ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN SUKOHARJO

(1)

commit to user

i

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Diajukan oleh IIN ANANINGSIH

H0304076

Kepada :

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penyusun panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, hidayah, dan kemudahan-Nya kepada penyusun sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

Laporan penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian untuk jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penyusun tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Unruk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Agustono, Msi. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP. Selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai pembimbing akademik dan pembimbing utama yang telah memberikan kemudahan, bimbingan, dukungan, semangat, kritik, dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Selaku pembimbing pendamping yang telah bersedia memberikan bantuan, kemudahan, pengarahan serta bimbingan sehingga penyusun dapat melewati masa perkuliahan sampai penyusunan laporan penelitian ini.

5. Prof. Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP. Selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan serta bantuan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

6. Kepala Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo yang telah


(4)

commit to user

iv

memberikan bantuan dalam menyediakan data-data serta informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

7. Bapak (Sadiyo) dan ibu (Giyem) yang selalu setia menjadi pemberi semangat dan mendoakan di setiap langkah penyusun, serta seluruh keluarga besar Bapak Sonodiharjo.

8. Mz. Bekti atas semua doa, semangat, dan dukungan yang telah diberikan pada penyusun dan memberi warna dalam hidup penyusun..

9. Sahabat-sahabatku syta, vea&nui yang selalu ada dan memberikan dukungan serta semangat kepada penyusun.

10.Teman-teman Agrobisnis Angkatan 2004 terimakasih untuk kebersamaannya, specially yang masih tersisa “trimakasih buat smangatnya....!!”

11.Semua pihak yang telah membantu sehingga penyusun mampu menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penyusun sangat menyadari masih banyak kekurangan yang dilakukan dalam pembuatan laporan penelitian ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapat membantu dalam memperbaiki pembuatan laporan penelitian selanjutnya.

Akhirnya penyusun berharap semoga laporan penelitian yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Surakarta, April 2011


(5)

commit to user

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian……….………… ... 6

II. LANDASAN TEORI... 7

A. Penelitian Terdahulu ……… ... 7

B. Tinjauan Pustaka ……… ... 9

1. Komoditas Telur ... 9

2. Analisis Permintaan ... 11

3. Elastisitas Permintaan ... 17

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 24

D. Hipotesis... 28

E. Asumsi-asumsi ……… ... 28

F. Pembatasan Masalah ……… ... 28

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Metode Dasar Penelitian ... 31


(6)

commit to user

vi

C. Jenis dan Sumber Data ... 31

D. Teknik Pengambilan Data ... 32

E. Metode Analisis Data ... 32

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ... .. 39

B. Keadaan Penduduk ... 40

C. Keadaan Sarana Perekonomian ... 43

D. Keadaan Umum Peternakan ... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 61

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008 ... 3 2. Produksi Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008 5 3. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart ... 10 4. Unsur Gizi pada Telur ... 11 5. Permintaan Telur Ayam Ras di Karesidenan Surakarta Tahun

2007-2008 ... 31 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2003 – 2008 ... 40 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur Tahun 2008 41 8. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2008 ... 42 9. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Mata Pencaharian

Tahun 2008... 43 10.Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 44 11.Produksi Telur, Susu, dan Daging di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2008 ... 45 12.Perkembangan Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1994-2009 ... 47 13.Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1994-2009 ... 49 14.Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1994-2009 ... 51 15.Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1994-2009 ... 53 16.Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1994-2009 ... 55 17.Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1994-2009 ... 57 18.Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo tahun

1994-2009 ... 59 19.Hasil Analisis Varians Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten

Sukoharjo Selama Penelitian ... 61 20.Hasil Analisis Uji – t Masing-masing Variabel Bebas ... 62


(8)

commit to user

viii

21.Hasil Analisis Standar Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas ... 63 22.Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo 66


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Permintaan Telur. ... 14

2. Kurva Permintaan ... 15

3. Pergeseran Kurva Permintaan ... 15

4. Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0) ... 18

5. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1) ... 18

6. Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1). ... 19

7. Permintaan elastis (elastisitas > 1). ... 19

8. Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga) ... 20

9. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah. ... 25

10. Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ... 48

11. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ... 50

12. Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ... 52

13. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 54

14. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 56

15. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 58

16. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2009 ... 60


(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Variabel Tak Bebas dan Variabel Bebas... 82

2. Descriptive Statistic ... 83

3. Correlations ... 83

4. Variables entered/Removed ... 84

5. Model Summary ... 84

6. Anova ... 84

7. Coefficients ... 85

8. Coefficients Correlations ... 85

9. Residuals Statistic. ... 85

10.Casewise Diagnostics ... 86

11.Perhitungan Standar Koefisien Regresi ... 87

12.Surat Ijin Penelitian ... 88


(11)

commit to user

xi

RINGKASAN

Iin Ananingsih. H0304076. Tahun 2011. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dan menganalisis elastisitas permintaan telur ayam ras di,Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Kabupaten Sukoharjo digunakan sebagai lokasi penelitian karena berpotensi dalam konsumsi dan pemasaran telur ayam ras. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah metode non linear berganda dengan asumsi klasik.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh persamaan:

Qdt = -13,968 X1t0,104 X2t- 0,336 X3t -0222 X4t0,273 X5t2,055 X6t0,240

Model tersebut memiliki nilai R2 adjusted sebesar 94,5% berarti bahwa besarnya sumbangan variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap variasi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo sebesar 94,5% sedangkan sisanya 5,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.

Pada uji F diketahui bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta secara signifikan pada tingkat kepercayaan 90%.

Koefisien elastisitas harga telur ayam ras (0,104) karena kurang dari satu maka bersifat inelastis. Elastisitas silang harga telur itik (-0,336) dan harga daging ayam ras (-0,222), nilai elastisitas bertanda negatif berarti merupakan barang komplementer bagi telur ayam ras. Elastisitas silang harga beras (2,055) menunjukkan beras merupakan subtitusi bagi telur ayam ras. Sedangkan elastisitas pendapatan (0,240) menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang normal.

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya pemerintah Kabupaten Sukoharjo lebih meningkatkan pembinaan peternakan ayam ras petelur dalam kemampuan dan ketrampilan baik teknis maupun sosial ekonomi untuk meningkatkan pendapatan peternak serta meningkatkan produksi. Sehingga mampu mencukupi kebutuhan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.


(12)

commit to user

xii SUMMARY

Iin Ananingsih. H0304076. Year 2011. The Demand Analysis of Purebred Chicken’s Eggs in Sukoharjo Regency under guidance of Ir. Sugiharti Mulya H, MP and Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

This research has purposes, such as to examine the factors influencing the demand of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency and to analyze the demand forecast of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency. The basic method used in this research is descriptive method while the sampling of research location is done purposively. Sukoharjo Regency becomes the location of this research because of its potential in the purebred chicken’s egg consuming and marketing.The basic method used in this research is descriptive. The type of data used are secondary data. The method of analysis used to estimate the demand function is non-linear regression method with classical assumptions.

According to the result of data analysis, it can be obtained that the equation is:

Qdt = -13,968 X1t0,104 X2t- 0,336 X3t -0222 X4t0,273 X5t2,055 X6t0,240

That model has value of R2 adjusted 94,5%. It means that the big of variable contribution, such as purebred chicken’s egg cost, duck’s egg cost, purebred chicken’s meat cost, rice cost, population, and income per capita to the variation of purebred chicken’s egg demand in Surakarta City is 94,5%, while the remain (5,5%) is influenced by other variables outside of the examined variables.

As can be seen in the test F, the variables used influence evidently to the demand of purebred chicken’s egg in Surakarta City at the same time. It is significantly to the trust level of 90%.

Elasticity coefficient of purebred chicken’s egg cost (0,104), this coefficient is called inelastic because it is less than one. Cross elasticity of duck’s egg cost (-0,336), and purebred chicken’s meat cost (-0,222), those elasticity values are negative so that variables become the complementer goods for purebred chicken’s egg. Cross elasticity of rice cost (2,055) shows that rice become subtitution for purebred chicken’s egg. Then, the elasticity of the income (0,240) shows that purebred chicken’s egg become normal goods.

