TUGAS MAKALAH STUDI LITERATUR DALAM

TUGAS MAKALAH STUDI LITERATUR
CONTOH SOAL DAN JAWABAN :

HUBUNGAN
ANTARA
GOOD
CORPORATE
GOVERNANCE DENGAN CORE COMPETENCIES

GOOD CORPORATE GOVERNANACE
Berdasarkan pendapat Wheelen & Hunger. (2015), istilah Corporate
governance merujuk kepada hubungan di antara board of directors, top
management, dan shareholder dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan.
Spencer Stuart dalam Wheelen Wheelen & Hunger (2015) menjelaskan lima
cakupan tanggung jawab dari board of directors, yaitu :
1. Efektivitas dari board of director mencakup proses, penyusunan, dan hasilnya
2. Strategi organisasi
3. Resiko vs inisiatif dan keseluruhan profil resiko yang dihadapi organisasi
4. Rencana penggantian pimpinan dari tim board dan top manajemen
5. Sustainability
Board of director memenuhi tanggung jawab tersebut melalui perannya dalam

manajemen stratejik dengan menjalankan tiga tugas dasar yaitu : (Wheelen &
Hunger, 2015) :

26

1. Monitor : melalui komite, board of director dapat menjaga pengembangan di
dalam dan di luar perusahaan, dan membuat manajemen memperhatikan
pengembangan yang diperlukan.
2. Evaluate and influence : Board dapat menguji pengajuan, keputusan, dan
tindakan- tindakan manajemen; menyetujui atau tidak menyetujui hal-hal
tersebut; memberikan nasihat dan saran; dan merancang berbagai alternatif.
Board yang aktif akan melakukan tugas ini selain monitor.
3. Initiate and determine : Board dapat menggambarkan misi perusahaan dan
pilihan stratejik dari manajemennya. Board yang aktif akan melakukan tugas
ini melengkapi kedua tugas di atas.
Menurut Wheelen & Hunger (2015), dalam implementasi tata kelola
perusahaan, fungsi top manajemen biasanya dijalankan oleh CEO dengan
koordinasi dengan COO (Chief Operating Officer) atau president, executive vice
president, dan vice president dari divisi dan area fungsional. Top manajemen
memiliki tanggung jawab untuk : pertama, memberikan kepemimpinan eksekutif

dan visi stratejik terhadap perusahaan; kedua, untuk mengelola proses perencanaan
stratejik.
Pengertian corporate governance dijelaskan oleh Hubbard dan Beamish
(2011), mulai pada awal tahun 2000-an menjadi isu yang signifikan dalam
implementasi strategi, menyusul runtuhnya perusahaan-perusahaan seperti Enron,
MCI, WorldCom, Tyco, Vivendi, HIH, OneTel, dan lain-lain. Setelah itu terjadi
lagi keruntuhan dan skandal remunerasi pada akhir pertengahan tahun 2000-an,
khususnya selama krisis keuangan global yang terjadi pada kurun tahun 2008-2009.

27

Pengertian corporate governance menurut Hubbard dan Beamish
(2011:383) adalah suatu sistem peraturan dan proses dimana organisasi dijalankan.
Dalam hal ini, board of director merepresentasikan posisi puncak suatu organisasi
dan memiliki kekuatan tertinggi dalam organisasi, sehingga fokus tata kelola
perusahaan adalah pada peran dari board of directors. Board of directors adalah
orang-orang yang dipilih dan ditunjuk untuk mengawasi manajemen eksekutif suatu
organisasi. Mereka dipilih oleh shareholder (pemegang saham). Board of director
memiliki posisi kepemimpinan yang khusus, karena sebagian besar direktur berasal
dari luar dengan keterlibatan paruh waktu, sementara pembuatan keputusan baik

operasional dan stratejik diharapkan dijalankan oleh tim eksekutif dan pegawai,
dalam pengawasan CEO. Sehingga peran kunci dari board adalah penunjukkan
CEO dan pengawasan kinerja organisasi di bawah CEO tersebut (Hubbard dan
Beamish, 2011).
Hubungan antara shareholder, board of director, dan top management,
digambarkan sebagai berikut :

Shareholders
Reporting

Elections
Board of Directors

Reporting

Selection
Approval
Executive
Management


28

Gambar : Relationship Between Shareholder, Board Of Director, And Top
Management (Hubbard and Beamish, 2011:383)

