PENCITRAAN DIRI CHAIRUL TANJUNG DALAM BU

PENCITRAAN DIRI CHAIRUL TANJUNG DALAM BUKU
“SI ANAK SINGKONG”
(Studi Analisis Framing Buku “Si Anak Singkong”)
Fadilah Sonia
070904007
Abstrak
Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja merupakan
salah satu karya yang diterbitkan PT. Kompas Media Nusantara pada tahun 2012
ini sebagai salah satu naskah terbaik. Tulisan ini sendiri telah dibukukan yang
mengisahkan tentang perjalanan sosok Chairul Tanjung. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat bagaimana pencitraan sosok Chairul Tanjung Si Anak Singkong
yang merupakan salah satu kisah perjalanan hidupnya. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis Framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pan dan Kosicki sendiri membagi
perangkat Framing dalam empat struktur besar yaitu sintaksis, skrip, tematik dan
retoris. Keempat struktur ini yang akan dianalisis satu per satu untuk mendapat
jalinan konstruksi dari naskah ini. Dari sini dapat kita lihat bahwa suatu teks berita
lahir bukan hanya dari apa adanya peristiwa, tapi juga dikonstruksi oleh pihak di
belakang teks tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan
narasumber dari sudut pandang wartawan yang mewawancari langsung Chairul
Tanjung membuat penulis tidak memperoleh hambatan dalam membuat tulisan

ini. Menulis mengenai hiruk-pikuk serta perjalanan kehidupan Chairul Tanjung
menjadi sebuah motivasi khusus bagi penulis dan pembacanya. Tulisan ini juga
cukup konprehensif dan proporsional karena sesuai dengan apa yang dialami
langsung dari sebuah suatu kehidupan Chairul Tanjung.
Kata Kunci : Framing, Pencitraan, Biografi, Chairul Tanjung
PENDAHULUAN
Begitu banyak tokoh yang dapat menjadi inspirasi generasi muda pada saat
ini didalam bidang–bidang tertentu, dengan adanya tokoh tersebut akan membuat
generasi muda pada zaman sekarang lebih membuka mata untuk bisa lebih
kereatif lagi pada zaman gelobal saat ini, sedangkan kita ketahui dengan adanya
perubahan gelobal pada saat ini banyak generasi tidak ada kesadaran bahwasanya
perkembangan indonesia ada ditangan generasi muda mau dibawa kemana kelak
indonesia jika generasi mudanya hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apa–
apa.
Chairul Tanjung lahir dikeluarga yang sederhana berorang tua darah
Batak-Sunda, A.G Tanjung dan Halimah, beliau merupakan lulusan dari FKG UI
dan SMA Boedi Sutomo, masa kecil penuh dengan kecerian dilalui seperti anak
pinggiran kota pada umumnya. Beliau mendapatkan ajaran agama yang sangat
kuat dari sang nenek yang juga guru agama di SD Negeri Jalan Tepekong, jakarta
didikan yang diberikan sang nenek menjadi panduan sepanjang hidup hingga saat

ini kedisplinan orang tuanya dengan penghasilan sangat terbatas rela
mengorbankan apa pun agar anak–anaknya bisa mengenyam pendidikan disekolah

1

swasta. Diusia yang masih sangat belia, ketika masih duduk di bangku sekolah
menengah pertama, anak tersebut sudah mulai mengurus keperluan transportasi
teman–temannya yang akan study tour.
Mengapa peneliti mengambil sosok seorang Chairul Tanjung sebagai salah
satu tokoh yang diteliti, menurut peneliti seorang Chairul Tanjung adalah tokoh
media massa seperti kita ketahui beliau merupakan pemilik salah satu stasiun
televisi yaitu TRANSTV, TRAN7 dan masih banyak perusahan yang dipimpin
oleh beliau, peneliti tersebut dan ingin mengetahui bagaimanakah kisah seorang
Chairul Tanjung “Si Anak Singkong” ini tumbuh menjadi salah satu orang yang
diperhitungkan dalam indonesia dan bagaimanakah sosok seorang Chairul
Tanjung dalam Buku Biografi tersebut.
Dengan adanya penelitian ini maka peneliti ingin melihat bahwasanya
bagaimanakah wartawan mengambarkan sosok seorang Chairul Tanjung dalam
Buku Biografi “Si Anak Singkong” tersebut. Selain itu kepentingan internal
jurnalistik dan pemilik media. Kebijakan redaksi media juga dapat berpengaruh