The suggestion is that the government of Sukoharjo Regency should be increase the counseling of laying pullet-purebred chicken husbandry in the ters of ability and skills either technically or economic socially to increase the breeder’s income and to increase the production. The purpose is the ability to fulfill the needs of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency.


(13)

(14)

(15)

(16)

commit to user

ii

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Iin Ananingsih

H0304076

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 26 April 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H, MP Erlyna Wida Riptanti, SP.MP Prof. Dr. Ir. Suprapti S, MP. NIP.196506261990032001 NIP. 197807082003122002 NIP. 194808081976122001

Surakarta, April 2011 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MSi NIP. 19551217 198203 1 003


(17)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peternakan merupakan kegiatan usaha yang menerapkan prinsip manajemen dan kewirausahaan pada aspek teknis beternak yang selaras dengan berlandaskan ilmu peternakan yang benar agar tujuan usaha dapat tercapai. Untuk mewujudkan tujuan ini, peternak mengusahakan sumber daya yang ada, baik secara menyewa maupun yang dibeli (Rasyaf, 2000).

Dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat, pertambahan jumlah penduduk, serta perbaikan pendidikan terjadi kecenderungan peningkatan konsumsi bahan makanan sumber protein, khususnya protein hewani seperti produk perikanan dan peternakan. Kecenderungan peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein hewani yang berasal dari ternak telah mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru lagi bagi sektor pertanian (Soedjana, 1997).

Secara umum keberhasilan pembangunan peternakan dicerminkan oleh meningkatnya populasi produksi ternak, hasil-hasil ternak, pemenuhan gizi hewani yang semakin baik bagi masyarakat, serta membesarnya kontribusi pendapatan subsektor peternakan dalam pendapatan sektor pertanian. Subsektor peternakan mencakup kegiatan ternak itu sendiri dan pengusahaan hasil-hasilnya yang meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil, telur, susu segar, wool, dan hasil pemotongan hewan (Dumairy, 1997).

Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Telur adalah salah satu sumber protein hewani disamping daging, ikan, dan susu. Poerwosoedarmo dan Djaelani Sediaoetama (1997) juga mengemukakan bahwa telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi dan relatif murah dibandingkan sumber protein yang lain, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Besarnya kandungan kalori, protein, dan lemak tiap 100 gram tiap bagian yang dimakan dari telur adalah kandungan kalori 162; lemak 12,8; dan protein sebesar 11,5 kal.


(18)

commit to user

Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Menurut Suprapti (2002) telur sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak pada masa pertumbuhan, ibu hamil maupun menyusui, serta mereka yang sedang dalam masa penyembuhan dari suatu penyakit. Dengan demikian telur sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Telur yang biasa diperdagangkan di Indonesia hingga saat ini adalah telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik, dan telur puyuh. Namun dari sekian jenis telur yang dipasarkan, konsumsi telur ayam ras yang paling tinggi dan diminati konsumen. Hal ini disebabkan cara mendapatkan telur ini mudah karena ketersediaannya di pasar selalu ada, harganya murah sehingga terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat, serta mempunyai produksi yang terbanyak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat, apabila tidak diimbangi dengan peningkatan produksi telur, maka akan terjadi kekurangan persediaan telur sehingga mengakibatkan harga telur mahal.

Telur ayam ras mempunyai permintaan yang tinggi dan terus meningkat serta mempunyai pangsa pasar yang luas. Sampai saat ini permintaan akan telur ayam ras masih mengikuti “pola hari raya”. Apabila menjelang hari raya, permintaan telur ayam ras naik sehingga mengakibatkan harga pasar naik. Apabila harga naik akibat permintaan tersebut berjalan cukup lama tentu peternak tertarik untuk memproduksikan telur lebih banyak, sehingga menyebabkan penawaran telur lebih tinggi dan harga menjadi turun. Maka hal inilah yang menyebabkan harga telur hingga kini masih turun naik mengikuti pola hari raya (Rasyaf, 1996).

Informasi mengenai keadaan pasar yang berkaitan dengan permintaan konsumen terhadap telur ayam ras sangat diperlukan oleh peternak dalam pengaturan produksi dan penjualannya. Tanpa adanya informasi mengenai hal tersebut maka perencanaan produksi dan penjualan dapat meleset atau bahkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya perkiraan


(19)

commit to user

terhadap permintaan telur ayam ras di masa yang akan datang sehingga dapat membantu dalam perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan terhadap telur ayam ras tersebut dan dapat membantu pemerintah daerah dalam perencanaan penyediaan telur ayam ras.

Konsumsi telur ayam ras cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun sifatnya fluktuasi, artinya permintaan telur ayam ras pada waktu-waktu tertentu mengalami peningkatan seperti pada hari raya lebaran atau hari raya lainnya dan permintaan akan menurun pada hari-hari biasa. Perubahan permintaan telur ayam ras yang terjadi hampir setiap hari menyebabkan fluktuasi permintaan telur yang bersifat harian. Demikian juga halnya yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo. Harga telur ayam ras yang cenderung berubah-ubah setiap hari menyebabkan permintaan telur juga tidak stabil.

Kabupaten Sukoharjo adalah daerah yang cukup potensial untuk pemasaran telur ayam ras. Hal ini terlihat pada Tabel 1 dimana permintaan terhadap telur ayam ras cenderung meningkat.

Tabel 1. Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008

No Tahun Jumlah Permintaan (kg) Harga (Rp/Kg)

1 2003 5.544.860 6.891,70

2 2004 5.765.301 5.589,52

3 2005 5.851.722 5.325,08

4 2006 5.954.302 5.334,13

5 2007 6.201.251 4.631,44

6 2008 6.320.215 5.027,08

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo (2009)

Menurut tabel 1 dapat diketahui bahwa permintaan Telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan. Jumlah permintaan telur ayam ras yang cenderung meningkat setiap tahunnya ini dapat dipenuhi dengan produksi dari Kabupaten Sukoharjo ini sendiri. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan telur ayam ras dari tahun 2003 sampai dengan 2008.


(20)

commit to user

Tabel 2 Produksi Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008

No Tahun Jumlah produksi (kg)

1 2003 5.757.568

2 2004 5.777.195

3 2005 5.813.502

4 2006 5.908.815

5 2007 5.967.140

6 2008 5.983.095

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo (2009)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa produksi telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo cenderung meningkat dan dapat memenuhi permintaan masyarakat di Kabupaten Sukoharjo sehingga kelebihan dari produksi biasanya akan dipasarkan ke daerah sekitar.

Harga telur dan harga daging ayam mengalami kenaikan rata-rata Rp 2.000 perkg. Bahkan, kenaikan harga ini diprediksi hingga menjelang Lebaran pada tahun 2009. Hasil pantauan, harga telur di tingkat agen mencapai Rp 180 ribu per peti, dengan asumsi setiap petinya berisi 15 kg. Di tingkat pengecer dan toko pracangan rumah tangga, harga jual telur berkisar antara Rp 14.000 perkg. Harga telur itu dirasakannya terus naik setiap harinya, mulai dari harga semula Rp 11 ribu perkg. Hampir bisa dipastikan, harga telur berubah menyesuaikan tingkat permintaan di pasaran. Kondisi ini biasanya akan terus terjadi hingga menjelang hari raya Idul Fitri.

Hal ini karena permintaan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil yang mengalami kenaikan. Meningginya harga telur ini hampir merata di semua pasar tradisional di Sukoharjo. Harga jual telur ini rata-rata berkisar antara Rp 13.000 sampai Rp 13.500 perkg. Harga ini akan terus naik menjadi Rp 14.000 perkg apabila dijual eceran. Sebab, di tingkat pengecer biasanya konsumen membeli dalam jumlah sedikit. Misalnya, seperempat kg yang berisi rata-rata 4 hingga 5 butir.


