PPT LAPORAN PRAKTIKUM DI INDONESIA

Disusun oleh:
1.

2.
3.
4.
5.
6.

HAFIT
(13311004)
MIFTA NURJANAH
(13311027)
DEDI HANDOKO
(13311007)
FINA FEBRIANA
(1331003)
FEBRYAN SIHALOHO (13311038)
RIANDI JUNAIDI
(13311049)


ANALISA SARINGAN

1.Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian
butir agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butirbutir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam),maka volume pori
akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi
volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi
pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi
sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk
pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti
hanya membutuhkan bahan pengikat saja.
2.Tujuan
 2.1.Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
dan memahami sifat-sifat fsik, mekanik, dan teknologi agregat serta
pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
2.2 Tujuan Instruksional Khusus
  Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :

- Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
-Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat
kasar dan agregat halus.
- Menggunakan peralatan dengan terampil.
 

3.Alat Yang Digunakan:
1.Timbangan
2.Alat pemisah contoh ( Rife Sampler )
3.Talam / ccawan
4.Satu set ayakan standart untuk agregat kasar
5.Satu set ayakan standart untuk agregat halus
6.Kuas, sikat kuningan
 
 4.Bahan – Bahan Pengujian
  Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat.
Bila agregat berupa campuran dari agregat kasar dan agregat halus,
agregat tersebutdipisahkan menjadi 2 bagian. Selanjutnya agregat
tersebut diayak sesuai dengan satu set ayakan yang telah disiapkan.
 

5.langkah Pengujian
Benda uji disaring lewat susunan ayakan dengan ukuran saringan
paling besarditempatkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan
cara meletakkan susunan ayakan pada mesin penggetar / pengguncang,
dan digetarkan / digoncangkan selama 15 menit.Masing-masing ayakan
dibersihkan, dimulai dari ayakan teratas dengan menggunakan kuas.Berat
agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan
ditimbang.Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas
masing-masing ayakan terhadap berat total benda uji.
 
 

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
Berat

ASTM SIEVE
Inch/No.

Tertahan


mm

(gr)

%Tertahan

%Kumulatif
Tertahan

%Lolos

(%)

(%)

(%)

min

max


Standar ASTM C33

3/8 "

37,5

0,00

0,00

100,00

100

100

#4

25,00


0,00

0,00

100,00

100

100

#8

19,00

33,12

3,00

3,00


97,00

90

100

#16

12,50

143,52

13,00

16,00

84,00

75


90

#30

9,50

143,52

13,00

29,00

71,00

66

82

#50


4,75

198,72

18,00

47,00

53,00

46

64

#100

2,36

165,6


15,00

62,00

38,00

30

49

#200

1,18

132,48

12,00

74,00


26,00

18

38

0,60

99,36

9,00

83,00

17,00

12

28

0,30

33,12

3,00

86,00

14,00

7

20

0,15

22,08

2,00

88,00

12,00

5

13

55,2

5,00

93,00

7,00

4

8

PAN

77,28

7,00

100,00

0,00

0

0

TOTAL

1104

100,00

0.075

FM

2,31

GRAFIK ANALISA SARINGAN

6.Kesimpulan
  Semakin banyak agregat halus maupun besar yang lolos saringan dengan
nomor saringan terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik. Dengan
analisa lolos ayakan tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat
tersebut. Sebalikya jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam
saringan berdasarkan kriteria nomor saringan maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas kehalusan agregat tersebut buruk. Oleh karena itu angka
kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS
A.TUJUAN PRATIKUM
1.Tujuan Umum
- Dapat menentukan nilai berat jenis dan penyerapan agregat halus dan
mengelompokkannya berdasarkan berat jenisnya.
2.Tujuan Khusus
-Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat halus
- Dapat menggunakan peralatan pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus dengan baik dan benar.
- Dapat mencatat ,menghitung dan menganalisa data pengujian berat
jenis agregat halus.
- Dapat membandingkan dan menyimpulkan besarnya nilai berat jenis
dan penyerapan agregat halus yang diperoleh dengan standar yang
digunakan.

 

B.DASAR TEORI
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji.Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air.Jumlah rongga atau pori yang didapatpada agregat
disebut porositas.
Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran
aspal dengan agregat,campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena
lebih teliti dibandingkan dengan perbandingan volume dan juga untuk
menentukan banyaknya pori agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai
volume yang besar sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan aspal yang
banyak dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang
lebih banyak karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal
menjadi lebih tipis.Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang
dapat terarbsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat
agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi
kering.
-Macam-macam berat jenis yaitu:
  1.Berat jenis curah (Bulk specifc gravity)
Adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume yang ada
(Volume pori yang dapat diresapi aspal atau dapat dikatakan seluruh volume
pori yang dapat dilewati air dan volume partikel)

2.Berat jenis kering permukaan jenis (SSD specifc gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya dapat
diresapi aspal ditambah dengan volume partikel.
 3.Berat jenis semu (apparent specifc gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa
memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air.Atau merupakan
bagian relative density dari bahan padat yang terbentuk dari campuran
partikel kecuali pori atau pori udara yang dapat menyerap air.
 4.Berat jenis efektif
Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu,terbentuk dari
campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang dapat menyerap
air yang selanjutnya akan terus diperhitungkan dalam perencanaan campuran
agregat dengan aspal.
Pada standar peraturan BS 812 : 1975 ini adalah determination of relative
dan
water arbsorbsi:
1. Ukuran nominal butiran yang dipakai adalah untuk ukuran besar dari 10
mm
2. Ukuran butiran antara 40 mm – 50 mm menggunakan metode gasjar
3. Ukuran nominal butiran kecil dari 10 mm menggunakan metode
piknometer

-Kondisi agregat dilapangan akibat oleh air dibagi atas 4 macam yaitu :
1.Keadaan kering oven atau mutlak
Yaitu kondisi dimana agregat setelah dioven selama 24 jam dengan suhu 110
±5’C.
2.Keadaan kering udara
Yaitu apabila kondisi agregat yang memiliki air didalam pori tetapi mkering
permukaanya.
3.Keadaan jenuh kering muka ( SSD )
Yaitu bila semua pori berisi air dalam keadaan jenuh sedangkan kering
kondisi ini dinamakan dalam keadaan SSD.
4.Keadaan basah atau penuh
Yaitu dimana seluruh permukaan agregat tersebut berisi air yang b iasanya
disebut air permukaan.
 
-Jenis agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenis :
1. Agregat normal
Berat jenisnya antara 2,5 – 2,7. Biasanya berasal dari granit, basalt dan
kuarsa
 2.Agregat berat
Barat jenis lebih besar dari 2,8. Misalnya magnetic ( Fe3C4 ), barites ( BaSO4
) atau serbuk besi.