terhadap pembuatan Buku Biografi tersebut. Ideologi yang dianut juga merupakan
kekuatan lain yang mempengarui bagaimana media memahami, menuliskan
sehingga memposisikan dirinya atas realitas yang ada disekitarnya.
Tulis menulis dan menyiarkan berita adalah tugas wartawan. Artinya tugas
utama insan media adalah mengkonstruksikan berbagai realitas atas kejadian yang
dilaporkan. Pembuatan berita dimedia pada dasarnya penyusunan realitas–realitas
hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dan tentu saja
pengunaan bahasa tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan, keberadaan bahasa
tidak lagi sebagai alat semata untuk mengambarkan realitas, melainkan bisa
menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas. Bahasa dalam
pandangan kritis dipahami sebagai resprestasi yang berperan dalam subjek
tertentu, tema–tema wacana tertentu, maupun strategi–strategi didalamnya
(Eriyanto, 2001:6)
PEMBAHASAN
Penulis membuka tulisan ini dengan deksripsi tentang sosok Chairul
Tanjung dan sekitarnya pada :
Bagian satu. Beberapa tokoh utama diperkenalkan pada bagian ini, namun
porsi tentang Chairul Tanjung dan sekitarnya lebih menonjol dengan adanya
deskripsi Kain Halus Ibu sebagai Biaya Kuliah. Penulis juga menceritakan tentang
keadaan Chairul Tanjung saat memasuki perguruan tinggi dan usaha yang

dilakukannya untuk berusaha sendiri membiayai biaya kuliahnya setelah ia
mengetahui bahwa uang kuliah pertamanya di dapat dari menjual kain halus milik
ibu yang sangat membuat ia merasa harus berusaha sendiri.
Bagian dua ini, penulis menjelaskan mengenai pendapatan pertama Chairul
Tanjung sebesar Rp 15.000,- yang ia dapatkan dari hasil keuntungan uang
fotokopi dari teman-teman sekelasnya dimana dalam setiap memfotokopi satu
buku ia memperoleh keuntungan sebesar Rp 150 dengan jumlah satu kelas 100
mahsiswa yang seangkatan dengannya dan dari hasil 150 dikalikan dengan jumlah
mahasiswa ia memperoleh sebesar Rp 15.000, dan ia percaya keuntungan pertama
tersebut merupakan momentum pembangkit kepercayaan diri selanjutnya.
Bagian Tiga, penulis memaparkan sosok seorang Chairul Tanjung yang
menjadi juragan fotokopi di kampusnya yaitu perguruan tinggi PTN. Pada saat itu

2

ia merupakan mahasiswa yang paling sibuk di seluruh Universitas Indonesia kala
itu, semakin banyak teman dan dosen yang menyukai usaha kecil yang sedang
digelutinya.
Bagian Empat, bagian ini dibuka dengan suasana yang berbeda dimana
awalnya tokoh dalam cerita ini membuka usaha fotokopi sampai menjadi juragan

