Analisis Penawaran dan Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang pada saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Pada periode 1940-an, masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar. Pada saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan ayam liar Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam kampong sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan sebutan ayam negeri. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Pada saat itu, sifat ayam dipandang sebagai ayam kampung saja. Ayam yang pertama kali masuk dan mulai diternakan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya diternakan setelah masa produktifnya (Rasyaf, 2001).

Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang dikenal bernilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti asam-asam amino yang lengkap dan seimbang, vitamin serta mempunyai daya cerna yang tinggi. Telur ayam mengandung protein 12,8%, telur bebek 13,1%. Selain itu telur mengandung aneka vitamin seperti vitamin A, B, D, E, dan K. Telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah yang cukup (Haryoto, 1996).


(2)

Tabel 3. Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram

No Zat Gizi Telur Ayam Telur Bebek

1 Kalori (Kal) 162.00 189.00

2 Protein (g) 12.80 13.10

3 Lemak (g) 11.50 14.30

4 Karbohidrat (g) 0.70 0.80

5 Kalsium (mg) 54.00 56.00

6 Fosfor (mg) 180.00 175.00

7 Besi (mg) 2.70 2.08

8 Vit A (UI) 900.00 1,230.00

9 Vit B (mg) 0.10 0.18

10 Air (g) 74.00 70.00

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI dalam Haryoto, 1996

Menurut Haryoto (1996), struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat mengabsorbsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dalam dari telur yang dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan biologis.

Peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia, mempunyai posisi yang cukup rawan dalam pencaturan bisnis unggas yang secara statistik sangat pesat. Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang perlu diambil agar posisi rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang menguntungkan. Untuk menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan yang dihadapi peternak ayam Indonesia. Menurut Suharno B. (1999), permasalahan tersebut yaitu :

1). Permintaan fluktuatif

Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas peternakan dalam menu sehari-hari, tidak semua masyarakat di Indonesia dapat


(3)

mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran, tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program peningkatan produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena barang hidup. Harga pun langsung merosot tajam.

2). Pasarnya masih tradisional

Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang disebut di atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan teknologi penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil, sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam Indonesia masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi makin menjadi-jadi dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi berulang-ulang setiap tahun.

3). Konsumen belum tahu persis tentang ayam

Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah yang cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan mengenai ayam yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun,


(4)

karena masyarakat lebih percaya pada media massa maka konsumen dapat selalu mencurigai baik buruknya daging ayam.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penawaran (Supply)

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2003).


(5)

Pergeseran kurva penawaran dari kurva S0 ke S1 merupakan pergeserankurva

penawaran, menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang ditawarkan (Nuraini, 2006).

Menurut Kadariah (1994), kurva penawaran menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap (seluruh hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi yang bersangkutan. Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah seluruh komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel lain dianggap tetap. Satu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan (the quantity

supplied) pada harga tersebut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu : 1). Harga barang itu sendiri

Menurut Djojodipuro (1991), untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi, perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap komoditi dan harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan input yang dipakainya tetap.


(6)

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif dengan harga (Djojodipuro, 1991).

2). Harga barang lain

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran.Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.

3) Biaya produksi

Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan meningkat.

4). Jumlah produksi

Jumlah telur yang tersedia yang diperoleh pedagang dari pemasok sangat mempengaruhi penawaran pedagang. Ketika jumlah telur yang tersedia banyak


(7)

maka harga akan turun dan sebaliknya ketika jumlah telur yang tersedia sedikit maka harga akan naik.

5). Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak.

6) Perkiraan harga dimasa depan

Perkiraan harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah penawaran. Jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik, sedangkan penghasilan masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya pada saat krisis ekonomi, harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan relatif tetap. Akibatnya perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut tidak laku.

Bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana yang menjelaskan hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah:

S = f (Px, Py, Pi, N, T, Hpro)

Dimana :

S = Penawaran komoditas Px = Harga barang itu sendiri


(8)

Pi = Biaya produksi

N = Jumlah Produksi T = Kemajuan teknologi

Hpro = Perkiraan harga dimasa depan

2.2.2 Permintaan (Demand)

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang di beli, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan, selera dan lain-lain (Arsyad, 2000).