C.     PERALATAN DAN BAHAN
a. Peralatan
1.Kerucut Abraham
2.Spatula
3.Timbangan digital kapasitas 2000 gr dengan ketelitian 0,01 gr
4.Tongkat penumbuk
5.Saringan no 2.36 mm
6.Hairdrayer
7.Oven dengan suhu pemanasan 110 ± 5˚C
8. Pan
9.Botol reagen
10.Spatula
 
b. Bahan
1.Agregat halus sebanyak 500 gr
2.Air bersih

D.KESELAMATAN KERJA
1.Memakai pakaian praktek selama kegiatan pratikum
2.Membaca referensi terlebih dahulu sebelum memulai pratikum
3.Gunakan peralatan sesuai fungsinya berdasarkan petunjuk pengujian dan
petunjuk pembimbing pratikum
4.Periksalah keadaan peralatan sebelum digunakan
5.Gunakan sarung tangan saat melakukan pengujian
6.Bersihkan peralatan dan ruang kerja setelah selesai pratikum
E.PROSEDUR PELAKSANAAN
1.Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2.Menentukan agregat dalam keadaan SSD
-Mencuci benda Uji hingga bersih dan rendam selama 24 jam
-Kemudian keringkan benda uji kedalam kerucut abraham dalam 3 lapis
pada masing-masing lapisan ditumbuk 8 kali dan ditambah 1 kali pada bagian
terakhir
-Lalu angkat kerucut secara vertikal keatas
- Kemudian lihat bentuk agregat hasil cetakan, Jika :
Kondisi kering SSD Basah Agregat pada saat kondisi No.2 lah agregat dengan
berat jenis SSD, dan timbang

3.Timbang agregat dalam keadaan Wssd dam masukan agregat tsb kedalam
botol reagen
4.Masukan air bersih sekitar 90 % isi botol reagen kedalam botol reagen yang
berisi benda uji, kemudian digoyang-goyang dan diputar sampai gellembung
udaranya hilang
5.Timbang botol reagen berisi air + benda Uji (B)
6.Keluarkan benda uji dan bersihkan botol reagen yang telah dibersihkan tadi
dan timbang (Bt)
7.Benda Uji yang dikeluarkan tadi dikeringkan didalam oven selama 24 jam
sampai berat kering tetap kemudian dingikan dan timbang beratnya (BK)

F.  ANALISA DATA
Pengujian berat jenis penyeraspan agregat halus ini
penting dilakukan sebelum agregat dipakai sebagai
campuran bahan pekerasan jalan kerena jika agregat
halus yang kita pakai pada suatu konstruksi memiliki
Berat jenis atau penyerapan yang tidak memenuhi
standart maka hasil yang akan didapat dari
konstruksi tersebut tidak akan maksimal atau mutu
konstruksi rendah.Penyerapan agregat dipengaruhi
pori-pori yang ada pada agregat, semakin besar
porositas agregat tsb, maka semakin besarlah
persentase penyerapan agg tsb
 
G.KESIMPULAN
Dari hasil pengujian didapatkan berat jenis aspal
aspal pen 60/70 yaitu 1,11 gram/ml

METODE PENGUJIAN PENETRASI ASPAL
1.1 Dasar Teori
Penentuan penetrasi adalah suatu cara untuk mengetahui konsistensi aspal.
Konsistensi aspal merupakan derajat kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi
oleh suhu. Untuk aspal keras atau lembek penentuan konsistensi dilakukan
dengan penetrometer.
Konsistensi dinyatakan dengan angka penetrasi, yaitu masuknya jarum penetrasi
dengan beban tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25°C selama 5 detik.
Penetrasi dinyatakan dengan angka dalam satuan 1mm.
Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan angka
penetrasi berkisar 50 – 200.

1.2 Tujuan Pengujian
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat mengetahui
serta memahami sifat – sifat fsik, mekanik, dan teknologi aspal sebagai
bahan perkerasan jalan dengan benar.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan pekerjaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan nilai penetrasi aspal keras ( solid )
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian penetrasi aspal keras
dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu
tertentu ke dalam aspal pada suhu tertentu.
Menggunakan peralatan dengan terampil.

CARA PELAKSANAAN
2.1 Alat Yang Digunakan
1.Thermometer
2.Alat Penetrometer
3.Pemegang jarum seberat ( 47,5 ± 0,05 ) gram yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
4.Pemberat dengan berat ( 50 ± 0,05 ) gram.
5.Jarum penetrasi yang terbuat dari stainless steel.
6.Cawan aspal yang terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar rata.
7.Nampan ( talam ) yang diisi air untuk merendam benda uji.
8.Pengukur waktu ( stop watch )
2.2 Bahan-bahan Pengujian
1.Memanaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus
hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan
agar gelembung-gelembung udara tidak masuk. Suhu aspal tidak boleh
melebihi dari 120°C.
2.Setelah aspal cair merata, menuangkan aspal ke dalam cawan. Tinggi aspal
dalam cawan tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10mm.
3.Memasukkan benda uji tersebut kedalam ruangan dengan ketelitian suhu
(25 ±0,1) °C selama 1 jam.

2.3 Langkah Pengujian
1.Merendam cawan yang telah diisi dengan aspal cair tersebut ke
dalam talam yang telah diisi dengan air suling sampai bagian aspal
tersebut tercelup semua. Kemudian diamkan dalam ruangan
bersuhu ( 25 ± 0,1 ) °C selama 1 jam.
2.Memeriksa pemegang jarum pada alat penetrometer agar jarum
dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum penetrasi
dengan lap / kain, kemudian pasanglah jarum tersebut pada
pemegang jarum.
3.Memasang pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh
beban sebesar 100 ± 0,1 gram.
4.Memindahkan nampan air yang berisi benda uji tersebut
kebawah alat penetrasi.
5.Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut
menyentuh permukaan benda uji. Kemudian aturlah arloji ( jarum
penunjuk penetrasi ) penetrometer pada angka 0 ( nol ).
6.Pemegang jarum dilepas dan secara bersamaan jalankan stop
watch selama jangka waktu ( 5 ± 0,1 )detik.
7.Arloji penetrometer diputar dan bacalah angka penetrasi yang
berimpit / ditunjukkan dengan jarum penunjuk.
8..Melepas jarum dari pemegang jarum pada alat penetrometer,
bersihkan dan siapkan alat penetrasi untuk pembacaan
berikutnya.
9.Melakukan pembacaan penetrasi diatas tidak kurang dari 5 kali

3.1 Kesimpulan
 
Berdasarkan dari percobaan yang telah kelompok kami lakukan, kami
menyimpulkan bahwa Penentuan penetrasi adalah suatu cara untuk
mengetahui konsistensi aspal. Konsistensi aspal merupakan derajat
kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada percobaan
pertama kami mendapatkan hasil penurunan yang relatif stabil,
sedangkan pada percobaan selanjutnya mendpatkan hasil yang tidak
sama dengan percobaaan pertama mungkin ada bebrapa faktor yang
mempengaruhi yaitu suhu dan waktu.