fotokopi. Bagian ini mengisahkan tokoh yang memulai usaha dengan menjual alat
kedokteran di kampus dengan mendekati salah satu junior yang ayahnya
merupakan distributor langsung dalam penjualan alat-alat kedokteran.
Bagian Lima, mengisahkan sosok seorang sahabat yang mendapatkan nilai
D pada mata kuliah kewiraan, dan mereka membutuhkan bantuan untuk
mendapatkan nilai yang baik, saat itu tokoh dalam cerita ini mempelajari beberapa
buku untuk mereferensikan suatu buku mengenai kewiraan, yang akhirnya setelah
mendengar penjelasan tokoh teman-teman tokoh memperoleh nilai bagus tanpa
menjalani test ujian.
Bagian Enam sendiri menceritakan tentang tokoh yang merupakan
mahasiswa teladan, aktivis sekaligus pebisnis dan ia juga terpilih sebagai Ketua
Mahasiswa FKG Angkatan 1981 dan berlanjut menjadi ketua seluruh angkatan di
Universitas Indonesia yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Ex-Officio Dewan
Mahasiswa UI.
Bagian Tujuh mengisahkan tentang penyakit Talasemia yang tidak
merupakan menyakit tetapi seperti kelainan yang disebabkan faktor genetik, dan
menyebabkan kondisi penderita lemah dan tidak kuat serta wajahnya pucat.
Singkat cerita, untuk mereferensikan penyakit ini kepada masyarakat tokoh
mencoba menggelar seminar pertama di Indonesia dengan tema “Thalasemia”.
Bagian Delapan ini penulis mencoba menceritakan kegagalan tokoh saat

pertama kali membuka usaha di luar Kampus.
Bagian Sembilan menceritakan peran pendidikan yang bermula dari
keluarga. Tokoh yang sudah terbiasa semangat dan memiliki daya juang itu
bermula dari didikan keluarga yang keras dan tegas yang mengajarkan tokoh
menjadi lebih tegar serta memiliki kedislinan yang baik untuk diterapkan.
Bagian Sepuluh, mendeskripsikan saat menunggu Bapak pulang demi zakat
fitrah yang harus dibayar pada malam takbiran, saat itu tokoh berada di sudut
ujung jalan yang menunggu bapaknya dengan harapan membawa uang untuk
membayar zakat.
Bagian Sebelas, penulis menceritakan awal mula Chairul Tanjung
mengeluti dunia teater, bersama teman – temannya, dilakukan setiap peringatan
17 Agustus, sekolahnya mengadakan berbagai perlombaan antar kelas. Prita, salah
satu teman tokoh sekelas memiliki kakak kandung seorang guru teater dan dia
mengusulkan agar berlatih kepadanya. Pada bagian ini juga, penulis menceritakan
berbagai kegiatan yang di lakukan oleh Chairul Tanjung semasa SMP.
Bagian Duabelas, penulis menceritakan ketertarikan pada seni drama
karena itu tokoh belajar soal teater hingga SMA kelas II kepada Mas Yan
Daryono. Penulis juga menggambarkan dampak dari teater yang dialaminya
membuat Chairul Tanjung berani menyampaikan pendapat dengan jujur.
Bagian Tigabelas, penulis menceritakan setelah banyak berdiskusi bahan –

bahan pelajaran berat yang tidak di temukan secara formal di sekolah tokoh selalu
temukan dalam dunia teater, bagian ini juga penulis menceritakan bermacam –
macam kelakuan dan kegiatan yang di lakukan Chairul Tanjung seperti

3

mengamen, dan uang hasil mengamen di kumpulkan, di bagi rata untuk makan
bersama tukang becak, tukang bajaj di sekitarnya.
Bagian Empatbelas, menceritakan pertemuan Chairul Tanjung dengan
teman – temannya semasa mengeluti teater. Tahun 1987 tokoh kembali bertemu
Mas Yan saat Mas Yan mengelola sebuah majalah di Hotel Hilton (kini Hotel
Sultan), dan kebetulan sedang mengikuti acara Bajar Indonesia disana.
Bagian Limabelas, penulis juga menceritakan kisah cerita semasa tokoh
mengalami proses belajar di SMA Negeri 1 Boedi, pada saat itu seorang guru
biologi Pak Ganjar memberi tugas praktikum, penelitian dilapangan, dan ini tidak
di sekitar sekolah, tapi dipelosok Ciapus, Bogor. Dilalui dengan berjalan kaki
melewati perjalanaan yang lumayan berat, pada saat itu dibutuhkan tali tambang
untuk perjalanan tersebut.
Bagian Enambelas, penulis menceritakan tujuan dari reunian yang
dilakukan oleh Almamater Boedoet. Pada bagian ini juga tujuan yang dilakukan