Suatu barang dihasilkan oleh produsen karena dibutuhkan oleh konsumen dan karena konsumen bersedian membeli. Konsumen mau membeli barang-barang yang mereka perlukan itu bila harganya “sesuai” dengan keinginan mereka dan bila barang tersebut berguna bagi mereka (Sugiarto dkk, 2000).

Menurut Hanafie (2010), kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah (menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak P dan jumlah diukur pada sumbu horizontal Q). Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahna berbagai jumlah yang mau dibeli oleh sekian banyak konsumen pada masyarakat pada tingkat tertentu.

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Kurva ini memiliki lereng (slope) yang negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the quantity


(9)

Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi selera harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut (Sukirno, 2003).

Adapun variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan oleh rumah tangga adalah : harga barang bersangkutan, pendapatan rata-rata rumah tangga, jumlah penduduk, harga-harga komoditi yang ada hubungannya dengan komoditi tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel tersebut diatas, semua variabel dianggap tetap (Djojodipuro, 1991).

Permintaan seseorang terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor, seperti :

1). Harga barang itu sendiri

Menurut Sagiarto dkk (2000), dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus. Secara umum bila harga suatu barang tinggi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu membelinya. Sebaliknya jika harga barang tersebut diturunkan, lebih banyak orang yang mau dan mampu membelinya sehingga jumlah barang yang dibeli makin banyak.


(10)

2). Harga komoditi lain (barang substitusi)

Menurut Sukirno (2003), Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan.

Menurut Rasyaf (1991), antara telur ayam ras dengan itik komersil ada tingkat subtitusinya, bila telur ayam naik, konsumen akan beralih ke telur itik komersil yang memang mirip dengan telur ayam ras, perbedaannya hanya pada kulitnya yang “kebiruan”.

3). Tingkat pendapatan perkapita

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan


(11)

terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods) (Sukirno, 2003) .

4).Jumlah tanggungan/penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut. Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah tanggungan/penduduk tidak akan dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertumbuhan jumlah tanggungan/penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2003).

5). Cita rasa

Perubahan cita rasa masyarakat mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen akan suatu barang meningkat, permintaan akan barang tersebut akan meningkat. Sebaliknya bila selera konsumen berkurang, permintaan kan barang tersebut menurun (Sugiarto dkk, 2000).

Menurut Setiawan (2006), selera berpengaruh besar terhadap keinginan untuk membeli. Naiknya intensitas keinginan seseorang terhadap suatu barng pada umumnya menyebabkan naiknya jumlah permintaan terhadap barang tersebut,. Apabila selera konsumen berubah, permintaan kan suatu barang juga akan berubah walaupun harga barang yang bersangkutan tidak berubah.


(12)

6). Kualitas Komoditas

Menurut Rahim dan Diah (2008), kualitas komoditas yang bagus akan meningkatkan permintaan. Semakin tinggi komoditas suatu barang, maka semakin tinggi minat masyarakat.

7). Ramalan masa yang akan datang terhadap harga

Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan barang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan saat sekarang akan berkurang (Bangun, 2007).

Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana untuk menjelasakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian sebagai berikut:

D=f (Px, Py, I, N, T, Q, EsP)

Dimana:

D = Permintaan Komoditas Px = Harga barang itu sendiri

Py = Harga barang lain

I = Pendapatan konsumen N = Jumlah penduduk T = Selera


(13)

Q = Kualitas komoditas

EsP = Perkiraan harga dimasa yang akan datang

Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimalisasikan pengeluaran dengan kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu yang akan menghasilkan kurva permintaan Hicks. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar kurva permintaan Hicks sebagai berikut:


(14)

Pada gambar 2 panel (a) menggambarkan konsep utilitas, aksis horizontal menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya (Y). Garis M0-m1 menggambarkan garis anggaran (budget line) dengan kondisi

awal. Titik persinggungan antara kurva U0 dengan garis M0-m1, pada titik A

merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y. Gambar 2 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel (a) di[etakan pada panel (b) sebagai titik a. Dimisalkan terjadi penurunan harga dari P0 ke P1, maka garis anggaran M0-m0 bergerak menjadi M0-m1. Kurva

permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan. Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan danyanya perubahan harga dari P0 ke P1. Salah satu cara adalah dengan mengubah

pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari M0 ke M1),

sehingga dia tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru, yakni M1-m1 yang mempunyai garis paralel dengan M0-m1, adalah garis yang

menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis anggaran M1-m1 dengan kurva indeferen lama U0 menghasilkan tingkat konsumsi

barang X sebesar X, jika kita petakan titik ini dengan titik harga baru pada tingkat

P1 pada panel (b) akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika kita

hubungkan titik perpotongan c, akan diperoleh kurva permintaan Hicks (Fauzi, 2010).