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA dan TITIK BAKAR
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum
Dapat mengetahui suhu dimana aspal mulai dapat mengeluarkan nyala
dan terbakar akibat pemanasan.
 
Tujuan Khusus
dapat memahami prosedur pengujian dengan baik dan benar
Dapat menggunakan peralatan titik nyala dan titik bakar engan baik dan
benar.
Dapat mencatat emnganalisa serta menentukan nilai ataupun hasil dari
Pengujian yang dilakukan.Dapat menyimpulkan dan membandingkan
hasil dari pengujian yang di peroleh dengan standar yang digunakan.
1.2 DASAR TEORI
Terdapat dua metode pratikum yang umum dipakai untuk menentukan titik
nyala dari bahan aspal. Pratikum untuk Aspal Cair (Cutback) biasanya
dilakukan dengan menggunakan alat Tagliabue Open Cup, sementara untuk
bahan aspal dalam bentuk padat biasanya digunakan alat Cleveland Open
Cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya adalah sama, walau pada
metode Cleveland Open Cup, bahan aspal dipanaskan di dalam tempat besi

Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan secara
bertahap pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api kecil
dilewatkan di atas permukaan benda uji yang dipanaskan tersebut. Titik nyala
ditentukan sebagai suhu terendah dimana percikan api pertama kali terjadi
sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu dimana benda uji terbakar.
Syarat minimum temperature titik nyala oleh Bina Marga untuk aspal PEN
40 – 60 (200 ºC). Titik nyala dan titik bakar aspal perlu diketahui karena :
-Sebagai indikasi temperatur, pemanasan maximum dimana masih dalam
batas-batas aman pengerjaan.
-Agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi
temperature titik bakar.
Untuk mendapatkan temperature titik nyala dan titik bakar yang akurat,
perlu diperhatikan dalam pengujiannya sebagai berikut :
a.Tersedianya pelindung angin yang menjaga nyala api dari hembusan
angin.
b.Kecepatan pemanasan dengan menggunakan Bunsen (pengatur besar
kecilnya api).
c.Pemberian api pemancing (pilot) dilakukan menjelang temperature
mendekati titik
nyala perkiraan dengan memperhatikan :
-  Jarak as api pilot terhadap benda uji ± 10 mm.
- Kecepatan lewat api pilot di atas muka benda uji ± 1 detik perjurusan.

d.Cahaya ruangan diatur sedemikian rupa sehingga nyala api pilot dan nyala
api pertama (pijaran api pertama terputus-putus dalam kurun waktu 5
detik) dapat dilihat jelas (dapat juga dilakukan di ruangan gelap).
e.Thermometer harus bersih dan skalanya terbaca jelas, diupayakan
memakai bantuan kaca pembesar dalam pembacaannya.
PERALATAN DAN BAHAN
2.1 Peralatan :
1.Cawan kuningan
2.Thermometer
3.Nyala penguji dengan diameter 3.2 sampai 4.8 mm dan panjang tabung 7.5
cm
4.Stopwatch
5.Tungku listrik/pembakaran gas
6.Penahan angin
2.2 Bahan :
Aspal

2.3 KESELAMATAN KERJA
1. Mengunakan pakaian praktek selama praktikum
2. Membaca referensi terlebih dahulu sebelum melakuka praktikum
3. Gunakan peralatan sesuai fungsinya berdasarkan petunjuk prosedur
pengujian dan petunjuk pembimbing praktikum.
4. Menggunakan sarung tangan pada sat pengujian
5. Berhati hati dalam praktikum dan berkonsentrasi
6. Bersihkan peralatan dan ruang kerja selesai praktikum.
2.4 PROSEDUR PELAKSANAAN
1.Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini.
2.Panaskan aspal dengan suhu antara 148.9 ºC sampai 176 ºC sampai cukup
cair.
3.Kemudian isikan Cleveland cup sampai garis yang ditentukan dan hilangkan
(pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan
4.Letakkan cawan di atas kompor pemanas yang tepat di bawah titik tengah.
5.Kemudian letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7.5 cm dari titik
tengah cawan.
6.Setelah itu pasanglah termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan
jarak 6.4 mm di atas dasar Cleveland cup dan terletak satu garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji, kemudian

7.Nyalakan kompor dan atur pemanasan sehingga kenaikkan suhu 15 ºC tiap
menit sampai mencapai suhu 56ºC di bawah titik nyala yang diperkirakan
untuk selanjutnya kenaikkan suhu 5 ºC sampai 6 ºC/menit.
8.Setelah dinyalakan kompor dan diaturnya pemanasan kemudian tepatkan
penahan angin di depan nyala penguji.
9.Lalu nyalakan sumber pemanasan dan aturlah pemanasan sehingga
kenaikan suhu menjadi (15 ± 1) permenit sampai benda uji mencapai 56ºC di
bawah titik nyala perkiraan.
10Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5 ºC sampai 6 ºC/menit pada suhu
antara 56ºC dan 28 ºC di bawah titik perkiraan.
11.Setelah itu nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala
penguji tersebut menjadi 3.2 sampai 4.8 mm.
12.Lalu putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi
ke tepi cawan) dalam 1 detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2 ºC.
13.Lanjutkan pekerjaan di atas samapi terlihat nyala singkat pada suatu titik
di atas permukaan benda uji.
14.Kemudian bacalah suhu pada thermometer dan catat kenaikan suhunya.
15.Lanjutkan pekerjaan pembacaan suhu sampai terlihat nyala yang agak
lama sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji, bacalah suhu
pada thermometer dan catat kenaikan suhunya.

