GAMBARAN PROSES PEMBELA JARAN DAN

A. GAMBARAN PROSES PEMBELAJARAN
1.

ALUR KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alur kegiatan pembelajaran merupakan salah satu gambaran dari proses
pembelajaran. Alur kegiatan pembelajaran sehari-hari dapat mencakup beberapa
model yang bervariasi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 137 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, pelaksanaan
pembelajaran mencakup : (1) kegiatan pembuka, (2) kegiatan inti, (3) kegiatan
penutup.1
Menurut Miarso dalam Siregar dan Nara menyatakan bahwa pembelajaran
adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta
pelaksanaannya terkendali.2
Menurut Horton dalam Nurani mengemukakan bahwa model bersifat
menjelaskan hubungan berbagai komponen, aksi dan reaksi yang bersifat
menggambarkan sesuatu, menjelaskan suatu proses, mengkaji atau
menganalisis sesuatu sistem, menggambarkan suatu kejadian, dan bersifat
memprediksi sesuatu keputusan yang akan diambil.3
Berdasarkan landasan yuridis yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak

Usia Dini bahwa pelaksanaan alur kegiatan pembelajaran mencakup tiga kegiatan,
yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti, kegiatan penutup. Selanjutnya dari kedua
pendapat menurut Miarso menekankan bahwa pembelajaran merupakan sebuah
perencanaan

belajar

yang dibuat

secara

sengaja

sebelum

proses

dan

pelaksanaannya dilaksanakan. Sedangkan pada pendapat Horton menekankan

bahwa model merupakan satu kesatuan dari proses kegiatan pembelajaran dari
proses perencanaan hingga pegambilan keputusan. Jadi dapat disimpulkan dari
kedua pendapat diatas bahwa alur kegiatan pembelajaran merupakan sebuah
model pembelajaran yang mencakup proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran
1

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, hal. 7
2
Eveline Siregar, Harniti Nara, Op.cit., hal. 12
3
Yuliani Nurani Sujiono, Bambang Sujioni, Op.cit., hal. 66

sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang sesuai kebutuhan mencakup
kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Alur kegiatan pembelajaran PAUD Melati III dilakukan ketika anak didik
masuk kelas hingga pulang. Alur kegiatan pertama ialah anak didik datang ke
PAUD Melati III dengan memakai sepatu ke dalam ruangan. Kegiatan
pembelajaran dimulai pukul 08.00 WIB sesi pertama untuk kelompok A dan B,
sedangkan sesi kedua untuk kelompok C dimulai pukul 10.00 WIB dengan

kegiatan pertama berdoa. Setelah melakukan kegiatan berdoa, guru mulai
mengajar

sesuai

dengan

kelasnya

dengan

bernyanyi

dan

melanjutkan

pembelajaran yang kemarin telah dilakukan. Estimasi waktu pembelajaran pada
pembukaan dilakukan selama 10 menit, kegiatan inti selama 80 menit, istirahat
selama 20 menit, dan 10 menit kegiatan penutup, lalu pulang. Kegiatan

pembelajaran sesi pertama berakhir pukul 10.00 WIB dan sesi kedua pukul 12.00
WIB.
Adapun alur kegiatan untuk masing-masing kelas ialah sebagai berikut.
Tabel 8. Alur Kegiatan Pembelajaran Kelas A (Usia 3 – 4 Tahun), B dan C (Usia
4 – 5 Tahun).
No.

Nama Kegiatan

Waktu Kegiatan

Estimasi Waktu

1.

Pembuka

08.00 – 08.10

10 Menit


2.

Kegiatan Inti

08.10 – 09.30

80 Menit

3.

Istirahat

09.30 – 09.50

20 Menit

4.

Penutup


09.50 – 10.00

10 Menit

Tabel 9. Alur Kegiatan Pembelajaran Kelas D (Usia 5 – 6 Tahun)
No.

Nama Kegiatan

Waktu Kegiatan

Estimasi Waktu

1.