Dasar dalam memahami corporate governance adalah perspektif hubungan
keagenan. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan agen
(dikembangkan oleh Jensen and Meckling, 1976; dan Fama and Jensen, 1983). Inti
dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (di pihak
principal/investor) dan pengendalian (di pihak agen/manajer). Menurut Jean et al.
(2002), teori keagenan adalah pendekatan manajemen di mana satu individu (agen)
bertindak atas nama lain (prinsipal) dan seharusnya memajukan tujuan direksi.
Ganie & Rochman dalam Joko (2001:18) mengemukakan istilah “good
corporate governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan
sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam
suatu kegiatan kolektif”.
United Nations Development programme (Joko, 2001) mengidentifikasi
karakteristik sistem tata kelola pemerintahan yang baik (the chararacteristics of
good system of governance) yaitu :
“Legitimacy, freedom of association and participation and freedom of the

media, fair and participation and freedom of the media, fair and established
legal frameworks that are enforced impartially, bureaucratic accountability
and transparency, freely available and valid information, effective and efficient
public sector management, and cooperation between Governances civil society
organizations”.
Selanjutnya, UNDP sebagaimana yang dikutip oleh Lembaga Administrasi
Negara (Joko, 2001) mengemukakan karakteristik good governance, yaitu :
1) Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi

29

legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas
dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
2) Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak asasi manusia.
3) Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima
oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat

dimonitor.
4) Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap “stakeholders”.
5) Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang
berbeda untuk memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih
luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6) Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7) Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik
mungkin menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
8) Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta
dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-

30

lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat
keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal
atau eksternal organisasi.
9) Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good

governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
Standard & Poor’s (S&P) mengajukan Corporate Governance Scoring
System untuk mengevaluasi Corporate governnance melalui penilaian atas empat
aspek yaitu (Wheelen dan Hunger, 2015:89) :
a. Ownership structure and influence
b. Financial stakeholder rights and relations
c. Financial transparency and information disclosure
d. Board structure and process
Adapun pada institusi perbankan, The World Bank report (2002)
mendefinisikan corporate governance sebagai “the organization and rules that
affect expectations about the exercise of control of resources in a firm”, yang dapat
diartikan sebagai organisasi dan peraturan yang mempengaruhi harapan tentang
pelaksanaan pengendalian sumber daya pada suatu perusahaan.
Pentingnya corporate governance pada institusi perbankan dikemukakan
oleh However, Arun and Turner (2004) dalam Linunga (2014:117) bahwa :
“The corporate governance of banks in developing economies is important
for several reasons. First, banks have an overwhelmingly dominant position
in developing-economy financial systems, and are extremely important
engines of economic growth.... Second, as financial markets are usually


31

underdeveloped, banks in developing economies are typically the most
important source of finance for the majority of firms. Third, as well as
providing a generally accepted means of payment, banks in developing
countries are usually the main depository for the economy’s savings.
Fourth, many developing economies have recently liberalised their banking
systems through privatisation/disinvestments and reducing the role of
economic regulation. Consequently, managers of banks in these economies
have obtained greater freedom in how they run their banks.”

Linunga (2014) melakukan pengukuran atas GCG di perbankan dengan
dimensi yang terdiri dari :
1.

Ownership structure : deskripsi share ownership

2.


Financial transparency anf information disclosure:
a. The company’s accounting policy
b. consistency with international accounting standards
c. Foreseeable risk factors
d. Statement indicating board's risk management ability
e. Director’s report
f. Value added statement/information
g. Attestation of the effectiveness of Internal control system

3.

Board and managemet structure and processes :
a. List of board members
b. Audit committee
c. Related party transactions
d. Separation of chairman and CEO
e. Details of director remuneration on an individual basis

32


Sementara Vintila, Paunescu, Gherghina (2015) yang meneliti hubungan
antara corporate governance dengan kinerja finansial, dimana corporate
governance diukur berdasarkan :
a. The characteristics of the board of directors (independence, size of board
yang diukur dengan jumlah direksi, Advisory Committees, and gender
diversity)
b. The shareholder structure (the shares of institutional investors and those of
CEO)
c. The characteristics of CEO (tenure of CEO, age of CEO, and duality of
CEO)
d. The remuneration of CEO (base salary, bonuses, packages with stocks)
Adapun bagi perbankan umum di Indonesia, Pengertian GCG menurut PBI
nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum adalah “Good
Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsipprinsip

keterbukaan

(transparency),

akuntabilitas


(accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran
(fairness)”. Pelaksanaan GCG pada bank sesuai dengan Surat Edaran No.
15/15/DPNP, 29 April 2013, tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
Bagi Bank Umum, disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Bank,
melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku
umum pada industri perbankan, Bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya
dengan berpedoman pada prinsip GCG.