(21)

commit to user B. Perumusan Masalah

Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar kecilnya komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga substitusi atau harga komplementernya, selera dan keinginan, jumlah konsumen yang bersangkutan. Karena jumlah penduduk dan penyebaran pendapatan berpengaruh terhadap permintaan barang di pasaran,

maka fungsi permintaan terhadap barang juga dipengaruhi oleh variabel ini (Soekartawi, 1993).

Telur ayam ras merupakan salah satu produk peternakan yang banyak manfaatnya selain sebagai sumber protein hewani juga dapat diolah menjadi berbagai macam masakan, lauk pauk, campuran pembuatan kue serta dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya, memiliki permintaan yang terus meningkat.

Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah penghasil telur ayam ras yang menjadi salah satu hasil peternakan unggulan di kabupaten ini. Produksinya mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Sukoharjo, apalagi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya konsumsi gizi terutama protein hewani. Kebutuhan protein hewani ini salah satunya dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi telur ayam ras. Hal ini menjadikan telur ayam ras sebagai kebutuhan sehari-hari. Sehingga dapat dipastikan bahwa permintaan telur ayam terutama telur ayam ras akan semakin tinggi.

Perubahan harga telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo yang selalu berubah terus-menerus menyebabkan fluktuasi permintaan telur ayam ras menjadi cepat dan bersifat harian meskipun fluktusinya tidak terlalu tinggi. Ketidakstabilan permintaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun biasanya faktor harga dapat mempengaruhi keputusan beli dari konsumen tersebut sehingga permintaan juga berubah-ubah jumlahnya.

Terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri, dimana permintaan akan kebutuhan telur ayam terus mengalami peningkatan dimulai sejak awal bulan


(22)

commit to user

Ramadhan, karena meningkatnya kebutuhan konsumsi rumah tangga. Dimulai dari konsumsi untuk makan sehari-hari maupun sampai ke produksi kue-kue untuk mencukupi kebutuhan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Terkait dengan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji masalah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana elastisitas permintaan telur ras di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menganalisa besarnya elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Sukoharjo serta menambah wawasan berkaitan dengan topik penelitian.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Sukoharjo, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menyusun kebijakan di bidang peternakan dan upaya penyediaan telur ayam ras.

3. Bagi peternak ayam ras petelur, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan produksi dan penjualan. 4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan yang sama


(23)

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Junaedi (1999) yang berjudul “ Analisis Permintaan

Telur Ayam Ras di Kabupaten Blora”, jenis data yang digunakan adalah data

sekunder, sedangkan analisis data menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan data time series selama 15 tahun. Variabel yang digunakan adalah pendapatan perkapita (X1), harga relatif telur ayam ras (X2), harga

relatif telur itik (X3), harga relatif telur bukan ayam ras (X4), harga relatif ikan

asin (X5), dan harga beras kualitas sedang (X6) dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan per kapita merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam terjadinya permintaan telur ayam ras di Kabupaten Blora. Telur ayam ras merupakan barang normal dan harga beras kualitas sedang tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras.

Berdasarkan penelitian dari Viarka Kresnawati (2010) yang berjudul

‘Analisis Permintaan Telur Ayam Di Kota Surakarta’, tujuan dari

penelitiannya adalah untuk menidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta serta menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Metode dasar yang digunakan adalah metode diskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposif) di Kota Surakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder time series selama 16 tahun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dalam bentuk double

logarithmic. Hasil analisis menunjukkan model fungsi permintaan telur ayam

di Kota Surakarta memiliki nilai R2 adjusted sebesar 0,984 yang berarti 98,4% permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan oleh variable bebas yang digunakan dalam model yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti., sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui


(24)

commit to user

bahwa signifikansi sebesar 0,000 yang berarti variabel-varabel bebas yang diamati secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata secara individu terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 95%. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta karena mempunyai nilai standar koefisien regresi paling besar. Berdasarkan nilai elastisitas harga, permintaan telur ayam bersifat inelastis. Berdasarkan nilai elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan barang komplementer. Berdasarkan nilai elastisitas pendapatan, telur ayam merupakan barang normal.

Menurut penelitian Rismarini (2005) yang berjudul ”Proyeksi

Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Surakarta” metode yang digunakan

adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Analisis yang digunakan dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dalam bentuk logaritma berganda, sedangkan proyeksi permintaan telur ayam ras menggunakan analisis trend dengan metode linear least square. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata tehadap permintaan telur ayam ras. Koefisien elastisitas harga telur ayam ras (-0,891) karena kurang dari satu maka bersifat inelastis. Elastisitas silang harga telur itik (0,933) dan harga daging ayam ras (0,292), nilai elastisitas bertanda positif berarti merupakan barang substitusi bagi telur ayam ras. Elastisitas silang harga beras (-0,437) menunjukkan beras merupakan komplementer bagi telur ayam ras. Sedangkan elastisitas


(25)

commit to user

pendapatan (0,180) menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang normal.

Dari penelitian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras antara lain harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dijadikan variabel dalam mengukur elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan untuk mengetahui tingkat kepekaan masing-masing variabel terhadap permintaan telur ayam ras. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, sedangkan analisis data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dalam bentuk regresi linier berganda dengan data time series selama 15 tahun.

B. Tinjauan Pustaka 1. Komoditas Telur

Telur adalah bahan makanan, yang dipersiapkan unggas untuk keperluan bekal anaknya, sebelum ia mampu menghirup udara luar. Telur dihasilkan dari pembuahan sel telur pada hewan betina oleh sperma yang berasal dari hewan jantan. Dan karena embrio yang terbentuk ini nantinya ditujukan untuk membentuk hewan baru, maka pada isi telur terkandung bahan-bahan atau zat-zat yang tidak berbeda dengan hewan pembentukan (induk). Dari beragam telur yang dihasilkan berbagai jenis hewan, telur unggas (ayam kampung, ayam ras, puyuh, dan itik) merupakan jenis telur yang paling banyak dikenal dan dikonsumsi orang. Unggas-unggas ini relatif mempunyai siklus hidup yang relatif pendek, sehingga dalam waktu singkat bisa berproduksi (misalnya umur 5-6 bulan ayam sudah bertelur) (Sarwono et al, 1985).

Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume besar dan bersih. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana penilaiannya berdasarkan pada kulit telur, celah udara di dalam telur, putih telur, dan kuning telurnya. pengklasifikasiannya yaitu:


(26)

commit to user a. Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak boleh retak atau berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,32 cm. Putih telur putih dan kental serta kuning telurnya bersih dan tanpa ada kotoran.

b. Kualitas A

Kulit telur harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus, dan normal. Rongga udara 0,48 cm dan harus ada bagian yang tumpul dari telur. Bagian putih telurnya bersih dan boleh agak encer, sedangkan kuning telurnya normal dan bersih.

c. Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan boleh agak tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur bersih dan sudah lebih banyak yang encer. Kuning telur normal tetapi boleh ada bercak.

d. Kualitas C

Kulit telur bersih dan boleh kotor sedikit, kulit tidak retak/pecah dan boleh tidak normal. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur sudah encer, ada telur yang berbentuk tidak normal. Kuning telur sudah mengandung bercak-bercak yang tidak sedap, bentuk telur tidak normal lagi atau sudah pipih (Buckle, et al,.1985).

Sebagian besar telur berbentuk oval. Bentuk telur secara umum dikarenakan faktor genetis. Setiap induk bertelur berturutan dengan bentuk yang sama yaitu bulat, panjang, lonjong, dan sebagainya. Pada Tabel 3 di bawah ini disajikan spesifikasi telur yang standart, yaitu:


(27)

commit to user Tabel 3. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart

Parameter Ukuran

Bobot (ons) Bobot (gram) Volume (cm3) Gravitas khusus Panjang keliling (cm) Lebar keliling (cm) Indeks bentuk

Luas permukaan (cm2)

2,00 56,70 63,00 1,09 15,70 13,70 74,00 68,00 Sumber: Suprijatna, et al,. 2005.