Pembuka

10.00 – 10.10


10 Menit

2.

Kegiatan Inti

10.10 – 11.30

80 Menit

3.

Istirahat

11.30 – 11.50

20 Menit

4.


Penutup

12.50 – 12.00

10 Menit

Alur kegiatan pembelajaran merupakan sebuah model pembelajaran yang
mencakup proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan
yang telah dirancang sesuai kebutuhan mencakup kegiatan pembuka, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Pada data yang didapat dilapangan, alur kegiatan
pembelajaran di PAUD Melati III sudah memenuhi standar dalam landasan
yuridris, dimana alur kegiatan mencakup kegiatan pembuka, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Meskipun alur kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
PAUD Melati III sudah sesuai, namun salah satu yang bisa menjadi tambahan
ialah evaluasi kegiatan di kegiatan penutup. Evaluasi bisa dilakukan dengan tanya
jawab, kuis, diskusi ataupun pertanyaan khusus sebelum pulang. Evaluasi di
kegiatan penutup itu sendiri sangat penting dilakukan guna menilai apakah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan indikator keberhasilan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).
2. MATERI PEMBELAJARAN

Selain alur kegiatan, materi pembelajaran tentunya sebagai penunjang.
Menurut Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, untuk materi pembelajaran
pada pasal 9 diantaranya : (1) Lingkup materi Standar Isi meliputi program
pengembangan yang disajikan dalam bentuk tema dan sub tema, (2) Tema dan
sub tema sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai karakteristik,
kebutuhan, tahapan perkembangan anak, dan budaya lokal, (3) Pelaksanaan tema
dan subtema sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam kegiatan
pengembangan melalui bermain dan pembiasaan, (4) Tema dan subtema
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan dengan memuat unsur-unsur

nilai agama dan moral, kemampuan berpikir, kemampuan berbahasa, kemampuan
sosial-emosional, kemampuan fisik-motorik, serta apresiasi terhadap seni.4
Konten yang disajikan dalam pembelajaran memiliki kriteria, khusus pada
anak usia dini yaitu dengan bermain dengan menggunakan tema.
Menurut pernyataan Gordon dan Browne dalam Nurani, sebaiknya
pemilihan tema berkaitan secara langsung dengan kehidupan anak atau
ada kaitannya dengan diri anak.5

Hal tersebut juga sejalan dengan penyataan Decker dan Decker dalam

Nurani yang menyatakan bahwa tema harus berkaitan dengan pengalaman
kehidupan anak setiap harinya, pengetahuan yang diberikan harus meliputi
objek nyata dan dapat diamati.6
Dari kedua penyataan tersebut menekankan bahwa penggunaan tema
sangat dianjurkan dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan landasan
yuridis pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dimana lingkup
materi pembelajaran mengacu pada standar isi tema dan sub tema yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Dapat disimpulkan untuk materi pembelajaran
yang digunakan pada anak usia dini sebaiknya dirancang dengan tematik dan
menyesuaikan dengan pengalaman yang didapatkan anak dalam kehidupan seharihari.
Dari data yang didapatkan dilapangan menyebutkan bahwa materi
pembelajaran yang diterapkan di PAUD Melati III dibuat sesaat sebelum
pembelajaran dimulai. Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah serta
seorang guru menyebutkan bahwa materi pembelajaran yang diberikan dibuat
sesaat sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dan materi pembelajaran yang
diberikan meliputi menggambar, mewarnai, membuat prakarya, menulis dan
berhitung. Adapun materi pembelajaran tersebut diantaranya menggambar yang
meliputi menggambar bunga, rumah dan pemandangan alam, pengenalan warna
4


Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Op.cit., hal. 5
5
Yuliani Nurani Sujiono, Bambang Sujiono, Op.cit., 2013, hal. 72
6
Ibid., hal. 73

yang meliputi pencampuran warna yang cat air dan mewarnai dengan krayon atau
spidol, menghitung yang meliputi menghitung angka, gambar, dan objek lainnya,
menulis yang meliputi menulis huruf dan angka, serta membuat prakarya lainnya
yang dibukukan atau portofolio, seperti origami atau seni melipat kertas.
Adapun materi pembelajaran didiskusikan pada awal semester sebelum
tahun ajaran baru dimulai. Seperti pada hasil dokumentasi dari sebuah arsip
proposal izin prinsip bagian lampiran terdapat perencanaan pembelajaran per
tema pada awal pendirian PAUD Melati III ini. sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan, materi pembelajaran sendiri tidak dibuat secara tertulis. Ketika
pelaksanaan

pemberlajaran,

materi

pembelajaran

dibuat sesaat sebelum

pembelajaran dimulai. Materi pembelajaran dibuat sesuai dengan kemampuan
pengajar masing-masing.
Berdasarkan kesimpulan konsep bahwa materi pembelajaran yang
digunakan pada anak usia dini sebaiknya dirancang dengan tematik dan
menyesuaikan dengan pengalaman yang didapatkan anak dalam kehidupan seharihari. Sedangkan data yang diperoleh di lapangan menyebutkan bahwa materi
pembelajaran yang diberikan dibuat sesaat sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai dan materi pembelajaran yang diberikan meliputi menggambar,
mewarnai, membuat prakarya, menulis dan berhitung. Hal tersebut menunjukkan
adanya ketidaksesuaian antara konsep dengan kenyataan. Pada konsep
menekankan bahwa materi pembelajaran haruslah dengan kegiatan bermain,
tematik dan menyesuaikan dengan pengalaman anak. Sedangkan materi
pembelajaran yang diterapkan di PAUD Melati III dibuat sesaat sebelum
pembelajaran. Itu artinya perencanaan pembelajaran dibuat secara spontan
melihat kebutuhan yang dibutuhkan pada saat itu. Artinya tidak adanya
perencanaan pembelajaran yang disusun, termasuk materi pembelajaran.
Sebaiknya materi pembelajaran dirancang sebelum tahun ajaran baru
dimulai dengan menggunakan tema. Penggunaan tema akan sangat membantu,
karena penggunaan tema sendiri dapat membentuk konsep anak terhadap suatu

materi dari berbagai konten pembelajaran yang disediakan untuk anak. Tidak
hanya itu, penggunaan tema juga dapat membuat anak untuk mengeksplorasi
pengetahuan dan pengalaman anak saat belajar.
3.

METODE PEMBELAJARAN
Dalam kegiatan pembelajaran, teknik pembelajaran merupakan salah satu
bagian terpenting. Teknik pembelajaran seringkali disamalan dengan metode
pembelajaran.
Menurut Gerlach dan Ely dalam Siregar dan Nara, teknik diartikan sebagai
jalan atau alat atau media yang digunakan guru untuk mengarahkan
kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.7

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara menyatakan bahwa metode
adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.8
Dari kedua konsep tersebut menekankan bahwa metode pembelajaran
merupakan sebuah teknik yang digunakan guru untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan kepada peserta didik. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini memiliki beberapa metode, diantaranya : (1) Bercerita, (2)
Demonstrasi, (3) Bercakap-cakap, (4) Pemberian tugas, (5) Sosio-drama/bermain
peran, (6) Karyawisata, (7) Projek, dan (8) Eksperimen. 9 Sama halnya seperti
yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146
Tahun 2014, Siregar dan Nara menambahkan empat metode pembelajaran
lainnya, diantaranya : (1) Diskusi, (2) Problem solving, (3) Ceramah, dan (4)
Latihan.10

7

Eveline Siregar, Hartini Nara, Op.cit., 2010, hal. 80
Ibid hal. 80
9
Salinan Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 146 Tahun 2014, hal. 4-5
10
Eveline Siregas, Hartini Nara, Op.cit., 2010, hal 80-81
8