33

Pelaksanaan GCG pada industri perbankan berdasarkan Surat Edaran
tersebut harus senantiasa berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar sebagai berikut:
1. transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan;
2. akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan secara
efektif;
3. pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan Bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip
pengelolaan Bank yang sehat;
4. independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara profesional
tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun;
5. kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hakhak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan pendekatan risiko (RBBR),
penilaian terhadap pelaksanaan GCG yang berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar
tersebut dikelompokkan dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga)
aspek governance, yaitu governance structure, governance process, dan
governance outcome.

34

Dalam Surat Edaran No. 15/15/DPNP, 29 April 2013, tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, disebutkan dalam rangka
memastikan penerapan 5 (lima) prinsip dasar GCG Bank harus melakukan
penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11
(sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu:
1.

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

2.

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

3.

kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;

4.

penanganan benturan kepentingan;

5.

penerapan fungsi kepatuhan;

6.

penerapan fungsi audit intern;

7.

penerapan fungsi audit ekstern;

8.

penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern;

9.

penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana
besar (large exposures);

10. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan pelaksanaan
GCG dan pelaporan internal; dan
11. rencana strategis Bank.
Selain itu, perlu diperhatikan pula informasi lainnya yang terkait penerapan
GCG Bank di luar 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG seperti misalnya
permasalahan yang timbul sebagai dampak kebijakan remunerasi pada suatu bank
atau perselisihan internal Bank yang mengganggu operasional dan/atau
kelangsungan usaha Bank. Sebagai contoh, penetapan bonus yang didasarkan pada

35

pencapaian target di akhir tahun, dimana penetapan target tersebut sangat tinggi
(ambisius) sehingga mengakibatkan dilakukannya praktek-praktek yang tidak sehat
oleh manajemen ataupun pegawai bank dalam pencapaiannya.
Berdasarkan uraian konsep di atas, berikut adalah komparasi pengertian
GCG menurut berbagai sumber :
Tabel Komparasi Pengertian Good Corporate Governanve
No
1

2

3

4

5

Sumber
Pengertian
Wheelen
dan Corporate governance merujuk kepada hubungan
Hunger (2015)
di antara board of directors, top management, dan
shareholder dalam menentukan arah dan kinerja
perusahaan
Hubbard
dan Suatu sistem peraturan dan proses dimana
Beamish (2011:383) organisasi dijalankan. Dalam hal ini, board of
director merepresentasikan posisi puncak suatu
organisasi dan memiliki kekuatan tertinggi dalam
organisasi, sehingga fokus tata kelola perusahaan
adalah pada peran dari board of directors
Ganie & Rochman Good corporate governance adalah mekanisme
dalam
Joko pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang
(2001:18)
melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non
pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif
The World Bank Corporate governance adalah “the organization
report (2002)
and rules that affect expectations about the
exercise of control of resources in a firm
PBI
nomor Good Corporate Governance adalah suatu tata
8/4/PBI/2006
kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan
(transparency),
akuntabilitas
(accountability),
pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency),
dan kewajaran (fairness)

Kemudian disusun komparasi dimensi CGC dari berbagai sumber tersebut,
sebagai bahan penyusunan konstruk dimensi GCG, sebagaimana ditampilkan
berikut ini :

36

Tabel Komparasi Dimensi Variabel Good Corporate Governance
Hubbard
and Beamish
(2011)

Standard &
Poor’s (S&P)
dalam
Wheelen et
al., (2015)

Surat Edaran
No.
15/15/DPNP

Linunga
(2014)

Vintila,
Paunescu, Gherghina
(2015)

- Shareholder
- board of
director
- top
management

- Ownership
structure and
influence
- Financial
stakeholder
rights
and
relations
- Financial
transparency
and
information
disclosure
- Board
structure and
process

- pelaksanaan
tugas
dan
tanggung
jawab Dewan
Komisaris;
- pelaksanaan
tugas
dan
tanggung
jawab Direksi;
- kelengkapan
dan
pelaksanaan
tugas Komite;
- penanganan
benturan
kepentingan;
- penerapan
fungsi
kepatuhan;
- penerapan
fungsi
audit
intern;
- penerapan
fungsi
audit
ekstern;
- penerapan
manajemen
risiko
termasuk
sistem
pengendalian
intern;
- penyediaan
dana kepada
pihak terkait
(related party)
dan
penyediaan
dana
besar
(large
exposures);
- transparansi
kondisi
keuangan dan
non keuangan
Bank, laporan
pelaksanaan
GCG
dan
pelaporan
internal; dan