PENGUJIAN TITIKNYALA DAN TITIKBAKARASPAL
DENGAN ALAT CLEVELANDOPEN CUP
DIKERJAKAN TANGGAL: 08 APRIL2016
TEMPERATUR DIBAWAH
TITIK NYALA
WAKTU (1) WAKTU (2)
(MENIT)

(MENIT)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
TITIK NYALA:
TITIK BAKAR:
TITIK NYALA RATA-RATA:
TITIK BAKAR RATA-RATA:

PEMBACAAN
TEMPERATUR (1) TEMPERATUR (2)
0
0
C
C
17
66
207
18
70
211
19
75
214
20
85
219
21
97
221
22
122
224
23
143
225
24
150
227
25
158
231
26
164
240
27
170
241
28
185
243
29
188
244
30
193
245
31
199
246
32
203
252
260
265
260
265

ANALISA DATA
Dari pengujian Titik nyala dan titik bakar dengan clened land cup dari data
pengujian yang didapat, bahwa titik nyala terjadi pada suhu 260 oC dengan
waktu 32 menit ke atas dan titik bakar pada suhu 265oC dengan waktu 35
menit keatas.
Dari data didapat, aspal cair tersebut jika suhunya ditambah terus, aspal
dalam keadaan diam juga akan terbakar, tetapi sebelum terbakar aspal
tersebut akan menyala atau mencapai titik nyalanya.
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1.      Titik nyala terjadi pada suhu dalam waktu 260 oC dengan waktu 32
menit ke atas.
2.      Titik bakar terjadi pada suhu dan titik bakar pada suhu 265oC dengan
waktu 35 menit keatas.
Dengan demikian hasil yang diperoleh dari pengujian titik nyala dan titik
bakar aspal yang diuji telah memenuhi persyaratan

METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL
  
1.1 TUJUAN PELAKSANAAN
Tujuan Umum :
Dapat mengetahui suhu dimana aspal mualai lembek dengan menggunakan
alat ring and ball dimana suhu ini akan menjadi acuan dilapangan atas
kemampuan aspal menahan suhu yang terjadi untuk tidak lembek sehingga
dapt mengurangi daya lekat.
Tujuan khusus
Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian titik lembek aspal dan ter.
Dapat terampil menggunakan peralatan pengujian titik lembek aspal dan ter
dengan baik dan benar.
Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian yang diperoleh.
Dapat menyimpulan besarnya suatu titik lembek aspal dan ter yang diuji
berdasarkan standar yang diacu.

1.2 DASAR TEORI
Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair sesuai
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu.
Namun perilaku material aspal tersebut terhadap suhu atau prinsipnya

 

Percobaan ini di lakukan karena pelembekan bahan asapal dan ter, tidak
terjado secara lansung dan tiba tiba pada suhu tertentu, tetapi bahan gradual
seiring penambahan suhu.oleh sebab itu setiap prosedur yang di pergunakan
diadopsi untuk menentukan titik lembek aspal dan ter, hendaknya mengikuti
sifat dasar tersebut artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya
berlansung secara gradual dalam jenjang yang halus. Dalam percobaan ini
titik lembek ditujukan dengan suhu pada bola baja edngan berat tertentu
mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut menyentuh plat dasar yang
terletak pada tinggi tertentu sebagai kecepatan pemanasan. Titik lembek
menjadi suatu batasan dalam penggolongan aspal dan ter. Titik lembek
haruslah diperhatikan dalam membangun kontruksi jalan. Titik lembek
hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaaan jalan . titik lembek aspal dan
ter adalah 30 ° C - 200° C yang artinya masih ada nilai titik lembek yang
hamper sama dengan suhu permukaan jalan. Pada umumnya cara ini diatasi
dengan menguakkan fller terhadap campuran aspal. Metoda ring and ball
pada umumnya di terapkan pada aspal dan ter ini. Dapat mengukur titik
lembek bahan semi solit sampain solit. Titik lembek adalah besar besar suhu
dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai leleh) dibawah kondisi
spsic tes, berdasarkan tesau sparatus yang ada bahwa pengujian titik lembek
di pengaruhi banyak factor. Spesifkasi bina marga tentang titik lembek untuk
aspal keras pen 40 (Ringg and ball) adalah 51°C (minimum) dan 63 °C
(maksimum), sedangkan pen 60 adalah min 48°C dan max 58°C Titik lembek
adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai

Menurut SK SNI 06 – 2434 – 1991, titik lembek aspal dan ter berkisar antara
46º - 54ºc. Dalam pengujian titik lembek ini diharapkan titik lembek
hendaknya lebioh tinggi dari suhu permikaan jalan sehingga tidak terjadi
pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan, untuk itu dilakukan
usaha untuk mempertinggi titik lembek antara lain dengan menggunakan
fller terhadap campuarn beraspal.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengujian titik lembek antara lain
adalah :
1.      Kualitas dan jenis cairan penghantar.
2.      Berat bola besi.
3.      Jarak antara Ring dengan aspal plat besi.
4.      Besarnya suhu pemanasan.
Aplikasi dari nilai titik lembek antara lain dapat digunakan sebagai :
 1.Bersama – sama dengan nilai Penetrasi digunakan untuk menentukan PI
(Penetration Index) yang merupakan tingkat kepekatan aspal terhadap
temperatur.
2.Menentukan modulus bahan aspal dengan menggunakan nomogram Van
Der Poel.
3.Menentukan sifat kelelahan dari lapisan aspal dan agregat.
PERALATAN DAN BAHAN
2.1 Peralatan :
1.Cincin kuningan

4.Bejana besar tahan panas mendadak , diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi
12 cm berkapasitas 800 ml
5.Termometer
6.Penjepit
7.Stopwacth
8.Alat pengaruh bola
9.Spatula.
2.2 Bahan :
1.Aspal keras
2.Gliserin
3.Air bersih
4.Esbatu
2.3 PROSEDUR PELAKSANAAN
Penyiapan benda uji
1.Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan.
2.Panaskan contoh benda uji aspal secara perlahan sambil di aduk secara
terus menerus hingga cairan merata.
3.Pemanasan pengadukan dilakukan secara perlahan lahan agar gelembung
udaranya cepat keluar.

4.Panaskan juga 2 cincin sampai mencapi suhu ruang contoh dan letakkan
kedua cicncin palt kuningan yang telah diberi gliserin
5.Setelah air merata tuangkan aspal kedalam 2 buah cincin yang mana suhu
pemanasan aspal tidak melebihi 56°C diatas ttitik lembeknya 100°C.
6.Setelah aspal dingin, ratakan permukaan contoh dlam cincin dengan
spatula atau pisau yang telah di panaskan. Hal – hal yang perllu diprhatikan
dalam penyiapan sampel :
-Suhu pemanasan max adalah titik lembek perkiraan + 50°C (kira-kira
100°C)
-Lama pemanasan diatas api tidak boleh lebih dari 30 menit dan didalam oven
tidak lebih dari 2 jam
-Larutan gliserin digunakan pada permukaan plat besi bukan pada reng
benda uji
-Contoh aspal yang telah di panaskan dihitung dalam cetakan bend uji dan
diamkan selama 30 menit
Pengujan titik lembek
7.Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas kedudukan dan letakkan
pengarah bola di atasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut
kedalam bejana gelas lalu isi dengan air dan masukkan seluruh tersebbut
kedalam bejana gelas lalu isi dengan air dan masukkan batu es untuk
menjadikan suhu bejana 5 ± 1 °C,
8.Letakkan termometer yang sesuai dengan praktikum di antara kedua benda