Telur tersusun atas air sebesar 45% dari kerabang telur. Isi telur mengandung sekitar 74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian padat hampir seluruhnya protein dan sejumlah kecil karbohidrat. Sekitar separuh dari yolk berupa air, tetapi bagian padat tersusun dari sebagian besar lemak, protein, vitamin dan mineral (Suprijatna, et al,. 2005).

Untuk lebih jelasnya pada Tabel 4 di bawah ini tertera komposisi telur yang dikeluarkan dari induk ayam:

Tabel 4. Unsur Gizi pada Telur Unsur Gizi Pada Putih Telur

(%)

Pada Yolk (%) Keseluruhan

Air Protein Lemak Abu

87,8 - 87,9 10,0 - 10,6 0,005 - 0,9 0,8 - 0,9

48,7 - 49,0 16,6 - 16,7 31,6 - 32,6 1,5 - 1,1

65,5 - 65,6 11,9 - 12,1 9,3 - 10,5 0,9 - 10,9 Sumber: Orr dan Fletcher, 1973 cit Rasyaf, 1991

Protein sebagai kriteria utamanya terlihat banyak pada yolk. Hal ini diperlukan karena kelak yolk ini digunakan untuk pembentukan bagian dalam dari tubuh ayam ( bila telur ada tunasnya dan ditetaskan) (Orr dan Fletcher, 1973 cit Rasyaf, 1991).

2. Analisis Permintaan

Menurut Kartasapoetra et al (1988), permintaan merupakan maksud dan keinginan para pembeli/konsumen untuk memiliki sesuatu kuantitas produk atau jasa pada harga tertentu di dalam pasaran tertentu dan pada waktu tertentu.


(28)

commit to user

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula. Atau dalam pengertian sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, dimana makin banyak jumlah penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Akan tetapi kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh “daya beli” permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif

(effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas

kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/potensial

(absolut/potensial demand) (Sudarsono, 1985).

Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan dua pengertian: permintaan dan jumlah barang yang diminta. Didalam analisis ekonomi, permintaan mengambarkan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah barang yang diminta pada suatu tingkat tertentu (Sukirno, 2000).

Permintaan menunjukkan jumlah produk yang diinginkan dan mampu dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu dan hal lain diasumsikan konstan. Hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu periode tertentu berubah berlawanan dengan harganya jika hal lain diasumsikan konstan (McEachern, 2000).

Teori permintaan sebenarnya diturunkan dari fungsi kegunaan dan kurva indeferens. Fungsi kegunaan didasarkan pada asumsi bahwa seseorang konsumen sanggup menyatukan suatu kombinasi barang-barang yang dikonsumsinya dimana dapat memberikan kepuasan yang lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada kombinasi lainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Ditambahkan oleh Nicholson (1992), permintaan konsumen merupakan suatu interaksi antara dua kekuatan, yaitu (1) bahwa konsumen diasumsikan memiliki preferensi atau minat pada komoditi, dan


(29)

commit to user

(2) konsumen diasumsikan mempunyai pendapatan yang terbatas yang membatasi kemampuan membeli komoditi-komoditi tersebut.

Jumlah total dari suatu komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut. Ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Jumlah ini menunjukkan berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditi, harga komoditi lain, pendapatan, selera, dan sebagainya. Kedua, apa yang diinginkan tidak berarti impian hampa atau kemungkinan di masa depan, tetapi menerangkan permintaan efektif, yaitu jumlah orang yang ingin membeli pada harga yang berlaku untuk komoditi tersebut. Ketiga, jumlah yang diminta menunjukkan arus pembelian yang terus-menerus. Oleh karena itu, jumlah yang diminta harus dinyatakan berapa banyak untuk suatu jangka waktu tertentu. Banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel penting berikut ini: a. Harga komoditi yang bersangkutan

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, yaitu harga barang subtitusi (barang yang cenderung digunakan sebagai barang pengganti) dan harga barang komplementer (barang yang digunakan bersama-sama barang lainnya).

c. Pendapatan rata-rata rumah tangga.

Jika rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar maka dapat diperkirakan mereka akan membeli lebih banyak beberapa komoditi, walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama.

d. Selera.

Akan berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Perubahan selera dapat berlangsung lama.

e. Distribusi pendapatan diantara rumah tangga.

Jika suatu pendapatan total yang konstan didistribusikan kembali kepada sejumlah penduduk, maka permintaan dapat berubah.


(30)

commit to user f. Jumlah penduduk.

Pertumbuhan jumlah penduduk itu sendiri belum menciptakan permintaan baru. Penduduk yang bertambah harus mempunyai daya beli sebelum permintaan berubah (Lipsey et al., 1991).

Permintaan menggambarkan hubungan fungsional antara harga dengan jumlah barang yang diminta. Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak jumlah barang yang diminta oleh konsumen. Demikian pula sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit jumlah barang yang diminta. Hubungan terbalik (negatif) ini dikenal dengan nama hukum permintaan. Hubungan terbalik antara jumlah barang yang diminta dengan harga dapat dijelaskan dengan 2 keadaan : a. Jika harga suatu barang naik, maka konsumen akan mencari barang

pengganti (subtitute), barang pengganti tersebut akan dibeli apabila mereka menginginkan tingkat kepuasaan yang lebih tinggi dari setiap rupiah uang yang dibelanjakan daripada mereka membeli barang yang pertama.

b. Jika harga naik pendapatan merupakan kendala atau pembatas yang lebih banyak (Arsyad,1991).

Harga barang lainnya terdiri dari harga barang subtitusi dan komplementer. Barang subtitusi adalah barang-barang yang dapat saling menggantikan satu sama lain dalam konsumsi. Sedangkan barang komplementer adalah barang-barang yang digunakan bersama dalam pengertian bahwa para individu akan menambah pemakaian atas kedua barang itu secara serempak. Barang X dan Y disebut barang komplemen jika kenaikan harga barang X menyebabkan harga barang Y lebih sedikit diminta. Keduanya merupakan barang subtitusi jika kenaikan harga barang X menyebabkan harga barang Y lebih banyak diminta (Nicholson, 1992).

Permintaan dalam terminologi ekonomi adalah jumlah yang diinginkan dan dapat dibeli konsumen di pasar dengan berbagai tingkat harga. Dalam hal ini, semakin tinggi harga telur akan semakin sedikit telur yang diminta. Bila harga telur naik, banyak orang yang mengalihkan


(31)

commit to user

keinginan untuk mengkonsumsi protein hewan. Tetapi bila harga telur turun akan menarik perhatian untuk membuat menu harian lebih lengkap, telur akan menjadi hidangan rutin. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam kurva permintaan telur di bawah ini

Harga Komoditi (Rp/Kg)

Komoditi (Kg)

Gambar 1. Kurva Permintaan Komoditi (Rasyaf, 1991).

Konsep permintaan digunakan untuk menunjukkan keinginan-keinginan (intentions) seorang pembeli pada suatu pasar. Sementara itu, fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara kuantitas suatu barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f (harga produk X, harga barang-barang saingan, harapan akan adanya perubahan-perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi, dan lain-lain) (Arsyad, 1991).

Menurut Sudarsono (1983), kurva permintaan mempunyai kemiringan yang menurun, menunjukkan bahwa bila harga turun, akan lebih banyak yang dibeli atau disebut hukum permintaan. Bilamana salah satu dari kondisi “Cateris paribus” berubah, maka seluruh kurva permintaan akan bergeser atau disebut dengan perubahan permintaan sebagai lawan dari perubahan jumlah yang diminta, yang merupakan pergeseran kurva permintaan, seperti ditunjukkan gambar berikut ini


(32)

commit to user Harga

P3

P2

P0

D0 D1

O Q3 Q0 Q2 Q1 Q (kuantitas)

Gambar 2. Kurva Permintaan Sumber : Sudarsono (1983)

Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat. Dengan demikian hukum permintaan berbunyi:

Semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang bersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang bersedia diminta.

Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat seperti grafik berikut ini: Harga

D2 D0 D1

Kuantitas per periode Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan

Sumber : Lipsey et al (1991).

Pergeseran mengacu pada perubahan sepanjang kurva. Pada kurva permintaan, sebuah pergeseran menunjukkan perubahan baik harga dan kuantitas yang diminta dari satu titik ke titik lain pada kurva. Pergeseran ini menyiratkan bahwa hubungan permintaan tetap konsisten. Oleh karena itu, sebuah pergeseran sepanjang kurva permintaan akan terjadi ketika


(33)

commit to user

harga perubahan yang baik dan kuantitas yang diminta perubahan sesuai dengan permintaan hubungan asli. Dengan kata lain, pergeseran terjadi bila ada perubahan pada kuantitas yang diminta hanya disebabkan oleh perubahan harga, dan sebaliknya.

3. Elastisitas Permintaan

Elastisitas adalah derajad kepekaan kuantitas yang diminta atau ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan (penawaran). Elastisitas biasanya menjelaskan respon atau perubahan kuantitas yang diminta jika harga, pendapatan atau faktor-faktor lainnya berubah. Respon kuantitas penting karena hal tersebut mempengaruhi harga dipasar (Arsyad, 1995).

Koefisien elastisitas permintaan mengukur persentase perubahan jumlah barang per unit waktu yang diakibatkan persentase perubahan dari variabel yang mempengaruhi. Digunakannya satuan persentase dalam mengukur elastisitas adalah untuk menyeragamkan suatu barang yang diminta, karena beberapa ada yang diukur menggunakan satuan kilogram, kwintal, meter, dosin, dan lainnya, sehingga dengan menggunakan persamaan matematis akan sulit untuk menentukan pengaruh perubahan harga dari barang yang berbeda. Apabila perubahan tersebut dilihat dalam persentase maka perbedaan satuan tersebut tidak menjadi masalah (Nicholson, 1992).

Ada lima jenis elastisitas permintaan

1. Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0). Perubahan harga tidak

mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan, pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan contoh lainnya yang sejenis.


(34)

commit to user

Gambar 4.Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0)

2. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidak akan sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh lainnya yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan harganya. Ini karena tetap dibutuhkan bensin untuk bepergian. Sama halnya, ketika harganya turun, tidak mungkin bepergian terus menerus demi menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.

Gambar 5.Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1)

Harga

Quantities Ed = 0


(35)

commit to user

3. Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan = prosentase perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.

Gambar 6.Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1).

4. Permintaan elastis (elastisitas > 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah menemukan barang penggantinya.

Gambar 7.Permintaan elastis (elastisitas > 1).

Harga

Quantities

Ed = 1 Uniter elastis


(36)

commit to user

5. Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga). Dimana pada

suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata berharga 1000-1500). Jika pergi ke supermarket untuk membeli paperclip, misalnya, cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana akan membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga rata-rata yang diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual paperclip diatas harga rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke nol. Ini karena semua paperclip, meskipun harganya berbeda-beda, memberikan fungsi yang sama (Anonima, 2010).

Gambar 8.Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga)

Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas suatu produk, antara lain:

a. Banyaknya produk subtitusi yang tersedia di pasar pada tingkat harga kompetitif dimana semakin banyak produk subtitusi yang tersedia di

Harga

Quantities Ed = 0


(37)

commit to user

pasar akan menyebabkan elastisitas permintaan suatu produk tertentu menjadi semakin elastis.

b. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih elastis dalam jangka panjang daripada jangka pendek.

c. Masa pakai dari produk, semakin lama masa pemakaian untuk suatu produk yang bermasa pakai lama maka elastisitas produk tersebut semakin tinggi.

d. Derajat kepentingan atau kebutuhan terhadap produk. e. Range penggunaan dari produk.

f. Prosentase anggaran konsumen yang dibenjakan untuk produk. (Gasperz, 1999)

Elastisitas permintaan adalah ukuran besarnya respons jumlah permintaan suatu barang terhadap perubahan variable yang mempengaruhi, dihitung sebagai perubahan persentase jumlah permintaan dibagi dengan perubahan persentase variable yang mempengaruhi atau dengan kata lain perbandingan (rasio) antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga. Dengan demikian elastisitas permintaan mengukur derajat kepekaan perubahan jumlah yang diminta terhadap perubahan harga. Terkait dengan permintaan dijumpai beberapa jenis elastisitas, antara lain:

a. Price elasticity of demand (elastisitas harga)

b. Cross elasticity of demand (elastisitas silang)

c. Income elasticity of demand (elastisitas pendapatan).

(Anonim, 2010b)

Pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan tiga macam analisis elastisitas, yaitu:

a. Elastisitas Pendapatan

Tingkat pendapatan konsumen juga merupakan determinan yang penting dalam permintaan. Kita dapat mengukur kepekaan perubahan dari permintaan akan suatu komoditi terhadap konsumen dengan menggunakan elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income


(38)

commit to user

elasticity of demand) yang memegang variabel lain dalam persamaan

permintaan konstan, termasuk harga.

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam pendapatan (I)=

∆Q²Q ∆I

I

²

(Salvatore, 2001).

Pada elastisitas permintaan terhadap pendapatan, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah pendapatan. Kriterianya seperti berikut ini:

Terminologi Elastisitas Pendapatan

Istilah Ukuran

Elastisitas Keterangan

Barang inferior Negatif Jumlah yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Barang normal: terhadap pendapatan inelastis terhadap pendapatan elastis Positif

0 < Ed < 1

Ed > 1

Jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik:

Lebih kecil daripada proporsi kenaikan pendapatan.

Lebih besar daripada proporsi kenaikan pendapatan.

Sumber : Lipsey et al., 1991 b. Elastisitas Harga

Elastisitas harga dari permintaan mengukur tanggapan kuantitatif dari permintaan terhadap perubahan harga. Elastisitas harga dari permintaan (ed)didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam

kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan pada harga. Elastisitas harga dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam harga (P) =

∆Q²Q ∆P

P

²


(39)

commit to user

1) Bila ed< -1 dikatakan bahwa permintaan elastis, maka proporsi

kenaikan harga lebih besar daripada proporsi penurunan jumlah. Jika sebuah kurva disebut elastis maka harga mempunyai pengaruh yang besar terhadap jumlahnya.

2) Bilaed = -1 dikatakan bahwa permintaan unit elastis, maka harga tidak mempunyai pengaruh yang besar atas jumlah yang diminta 3) Bila ed > -1 dikatakan inelastis, maka harga tidak mempunyai

pengaruh terhadap jumlahnya (Nicholson, 1992).

Elastisitas harga sangat tergantung pada ketersediaan dan derajat substitusi. Jika suatu produk mempunyai banyak substitusi dekat, maka permintaannya akan elastis terhadap perubahan harga. Jika pendefisian produk menjadi sempit maka barang tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempunyai banyak substitusi dan permintaannya akan elastis terhadap harga. Petrmintaan barang yang mahal mempunyai kecenderungan harga elastisitas harga yang tinggi (Sunaryo, 2001).

c. Elastisitas Silang

Permintaan akan suatu komoditi bergantung pada harga dari komoditi yang berhubungan (subtitusi atau komplementer). Kita dapat mengukur kepekaan perubahan dari permintaan akan komoditi X terhadap perubahan harga dari komoditi Y dengan menggunakan elastisitas silang (cross-price elasticity of demand)

f = persentase perubahan dalam jumlah komoditi X

persentase perubahan dalam harga komoditi Y (Salvatore, 2001).

Elastisitas (harga) silang adalah persentase perubahan kuantitas X yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang Y (yang mempunyai hubungan) sebesar satu persen. Nilai elastisitas silang bisa positif, nol atau negatif. Tanda tersebut penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. Hal ini seperti yang terdapat dibawah ini.