- Ownership
structure
- Financial
transparency
anf
information
disclosure
- Board and
managemet
structure and
processes

- The characteristics of
the board of directors
- The shareholder
structure
- The characteristics of
CEO
- The remuneration of
CEO

Konstruk

- Pelaksanaan
tugas
dan
tanggung
jawab Dewan
Komisaris;
- Penerapan
fungsi
kepatuhan
- Penerapan
fungsi audit
intern
- Penerapan
fungsi audit
ekstern
- Penerapan
manajemen
risiko
termasuk
sistem
pengendalian
intern
- Penyediaan
dana kepada
pihak terkait
(related
party) dan
penyediaan
dana besar
(large
exposures)
- Transparansi
kondisi
keuangan dan
non keuangan
Bank, laporan
pelaksanaan
GCG dan
pelaporan
internal
- Rencana
strategis
Bank

37

- rencana
strategis Bank

Berdasarkan uraian konsep tersebut, serta disesuaikan dengan unit analisis
perbankan di Indonesia, maka pengertian Good Corporate Governance pada
penelitian ini adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness), dengan
konstruk dimensi dan indikator sebagai berikut :
Tabel
Konstruk Dimensi dan Indikator Variabel Good Corporate Governance
Dimensi
Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan
Komisaris

Indikator
1. Komposisi dan kompetensi komisaris sesuai
dengan ukuran dan komleksitas Bank
2. Komisaris bertindak dan mengambil keputusan
secara independen
3. Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip
GCG
4. Rapat dewan komisaris terselenggara sangat
efektif dan efisien
5. Aspek transparansi komisaris sangat baik dan
tidak pernah melanggar larangan-larangan yang
ditetapkan ketentuan

Penerapan
kepatuhan

fungsi

1. Tingkat kepatuhan bank terhadap ketentuan
Bank Indonesia dan peraturan perundangundangan yang ebrlaku
2. Efektivitas pelaksanaan tugas dan independensi
Ditektur Kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan
3. Ketersediaan pedoman kerja, sistem dan
prosedur kerja kepatuhan

Penerapan fungsi audit
intern

1. Efektifitas pelaksanaan fungsi audit intern bank
dan memenuhi pedoman intern serta sesuai
dengan standar minimum yang telah ditetapkan
dalam SPFAIB

38

Dimensi

Indikator
2. Pelaksanaan fungsi SKAI secara independen dan
efektif

Penerapan fungsi audit
ekstern

1. Efektivitas pelaksanaan audit oleh Akuntan
Publik
2. Kualitas hasil audit Akuntan Publik
3. Kesesuaian penunjukan Akuntan Publik dan
KAP dibandingkan dengan ketentuan yang
berlaku

Penerapan
manajemen
risiko termasuk sistem
pengendalian intern

1. Efektivitas pengindentifikan dan pengendalian
seluruh resiko bank termasuk yang berasal dari
produk dan ektivitas baru serta akibat perubahan
kondisi pasar
2. Keaktifan manajmeen dalam mengelola resiko
dan memastikan tersediannya kebijakan dan
penetapan limiy yan didukung oleh prosedur,
laporan, dan sistem informasi yang menyediakan
informasi dan analisis secara akurat dan tepat
waktu kepada manajemen termasuk langkahlangkah menghadapi kondisi pasar
3. Prosedur pengendalian intern dan audit yang
komprehensif dan sesuai dengan ukuran dan
kompleksitas usaha bank
4. Efektivitas manajemen dalam memantau
kesesuaian kondisi bank dengan prinsip
pengelolaan bank yang sehat dan ketentuan yang
berlaku serta kebijakan dan prosedur intern bank

Penyediaan dana kepada
pihak terkait (related
party) dan penyediaan
dana
besar
(large
exposures);

1. Penerapan
prinsip
kehati-hatian
dalam
penyediaan dana kepada pihak terkait (related
party) dan debitur besar (large exposure)
2. Penerapan manajemen resiko terkait dengan
konsentrasi penyediaan dana
3. Independensi pengambilan keputusan dalam
penyediaan dana

Transparansi
kondisi
keuangan
dan
non
keuangan Bank, laporan
pelaksanaan GCG dan
pelaporan internal

1. Ketersediaan informasi kondisi keuangan dan
non keuangan Bank, laporan pelaksanaan GCG
dan pelaporan internal
2. Cakupan pihak penerima informasi
3. Ketersdiaan informasi yang cukup, akurat, dan
tepat waktu

39

Dimensi
Rencana strategis Bank.