Temuan di lapangan menyebutkan bahwa metode pembelajaran yang
dipakai pada PAUD Melati III yaitu guru menjelaskan materi pembelajaran
kepada anak didik dengan posisi duduk anak didik menghadap guru. Guru
menjelaskan di depan dan anak didik duduk bangku. Berdasarkan hasil
wawancara, kepala sekolah dan guru mengatakan bahwa ceramah dilakukan
ketika sedang menjelaskan sebuah materi yang akan disampaikan dan pemberian
tugas diberikan setelahnya, biasanya berupa pemberian pekerjaan rumah (PR) dan
tugas yang dikerjakan di sekolah.
Berdasarkan konsep yang disimpulkan dari pendapat para ahli menyatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah teknik yang digunakan guru
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan kepada peserta didik. Metode
pembelajaran yang diterapkan pada PAUD Melati III dapat mencapai tujuan
sesuai dengan capaian perkembangan anak. Dari dua belas jenis metode
pembelajaran yang telah diperoleh, berdasarkan data yang diperoleh di PAUD
Melati III memakai tiga metode pembelajaran, diantaranya ceramah, tanya jawab
dan pemberian tugas. Ketiga metode tersebut diberikan untuk kegiatan
pembelajaran dengan tujuan agar materi pembelajaran yang disampaikan dapat
diterima oleh anak didik. Namun ketiga metode tersebut selalu digunakan setiap
harinya. Sebaiknya penggunaan metode pembelajaran dibuat bervariasi dan tidak
konvensional. Anak melakukan sebuah praktek dan tidak hanya guru yang
menjadi pusat belajar anak, seperti metode demonstrasi, diskusi, problem solving,
latihan karyawisata, bercerita, eksperimen, sosiodrama ataupun proyek yang
dikombinasikan setiap minggunya.
4. MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran merupakan perantara pesan yang digunakan guru
untuk mencapai tujuannya kepada anak didik. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat dari Sadiman yang mengemukakan bahwa media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.11 Tidak hanya itu, Gelach dan
11

Cecep Kustadi, Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran; Manual dan Digital Edisi Kedua,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2013), hal 7

Ely mengatakan apabila dipahami secara garis besar, maka media adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau membuat peserta didik
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.12 Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa media merupakan perantara yang digunakan untuk
menyampaikan informasi untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang bersumber pada manusia, materi ataupun pengalaman yang terjadi.
Menurut Kustandi dan Sutjipto, media dikelompokkan atas empat
kelompok, diantaranya : (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil
teknologi audio visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan
komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.13
PAUD Melati III memiliki media dan alat bermain yang dapat menunjang
proses pembelajaran. Media tersebut digunakan ketika anak sedang menunggu
waktu untuk masuk kelas atau saat istirahat. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala sekolah dan guru, guru di PAUD Melati III juga pernah membuat media
pembelajaran sendiri seperti dari karton, akan tetapi sekarang tidak dipakai lagi
karena media tersebut tidak bertahan lama. Media pembelajaran yang dibuat oleh
guru hanya dipakai sesekali, dan untuk sekarang tidak memakai media
pembelajaran khusus.
Berdasarkan hasil wawancara, PAUD Melati III memiliki banyak media
yang tersimpan di dalam lemari. Media tersebut diantaranya sebagai berikut.
Tabel 10. Media Pembelajaran PAUD Melati III

12
13

Ibid., hal 7
Ibid., hal. 29

No.

Jenis

Jumlah

Kualitas Keterangan

1.

Bola Plastik

6

Baik

2.

Puzzle

25

Baik

-

3.

Buku Bacaan

30

Baik

4.