11.Letakkan bejana gelas di atas pemanas setelah suhu bejana gelas
tersebut emncapai ± 1°C
12.Panas bejana gelas dan catat penambahan/ kenaikan suhu.per 5°C
beserta waktu pada suhu tersebut dengan stopwatch terhitung awal
pemanasan.
13.Perhatikan dengan teliti dari penambahan / kenaikan suhu . pada suhu
waktu beberapa aspal bemda uji yang di timpa bola baha meleleh dan
menyentuh plat dasar kedudukan.
14.Catat hasil pengujian dalam formulir pengamatan
2.5 ANALISA DATA
Pengujian titik Lembek ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kapan aspal mulai melembek dan digunakan dalam mengelompokan aspal
yang nantinya akan digunakan dalam medesign perkerasan jalan/ aspal suhu
berapa yang cocok digunakan dalam campuran dan dengan suhu lingkungan
semakin besar titik lembek, semakin besar nilai penetrasinya maka semakin
tinggi nilai daktalitas / atau titik lembek.

 

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah di lakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Aspal pad benda uji I meleleh pada suhu 50°C pada menit ke 35 dan pada
suhu 52°C dan menit ke 36 untuk benda uji II.
Menurut Bina Marga Titik lembek untuk campuran aspal pen 60 yang di
isyaratkan adalah 48°C - 58°C aspal PEN 40 adalah min 51oC dan Max
63oC. hasil pengujian didapat aspal mulai mel;embek pada suhu 43oC dan 42o
pada 2 buah benda Uji
Berarti aspal yang di uji tidak sesuai dengan standard an tidak dapat
digunakan sebagai bahan pekerjaan jalan, karena nantinya akan mudah
melelh sebelum mencapi suhu extrimnya.

PENGUJIAN DAKTILITAS ASPAL  
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Dapat mengetahui kekenyalan/keplastisan aspal yang dinyatakan dengan
panjang pelumaran aspal yang dapat dicapai aspal sebelum putus, pada suhu
dan kecepatan tertentu.
B. Tujuan Khusus
Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian daktalitas dengan baik
dan benar
Dapat menggunakan peralatan dalam pengujian daktilitas aspal secara tepat
Dapat melakuan pencatatan dengan analisa data hasil pengujian daktalitas
yang dilakukan
Dapat menyimpulkan besarnya harga daktalitas aspal yang diuji berdasarkan
standar yang diac
1.2 DASAR TEORI
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal,
apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan
cara menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada
suhu 25˚C dengan dengaa toleransi ±5 %.Sifat reologis daktilitas digunakan
untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam penggunaannya
sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas yang rendah akan
mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan

Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa
hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan yang
dipakai adalah 100 – 200 cm. Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak
terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen minimum
100 cm.
Adapun tingkat kekenyalan dari aspal adalah :
·         < 100 cm
= getas
·         100 - 200 cm
= plastis
·         > 200 cm
= sangat plastis liat
 
sifat daklitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan
senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung senyawa
prakin dengfan senyawa panjang, maka daktalitas rendah. Demikian aspal
didapatkan dari blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang
mudah menyusut sedangkan yang banyak mengandung parakin karena
susunan rantai hidrokarbonya dan kekuatan strukturnya kurang plastis.
PERALATAN DAN BAHAN
2.1 Peralatan
Mould Ductility (cetakan) kuningan
Plat alas cetakan
Bak perendam
Pengukur suhu
Spatula

2.2 Bahan
Aspal keras
Air bersih/air suling
Gliserin
Garam
2.3 PROSEDUR PELAKSANAAN
Persiapan Sampel
1.Panaskan aspal hingga mencair
2.Susun bagian cetakan kuningan
3.Lapisi bagian atas dan bawah cetakan serta permukaannya plat atas
cetakan serta permukaan plat atas cetakan dengan bahan campuran gliserin.
Gliserin akan berfungsi sebagai agar aspal jika telah dingin dan akan di buka
tidak melekat pada kuningan tersebut
4.Pasang alat cetakan diatas plat dasar
5.Tuangkan aspal yang tyelah mencair dari kedalamn cetakan, lakukan
dengan hati – hati dan pemanasan dilakukan sampai 50 – 100 ºC diatas titik
lembek lalu tuangkan hingga penuh
6.Dingaikan cetakan pada ruangan 30 – 40 menit lalu pindahkan benda uji
kedalam bak yang telah disediakan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan
spesikasinya) selama 30 menit
7.Ratakan contoh yang berlebihan dengan spatula
 

Persiapkan alat tarik
7.Sampel didiamkan selama 85 – 95 menit pada suhu 25o c dalam bak
perendaman , kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan lepaskan
cetakan kecuali bagian ujungnya
8.Sambil menunggu perendaman persiapakan tempat alat tarik nya
9.Mesin Uji diisi air hingga setengah bak cukup dan beri garam untuk me
nyamakan berat jenis air dan aspal agar aspal tidak terapung.
Langkah pengujian daktalitas
Pasang cetakan dicincin yang telah diisi sampel pada alat mesin uji dan
jalankan mesin uji sehingga menarik sampel secara teratur dengan kecepatan
5cm/menit sampai sampel putus, perbedaan kecepatan ± 5 % mesin diizinkan
Pada saat pengujian, apabila sampel menyetuh dasar mesin uji atau terapung
pada permukaan air maka pengujian dianggap gagal dan tidak normal, untuk
menghindarinya karena itulah ditambahkan garam.
Bacalah jarak penampang cetakan pada saat sampel putus (dalam cm),
selama percobaan berlangsung sampai harus terendam 2,5 cm dibawah
permukaan air (melayang) dengan suhu 25 ± 5ºc .
Hentikan pengujian jika aspal telah tertarik sepanjang 1 meter dan tidak
putus.
Hasil yang perlu diperhatikan dalam pengujian sampel :
a.      Apabila sampel menyentuh benda uji, pengujian dianggap gagal

DATA PEMERIKSAAN DAN HITUNGAN
Dari pengujian yang dilakukan, maka didapat hasil pengujian sebagai berikut:
      Pengamatan I
= 121,5 cm
      Pengamatan II
= 128,9 cm
      Pengamatan III
= 125,2 cm

 
Analisa Data
Daktalitas adalah salah satu cara dalam pengujian aspal dalam
pengelompokan aspal yang mana semakin tinggi nilai daktalitas maka aspal
akan terbilang semakin plastis maka semakin tinggi nilai penetrasinya dan
sedikit suhu yang dibutuhkan untuk melembekan aspal tersebut / semakin
rendaj titik lembeknya. Jadi dalam mendesign perkerasan jalan lentur setiap
pengujian akan saling terkait satu sama lainnya begitu pula sebaliknya.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.      Pembacaan rata – rata pengukuran pada alat uji daktalitas adalah 125,2
cm
2.      Tingkat kekenyalan aspal berdasar nilai daktalitasnya :
Kecil 100 cm
= Getas
100 – 200 cm
= Plastis

