits, mulai dikenal ilmu pengklasifikasian Hadits
secara sistematis dan kronologis seperti,Shahih, Dhaif,dan Madhu’. Bahkan
juga sudah diketemukan kritik Sanad, dan Matan, sehingga terlihat Jarrah
dan Takdil Rawi yang meriwayatkan Hadits tersebut. Ahli Hadits terkenal di
zaman ini adalah; Imam Bukhari (w 256 H), Imam Muslim (w 261 H), Ibn
Majah (w 273 H), Abu Daud (w 275 H), at-Tirmidzi, An-Nasa’I (303 H), dll.
Dalam bidang Fiqh, muncul kitab Majmu’ al-Fiqh karya Zaid Ibn Ali
(w 740) yang berisi tentang Fiqh Syi’ah Zaidiyah. Kemudian lahir Fuqaha
seperti Imam Hanafi (w 767 ), seorang hakim agung dan pendiri Madzhab
Hanafi, Malik Ibn Anas (w 795 M), Muhammad Ibn Idris as-Syafe’i (820 M),
Imam Ahmad Ibn Hambal ( w 855 M).
Dalam bidang filsafat dan Ilmu kalam, lahir para filosof Islam
terkemuka seperti Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nasr Muhammad alFarabi, Ibn Barjah, Ibn Tufail, dan Imam Ghazali. Dan ilmu Kalam,
Mu’tazilah pernah menjadi Madzhab utama pada masa Harun ar-Radyid dan
al-Ma’mun. di antara ahli ilmu Kalam adalah Washil Ibn Atha’, Abu Huzail
al-Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, dan Iman Ghazali.

Ilmu Lughah juga berkembang dengan pesat karena bahasa Arab

22

semakin dewasa dan memerlukan suatu ilmu bahsa yang menyeluruh. Ilmu
bahasa yang dimaksud adalah Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi, Arudh,
dan Insya. Ulama Lughahyang terkenal adalah Sibawaih (w 183 H), Mu’az
al-Harra (w 187 H), Ali Ibn Hamzah al-Kisai (w 208 H), dll.
Ilmu Tasawuf berkembang pesat terutama pada masa Abbasiyah II dan
seterusnya. Diantara tokoh tasawuf yang terkenal adalah al-Qusayiri (w 456
H), Syahabuddin (w. 632 H), Imam al-Ghazali (w. 502 H), dan lain-lain.
g. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi
Adapun kemajuan yang dicapai umat Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah dalam bidang ilmu Pengetahuan, sains dan teknologi adalah:
1)

Astronomi, Muhammad Ibn Ibrahim al-Farazi (w. 777 M), ia adalah
astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk
mengukur ketinggian bintang. Disamping itu, masih ada ilmuwanilmuwan Islam lainnya, seperti Ali Ibn Isa al-Asturlabi, al-Farghani, alBattani, al-Khayyam dan al-Tusi.

2)

Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah Ali Ibn
Rabban al-Tabari pengarang buku Firdaus al-Hikmah tahun 850 M,
tokoh lainnya adalah ak-razi, al-Farabi, dan Ibn Sina.

3)

Ilmu Kimia, bapak kimia Islam adalah Jabir Ibn Hayyan (w. 815 M), alRazi, dan al-Tuqrai yang hidp pada abad ke 12 M.

4)

Sejarah dan Geografi, pada masa ini sejarawan ternama abad ke 3 H
adalah Ahmad Ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad Ja’far Ibn Jarir alTabari. Kemudian ahli Bumi yang termasyur adalah Ibn Khurdazabah (w.
913 H)