Buku Gambar

30

Baik

Tabel 3. Inventarisasi Media Pembelajaran
Selain media diatas, masih ada media lainnya yang tersimpan di dalam
lemari, namun masih terkunci. Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah,
media lainnya masih di dalam lemari yang dalam keadaan terkunci, dan ada
beberapa yang disimpan di dalam boks kontainer seperti balok yang bisa
digunakan anak saat jam istirahat. Namun keadaannya kini sudah hilang saat di
cek kembali.
Media yang telah dipaparkan dalam sebuah tabel merupakan media yang
ditemukan di lapangan dan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru.
Berdasarkan pengelompokkannya, media yang dimiliki oleh PAUD Melati III
hanya mendapatkan media dalam bentuk cetak, diantaranya buku bacaan.
Sedangkan untuk konsep yang sudah disimpulkan menghasilkan bahwa media
merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan informasi untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bersumber pada manusia,
materi ataupun pengalaman yang terjadi. Berdasarkan data yang diperoleh di
lapangan tentang media pembelajaran yang digunakan oleh PAUD Melati III
sudah sesuai, yaitu sebagai media penyampaian informasi, memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang di dapatkan dari guru, buku ataupun
alat pembelajaran lainnya. Informasi atau pengetahuan tersebut tertuang dalam
materi pembelajaran yang telah dirancang sebelum kelas dimulai. Meskipun

media yang digunakan kurang menunjang pembelajaran untuk anak usia dini
secara ideal, yaitu dengan kegiatan bermain, PAUD Melati III sudah
memanfaatkan media yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajarannya
sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah dirancang di awal tahun ajaran baru.
Penggunaan media pembelajaran tidak digunakan dengan maksimal
sehingga beberapa media yang dimiliki keadaannya menjadi rusak ataupun hilang.
Sebaiknya inventarisasi dan perawatan media pembelajaran sangat diperlukan
demi

menunjang

kegiatan

pembelajaran,

seperti

pencatatan,

pendataan,

perawatan, dan pemeliharaan media pembelajaran. Tidak hanya itu, keterampilan
dan kreatifitas untuk membuat media pembelajaran sendiri tanpa mengandalkan
media yang sudah jadi juga diperlukan. Oleh karena itu pelatihan sangat
diperlukan untuk menunjang dan melatih kemampuan tersebut.
5. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu proses. Menurut Nurkancana
dalam Siregar dan Nara, evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses kegiatan
untuk menentukan nilai sesuatu.14 Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen
dalam Siregar dan Nara juga mengemukakan pendapat bahwa evaluasi
berhubungan dengan pengukuran.15 Makna evaluasi itu sendiri sangat luas.
Arikunto dalam Siregar dan Nara berpendapat bahwa penilaian lebih
menekankan pada kepada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu
ukuran baik-buruk yang bersifat kuantitatif.16
Jadi, evaluasi adalah suatu proses penilaian yang berhubungan dengan
pengukuran untuk mencapai suatu keputusan terhadap sesuatu ukiran baik-buru
yang bersifat kuantitatif.
Sedangkan landasan yuridis untuk evaluasi terdapat pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 bahwa
evaluasi terdiri dari beberapa poin, diantaranya : (1) Evaluasi
pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c mencakup
14
15
16

Eveline Siregar, Hartini Nara, Op.cit., hal 142
Ibid., hal.
Loc.cit hal 143

evaluasi proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
untuk menilai keterlaksanaan rencana pembelajaran, (2) Evaluasi hasil
pembelajaran dilaksanakan oleh pendidik dengan membandingkan antara
rencana dan hasil pembelajaran, dan (3) Hasil evaluasi sebagai dasar
pertimbangan tindak lanjut pelaksanaan pengembangan selanjutnya.17
Menurut Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD Tahun 2013
menyebutkan bahwa evaluasi dilakukan mencakup dua hal, yaitu (1)
Evaluasi perkembangan anak yang diperoleh dari : (a) Hasil
kegiatan/karya anak, (b) Kemampuan gerak kasar dan gerak halus, (c)
Kemampuan bahasa dan kosa kata anak melalui apa yang diucapkan, (d)
Kemampuan kognitif anak, (e) Kemampuan sosial dan emosional anak
melalui hubungan anak dengan teman lainnya, ekspresi anak terhadap
suatu kejadian, dan (f) Apresiasi anak terhadap kegiatan seni; (2) Evaluasi
program yang mencakup : (a) Kelembagaan, (b) Sarana Prasarana, (c)
Pendidik dan tenaga kependidikan, (d) Peserta didik, (e) Integrasi layanan,
(f) Frekuensi kegiatan, (g) Administrasi pembelajaran, (h) Pelaksanaan
pembelajaran, (i) Administrasi penyelenggaraan, (j) Keterlibatan orang
tua, dan (k) Kemitraan.18
Jika disimpulkan kembali berdasarkan landasan konseptual dan landasan
yuridis, evaluasi merupakan proses penilaian yang berhubungan dengan
kelanjutan sebuah program dan perkembangan anak yang telah dirancang
berdasarkan capaian tujuan.
Pada data yang diperoleh di lapangan menyebutkan bahwa PAUD Melati
III