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS
 
1.1 TUJUAN PRATIKUM
A. Tujuan Umum
Dapat menentukan nilai berat jenis dan penyerapan agregat halus dan
mengelompokkannya berdasarkan berat jenisnya.
B.Tujuan Khusus
Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat halus
Dapat menggunakan peralatan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus dengan baik dan benar.
Dapat mencatat ,menghitung dan menganalisa data pengujian berat jenis
agregat halus.
Dapat membandingkan dan menyimpulkan besarnya nilai berat jenis dan
penyerapan agregat halus yang diperoleh dengan standar yang digunakan.  
DASAR TEORI
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji.Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air.Jumlah rongga atau pori yang didapatpada agregat
disebut porositas.Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk

Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal
menjadi lebih tipis.Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang
dapat terarbsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat
agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi
kering.
PERALATAN DAN BAHAN
2.1 Peralatan
Kerucut Abraham
Spatula
Timbangan digital kapasitas 2000 gr dengan ketelitian 0,01 gr
Tongkat penumbuk
Saringan no 2.36 mm
Hairdrayer
Oven dengan suhu pemanasan 110 ± 5˚C
Pan
Botol reagen
Spatula
2.2 Bahan
Agregat halus sebanyak 500 gr

PROSEDUR PELAKSANAAN
Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
Menentukan agregat dalam keadaan SSD
Mencuci benda Uji hingga bersih dan rendam selama 24 jam
Kemudian keringkan benda uji kedalam kerucut abraham dalam 3 lapis pada
masing-masing lapisan ditumbuk 8 kali dan ditambah 1 kali pada bagian
terakhir
Lalu angkat kerucut secara vertikal keatas
Kemudian lihat bentuk agregat hasil cetakan
Jika :
Kondisi kering SSD Basah Agregat pada saat kondisi No.2 lah agregat
dengan
berat jenis SSD, dan timbang
Timbang agregat dalam keadaan Wssd dam masukan agregat tsb kedalam
botol reagen.
Masukan air bersih sekitar 90 % isi botol reagen kedalam botol reagen yang
berisi benda uji, kemudian digoyang-goyang dan diputar sampai gellembung
udaranya hilang.
Timbang botol reagen berisi air + benda Uji (B)
Keluarkan benda uji dan bersihkan botol reagen yang telah dibersihkan tadi
dan timbang (Bt).
Benda Uji yang dikeluarkan tadi dikeringkan didalam oven selama 24 jam

PENGUJIAN BERAT JENISDAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
DIKERJAKAN TANGGAL: 22APRIL2016
BENDA UJI : ABU BATU
NO KEGIATAN
1 Berat jenis kering permukaan
kondisi SSD
2 Berat pasir +pikno +air (Bt)
3 Berat pikno +air (B)
3 Berat pasir setelah di oven
atau berat kering oven (Bk)

SAMPEL (A)
SAMPEL (B)
GRAM
GRAM
500,2
500,2
840,9
674,7
428,9

858,8
680
450,7

Tabel perhitungan :
Nomor Sampel
Berat sampel kondisi SSD(gram)
Berat piknometer +sampel +air (gram)
Berat piknometer +air (gram)
Berat sampel kering(gram)
BJ semu
BJ keringpermukaan jenuh (SSD)
BJ bulk(dry)
Penyerapan (%)

A

B
500,20
840,90
674,70
428,90
1,63
1,50
1,28
16,62

500,20
858,80 Nilai rata-rata
680,00
450,70
1,66
1,65
1,56
1,53
1,40
1,34
10,98
13,80

ANALISA DATA
Pengujian berat jenis penyeraspan agregat halus ini penting dilakukan
sebelum agregat dipakai sebagai campuran bahan pekerasan jalan kerena
jika agregat halus yang kita pakai pada suatu konstruksi memiliki Berat jenis
atau penyerapan yang tidak memenuhi standart maka hasil yang akan didapat
dari konstruksi tersebut tidak akan maksimal atau mutu konstruksi rendah.
Penyerapan agregat dipengaruhi pori-pori yang ada pada agregat, semakin
besar porositas agregat tsb, maka semakin besarlah persentase penyerapan
agg tsb.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Berat jenis bulk
= 1,34 gr
Berat jenis SSD= 1,53 gr
Berat jenis semu
= 1,65 gr
Penyerapan
= 13,80 %
Agregat yang diuji termasuk golongan agregat normal berdasarkan berat
jenisnya.
Agregat tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat
digunakan sebagai bahan dalam campuran beraspal.

 

Data agregat kasar
NO
1
2
3

KEGIATAN
Mengukur berat benda uji kering oven
(BK)
Mengukur berat benda uji kering
permukaan jenuh (BJ)
Mengukur berat sampel dalam air
(BA)

SAMPELA
(Gram)

SAMPELB
(Gram)

1171,5

1169,4

1200,7

1200,2

749,2

750,8

Tabel perhitungan :
Nomor Sampel
Berat sampel kondisi SSD (gram)
Berat sampel dalamair (gram)
Berat sampel kering(gram)
BJ semu
BJ keringpermukaan jenuh (SSD)
BJ bulk (dry)
Penyerapan (%)

A

B
1200,70
749,20
1171,50
2,77
2,66
2,59
2,49

1200,20
750,80
1169,40
2,79
2,67
2,60
2,63

Nilai rata-rata
2,78
2,67
2,60
2,56

ANALISA DATA
Pengujian berat jenis penyeraspan agregat kasar ini penting dilakukan
sebelum agregat dipakai sebagai campuran bahan pekerasan jalan kerena
jika agregat kasar yang kita pakai pada suatu konstruksi memiliki Berat jenis
atau penyerapan yang tidak memenuhi standart maka hasil yang akan didapat
dari konstruksi tersebut tidak akan maksimal atau mutu konstruksi rendah.
Penyerapan agregat dipengaruhi pori-pori yang ada pada agregat, semakin
besar porositas agregat tsb, maka semakin besarlah persentase penyerapan
agg tsb.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Berat jenis bulk
= 2,60 gr
Berat jenis SSD= 2,67 gr
Berat jenis semu
= 2,78 gr
Penyerapan
= 2,56 %
Agregat yang diuji termasuk golongan agregat normal berdasarkan berat
jenisnya.
Agregat tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat
digunakan sebagai bahan dalam campuran beraspal.

