MAKALAH PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pembimbing: Dr. H. Sumedi, M.Ag.

Disusun Oleh:
Anisatun Nur’Afiah (15430056)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita
sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam senantias kami panjatkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. H. Sumedi,
M.Ag. selaku dosen pembimbing, serta pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan dan menerima kritik setra saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Yogyakarta, 12 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................2
Daftar Isi .........................................................................................3
BAB I PEMBAHASAN.........................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................5

C. Tujuan............................................................................................5
A.
B.
C.
D.
E.

BAB II PEMBAHASAN........................................................................6
Pengertian Pendidik........................................................................6
Konsep Pendidik.............................................................................7
Tujuan Pendidik..............................................................................8
Kompetensi Pendidik......................................................................9
Kode Etik Pendidik..........................................................................12

BAB III PENUTUP
............................................................................16
A. Kesimpulan.....................................................................................16
B. B. Saran..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka
memajukan kehidupan. Prinsip mempertahankan hidup terletak pada tiga
orientasi dasar yaitu :
1. Hubungan manusia dengan Tuhan.
2. Hubungan dengan sesama manusia.
3. Hubungan dengan alam semesta, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang.
Proses inilah yang mendorong manusia kearah kemajuan hidup
sejalan dengan tuntutan zaman. Untuk sampai kepada kebutuhan
tersebut diperlukan suatu pendidikan yang dapat mengembangkan
kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa masyarakat
serta anggota-anggotanya.
Pendidikan berkembang dari sederhana, yang berlangsung ketika
manusia masih berada dalam ruang lingkup kehidupan yang serba
sederhana serta konsep tujuan yang amat terbatas, sampai pada bentuk
pendidikan yang sarat dengan metode, tujuan, serta model pendidikan
yang sesuai dengan masyarakat saat ini. Dengan demikian antara

pendidikan dan masyarakat terus berkompetisi untuk maju. Khusus
masyarakat islam yang berkembang sejak Nabi Muhammad, pendidikan
merupakan kunci kemajuan. Sumber-sumber pokok ajaran islam yang
berupa al-qur'an dan hadits, mendorong pemeluknya untuk menciptakan
pola hidup maju, sehingga kesejahteraan berhasil diciptakan.
Pendidikan islam berusaha merealisasikan misi agama islam dalam
tiap pribadi manusia, yaitu menjadikan manusia sejahtera dan bahagia
dalam cita islam. Cita-cita islam mencerminkan nilai-nilai normatif dari
Tuhan yang bersifat abadi dan absolut. Nilai-nilai inilah yang seharusnya
ditumbuhkembangkan dalam diri manusia melalui proses pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian pendidik dalam pendidikan islam?
Bagaimana konsep pendidik dalam pendidikan islam ?

Apa saja tugas pendidik dalam pendidikan islam?
Apa saja kompetensi pendidik dalam pendidikan islam?
Apa saja kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik dalam pendidikan
islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pendidik dalam pendidikan islam.
2. Mengetahui konsep pendidik dalam pendidikan islam.
3. Mengetahui tugas pendidik dalam pendidikan islam.
4. Mengetahui kompetensi yang harus dimiliki pendidik dalam pendidikan
islam.
5. Mengetahui kode etik seorang pendidik dalam pendidikan islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidik
Muhaimin secara utuh mengemukakan karakteristik tugas-tugas pendidik
dalam pendidikan islam. Dalam rumusannya Muhaimin menggunakan
istilah-istilah ustadz, mu'alim, murabbi, mursyid, mudarris danmu'addib.1
[1]Untuk lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut:

1. Ustadz adalah orang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat
pada dirinya setiap dedikatif, komitmen terhadap mutu, proses dan hasil
kerja, serta sikap continuous improvement.
2.
Mu'allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan fungsi teoritis praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu
pengetahuan, internalisasi implementasi (amaliah).
3. Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya
untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam
sekitarnya.
4. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral
identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi
peserta didik.
5. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi
serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan
dan berusaha mencerdaskan peserta didik, memberantas kebodohan,
serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan
kenampuannya.

6. Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas
dimasa depan.
Dalam pendidikan islam, pendidik adalah orang yang bertanggung
jawab
terhadap
perkembangan
peserta
didik
dengan
upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).2[2]
1[1] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.89

Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu
mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah
Allah SWT dan mampu melakulan tugas sebagai makhluk sosial dan

sebagai makhluk individu yang mandiri.3[3]
B. Konsep Pendidik
Pendidik terbagi dua, yaitu :
1.Pendidik Kodrat
Orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap anak
adalah orang tuanya. Orang tua disebut pendidik kodrat karena mereka
mempunyai hubungan darah dengan anak. Orang tua harus menerima,
mencintai, mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan
bersama (kekerabatan) agar anak memiliki nilai hidup, jasmani, nilai
keindahan, nilai kebenaran, nilai moral, nilai keagamaan dan bertindak
sesuai dengan nilai-nilai tersebut sebagai perwujudan dan peran mereka
sebagai pendidik.
Orang tua sebagai pendidik kodrat menerima amanah dan tugas
mendidik langsung dari Allah Maha Pendidik. Dalam surat At-Tahrim (66)
ayat 6 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Al-Maraghi mengemukakan bahwa memelihara dan menyelamatkan

keluarga dari siksaan neraka dapat dilakukan dengan cara menasehati,
mengajar dan mendidik mereka. Dengan cara demikian, mudah-mudahan
mereka menaati Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
meninggalkan segala yang dilarang-Nya.4[4]
Berdasarkan penafsiran diatas dapat dikatakan bahwa setiap orang tua
mukmin otomatis menjadi pendidik. Orang tua yang beriman harus
melakulan berbagai aktivitas dan upaya agar anggota keluarganya selalu
menaati Allah dan Rasul-Nya. Apabila orang tua tidak mendidik anaknya
atau melaksanakan pendidikan anak tidak dengan sungguh-sungguh,
maka akibatnya anak tidak akan berkembang sesuai dengan harapan.
2. Pendidik Jabatan
Pendidik di sekolah, seperti guru, konselor dan administrator disebut
pendidik karena jabatan. Mereka ditugaskan untuk memberikan
pendidikan dan pengajaran disekolah, yaitu mentransformasikan

2[2] Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana
Prenada Media,2006)hlm.87
3[3] Ibid,.
4[4] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.84


kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta didik
(siswa), khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 5[5]
Pendidik jabatan adalah orang lain (buka termasuk anggota keluarga)
karena keahliannya ditugaskan mendidik guna melanjutkan pendidikan
yang telah dilaksanakan oleh orang tua. Pendidik jabatan membantu
orang tua dalam mendidik anak karena orang tua memiliki berbagai
keterbatasan.
C. Tugas Pendidik
Menurut
Al-Ghazali,
tugas
pendidik
yang
utama
adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membimbing hati
manusia untuk mendekatkan diri ( taqarrub) kepada Allah SWT. Tujuan
pendidikan islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
Dalam paradigma jawa,6[6] pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan

ru) yang berarti digugu dan ditiru. Dikatakan digugu(dipercaya) karena
guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, karena memiliki wawasan
dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru
(diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, segala tindak
tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik.
Pendidik bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar
mengajar. Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya sendiri,
sekalipun keaktifan itu akibat dari motivasi dan pemberian fasilitas dari
pendidiknya.
Fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta
melaksanakan penilaian setelah program dilakukan.
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peaerta didik pada
tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah
yang menciptakan.
3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai
masalah
yang
menyangkut
upaya
pengarahan,
pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.
Dalam tugas tersebut, seorang pendidik ditintut untuk mempunyai
seperangkat prinsip keguruan. Prinsip keguruan dapat berupa :
1. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan
kesediaan, kemampuan, pertimbuhan dan perbedaan peserta didik.
2. Membangkitkan gairah peserta didik.
3. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.
4. Mengatur proses belajar mengajar yang baik.
5.
Mempeehatikan
perubahan-perubahan
kecenderungan
yang
mempengaruhi proses mengajar.
6. Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.
5[5] Ibid,hlm.85
6[6] Ibid,hlm.87

D. Kompetensi Pendidik

1.
2.
3.
4.
5.

1.

2.