(15)

2.2.3 Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan

Sistem dinamis memiliki waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Sebagai contoh didalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan secara kontiniu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ia akan memperkenalkan waktu kedalam sistem yang bersangkutan.Oleh karena itu ia bekerja dengan suatu sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995).

Menurut Setiawan (2010), salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb ini dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan

c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang semakin membesar

Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan permintaan terjadi jika Qs = Qd.


(16)

Gambar 3. Model Cobweb

Menurut Chiang dan Wainwright (2008), bila berinteraksi antara permintaan dan penawaran akan menghasilkan osilasi eksplosif. Dengan harga awal P0 (disini diasumsikan di atas P), kita dapat megikuti anak panah dengan

membaca kurva S bahwa kuantitas yang ditawarakan dalam periode selanjutnya (periode 1) akan menjadi Q1. Dalam pasar bebas, kuantitas yang diminta dalam

periode 1 juga harus Q, yang hanya mungkin jika dan hanya jika harga ditentukan

pada tingkat P1. Sekarang, memlalui kurva S, harga P1 akan menghasilkan Q2

sebagai kuantitas yang ditawarkan dalam periode 2, dan pada pasar bebas dalm periode berikutnya, harga harus ditentukan pada tingkat P2 sesuai dengan kurva

permintaan . Dengan mengulangi kembali alasan ini, kita dapat menentukan harga dan kuantitas dalam periode berikutnya dengan mengikuti anak panah dlam diagram, sehingga memutari “cobweb” atau jaring laba-laba disekitar kurva permintaan dan penawaran. Dengan cobweb (jaring laba-laba) berputar dari dalam keluar, jalur waktu adalah divergen dan osilasi ekslosif (meledak).


(17)

Dimana , proses perputaran akan menimbulkan suatu cobweb yang sentripetal. Dari P0, bila kita mengukuti anak panah, kita akan lebih mendekat

pada perpotongan kurva permintaan dan penawaran, dimana P berada. Jika tetap berosilasi, jalur harga ini adalah konvergen (Chiang dan Wainwright, 2008),.

2.3 Kerangka Permikiran

Dalam kajian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras adalah penawaran telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sebelumnya dan populasi ayam ras petelur. Dengan mengetahui berbagai faktor berpengaruh tersebut diharapkan akan menjadi salah satu upaya agar peternak telur ayam ras dapat mengoptimalkan produksinya.

Diketahui bahwa telur merupakan bahan pangan yang sangat digemari untuk dikonsumsi sebab rasanya nikmat dan harganya yang relatif murah. Permintaan pangan hewani ini dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang, harga telur ayam buras sekarang, harga telur bebek sekarang dan jumlah penduduk sekarang. Faktor-faktor inilah yang perlu diteliti apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras.

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara maka keseimbangan akan tercapai, yaitu jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta.


(18)

Adapun skema kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan tersebut disajikan pada gambar berikut :

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh

Faktor yang mempengaruhi :

1.Harga telur ayam ras 2.Harga telur ayam buras 3.Harga telur bebek 4.Jumlah penduduk Faktor yang

mempengaruhi :

1.Harga telur ayam ras 2.Populasi ayam ras

petelur

Permintaan telur ayam ras Penawaran

telur ayam ras


(19)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang telah dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras dan populasi ayam ras petelur terhadap penawaran telur ayam ras.

2. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras, harga telur ayam buras, harga telur bebek dan jumlah penduduk terhadap permintaan telur ayam ras.