Indikator
1. Kesesuaian rencana korporasi dan rencana bisnis
bank dengan ketentuan yang berlakku
2. Pencapain rencan korporasi dan rencan bisnis
dalam kegiatan usah bank

CORE COMPETENCIES

Istilah core competencies (Kompetensi Inti) diperkenalkan pertama kalinya
oleh Professor C.K. Prahalad dan Gary Hammel dalam buku mereka “Competing
for the Future”. Mereka mendefinisikan “core competency” sebagai sejumlah
keahlian dan teknologi yang memungkinkan sebuah perusahaan menyediakan
nilai tambah yang sangat tinggi kepada para pelanggannya. Sebagai contoh; pada
Federal Express, nilai tambah yang sangat tinggi bagi pelanggan mereka adalah
“penyerahan tepat waktu” dan ini oleh mereka dipenuhi oleh core competency
“Logistic Management” yang unggul.
Saat ini, sejalan dengan perkembangan dalam penggunaan konsep
kompetensi dari tim Prof. McClelland istilah core competencies diartikan sebagai
“karakteristik mendasar” dari sebuah organisasi yang memberikannya keunggulan.
Core competencies biasanya diuraikan dalam bentuk “pengetahuan, keahlian,
sikap dan perilaku serta nilai-nilai yang mendasarinya” yang harus dimiliki dan
didemonstrasikan sehari-hari oleh semua anggota (pimpinan dan karyawan) tanpa
melihat pekerjaannya. Dengan kata lain, core competency akan berlaku untuk
semua jabatan atau pekerjaan dibagian mana saja tentunya dengan bobot yang
berbeda. Misalnya bila “Orientasi Pada Pelayanan Pelanggan” dijadikan salah satu

40

“Core Competencies” tentunya bobotnya berbeda bagi mereka yang bekerja
dibidang sales/marketing dan di bengkel internal.
Hitt, Ireland, Hoskisson (2015:84) mendefinisikan core competencies
adalah kapabilitas yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi suatu
perusahaan di atas pesaing-pesaingnya. Kompetensi inti membedakan perusahaan
secara kompetitif dan merefleksikan kepribadiannya. Terdapat empat kriteria dari
keunggulan kompetitif yaitu :
Tabel The Four Criteria of Sustainable Competitive Advantage
Valuable capabilities
Rare capabilities
Costly-to-Imitate
capabilities

Help a firm neutralize threats or exploit
opportunities
Are not possessed by many others
-historical : a unique and a valuable
organizational culture or brand name
Ambiguous causes : the causes and uses of a
competence are unclear
Social complexity : interpersonal relationship,
trust, and friendship among managers, suppliers,
and customers.
No strategic equivalent

Nonsubstitutable
capabilities
Sumber : Hitt, Ireland, Hoskisson (2015:85)

Pemahaman mengenai kompetensi inti, dimulai dari sumber daya. Menurut
Wheelen dan Hunger (2015:162) sumber daya perusahaan (company resources)
adalah aset organisasi yang merupakan perangkat dasar organisasi yang terdiri dari
aset berwujud, seperti bangunan pabrik, perlengkapan, keuangan, lokasi, aset
manusia dalam hal jumlah pegawai, keahliannya dan motivasi; dan aset tidak
berwujud, seperti teknologi (paten dan hak cipta), budaya, dan reputasi. Sedangkan
kapabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mengeksploitasi sumber daya
yang dimilikinya yang terdiri dari rutinitas dan proses bisnis yang mengatur

41

interaksi antara sumber daya untuk mengubah input menjadi output. Adapun
competency adalah

“a cross-functional integration and coordination of

capabilities”. Sementara core competency (kompetensi inti) adalah sekumpulan
kompetensi lintas divisi, yang tersebar dalam perusahaan, yang menjadikan
perusahaan mampu melakukan sesuatu dengan baik. Sementara itu, jika kompetensi
inti tersebut unggul dalam persaingan, maka disebut distinctive competency.
Barney melalui VRIO framework, (dalam Wheelen dan Hunger, 2015:163)
mengajukan empat pertanyaan untuk mengevaluasi kompetensi perusahaan :
1.

Value : apakah mampu memberikan nilai pelanggan dan keunggulan bersaing?