Chairul Tanjung upaya mempererat silaturahmi seperti yang dilakukan Chairul
pada tahun 2006.
Bagian Tujuhbelas, menceritakan kegiatan yang dilakukan tokoh dalam
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) jaya. Pada saat itu tokoh terpilih menjadi salah
satu grup fisika.
Bagian Delapanbelas, mengisahkan awal mula pabrik sepatu yang digeluti
oleh tokoh. Bermula pada tahun 1987, kala itu tokoh menjadi kontraktor
membangun pabrik sumpit di Citeureup, Bogor. Untung tak bisa diraih, malang
tak bisa ditentang. Meski proses panjang telah direntang.
Bagian Sembilanbelas, penulis menceritakan tentang rumah tangga Chairul
Tanjung dan peranan seorang istri yang merupakan pilar utama dalam
rumahtangga.
Bagian Duapuluh, bagian ini menceritakan tentang kepedulian Chairul
Tanjung kepada ibunya. Pada tahun 1995, Ibu Chairul meminta untuk pergi naik
haji.
Bagian Duapuluhsatu, Penulis menceritakan usaha yang akan mulai
ditambah oleh tokoh dalam dunia bisnisnya. Menjelang tahun 1989, saat sudah
memiliki dua atau tiga pabrik dan menjelang penambahan modal berikutnya,
tokoh kembali berencana meminjam ke Bank Exim.
Bagian Duapuluhdua, dalam hal ini penulis mengambarkan sosok Chairul

Tanjung yang memiliki cara berfikir tokoh dalam mengatasi Restrukturisasi
Ekonomi, berbagai hal yang dilakukan tokoh dalam hal ini seperti berdiskusi
dengan para ahli Ekonomi.
Bagian Duapuluhtiga, menceritakan kepada pembaca awal bedirinyan
Komite Kemanusiaan Indonesia (KKI). Krisis moneter din Asia dan Indonesia
pada tahun 1997, berlanjut kepada krisis multidimensi dimulai pada 1998, telah
merontokksn hampir seluruh tatanan yang selama ini stabil.
Bagian Duapuluhempat, disini penulis menceritakan program kerja yang
dilakukan pada saat KKI mengambarkan kesuksesan tokoh dalam dunia
kegiatannya.
Bagian Duapuluhlima, menceritakan kronologis asal mula adanya Bank
Mega. Keputusan berani beresiko setelah memakan waktu dua minggu , akhirnya
tokoh mendapat gambaran tentang kondisi Mega Bank.

4

Bagian Duapuluhenam, penulis menceritakan kepada pembaca kinerja
seorang Chairul Tanjung. Kerja Spartan Bank Mega secara fisik, de facto, tokoh
ambil pada tahun 1995.
Bagian Duapuluhtujuh, penulis menceritakan Bank Mega Syariah dan

kebangkitan Ekonomi Umat yang dilakukan tokoh dalam membangun Bank
syariah.
Bagian Duapuluhdelapan, penulis menceritakan tentang kronologis
tentang Piala Thomas Terakhir bagi indonesia, yang di pimpin oleh Chairul
Tanjung.
Bagian Duapuluhsembilan, penulis menceritakan awalmulanya
pembangunan Rumah Anak Madani yang dilakukan tokoh dalam menolong
korban Tsunami. Bagian ini menceritakan tentang bantuan yang di berikan
Chairul Tanjung terhadap korban Tsunami.
Bagian Tigapuluh, penulis menjabarkan mengenai syarat-syarat memasuki
Sekolah CTF yang akan mereka didik secara khusus dan disiapkan agar diterima
di berbagai universitas dalam dan luar negeri ternama
Bagian Tigapuluhsatu, penulis menceritakan perjuangan Chairul Tanjung
menyongsong “Indonesia Bisa” saat mengalami krisis global yang terulang
kembali di tahun 2008.
Bagian Tigapuluhdua, menceritakan sosok seorang Chairul Tanjung “si
pemimpi besar” yang bermimpi memperbaiki perekonomian Indonesia tahun 2030
dengan tidak terlalu menghiraukan berbagai pandangan sinikal justru hal itu
memacu Chairul Tanjung untuk bisa menganalisis secara rasional sekaligus
membuktikan kebenaran proyeksi tersebut.