 

PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT
 
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Dapat mengtahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan berulang
dan untuk perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat.
B. Tujuan Khusus
Dapat memahami prosedur pengujian kehilangan berat dengan pemanasan
TFOT
Dapat menggunakan peralatan pengujian dengan baik dan benar
Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian kehilangan berat
akibat pemanasan
Dapat menyimpulkan besarnya nilai kehilangan barat dan membandingkan
dengan standar yang digunakan.
 DASAR TEORI
Cahaya diketahui memiliki efek yang merusak pada aspal. Kerusakan
yang timbul sering berasal dari sinar mata hari , yang akna merusak aspal,
dengan di bantu oleh factor air dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul dengan cara ini disebut factor oksidasi, untungnya sinar
yang merusak ini hanya dapat mempengaruhi beberapa lapisan molekul
lapisan atas aspal. Oleh karena itu , foto oksidasi dianggap kecil pengaruhnya
apabila dilihat dari table aspal keseluruhan. Namun proses di atas tidak

Karakteristik campuran aspal khususnya mengenai durabilitas sangat
tergantung
Pada karakteristik yang tersedia pada lapisan tipis aspal. Untuk mengevaluasi
durabitas material aspal tersedia prosedur yang disebut Thin flm Oven Test
(TFOT) dengan melakukan pembatasan evaluasinya hanya pada karakteristik
aspal, seperti kehilangan berat. Padapengujian ini kita menggnakan metoda
TFOT , dimana suatu sampel tipis di panaskan dalam oven selama periode
tertentu, dan karakteristik sampel sesudah dipanaskan kemudian diperiksa
untuk meneliti indikasi adanya proses pengerasan dari material aspal.
Pengujian TOFT bertujuan mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat
pemanasan berulang, pengujian ini mengukur perubahan kenerja aspal akibat
kehilangan berat. Cahaya diketahui mempunyai efek yang merusak pada
aspal karena kerusakan yang ditimbulkan sering berasal dari matahari dan
dibantu oleh aspek air dan cairan pelarut lainnya. Kerusakan molekul aspal
ini dinamakan oksidasi. Ini dianggap kecil pengaruhnya apabila dari tebak
aspal keseluruhannya, namun proses diatas akibat cuaca pada lapisan
permukaan agregat.Kharakteristik campuran khususnya durabilitas aspal
sangat tergantung pada karakteristik lapis tipis aspal. Pada Pengujian ini,
suatu sampel tipis dipanaskan. Kemudian diperiksa untuk meneliti adanya
proses pengerasan atau proses pelapukan atau proses pelapukan material
aspal. Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan
evaluasi karhakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat yang dilihat
adalah nilai penetrasi titik lembek dan daktalitas. Untuk itu sangat dianjurkan
saat penyiapan sampel dibuat 2 buah sampel. Untuk mendapatkan material

Untuk menentuakn nilai kehilangan berat akibat pemanasan dapat
menggunakan rumus Penurunan berat
Berat Benda Uji = B – A
Dimana : A = Berat sampel + cawan sebelum pemanasan
B = Berat sampel + cawan sesudah pemanasan
PERALATAN DAN BAHAN
2.1 Peralatan :
Cawan kuningan logam diameter 15 mm dengan tinggi 31 mm
Thermometer
Oven yang dilengkapi dengan :
-pengatur suhu untuk memanasi aspal Pada Suhu TOFT
-piring logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven pada proses
vertical dan berputar dengan kecepatan 5-6 putaran permenit.
Timbangan Digital, kapasitas 3 kg dengan ketelitian 0,001 gtr
2.2 Bahan :
Aspal cair
 

PROSEDUR PELAKSANAAN
1.Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini.
2.Persiapan Benda Uji
-Panaskan aspal sampai cair untuk campuran yang merata.
-Kemudian tuangkan\ benda uji ¾ bagian dari tinggi cawan tersebut, lalu
dinginkan benda uji pada suhu ruang.( cawan kosongsudah ditimbang
terlebih dahulu )
-Sampel diperiksa harus bebas air.
-Setelah itu benda uji dingin timbang beratnya sebagai A
3.      Pengujian Benda Uji
Kemudian letakkan beda uji kedalam Oven yang mana suhunya sudah
menunjukkan 163°C oven benda uji selam 5 jam lalu keluarkan benda uji
Setelah dingin timbang kembali berat benda uji dan catat sebagai (B)
4.Catat hasil pengamatan pada formulir yang telah disiapkan.
5.tentukan nilai kehilangan berat aspal setelah di panaskan berdasarkan
rumus yang telah ditentukan.

PEMERIKSAAN KEHILANGAN BERAT
1. Persiapan Benda Uji

2. Pendinginan Benda Uji Pada Suhu Ruang

3. Pengujian

Uraian Kegiatan

Waktu Mulai

:

WIB

Selesai

:

WIB

Waktu Mulai

:

WIB

Selesai

:

WIB

Waktu Mulai

:

WIB

Selesai

:

WIB

Perhitungan

Berat Cawan
A
Berat Cawan +Aspal
B
Berat Benda Uji
C =A - B
Berat Wadah Benda Uji Setelah Kehilangan
D
Selisih Berat
E =B - D
Kehilangan Berat
F =(E/C)*100
Rata-rata (%)

Satuan
gram
gram
gram
gram
gram
%

Suhu Pemanasan : 163oC

Suhu Pemanasan : 163oC

Suhu Pemanasan : 163oC

Benda Uji (gram)
Sampel B
Sampel A
9,00
9,20
63,30
69,10
54,30
59,90
45,90
47,70
17,40
21,40
32,04
35,73
33,89

ANALISA DATA
Nilai kehilangan berat ini tidak boleh terlalu besar, karena dalam pemakaian
akan berdampak pada kehilangan berat yang berakibat pada hilangnya berat
minyak yang minyak pada aspal ini sangat penting karena sebagai pelapis
nantinya. Apabila pada jalan yang sudah dipakai lama maka zat minyaknya
sudah hilang dan mengakibatkan jalan tersebut menjadi getas/ pecah-pecah
dan berlubang. Zat minyal pada aspal ini berfungsi sebagai pelapis pekerasan
jalan dari suhu yang berubah-ubah.

KESIMPULAN
 
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan perhitunggan dari pengujian yang telah
dilakukan maka factor oksidasi dari aspal ini relative kecil karna dilihat dari
hasil pengujain kehilangan berat rata-rata = 33,89 %
Jadi aspal yang di uji baik digunakan untuk campuran beraspal untuk jalan
aspal (perkerasan jaan lentur).
 