2.

Rareness : apakah pesaing memiliki kompetensi yang sama?

3.

Imitability : apakah mahal untuk ditiru?

4.

Organisation: apakah perusahaan melakukan pengorganisasian untuk
memanfaatkan sumber dayanya?
Perusahaan dapat memperoleh kompetensi unik dengan empat cara Wheelen

et al, 2015:164) yaitu :
1.

Melalui asset endowment, seperti paten

2.

Diakusisi dari yang lain. Disney membeli Pixar untuk menguatkan posisinya
dalam pasar fiim animasi

3.

Dibagi dari unit bisnis atau mitra aliansi.

4.

Secara hati-hati dibangun dan diakumulasikan sepanjang waktu dalam
perusahaan.
Wingwon (2012:139) menjelaskan penerapan kompetensi inti yang

digunakan untuk mengidentifikasi spesifikasi personil yang dibutuhkan organisasi

42

ketika direkrut untuk menjalankan tugas-tugas khusus dan tugas dalam organisasi.
Kompetensi inti dapat diklasifikasikan dalam berbagai format. Cripe dan Mansfield
(2001) mengklasifikasikannya menjadi 3 kategori yaitu :
a.

mengelola diri, misalnya kepercayaan dan kelincahan

b.

mengelola orang lain, misalnya kepemimpinan, komunikasi dan motivasi
dalam membangun hubungan dengan pelanggan dan

c.

mengelola bisnis, misalnya pencegahan, koreksi, analisis, ahli dan berpikir
kreatif, dll.
Adapun Pearce & Robinson (2015:166-167) mendefinisikan kompetensi

inti sebagai “a capability or skill that a firm emphasizes and excels in doing while
in pursuit of its overall mission”, adalah suatu kapabilitas atau keahlian yang
ditekankan perusahaan dan unggul dalam pelaksanaannya dalam rangka memenuhi
misi perusahaan secara keseluruhan. Sementara kompetensi yang berbeda
dibandingkan pesaingnya adalah distinctive competencies. Adapun distinctive
competencies yang didentifikasi dan dipelihara oleh perusahaan, dijalankan secara
efektif, untuk menghasilkan produk atau jasa yang ungul kepada pelanggannya
dibandingkan pesaingnya, akan menjadi dasar keunggulan bersaing yang bertahan
lama.
Dalam memahami kompetensi inti tidak terlepas dari sumber daya dan
kapabilitas. Dimana menurut Pearce dan Robinson (2015:166-167), setiap
perusahaan berbeda dalam hal fundamentalnya karena memiliki sekumpulan
sumber daya yang unik yang terdiri dari aset berwujud, aset tidak berwujud, serta
kapabilitas organisasi untuk memanfaatkan aset – aset tersebut. Aset berwujud

43

merupakan aset yang mudah diidentifikasi, dimana sering ditemukan dalam neraca
perusahaan, yang mencakup : fasilitas produksi, bahan mentah, sumber daya
keuangan, real estate, dan pesawat komputer. Adapun aset tidak berwujud
merupakan aset perusahaan yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dilihat tetapi
sangat penting bagi penciptaan keunggulan bersaing, seperti : nama merek, reputasi
perusahaan, moral organisasi, pengetahuan teknis, paten dan merek dagang, dan
akumulasi pengalaman organisasi. Sedangkan kapabilitas organisasi merupakan
keahlian yaitu kemampuan dan cara mengkombinasikan aset-aset, orang, dan
proses untuk mengubah input menjadi output.
Berdasarkan Model Berbasis Sumber Daya, Hitt, Ireland, & Hoskisson
(2015:17) berpendapat bahwa organisasi merupakan koleksi dari sumber daya dan
kapabilitas yang unik. Keunikan dari sumber daya dan kapabilitas merupakan dasar
bagi strategi perusahaan dan kemampuannya untuk memperoleh returns di atas ratarata. Sumber daya merupakan input bagi proses produksi perusahaan, seperti
perlengkapan modal, keahlian individual pegawai, paten, keuangan, dan manajer
yang berbakat
Sambasivan (2012:59) mengemukakan hasil penelitian United States
Geological Survey (USGS) yang mengidentifikai perlunya menerapkan kompetensi
berbasis perilaku yaitu ‘Core-Competency Model for Managers’ (CCMM). Inisiatif
tersebut, didorong oleh kebutuhan untuk :
1. Memfasilitasi perencanaan suksesi.
2. Mengidentifikasi keterampilan, pengetahuan dan kompetensi dari manajer
USGS yang sukses.