Bagian Tigapuluhtiga, menceritakan sejarahnya Islam yang sangat jaya
dari segi keduniaan, khususnya pada era Otonom Turki, menguasai sebagian besar
dunia.
Bagian Tigapuluhempat, penulis menceritakan “Transformasi Dunia
Televisi Indonesia, penulis menegaskan perkembangan televisi di Indonesia yang
berawal dari perusahaan Bank Exim.
Bagian Tigapuluhlima, penulis menceritakan setelah pemerintahan Orde
Reformasi di bawah Presiden B.J. Habibie memberikan izin baru kepada lima
stasiun televisi untuk dikelola.
Bagian Tigapuluhenam, kembali menceritakan awal mulanya sosok seorang
Chairul Tanjung yang membeli Carrefour yang merupakan perusahaan ritel
terbesar di Indonesia.
Bagian Tigapuluhtujuh, penulis menceritakan secara singkat
perkembangan Era Baru Indonesia yang dimulai dari pemerintahan Pak Harto
yang berpendapat bahwa saya menjalankan roda usaha dengan uang ABRI, hanya
karena Pak Rudini (almarhum) sebagai salah satu pengurus dan pemakaian nama
Para Group yang dikaitkan.
Bagian Tigapuluhdelapan, menceritakan sosok Chairul Tanjung yang
mengembangkan perekonomian dengan meningkatkan sektor bisnis suatu
perusahaan.
Bagian Tigapuluhsembilan, menceritakan awal perjalanan Chairul
Tanjung memulai bisnisnya yang dimulai dari bisnis formal pada tahun 1987
sampai akhirnya sekarang yang telah diberi jalan dan kemampuan oleh Tuhan

5

Yang Maha Esa untuk membangun industri besar di berbagai lini yang fokus pada
bidang consumers.
Bagian Empatpuluh, Pada bagian ini berisi epilog singkat sejarah sosok
Chairul Tanjung yang dulunya disekolahkan oleh neneknya di sekolah Belanda,
SD dan SMP Van Lith, Jakarta, yang sangat disiplin, yang mengajarkan pertama
kali tentang bisnis, kejujuran, kedisplinan, dan tanggung jawab.
Secara keseluruhan tulisan ini menceritakan pencitraan diri secara
kronologis sosok Chairul Tanjung mulai dari awal ia memasuki sekolah SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi. Awalnya ia memulai usaha kecil, menjadi seorang
enterpreneurship, pebisnis sampai akhirnya menguasai sebagian besar perusahaan
ritel terbesar di Indonesia yaitu Carrefour.
Peneliti juga memberikan informasi atas apa yang diberitakan media pada
saat itu, sekaligus menceritakan kisahnya sesuai dengan apa yang dialami
langsung oleh Chairul Tanjung mulai dari kehidupannya yang pahit sampai ia
mempunyai kehidupan yang bagus hingga sekarang ini. Selain itu peneliti juga
menjabarkan semua pihak-pihak yang terlibat di dalam cerita ini baik itu keluarga,
rekan bisnis, maupun orang-orang penting yang mendukung dalam penulisan
cerita ini.
Tulisan ini memang mengisahkan tentang pencitraan diri sosok Chairul
Tanjung yang bijaksana, peduli akan sekitar serta memperlakukan umat manusia
secara sama, selain itu Chairul Tanjung juga tidak membeda-bedakan siapapun
yang berhubungan langsung dengannya karena ia merupakan sosok yang selalu
memperhatikan rakyat kecil dan berusaha untuk meningkatkan perekonomian
rakyat agar menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia.
Pemaparan-pemaparan seperti ini mengesankan pencitraan diri Chairul
Tanjung oleh wartawan, tanpa diketahui latar belakang yang mendasari tentang
pembuatan buku biografi tersebut. Wartawan memang tidak secara rinci
menceritakan kisah yang dialami Chairul Tanjung, namun cerita singkat dapat
dijelaskan oleh peneliti bahwa buku biografi yang menceritakan pengalaman
hidup Chairul Tanjung merupakan pencitraan diri dari seorang Chairul Tanjung
dalam bidang kesuksesannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing yang terdiri dari
empat struktur yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan
struktur retoris. Hasil penelitian menunjukkan wartawan lebih fokus terhadap
biografi sosok Chairul Tanjung. Analisis yang dilakukan terhadap Buku
Biografi yang berjudul Chairul Tanjung “Si Anak Singkong” menunjukkan
bahwa cerita yang mengambil sudut pandang kisah perjalanan kehidupan
serta pencitraan diri Chairul Tanjung yang disebut “Anak Singkong” menjadi
pengusaha yang diperhitungkan dalam dunia bisnis.
2. Konstruksi yang dibangun penulis dalam naskah pencitraan diri dalam Buku
Biografi adalah menceritakan tentang kisah kehidupan maupun pencitraan
diri Chairul Tanjung dalam Buku Biografi tersebut. Tokoh mengatakan
bahwa kesuksesan yang diraih oleh tokoh bukan sebuah kesuksesan dadakan
melainkan diperoleh dari kerja keras bertahun-tahun yang dimulai saat tokoh