(40)

(41)

commit to user Interpretasi Elastisitas Silang

Elastisitas Golongan barang Interpretasi Positif

Nol

Negatif

Subtitusi

Independent

Komplementer

Barang-barang biasa saling mengganti satu sama lain Barang-barang tersebut tidak berhubungan dalam

pengkonsumsinya

Barang-barang tersebut secara bersama-sama dikonsumsi Sumber : Arsyad (1995)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk barang subtitusi mempunyai nilai positif dalam hal ini sebesar > 0, sehingga dalam penggunaannya dapat mengganti suatu produk dengan fungsi yang sama. Sedangkan elastisitas < 0 atau negatif berfungsi komplementer sehingga dalam penggunaannya dapat bersama-sama dengan produk lain karena dalam fungsi yang berbeda (Arsyad, 1995).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya (Arsyad,1995).

Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak studi empiris atau penelitian tentang permintaan biasanya dipergunakan bentuk fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini mendasarkan diri atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel yang menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk fungsinya adalah fungsi kepangkatan dengan menggunakan beberapa variabel sebagai determinannya, yang dirumuskan sebagai berikut :

Qd = f (Px, Ps, Pk, Y, JP)

Dimana :

Qd : Permintaan terhadap suatu barang Px : Harga barang itu sendiri


(42)

commit to user Pk : Harga barang komplementer (pelengkap)

Y : Pendapatan per kapita JP : Jumlah penduduk

Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah model regresi non linear berganda. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut :

Qd = bo. Pxb1 . Psb2 . Pkb3. Yb4.JPb5. eb6

Bentuk fungsi tersebut adalah non linear sehingga untuk mempermudah proses penaksirannya fungsi permintaan dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sehingga berbentuk :

Ln Qd = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ... + bn ln Xn-1 + e

Keterangan:

Ln Qd : Permintaan

b0 : Konstanta

b1, b2, ..., bn : Koefisien regresi

Ln X1, ln X2, ..., ln Xn-1 : Variabel bebas

e : Faktor lain

Estimasi terhadap fungsi permintaan menggunakan metode kuadrat terkecil yang biasa (Ordinary Least Square/OLS). Dengan metode ini akan dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang minimum dalam kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear Unbiased

Estimator/BLUE) (Supranto, 2001).

Untuk mencari tingkat kepekaan variabel terhadap permintaan telur ayam ras dilakukan dengan cara menghitung elastisitas pendapatan, elastisitas harga dan elastisitas silangnya. Besarnya nilai elastisitas tersebut dapat ditunjukkan langsung oleh nilai koefisien regresi variabel penduganya.

Elastisitas pendapatan adalah mengukur bagaimana kuantitas permintaan merespon terhadap perubahan pendapatan pembeli, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(43)

commit to user

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam pendapatan (I)=

∆Q²Q ∆I

I

²

Elastisitas harga dimanfaatkan untuk menentukan sifat permintaan suatu barang, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam harga (P) =

∆Q²Q ∆P

P

²

Elastisitas silang dimanfaatkan untuk menentukan sifat hubungan antar barang, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f = persentase perubahan dalam jumlah komoditi X

persentase perubahan dalam harga komoditi Y

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini tentang kerangka berpikir pendekatan masalahnya:


(44)

commit to user

Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah

Keterangan :

___________ : Variabel yang diamati _ _ _ _ _ _ _ : Variabel yang tidak diamati

Faktor-faktor Sosial Ekonomi

Faktor Penduduk

Faktor Pendapatan Faktor Harga

Harga barang itu sendiri

Variabel:

Jumlah penduduk Harga barang

lain

Variabel: Substitusi: - Harga telur itik - Harga daging

ayam ras Komplementer - Harga beras

Analisis permintaan Variabel:

Harga telur ayam ras Variabel:

Pendapatan per kapita

Estimasi fungsi permintaan telur ayam ras

Elastisitas permintaan telur ayam ras

a). Elastisitas pendapatan b). Elastisitas harga c). Elastisitas silang Permintaan Telur Ayam Ras

di Kabupaten Sukoharjo


(45)

commit to user D. Hipotesis

1. Diduga permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk.

2. Diduga permintaan telur ayam ras bersifat elastis.

E. Asumsi-asumsi

1. Konsumen rasional dalam membelanjakan uang dan mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang harga yang sedang berlaku.

2. Selera dan preferensi konsumen tidak diteliti karena tidak dapat diukur secara kuantitatif sehingga dianggap tetap.

3. Harga barang terjadi pada pasar dengan persaingan sempurna

4. Telur ayam ras yang dikonsumsi masyarakat seluruhnya berasal dari pembelian dalam bentuk segar.

5. Variabel-variabel lain diluar penelitian yang berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras tercakup dalam error.

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian yang dilakukan terbatas pada konsumsi telur ayam ras yang dibeli dalam bentuk segar oleh masyarakat di Kabupaten Sukoharjo. 2. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan rentang waktu

antara tahun 1994-2009.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa variabel, yaitu: harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk.

4. Harga-harga diperhitungkan berdasarkan harga setempat pada tahun penelitian.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan telur ayam ras adalah jumlah telur ayam ras yang diminta oleh masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang diukur dalam satuan kilogram per tahun (Kg/Th).


(46)

commit to user

2. Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sejumlah barang dalam hal ini adalah telur ayam ras, ikan asin, daging ayam ras, dan beras.

3. Harga telur ayam ras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan telur ayam ras. Merupakan harga riil rata-rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

4. Harga telur itik adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan telur itik. Merupakan harga riil rata-rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

5. Harga daging ayam ras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan daging ayam ras. Merupakan harga riil rata-rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

6. Harga beras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan beras. Harga beras adalah harga riil rata-rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg). Dalam penelitian ini beras yang dimaksud adalah beras jenis IR 64.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi, dilakukan pendeflasian. Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2002 (2002 = 100). Tahun dasar diasumsikan sebagai tahun dimana kondisi perekonomian dalam keadaan stabil. Harga-harga terdeflasi dapat dicari dengan rumus :

Px= A A x P

Keterangan :

Px : Harga yang terdeflasi (RP/Kg)

IHKd : Indeks harga konsumen pada tahun dasar

IHKt : Indeks harga konsumen pada tahun t

Ps : Harga sebelum terdeflasi (Rp/Kg)

(Sukirno, 2001).

7. Pendapatan per kapita adalah pendapatan riil tiap penduduk Sukoharjo yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).


(47)

commit to user

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam perhitungan pendapatan per kapita dilakukan pendeflasian dengan menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100). Pendapatan terdeflasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Yt = A

A x YŖúǴ

Keterangan:

Yt : Pendapatan per kapita pada tahun t

IRd : Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt : Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt : Pendapatan absolut per kapita tahun t

8. Jumlah penduduk adalah jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo yang diukur dalam satuan jiwa per tahun.


(48)

commit to user

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif mempunyai ciri memusatkan diri pada pemecahan yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual, dan data yang telah dikumpulkan disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1998).

B. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan dengan sengaja

(purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Daerah penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Sukoharjo karena di daerah tersebut memiliki potensi pengelolaan dan pengembangan ternak terutama ayam ras petelur. Dengan pertimbangan memiliki permintaan telur ayam ras yang lebih tinggi dibanding kabupaten di Karesidenan Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada di bawah ini.

Tabel 5. Permintaan Telur Ayam Ras di Karesidenan Surakarta Tahun 2007-2008

No Kabupaten 2007 (Kg) 2008 (Kg)

1 Karanganyar 6.067.815 5.908.140

2 Sukoharjo 12.148.068 12.806.425

3 Boyolali 1.471.934 6.265.925

4 Sragen 2.484.369 2.465.795

5 Wonogiri 230.100 370.269

6 Klaten 6.492.862 6.754.872

7 Surakarta 6.268.591 6.356.215

Sumber : BPS Jawa Tengah Dalam Angka (2008)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan meliputi harga telur ayam ras,harga telur itik, harga


(49)

commit to user

daging ayam ras, harga beras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2008. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo serta Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Sukoharjo.

D. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara: 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Pencatatan

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan, yaitu dengan cara mancatat data yang ada berbagai instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Adapun instansi yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukoharjo, BPS Kota Sukoharjo serta instansi lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

b. Wawancara

Yaitu metode yang dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan sumber-sumber informan dari instansi maupun lembaga yang terkait.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data time series selama kurun waktu 16 tahun (mulai dari tahun 1994 sampai 2008). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dengan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah metode non linear berganda dengan asumsi klasik. Karena jika asumsi klasik terpenuhi, maka penaksiran kuadrat terkecil


(50)

commit to user

biasa atau Ordinary Least Square (OLS) dari koefisien regresi adalah linear, tidak bias, dan mempunyai varians yang minimum sehingga diharapkan mendapatkan garis penduga (model) yang baik (Supranto, 1984).

Bentuk fungsi tersebut adalah non linier sehingga untuk mempermudah proses penaksirannya fungsi permintaan dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sehingga berbentuk :

Ln Qdt = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5

+ b6 ln X6 + e

Keterangan:

ln Qd : Permintaan telur ayam ras (Kg/tahun)

ln bo : Konstanta

b1....b7 : Koefisien regresi

ln X1 : Harga telur ayam ras (Rp)

ln X2 : Harga telur itik (Rp)

ln X3 : Harga daging ayam ras (Rp)

ln X4 : Harga beras (Rp)

ln X5 : Pendapatan per kapita (Rp)

ln X6 : Jumlah penduduk (jiwa)

e : Faktor lain

Untuk dapat diperoleh hasil regresi terbaik, maka harus memenuhi kriteria statistik sebagai berikut:

a. Uji R2 adjusted ( 2 R )

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Nilai 2

R ini mempunyai range antara 0 sampai 1. Nilai 2

R semakin mendekati 1 maka regresi tersebut semakin baik (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas) dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan


(51)

commit to user

semakin kurang dapat menjelaskan variabel tidak bebas. Perumusannya adalah sebagai berikut:

(

)

k N N R R

-=1 1 2 1 2

Keterangan: 2

R : Koefisien determinasi yang telah disesuaikan R2 : Koefisien determinasi

N : Jumlah data

k : Jumlah variabel bebas

b. Uji F

Untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dilakukan uji F dengan tingkat signifikansi (a) tertentu, (a= 10%). Dengan rumus sebagai berikut: ) /( ) 1 /( k N ESS k RSS Fhitung

-= Ftabel =F

(

a;k-1;N -k

)

Keterangan:

RSS : Jumlah kuadrat regresi ESS : Jumlah kuadrat error k : Jumlah variabel bebas N : Jumlah data

Hipotesis yang hendak diuji:

Ho : Koefisien regresi tidak signifikan Ha : Koefisien regresi signifikan Kriteria pengambilan keputusan :

1) Jika nilai signifikansi > a, maka Ho diterima sedangkan Ha ditolak, artinya semua variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.


(52)

commit to user

2) Jika nilai signifikansi < a maka Ho ditolak sedangkan Ha diterima, artinya semua variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

c. Uji t

Untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dilakukan uji t pada tingkat signifikansi (a) tertentu (a=10% ). Dengan rumus sebagai berikut:

( )

bi Se

bi

Fhitung = Ftabel =F

{

(

a/2;N-k

)

}

( )

bi Var

( )

bi

Se =

Keterangan:

bi : Koefisien regresi variabel bebas ke i

Se (bi) : Standart error koefisien regresi variabel bebas ke i k : Jumlah variabel bebas

N : Jumlah data Hipotesis yang hendak diuji: Ho : bi = 0

Ha : bi ¹0

Kriteria pengambilan keputusan :

a) Jika nilai signifikansi > a, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

b) Jika nilai signifikansi £ a, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara parsial berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.


(53)

commit to user

Setelah model diperoleh maka harus menguji model tersebut apakah sudah masuk BLUE (Best Linier Unbiassed Estimation) atau tidak. Adapun model dikatakan BLUE bila memenuhi syarat sebagai berikut: a. Non Multikolinieritas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan hubungan linier atau mendekati linier dengan variabel independen lainnya. Atau dengan kata lain satu atau lebih variabel independen yang lain. Multikolinearitas juga bisa timbul apabila antara variabel independen berkorelasi dengan variabel pengganggu.

Terjadi atau tidaknya multikolineritas dapat dideteksi dengan melihat nilai dari matriks Pearson Corelation (PC). Dari hasil analisis jika nilai PC yang lebih kecil dari 0,8 hal ini berarti bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolineritas.

b. Tidak terjadi kasus Heteroskedatisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena varians yang ditimbulkan oleh variabel pengganggu tidak konstan untuk semua variabel penjelas. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas ini antara lain uji signifikansi (uji t dan uji F ) menjadi tidak tepat dan koefisien regresi menjadi tidak mempunyai varians yang minimum walaupun penaksir tersebut tidak bias dan konsisten.

Dalam uji heteroskedatisitas, pengujian yang dilakukan adalah dengan uji park. Park menyarankan untuk menggunakan ei2 sebagai

pendekatan 2 i

s dan melakukan regresi sebagai berikut:

Ln ei2 = Ln s2+ bLn Xi + Vi

= a+ b Ln Xi+ Vi

Dimana Vi adalah unsur gangguan yang stokastik.

Jika b ternyata signifikan secara statistik, maka dalam data terdapat heteroskedatisitas. Apabila ternyata tidak signifikan maka asumsi heteroskedatisitas dapat diterima.


(54)

commit to user c. Tidak terjadi kasus Autokorelasi

Untuk mendekati ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Ho adalah dua ujung yaitu bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif maka jika:

DW < dL : Menolak Ho

DW > 4-dL : Menolak Ho

dU < DW < 4-dU : Tidak menolak Ho

dL ≤ DW ≤ dU : Pengujian tidak menyakinkan

4-dU ≤ DW ≤ 4-dL : Pengujian tidak menyakinkan (Gujarati, 1997).

2. Elastisitas Permintaan

Untuk mengetahui tingkat kepekaan variabel terhadap permintaan telur ayam ras dilakukan dengan cara mencari nilai elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan.

a. Elastisitas harga

ε– =

perubahan persentase permintaan telur ayam ras perubahan persentase harga telur ayam ras

Pada elastisitas permintaan terhadap harga, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah harga teluar ayam ras itu sendiri.

Kriteria Elastisitas Permintaan terhadap Harga

Elastisitas Istilah Elastisitas

Eh = 0

0 < Eh < 1

Eh = 1

1 < Eh <

¥

Eh =

¥

Inelastis sempurna Inelastis

Elastisitas satu Elastis

Elastisitas mutlak / sempurna Sumber : Lipsey et al, 1993

b. Elastisitas pendapatan

εš =

perubahan persentase permintaan telur ayam ras perubahan persentase pendapatan


(55)

commit to user

Pada elastisitas permintaan terhadap pendapatan, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah pendapatan. Kriteria Elastisitas Permintaan terhadap pendapatan

Elastisitas Istilah Elastisitas

Ep positif

Ep > 1

0 < Ep < 1

Ed negatif

Barang normal Barang elastis Barang inelastis Barang inferior Sumber : Lipsey et al, 1993

c. Elastisitas Silang

ε = perubahan persentase permintaan telur ayam ras perubahan persentase harga komoditi lainnya

Pada elastisitas permintaan silang, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah adalah harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras

Kriteria Elastisitas Permintaan Silang

Elastisitas Istilah Elastisitas

Es positif

Es negatif

Es = 0

Barang Substitusi Barang Komplementer Barang Bebas


(1)

commit to user

b. Elastisitas silang (EQ,P’)

1) Harga Telur Itik

Pada penelitian ini diketahui bahwa telur itik berpengaruh yang nyata terhadap permintaan telur ayam ras sebesar 0,336 % dan bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa permintaan telur ayam ras berbanding terbalik dengan harga telur itik, bahwa apabila harga telur itik naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam ras

akan turun 0,336% atau sebaliknya. Tanda negatif pada nilai

elastisitasnya menunjukkan bahwa telur itik merupakan barang komplementer dari telur ayam ras. Hal ini bisa disebabkan karena perilaku konsumen yang tidak memilih telur itik sebagai barang subtitusi apabila terjadi kenaikan harga pada telur ayam ras, melainkan memilih komoditi lain yang harganya jauh lebih murah walaupun kandungan gizi di dalamnya juga lebih sedikit dari telur.