W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan “competence
ordinarily islam defned as adequacy for a task or as possessi on of
require knowledge, skill, and abilities” ( suatu tugas yang memadai atau
pemikiran pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut
oleh jabatan seseorang). Devinisi ini mengandung arti bahwa calon
pendidik perlu mempersiapkan diri untuk menguasai sejumlah
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan khusus yang terkait dengan
profesi keguruan. Agar dapat mrnjalankan tugasnya dengan baik serta
dapat memenuhi keinginan dan hapapan peserta didik.7[7]
Seorang pendidik harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang
diajarkan, sebagai penganut islam yang patut dicontoh dalam ajaran
islam dan bersedia menularkan pengetahuan dan nlai islam pada pihak
lain.
Pendidik islam yang profesional harus memiliki kompetensi yang
lengkap, meliputi:
Penguasaan materi al-islam yang komperehensif serta wawasan dan
bahan pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.
Penguasaan strategi (memcakup
pendekatan metode dan teknik)
pendidikan islam, terutama kemampuan evaluasinya.
Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian pendidikan,
guna keperluan pengembangan pendidikan islam dimasa depan.
Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.
Keberhasilan pendidik yakni “pendidik akan berhasil menjalankan
tugasnya apabila mempunyai kompetensi personal-religius, sosial-religius
dan peofesional-religius.8[8]Kata religius selalu dikaitkan dengan tiap-tiap
kompetensi, karena menunjukkan adanya komitmen pendidik dengan
ajaran islam sebagai kriteria utama, sehingga segala masalah pendidikan
dihadapi, dipertimbangkan dan dipecahkan. Serta ditempatkan pada
perspektif islam.
Kompetensi personal-religius
Kemampuan dasar yang menyangkut kepribadian agamis, artinya
pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan
(pemindahan penghayatan nilai-nilai) kepada peserta didiknya. Misalnya
nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab,
musyawarah, keberhasilan, keindahan, kedisiplinan dan sebagainya.
Kompetensi sosial-religius
Kemampuan yang menyangkut kepedulian terhadap masalahmasalah sosial selaras dengan ajaran dakwah islam. Sikap gotong royong,

7[7] Ibid,hlm.92
8[8] Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana
Prenada Media,2006)hlm.95

tolong menolong, egalitarian (persamaan derajat antar manusia), sikap
toleransi dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim.
3. Kompetensi profesional-religius
Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara
profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas
beragamnya kasus serta mampu bertanggung jawab berdasarkan teori
dan wawasan keahliannya dalam perspektif islam.
Dalam versi yang berbeda, kompetensi pendidik dapat dijabarkan
dalam beberapa komperetensi sebagai berikut:
1. Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia harus belajar dan
mencari informasi tentang materi yang diajarkan.
2. Menguasai keseluruhan materi yang akan disampaikan pada peserta
didiknya.
3. Mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan
menghubungkannya dengan komponen lain.
4. Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum
disajikan kepada peserta didik. (QS. Ash-Shaf : 2-3).
5. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang segang dan sudah
dilaksanakan. (QS. Al-baqarah :31)
6. Memberi hafiah (tabsyir/reward) dan hukuman (tandzir/punishment)
sesuai dengan usaha dan upaya yang dicapai peserta didik dalam rangka
memberikan persuasi dan motivasi dalan proses belajar. (QS.Al-Baqarah :
119)
Di Indonesia, masalah kompetensi pendidikan terutama guru selalu
dikembangkan. Dalam kebijakan terakhir yaiti peraturan pemerintah no.
74/2008 tentang guru, bab II, pasal 2 ditegaskan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.9[9]
E. Kode Etik Pendidik
Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik,
orang tua peserta didik, koleganya serta dengan atasannya.
Secara integral-holistik, Al-Kanani (w.733H) sebagai seorang ulama
sekaligus tokoh pendidikan islam, mengemukakan bahwa persyaratan
seorang guru sebagai berikut:10[10]
1. Syarat-syarat guru yang berhubungan dengan dirinya sendiri:
a. Guru hendaknya menyadari bahwa perkataan dan perbuatannya selalu
dalam pengawasan Allah.
b. Guru hendaknya memelihara kemuliaan ilmu, yaitu dengan senantiasa
belajar dan mengajarkannya.
c. Guru hendaknya bersifat zuhud. Artinya ia mengambil rezeki dunia hanya
untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan keluarganya
secara sederhana.
9[9] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.95
10[10] Novan Ardy Wijaya & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam....(yogyakarta:arRuzz Media,2012)hlm.110

d.
e.
f.
g.
h.
i.

Guru hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya
sebagai alat untuk mencapai kedudukan, prestise atau kebanggan atas
orang lain.
Guru hendaknya memelihara syiar-syiar islam seperti melaksanakan
sholat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan
amar ma'ruf nahi munkar.
Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunahkan oleh agama.
Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya
dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.
Guru hendaknya mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang
bermanfaat.
Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima
ilmu dari orang yang lebih rendah kedudukannya ataupun usianya.

2. Syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:
a. Sebelum berangkat untuk mengajar, guru suci dari hadats sab kotoran
serta mengenakan pakaian yang baik.
b. Ketika keluar rumah, guru hendaknya berdoa untuk menguatkan niatnya
dalan mengajar.
c. Hendaknya pada saat mengajar guru mengambil tempat pada posisi yang
membuatnya dapat dilihat oleh semua peserta didiknya. Artinya guru
harus berusaha agar apa yang akan disampaikan dapat dinikmati dan
dipahami oleh seluruh peserta didiknya dengan baik.
d. Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca sebagian dari ayat
al-qur'an agar memperoleh berkah dalam mengajar.
e. Guru hendaknya mengajar bidang studi sesuai dengan bidangnya.
f. Hendaknya guru selalu mengatur volume suara agar tidak terlalu keras
sehingga membisingkan ruangan, dan tidak terlalu rendah sehingga tidak
terdengar oleh peserta didik.
g. Hendaknya guru menjaga ketertiban kelas dengan mengarahkan
pembahasan pada objek yang telah ditentukan.
h. Guru hendaknya menegur peserta didik yang tidak menjaga sopan santun
didalam kelas.
i. Guru hendaknya bersikap bijak dalam menyampaikan pelajaran dan
menjawab pertanyaan.
3.Syarat-syarat guru ditengah peserta didik.
a. Guru hendaknya mengajar dengan niat untuk mendapatkan ridho
Allah, menyebarkan ilmu, menegakkan kebenaran, melenyapkan
kebathilan, dan memelihara kemaslahatan umat.
b. Guru hendaknya tidak menolak peserta didiknya yang tidak mempunyai
niat tulus untuk belajar.
c. Guru hendaknya mencintai peserta didiknya seperti ia mencintai dirinya
sendiri.
d. Guru hendaknya memotivasi peserta didiknya untuk menuntut ilmu
seluas mungkin.
e. Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah
sehingga dapat dipahami peserta didik dengan mudah.

f. guru hendaknya melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan. Agar guru selalu memperhatikan tingkat pemahaman dan
perubahan peserta didiknya.
g. Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua peserta didik.
h.Guru
hendaknya
menciptakan
suasana
yang
kondusif
dan
menyenangkan.
Menurut Al Ghazali kode etik pendidik sebagai berikut :11[11]
1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang
terbuka dan tabah.
2. Bersikap penyantun dan penyayang. (QS.Ali Imron : 159)
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.
4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama. (QS. Al
Najm : 32)
5. Bersidat rendah hati ketika menyatu dengan masyarakat. (QS. Al- Hijr :
88)
6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ
nya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.
8. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik.
9. Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lemah lembut
terhadap peserta didik yang kurang lancar bicaranya.
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik, terutama pada
peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.
11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik,
walaupun pertanyaan itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah
yang diajarkan.
12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya.
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan,
walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang
membahayakan. (QS. Al-Baqarah : 195)
15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, secara terus menerus
mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik.(QS. AlBayyinah :5)
16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardlu kifayah (kewajiban
kolektif, seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi dan sebagainya)
sebelum mempelajari ilmu fardlu'ain (kewajiban indifidual, seperti akidah,
syariah dan akhlak).
17. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan pada peserta didik.(QS. AlBaqarah : 44, as-Shaf : 2-3)

11Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana
Prenada Media,2006)hlm.99

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru
atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu dalam
bidangnya, mau mengamalkan ilmunya dengan sungguh-sungguh, penuh
keikhlasan dan menjadikan peserta didik menjadi lebih baik sesuai
dengan kompetensi yang dimilikinya.
B. Saran
Mengajar merupakan bagian dari tugas keagamaan disamping juga
tugas kemanusiaan yang harus diemban oleh siapapun, setiap muslim
diberi tugas untuk menyampaikan ilmu walaupun hanya satu disiplin ilmu
saja. Menjadi seorang guru atau pendidik yang profesional seharusnya
mentaati semua kode etik yang ada dan mempunyai kompetensi yang
dapat di terapkan dalam standar nasional pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin.M.H.1995.Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Praktis Dan
Teoritis Berdasarkan Pendekatan Interdidipliner.Jakarta: Bumi Aksara.

Mujib,Abdul & Jusuf Mudzakir.2006. Ilmu Penndidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Umar,Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Wijaya,Novan Ardy & Barnawi.2012. Ilmu Pendidikan Islam: Rancang
Bangun Konsep Pendidikan Monokotomik-Holistik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.