6

3.

menginjakkan kaki diperguruan tinggi yang dimulai dari usaha fotokopi,
industri alas kaki, keuangan, lantas menguritai kerberbagai usaha, mengakuisi
perusahaan asing (carrefour) dan payung perusahaan Para Group yang saat
ini telah dirubah menjadi CT Corp (Chairul Tanjung Corpora).
Tulisan panjang yang dikemas dalam bentuk pencitraan diri dalam Buku
Biografi mempunyai kekuatan untuk mengupas cerita dalam Buku Biografi
tersebut secara deskriptif kualitatif sehingga pembaca dapat memahami dan
mengerti isi Buku Biografi tersebut. Dalam tulisan ini penulis
mengonstruksikan pencintraan diri berbagai realitas atas kejadian yang
dialami tokoh dalam kehidupannya. Terlebih dengan pembuatan cerita dalam
Buku Biografi. Pencitraan diri merupakan penyusunan realitas-realitas
sehingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna dan
keberadaan bahasa yang tidak terlepas sebagai alat semata untuk
menggambarkan realitas, melainkan dapat juga menentukan gambaran
(makna citra) mengenai tokoh dengan menggunakan 5W 1H sehingga lebih
mudah untuk mencari konstruksi cerita terhadap Buku Biografi.

DAFTAR REFRENSI
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Group.
__________. 2008. Sosiologi Komunikasi : Teori Paradigma, dan Dikursus
Teknologi Masyarakat. Jakarta : Kencana.
Entman, Robert M. 1993. Framing : Toward classification of a Fractured
Paradigma, dalam Journal of Communication vol. 43 No. 4/1993.
Eriyanto, 2001. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media.
Yogyakarta:LKIS.
__________. 2002. Analisis Framing : Konstruksi Politik, Ideologi, dan Politik
Media. Yogyakarta LKIS.
Gusta, Firdha Yuni. 2011. Konstruksi Harian Media Indonesia Terhadap Partai
Golkar dalam Berita Hak Angket Kasus Mafia Pajak. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta :
Yayasan Pantau.
Kriyanto, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.
Mulyana. Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosiologi. Yogyakarta : UGM Press.
Naruddin, 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur.
Pan, Zhongdong and Gerald M. Kosicki, “Framing Analysis : An Approach to
News Discours” dalam Political Communication Vol 10/1991.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT.
remaja Rosdakarya.
Rizkiyab, Yuliani. 2012. Studi Analisis Framing, Pemberitaan Jatuhnya Rezim
Muammar Qadhafi di Majalah Tempo. Medan. : Universitas Sumatera
Utara.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.Bandung : PT. Karya Offset.
Cetakan Ketiga.

7

__________. 2004. Analisis Teks Media. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode penelitian survey. Jakarta :
Pustaka LP3ES Indonesia.
__________, 2011. Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media
Massa, Iklan Televisi, dan keputusan Konsumen serta Kritik terhadap L.
berger dan Thomas Luckman. Jakarta : Kencana

8