Pada dasarnya telur itik mempunyai manfaat dan kegunaan yang sama dengan telur ayam ras yaitu dapat digunakan sebagai lauk pauk ataupun bahan campuran masakan olahan lainnya. Adanya kesamaan tersebut menyebabkan konsumen mempunyai alternatif pemilihan dalam memenuhi kebutuhannya, sebagian masyarakat lebih memilih menggunakan telur itik misalnya untuk berbagai masakan (telur itik dianggap lebih lezat dan lebih tahan lama) atau untuk memekarkan/mengembangkan kue yang diperlukan adalah kuning telur yang banyak (pada telur itik mengandung kuning telur yang lebih banyak dibandingkan pada telur ayam ras) sedangkan putih telurnya berfungsi untuk menyatukan butiran-butiran gandum serta hasilnya lebih bagus daripada menggunakan telur ayam ras.

2) Harga Daging Ayam Ras

Berdasarkan analisis uji–t harga daging ayam ras berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras sebesar 0,222 dan juga bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa permintaan


(2)

commit to user

telur ayam ras berbanding terbalik dengan harga daging ayam ras sehingga apabila harga daging ayam ras naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam ras turun sebesar 0,222% atau sebaliknya.

Nilai elastisitas silang yang negatif berarti daging ayam ras merupakan barang komplementer dari telur ayam ras dan memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Apabila terjadi kenaikan harga daging ayam ras biasanya diikuti kenaikan harga telur ayam ras. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga pakan yang menyebabkan biaya produksi naik dan harga di tingkat peternak pun juga sudah mengalami kenaikan. Maka kenaikan harga daging ayam ras ini akan mengakibatkan penurunan permintaan telur ayam ras.

3) Harga Beras

Dari hasil analisis uji–t dapat diketahui harga beras berpengaruh nyata terhadap variasi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 2,055. Hal ini berarti permintaan telur ayam ras berbanding lurus dengan harga beras sehingga bahwa apabila harga telur ayam ras naik sebesar 1% maka permintaan beras naik 2,055% atau sebaliknya.

Nilai elastisitas silang yang positif berarti harga beras merupakan barang substitusi dari telur ayam ras dan memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih menggunakan beras yang dimasak menjadi nasi sebagai makanan pokok, begitu pula dengan masyarakat Kabupaten Sukoharjo biasanya menggunakan beras sebagai makanan pokok sehari-hari dan salah satu pelengkap yang digunakan untuk lauk pauk adalah telur ayam ras. Apabila harga beras naik maka permintaan telur ayam ras juga naik. Hal ini biasanya terkait dengan kondisi perekonomian yang ada, dimana harga bahan


(3)

commit to user

pokok naik maka barang-barang lain juga akan ikut beranjak naik meskipun masyarakat akan lebih memilih mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya untuk membeli beras terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lainnya. Dengan kenaikan harga-harga tersebut konsumen tetap akan membeli telur ayam ras karena harganya dinilai masih lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan pangan sumber protein hewani lainnya.

c. Elastisitas pendapatan

Dari hasil analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan adalah 0,240. Ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1% maka akan mengakibatkan bertambahnya jumlah permintaan telur ayam ras sebesar 0,240 %, begitu juga sebaliknya. Angka elastisitas pendapatan yang kurang dari satu dan bertanda positif menunjukkan bahwa telur ayam ras termasuk barang normal (inelastis). Artinya apabila pendapatan meningkat maka permintaan telur ayam ras juga meningkat, akan tetapi persentase perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan pendapatan. Karena nilai elastisitas kurang dari 1. Nilai elastistas pendapatan menunjukkan bahwa perubahan pendapatan hanya berpengaruh kecil terhadap permintaan telur. Dikarenakan telur bukan merupakan bahan pangan pokok, sehingga apabila ada kenaikan pendapatan akan dialokasikan pada kebutuhan yang lebih utama.

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang karena besar kecilnya pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen. Bila terjadi perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan perubahan dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang.

Dari hasil analisis uji - t diketahui bahwa pendapatan per kapita berpengaruh nyata dan berhubungan positif terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini berarti pendapatan per


(4)

commit to user

kapita berbanding lurus dengan permintaan telur ayam ras. Keadaan tersebut dapat dijelaskan dengan melihat koefisien regresi yang juga merupakan nilai elastisitasnya sebesar 0,240. Nilai elastisitas yang positif menunjukkan bahwa jika pendapatan per kapita naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam ras akan naik sebesar 0,240 %, begitu pula sebaliknya.

Elastisitas pendapatan yang berkisar antara nol sampai satu berarti termasuk inelastis. Sifatnya yang inelastis menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada pendapatan per kapita hanya akan menyebabkan perubahan yang kecil terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

Dalam kondisi pendapatan yang terbatas, sebagian besar dari pendapatan akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu dalam hal ini adalah beras (sebagai kebutuhan pangan paling pokok) sehingga jika pendapatan per kapita meningkat dan kebutuhan pokok sudah terpenuhi maka konsumsi bahan pangan lainnya termasuk sumber protein hewani (telur ayam ras) semakin meningkat. Telur ayam ras termasuk barang normal yang inelastis karena termasuk dalam kategori bahan pangan. Namun, apabila pendapatan semakin meningkat dan kebutuhan akan pangan sudah terpenuhi maka orang akan mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan non pangan (kebutuhan sekunder dan tersier). Hal ini sesuai dengan Hukum Engel yang menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan semakin meningkat, atau dapat diartikan pula pangan merupakan kebutuhan pokok yang konsumsinya naik kurang cepat dibandingkan dengan pendapatan.


(5)

commit to user

78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras,

harga beras, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

2. Analisis elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo

menunjukkan:

a. Permintaan telur ayam ras bersifat inelastis, artinya persentase

perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil daripada persentase perubahan harganya.

b. Telur ayam ras merupakan barang normal inelastis, artinya adanya

kenaikan pendapatan akan meningkatkan permintaan telur ayam ras dengan proporsi yang lebih kecil.

3. Jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo merupakan variabel bebas yang

paling berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

B. Saran

1. Bagi pemerintah daerah

a. Menempatkan tenaga ahli/penyuluh pertanian untuk memberikan

pengetahuan dan pelatihan baik dari segi teknis maupun segi manajemen ekonomi.

b. Memberikan informasi-informasi kepada peternak telur ayam ras

melalui tenaga ahli/penyuluh tentang keadaan pasar, harga pakan, perkembangan harga telur ayam ras, besarnya permintaan, dan daerah pemasaran pada saat pertemuan yang diadakan penyuluh dengan peternak.

c. Mempermudah pinjaman modal bagi peternak.

d. Melakukan operasi pasar untuk menjaga agar tidak terjadi fluktuasi


(6)

commit to user

2. Bagi peternak

a. Peternak berperan aktif dengan memanfaatkan informasi yang

diperoleh untuk merencanakan produksinya.

b. Peternak telur aym ras hendaknya mendirikan kelompok tani di tiap

kecamatan dan mengadakan pertemuan rutin untuk membahas permasalahan yang dihadapi, serta bertukar informasi dalam hal beternak telur ayam ras.