3. Penawaran dan Permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah konvergen atau menuju keseimbangan.


(1)

Pada gambar 2 panel (a) menggambarkan konsep utilitas, aksis horizontal menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya (Y). Garis M0-m1 menggambarkan garis anggaran (budget line) dengan kondisi

awal. Titik persinggungan antara kurva U0 dengan garis M0-m1, pada titik A

merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y. Gambar 2 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel (a) di[etakan pada panel (b) sebagai titik a. Dimisalkan terjadi penurunan harga dari P0 ke P1, maka garis anggaran M0-m0 bergerak menjadi M0-m1. Kurva

permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan. Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan danyanya perubahan harga dari P0 ke P1. Salah satu cara adalah dengan mengubah

pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari M0 ke M1),

sehingga dia tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru, yakni M1-m1 yang mempunyai garis paralel dengan M0-m1, adalah garis yang

menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis anggaran M1-m1 dengan kurva indeferen lama U0 menghasilkan tingkat konsumsi

barang X sebesar X, jika kita petakan titik ini dengan titik harga baru pada tingkat

P1 pada panel (b) akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika kita

hubungkan titik perpotongan c, akan diperoleh kurva permintaan Hicks (Fauzi, 2010).


(2)

2.2.3 Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan

Sistem dinamis memiliki waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Sebagai contoh didalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan secara kontiniu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ia akan memperkenalkan waktu kedalam sistem yang bersangkutan.Oleh karena itu ia bekerja dengan suatu sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995).

Menurut Setiawan (2010), salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb ini dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan

c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang semakin membesar

Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan permintaan terjadi jika Qs = Qd.


(3)

Gambar 3. Model Cobweb

Menurut Chiang dan Wainwright (2008), bila berinteraksi antara permintaan dan penawaran akan menghasilkan osilasi eksplosif. Dengan harga awal P0 (disini diasumsikan di atas P), kita dapat megikuti anak panah dengan

membaca kurva S bahwa kuantitas yang ditawarakan dalam periode selanjutnya (periode 1) akan menjadi Q1. Dalam pasar bebas, kuantitas yang diminta dalam

periode 1 juga harus Q, yang hanya mungkin jika dan hanya jika harga ditentukan

pada tingkat P1. Sekarang, memlalui kurva S, harga P1 akan menghasilkan Q2

sebagai kuantitas yang ditawarkan dalam periode 2, dan pada pasar bebas dalm periode berikutnya, harga harus ditentukan pada tingkat P2 sesuai dengan kurva

permintaan . Dengan mengulangi kembali alasan ini, kita dapat menentukan harga dan kuantitas dalam periode berikutnya dengan mengikuti anak panah dlam diagram, sehingga memutari “cobweb” atau jaring laba-laba disekitar kurva permintaan dan penawaran. Dengan cobweb (jaring laba-laba) berputar dari dalam


(4)

Dimana , proses perputaran akan menimbulkan suatu cobweb yang sentripetal. Dari P0, bila kita mengukuti anak panah, kita akan lebih mendekat

pada perpotongan kurva permintaan dan penawaran, dimana P berada. Jika tetap berosilasi, jalur harga ini adalah konvergen (Chiang dan Wainwright, 2008),.

2.3 Kerangka Permikiran

Dalam kajian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras adalah penawaran telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sebelumnya dan populasi ayam ras petelur. Dengan mengetahui berbagai faktor berpengaruh tersebut diharapkan akan menjadi salah satu upaya agar peternak telur ayam ras dapat mengoptimalkan produksinya.

Diketahui bahwa telur merupakan bahan pangan yang sangat digemari untuk dikonsumsi sebab rasanya nikmat dan harganya yang relatif murah. Permintaan pangan hewani ini dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang, harga telur ayam buras sekarang, harga telur bebek sekarang dan jumlah penduduk sekarang. Faktor-faktor inilah yang perlu diteliti apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras.

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara maka keseimbangan akan tercapai, yaitu jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta.


(5)

Adapun skema kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan tersebut disajikan pada gambar berikut :

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh

Faktor yang mempengaruhi :

1. Harga telur ayam ras 2. Harga telur ayam buras 3. Harga telur bebek 4. Jumlah penduduk Faktor yang

mempengaruhi :

1. Harga telur ayam ras 2. Populasi ayam ras

petelur

Permintaan telur ayam ras Penawaran

telur ayam ras


(6)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang telah dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras dan populasi ayam ras petelur terhadap penawaran telur ayam ras.

2. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras, harga telur ayam buras, harga telur bebek dan jumlah penduduk terhadap permintaan telur ayam ras.

3. Penawaran dan Permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah konvergen atau menuju keseimbangan.