23

4. Kemunduran
Dalam periode II, kekuasaan politik Abbasiyah mulai menurun. Wilayahwilayah kekuasaan Abbasiyah secara politis sudah mulai cerai-berai. Ikatan-ikatan
mulai putus satu persatu antara wilayah-wilayah Islam.
Di wilayah barat, Andalusia, Dinasti Umayyah telah bangkit lagi dengan
mengangkat Abdurrahman Nasr menjadi Khalifah/Amir al-Mukminin. Di Afrika
Utara Syiah Ismailiah bangkit dan membentuk Dinasti Fatimiahm dengan
mengangkat Ubaidillah Al-Mahdi menjadi khalifah dan kota Mahdiyah dekat
Tunisia dijadikan pusat kerajaan. Sehingga, pada periode abad ke-10 M, sistem
kekhalifahan akhirnya terpecah ke dalam tiga wilayah; Baghdad, Afrika Utara dan
Spanyol.
Di Mesir, Muhammad Ikhsyid berkuasa atas nama Bani Abbas. Demikian
pula di Halab dan Mousil Bani Hamdan bangkit. Sementara di Yaman, kedudukan
Syiah Zaidiyah semakin kokoh. Sedangkan di ibukota Baghdad sendiri, Bani
Buwaihi berkuasa dalam praktik (de facto) dalam pemerintahan Bani Abbas,
sehingga khalifah tinggal nama saja.
Faktor-faktor kemunduran itu dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Pertentangan internal keluarga
Di dalam pemerintahan terjadi konflik keluarga yang berkepanjangan.
Ribuan orang terbunuh akibat peristiwa Al-Mansur melawan Abdullah ibnu Ali
pamannya sendiri, Al-Amin dan Al-Makmun, Al-Mu’tasim melawan Abbas
ibnu Al-Makmun. Konflik ini menyebabkan keretakan psikologis yang dalam
dan menghilangkan solidaritas keluarga, sehingga mengundang campur tangan
kekuatan luar.
b. Kehilangan kendali dan munculnya daulat-daulat kecil
Faktor kepribadian yang sangat menentukan pula keberhasilan seorang
pemimpin. Kelemahan pribadi di antara Khalifah Abbasiyah mengakibatkan
kehancuran sistem khalifah. Terutama karena mereka terbuai dalam kehidupan
mewah sehingga kurang memedulikan urusan negara. Perdana menteri
seenaknya menentukan kebijakan para khalifah. Mereka secara berturut-turut
dalam rangka mempertahankan pemerintahannya menggunakan kekuatan dari
24

luar, seperti orang Turki, Seljuk dan Buwaihi-Khawarizmi. Kekuatan luar ini
jauh mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahan
itu sendiri.
Akibat lemahnya khalifah pusat, sidikit banyak telah menggoda sejumlah
penguasa daerah (gubernur) untuk melirik pada otonomisasi. Para gubernur
(amir) yang berdomisili di wilayah barat Baghdad seperti Aghlabiyah,
Idrisiyah, Fatimiyah, Ammawiyah II, Thuluniyah, Hamadaniyah maupun yang
berdomisili di timur Baghdad seperti Thahiriyah, Shafariyah, Ghaznawiyah,
Samaniyah, mencoba untuk tidak taat lagi pada khalifah pusat di Baghdad.
Dalam keadaan yang penuh kekacauan dan berkeping-keping inilah datang
pasukan Hulaghu Khan dengan tentara Tartarnya pada tahun 1258 M
menghancurkan Baghdad. Sampai di sini berakhirlah Dinasti Abbasiyah.

25

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sistem pemerintahan pada masa Daulah Ummayah dan Abbasiyah berbeda
dengan apa yang diterapkan pada saat masa Khulafaur Rasyidin. Antara Daulah
Umayyah dan Abbasiyah pun juga berbeda. Bisa dilihat pada masa Khulafaur
Rasyidin pemilihan pemimpin dilakukan dengan majelis syuro, sedang pada
masa Umayyah dilakukan secara monarki (turun-temurun).
2. Pada zaman pertengahan Islam ini peradaban Islam sudah bersifat internasional.
Karena pada saat itu Islam telah menguasai wilayah-wilayah di tiga benua besar;
Eropa, Asia, Afrika. Peradaban Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Dalam berbagai bidang pengetahuan agama, arsitektur, sains dan teknologi dan
lain-lain.
3. Kemunduran dinasti-dinasti ini dikarenakan dari banyak sebab yang dapat dibagi
menjadi faktor eksternal dan internal.
B. SARAN

26

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Syed Amer. 1981. A Short History of the Saracens. New Delhi: Kitab Bhavan
Al-Maududi, Abu A’la. 1984. Khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan
Hitti, Philip K. 1970. History of the Arabs. London: Macmillan
http://sejarahagamaislamdidunia.blogspot.com/
http://buyatthelegend.blogspot.com/
Maryam, Siti. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: LESFI
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, Cetakan Kelima.
Jakarta: UI Press
Stryzewska, Bojena Gajane. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al-Maktab Al-Tijari
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Watt, W. Montgomery. 1990. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis.
Yogyakarta: Tiara Wanaca Yogya
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

27

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124