44

3. Menetapkan cara untuk mengukur kompetensi dan kesenjangan yang dekat.
4. Mematuhi mandat presiden.
5. Memenuhi Kantor standar audit Office of Management and Budget (OMB).
6. Menyiapkan staf untuk memenuhi Senior Executive Service (SES).
7. Menyelaraskan dengan Department of the Interior’s (DOI’s) untuk
kompetensi manajemen.
Dalam penelitiannya, Sambasivan (2012:59-60) mengukur kompetensi inti
manajerial berdasarkan aspek-aspek :
1. General Integrative Competency, mencakup : Integrity / Honesty Interpersonal Skill - Accountability - Communication - Positive attitude and
role model.
2. Planning and Control, mencakup : Goal setting - Vision and Mission Organizing and Control - Delegate Authority - Ability to work under
pressure.
3. Leading competency, mecakup : Leadership - Team Building - Creative and
innovation - Empowering others - Judgment / Decision making Supervision – Motivation.
4. Managing Conflict and Changes, mencakup : Flexibility - Resilience Conflict Management - Problem Solving - Political Savvy.
Peranan core competency dalam mendorong kinerja perbankan, telah
dibuktikan dalam penelitian Jabbouri & Zahari (2014) yang mengukur kompetensi
inti berdasarkan tiga dimensi yaitu organizational resources, capabilites, dan
human resorces. Pengukuran didasarkan pada pengertian :

45

“core competences means the use of resources and capabilities in the
manner which grant the ability of the organization's strategy includes:
organizational resources, human resource and competences”
Jabbouri & Zahari (2014) mengukur kompetensi inti pada perbankan dalam
tiga dimensi yaitu :
1. Organizational resources:
-

Memenuhi kebutuhan pelanggan

-

Efisiensi yang tinggi dalam kinerja karyawan

-

Kapabilitas audit menyeluruh

-

Kerja sama tim dalam struktur organisasi

-

Fomasi pengukuran layanan pengembangan keterampilan

-

Mengikuti trend riset dan pengembangan yang dilakukan pesaing

2. Human resources :
-

Pegawai memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi dalam
bidang teknologi dan informasi

-

Teamwork

-

Penerapan berbagai teknik untuk menyediakan layanan yang baik

-

Polarisasi keterampilan yang berbeda untuk mencapai keunggulan
bersaing

-

Manfaat dari ide-ide kreatif pegawai

3. Capabilities :
-

Pengidentifikasian peluang untuk diinvestasikan

-

Polarisasi keterampilan unik

46

-

Dimilikinya kapabilitas unik untuk emmastikan pencapaian kinerja
unggul

-

Inovasi dan memasuki area baru

-

Penggunaan berbagai saluran distribusi

-

Pengurangan ongkos layanan

Berdasarkan uraian konsep di atas, berikut adalah komparasi pengertian
core compencies menurut berbagai sumber :
Tabel Komparasi Pengertian Core Competencies
No
1

2

3

4

5
6

7

Sumber
Pengertian
Hitt,
Ireland, Core competencies adalah kapabilitas yang
Hoskisson (2015:84) menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi suatu
perusahaan di atas pesaing-pesaingnya
Wheelen & Hunger Core competency (kompetensi inti) adalah
(2015)
sekumpulan kompetensi lintas divisi, yang
tersebar dalam perusahaan, yang menjadikan
perusahaan mampu melakukan sesuatu dengan
baik
Wingwon (2012)
Kompetensi inti digunakan untuk mengidentifikasi
spesifikasi personil yang dibutuhkan organisasi
ketika direkrut untuk menjalankan tugas-tugas
khusus dan tugas umum dalam organisasi
Pearce & Robinson Suatu kapabilitas atau keahlian yang ditekankan
(2015
perusahaan dan unggul dalam pelaksanaannya
dalam rangka memenuhi misi perusahaan secara
keseluruhan
Hitt, Ireland, &
Organisasi merupakan koleksi dari sumber daya
Hoskisson (2015)
dan kapabilitas yang unik.
Sambasivan (2012)
Perlunya menerapkan kompetensi berbasis
perilaku yaitu ‘Core-Competency Model for
Managers’ melalui General Integrative
Competency, Planning and Control, Leading
competency, Managing Conflict and Changes
Jabbouri & Zahari
Core competences means the use of resources
(2014)
and capabilities in the manner which grant the
ability of the organization's strategy includes:
organizational resources, human resource and
competences