tidak

memiliki

evaluasi

pembelajaran

seperti

pencatatan

asesmen

perkembangan anak dan rapot. Menurut hasil wawancara, evaluasi pembelajaran
dilakukan di akhir semester dengan melakukan perundingan antar guru. Hasil
perundingan tersebut diberitahukan secara langsung kepada orang tua anak didik
di akhir tahun ajaran atau semester genap. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala sekolah, setiap tahunnya PAUD Melati III membuat laporan pertanggung
jawaban yang dilaporkan kepada RT 03 Kelurahan Palmeriam, Matraman.
Laporan tersebut berisi laporan keuangan dan daftar peserta didik.
Terjadi ketidaksinambungan antara teori yang diperoleh dengan data yang
didapatkan di lapangan. Evaluasi merupakan proses penilaian yang berhubungan
17

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Op.cit., hal. 7-8
18
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD Tahun 2013, hal. 81-83

dengan kelanjutan sebuah program dan perkembangan anak yang telah dirancang
berdasarkan capaian tujuan. Proses evaluasi mencakup pengukuran dan penilaian.
Hasil dari evaluasi perkembangan anak berupa buku rapor yang berisi laporan
perkembangan anak per semester selama anak menjalani pembelajaran di sekolah
tersebut dan hasilnya dilaporkan kepada orang tua. Hasil tersebut seharusnya
berisi pengukuran dari tingkatan pencapaian anak didik. Penilaian pun dilakukan
secara berkala dan rinci. Namun pada kenyataan dilapangan menyebutkan bahwa
PAUD Melati III tidak memiliki bentuk fisik dari pengukuran, penilaian dan
evaluasi apapun, termasuk buku rapor. Dengan adanya hal tersebut, PAUD Melati
III belum memenuhi kriteria karena pemenuhan evaluasi pembelajarannya tidak
sesuai dengan konsep.
Tidak hanya itu, dari program sekolah yang berjalan selama ini dirancang
secara spontan dan pelaporan pertanggung jawaban yang kurang spesifik kepada
lembaga msyarakat seperti RW setempat. Pelaporan tersebut hanya memenuhi
dua dari sebelas kriteria pada Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD Tahun
2013, yaitu daftar peserta didik dan administrasi penyelenggaraan dalam bentuk
laporan keuangan. Jika evaluasi program tidak memenuhi standar, maka dari itu
perlu diadakan peninjauan pengawas atau penilik di luar sekolah, seperti dari
Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur.
Dari berbagai kekurangan yang dimiliki oleh PAUD Melati III, seharusnya
pelatihan harus sering diberikan kepada kepala sekolah ataupun guru guna
menambah pengetahuan dan wawasan yang semakin berkembang pada dunia
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), seperti bagaimana cara membuat teknik
asesmen sederhana untuk anak dan program sekolah. Selain itu pengadaan buku
rapor sangat diperlukan sebagai pertanggung jawaban sekolah terhadap orang tua
anak didik. Tidak hanya itu, pelatihan merancang sebuah program juga diperlukan
agar tujuan sesuai dengan visi dan misi lembaga dapat tercapai maksimal. Dengan
begitu rancangan yang telah dirancang dan evaluasi yang dilakukan dapat
berkesinambungan.