 
 
 

METODE UJI MARSHALL  
1.1 Tujuan Umum
Praktikum ini memberikan kemampuan dasar kepada mahasiswa untuk dapat
menentukan komposisi yang tepat antara agregat, aspal dan bahan pengisi
(fller) dalam campuran. Setelah selesai melakukan praktikum ini, diharapkan
mahasiswa mampu:
 Mampu membuat campuran aspal dan agregat.
 Mampu mengukur karakteristik dan kinerja campuran aspal dan agregat.
 Mampu menentukan kadar aspal optimum dari suatu campuran.
 
Teori Singkat
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran aspal beton yang lebih dikenal dengan AC atau
LASTON dan campuran HRA. Perbedaan mendasar dari kedua tipe campuran
ini adalah pada gradasi agregat pembentuknya. Sifat-sifat penting yang harus
dimiliki oleh suatu campuran aspal dan agregat diantaranya : Stabilitas,
Fleksibilitas, Durabilitas, Workabilitas, Ekonomis.
Stabilitas : Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai
terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
Flow (kelelehan) : Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang
terjadi akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau
0,01

Ada bermacam-macam metode perencanaan campuran, yang paling dikenal
adalah
metode Marshall. Secara umum metode ini terdiri dari proses-proses ;
-Persiapan benda uji
-Pemadatan
-Perhitungan rongga dan tes stabilitas dan kadar rongga
-Analisis
PERALATAN DAN BAHAN
2.1 Peralatan
1.Cetakan benda uji (diameter = 10,16 cm; tinggi = 7,62 cm);
2Mesin/alat penumbuk manual atau otomatis, dengan:
-Berat penumbuk = 4,536 kg
-Tinggi jatuh bebas = 45,7 cm
-Alat pengeluar benda uji (estruder = 10 cm);
-Satu set alat uji marshall;
 3.Kepala penekan berbentuk lengkung
4.Cincin penguji (2500 gr dan/atau 5000 gr) dilengkapi dengan arloji
ketelitian 0,0025 mm.
5.Arloji pengukur pelelehan (fow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya.

8.Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji dengan
ketelitian 0,1 gr dan timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gr;
9.Spatula;
10.Kuali dan sendok;
11.Kantong plastik kapasitas 2 kg;
12.Termometer;
13.Stopwatch;
14.Kompor.
2.2 Bahan
Mempersiapkan campuran agregat yang masing-masing kadar aspalnya 5% ;
5,5% ; 6% ; 6,5% ; 7%. (Kelompok 8 : Kadar 5,5 %).  
2.3 Prosedur Pelaksanaan
1.A. Pencampuran Benda Uji
1.Mengeringkan agregat yang masing-masing kadar aspalnya 5 % ; 5,5% ; 6%
(satu per satu) mencapai suhu 140±5
2.Menimbang agregat yang sudah dipanaskan, lalu hitung berat aspal yang
dibutuhkan terhadap berat kering agregat.
3.menuangkan aspal yang sudah mencapai suhu 150 C ke wadah agregat
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan,
kemudian mengaduk dengan cepat sampai agregat terselimuti aspal secara

Pemadatan Benda Uji
 
Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta
bagian muka penumbuk dengan seksama dan
panaskan sampai suhu antara 90C-150,Meletakkan
cetakan diatas landasan pemadat dan ditahan dengan
pemegang cetakan.
.
Meletakkan kertas saring atau kertas penghisap
dengan ukuran sesuai ukuran dasar cetakan.
Memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan
dan ratakan campuran dengan spatula yang telah
dipanaskan sebanyak 15 kali di sekeliling
pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.
 
 

Pemadatan Benda Uji
1.Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 90C150,Meletakkan cetakan diatas landasan pemadat dan ditahan dengan
pemegang cetakan.
2.Meletakkan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran sesuai
ukuran dasar cetakan.
3.Memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan ratakan campuran
dengan spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali di sekeliling
pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.
4.Meletakkan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran sesuai
cetakan diatas campuran agregat dan aspal.
5.Memadatkan campuran dengan temperatur yang disesuaikan dengan
jumlah tumbukan 75 kali.
6.Melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji,
kemudian membalikkan cetakan yang berisi benda uji dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikan tadi.
7.menumbuk kembali permukaan benda uji yang sudah dibalikan tadi dengan
jumlah tumbukan yang sama.
8.Sesudah dilakukan pemadatan campuran, melepaskan pelat alas dan
pasang alat pengeluar pada permukaan ujung benda uji tersebut.
9.Mengeluarkan dan meletakkan benda uji di tempat yang rata dan
dinginkan menggunakan air yang benda uji tersebut sudah di selimuti dengan

Data perhitungan
JOB MIX

Persentasi Aspal

6%
gram

%

untuk screening pake saringan 9.5-4.75

342,24

31,00

untuk 1-2 19-12,5
untuk abu batu dan pasir0.6-pan

176,64
585,12
1.104,00

16,00

saran banyakin abu batu
pasir

438,84
146,28
total (%)

72

gram

aspal

24

gram

pilar

39,75
13,25
100,00

=1200- (72+24) gram
=
1104 gram
jumlah

=342,24+176,64+438,84+146,28+72+24

jumlah

=

1200 gram

MARSHALL

Spec. No

Weight (gram)

Bitument Content
A

B

In Air
C

%Bit by %Bit by WT
From Lab.
WT of Agg. of mix

1 5,376344
2 6,521739
3
5,945

SG Asphalt
SG Bulk Agg
SG EfAgg

BulkSGof
Mixture

Max. SGof
Mixture
H

In Water
D

SSD
E

F

G

From Lab.

From Lab.

E- D

C/F

5 1172,5
6 1316,3
5,5 1174,7

=
=
=

Volume of
Specimen

1,12 (t)
2,66 (x)
2,32 (y)

640,5
747,5
650,6

1185,9
1329,7
1195,5

VFB%
%Vol. of VMA %
%Vol. of
VIM %VOIDin VOID
Agg. (by Ef VOIDin
Bitumen
Mineral Mix at Ref. Dens. Filled with
SG)
Agg.
Bit.
I
J
L
M
N

AASHTO T-209 (B x G) /(t)

[(100-B)xG] / [100-(100(y)
B)G] / (x)

545,4 2,14979831 2,484808484 9,597314 88,0904539 17,80822
582,2 2,2609069 2,453339141 12,112 91,6680639 19,95569
544,9 2,15580841 2,46897354 10,58656 125,75549 23,27058

[100-(100xG)/H

Stability KG
Dial
O

Mean
P

Flow (
mm)
Adjust
Q

R

[(LFrom Lab. From Lab. FromLab. From Lab.
M)/L]x100

13,48233367 24,2915
7,843686724 60,69448
12,68402152 45,49332

-

-

619,4694
893,2857
1357,092

9,43686
6,15
6,35

Marshall
Quotien
(kg/mm)

Absorbeb
Bitumen