47

Kemudian disusun komparasi dimensi core competencies dari berbagai
sumber tersebut, sebagai bahan penyusunan konstruk dimensi core competencies,
sebagaimana ditampilkan berikut ini :
Tabel Komparasi Dimensi Variabel Core Competencies
Sambasivan (2012
- General
Integrative
Competency
- Planning and
Control
- Leading
competency
- Managing Conflict
and Changes

Jabbouri &
Zahari (2014)
- Organizational
resources
- Human
resources
- Capabilities

Cripe dan
Mansfield (2001)
Konstruk
- Mengelola
- Organizational
diri
resources
- Mengelola
- Human
orang lain
resources
- Mengelola
- Capabilities
bisnis

Berdasarkan uraian konsep tersebut, serta disesuaikan dengan unit analisis
perbankan di Indonesia, maka pengertian core competencies pada penelitian ini
disusun ke dalam suatu konstruk yaitu kemampuan memanfaatkan sumber daya dan
kapabilitas untuk mencapai keunggulan bersaing di atas kompetitor , dengan
konstruk dimensi dan indikator sebagai berikut :
Tabel 2.7
Konstruk Dimensi dan Indikator Variabel Core Competencies
Dimensi
Organizational resources

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indikator
Memenuhi kebutuhan pelanggan
Efisiensi yang tinggi dalam kinerja
karyawan
Kapabilitas audit menyeluruh
Kerja sama tim dalam struktur organisasi
Fomasi
pengukuran
layanan
pengembangan keterampilan
Mengikuti trend riset dan pengembangan
yang dilakukan pesaing

48

Dimensi
Human resources

Indikator
1. Pegawai memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang tinggi dalam bidang
teknologi dan informasi
2. Teamwork
3. Penerapan
berbagai
teknik
untuk
menyediakan layanan yang baik
4. Polarisasi keterampilan yang berbeda untuk
mencapai keunggulan bersaing
5. Manfaat dari ide-ide kreatif pegawai

Capabilities

1. Pengidentifikasian
peluang
untuk
diinvestasikan
2. Polarisasi keterampilan unik
3. Dimilikinya
kapabilitas
unik
untuk
emmastikan pencapaian kinerja unggul
4. Inovasi dan memasuki area baru
5. Penggunaan berbagai saluran distribusi
6. Pengurangan ongkos layanan

Penentuan konstruk dimensi dan indikator tersebut disesuaikan dengan
kondisi umu yang dihadapi perbankan di Indonesia yang menghadapi permasalah
menyangkut aspek-aspek tersebut di atas.

HUBUNGAN
ANTARA
GOOD
CORPORATE
GOVERNANCE DENGAN CORE COMPETENCIES
Hubungan antara Good Corporate Governance dengan core competencies
dapat ditemukan pada hasil penelitian Caliskan & Icke (2010) yang menganalisa
praktek corporate governance di perusahaan jasa non-finansial yang terdaftar di
Bursa Efek Istambul. Ditemukan bahwa Manajemen sumber daya manusia menjadi
bagian dari pengungkapan corporate governance. 83% perusahaan yang menjadi
sampel

memiliki

kebijakan

manajemen

sumber

daya

manusia

dan

49

mengungkapkannya, sedangkan 17% lainnya juga memiliki namun tidak
diungkapkan.
Pelayo-Maciel & Sanchez-Gutierrez (2013) menunjukkan perusahaan
memberi konteks kelembagaan yang sangat signifikan untuk mengembangkan
kemampuan dengan kolaborasi sumber daya manusia. Penelitian telah mendeteksi
penciptaan praktik bisnis yang mengarah ke pengembangan ekonomi dan sumber
daya manusia yang lebih baik.
Humayun dan Adelopo (2012) menemukan bahwa daerah yang paling
penting mengenai pengungkapan corporate governance adalah masalah
pengungkapan transparansi keuangan. Mereka berpendapat bahwa Board di BUMN
harus terdiri dari individu dengan tingkat keterampilan dan kompetensi yang sesuai
dalam rangka meningkatkan arah strategis dan kinerja BUMN.
Dengan demikian dapat dikatakan terdapat hubungan antara Good
Corporate Governance dengan core competencies yang digambarkan sebagai
berikut :

Good
Corporate
Governance

Caliskan & Icke (2010) PelayoMaciel & Sanchez-Gutierrez (2013)

Core
Competencie
s

Humayun dan Adelopo (2012)

Gambar Hubungan antara Good Corporate Governance dengan Core
Competencies