Analisis Penawaran dan Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR
AYAM RAS DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
NURHIDAYATI MA’RIFAH SITOMPUL 090304088
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVESITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(2)
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR
AYAM RAS DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI Oleh:
NURHIDAYATI MA’RIFAH SITOMPUL 090304088
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
KOMISI PEMBIMBING
Ketua Anggota
(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Ir. A.T. Hutajulu, M.S) NIP.196302041997031001 NIP.194606181980032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVESITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(3)
ABSTRAK
NURHIDAYATI MA’RIFAH SITOMPUL (090304088), dengan judul skripsi Analisis Penawaran dan Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Ir. A. T. Hutajulu, M.S.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara dan untuk menganalisis keseimbangan permintaan dan penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara. Dan model cobweb digunakan untuk menganalisis keseimbangan permintaan dan penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara.
Hasil penelitian menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara adalah penawaran telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sebelumnya dan populasi ayam ras petelur terhadap penawaran telur ayam ras. Penawaran telur ayam ras sebelumnya dan harga telur ayam ras sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran telur ayam ras, sedangkan populasi ayam ras petelur berpengaruh nyata terhadap penawaran telur ayam ras. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang, harga telur ayam buras sekarang, harga telur bebek sekarang dan jumlah penduduk sekarang terhadap permintaan telur ayam ras. Permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang dan jumlah penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan telur ayam ras, sedangkan harga telur ayam buras sekarang dan harga telur bebek sekarang berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras. Penawaran dan permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah divergen atau menjauhi keseimbangan. Ini memberikan arti bahwa pengaruh harga terhadap penawaran sangat besar sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 10 Juni 1992. Merupakan
anak kedua dari tiga bersauda, putri dari Bapak H. Ahmad Jufri Sitompul dan Ibu
Hj. Nursaiti Ginting.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar Nur Hasanah Medan
2. Tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Medan
3. Tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas Al-Azhar Medan
4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Firdaus Estate, Keamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang
Bedagai. Dan pada bulan Oktober penulis melakksanakan penelitian skripsi di
Sumatera Utara.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan
seperti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian dan Unit Kegiatan
(5)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. WbAlhamdulillahirrabilalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat berangkaikan salam kepada baginda
Rasulullah SAW yang telah memberi cahaya kehidupan.
Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Penawaran dan Permintaan Telur Ayam
Ras di Sumatera Utara. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Ibu Ir. A. T. Hutajulu, M.S selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kemudahan selam
perkuliahan dan kegiatan di kampus.
3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penlis selama
masa perkuliahan. Seluruh Pegawai Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara khususnya Pegawai Program Studi Agribisnis yang membantu penulis
(6)
5. Seluruh instansi terkait dengan penelitian ini yang memberikan data-data yang
penulis butuhkan.
Penulis juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ayahanda tercinta
H. Ahmad Jufri Sitompul dan Ibunda Terkasih Hj. Nursaiti Ginting atas kobaran
motivasi, curahan kasih sayang, perhatian, dukungan baik materi, do’a, serta
kesabaran dalam mendidik penulis selama ini. Dan Tak lupa kepada Abangda
tersayang Ma’ruf Abdul Hamid Sitompul, Amd dan Adinda Fachri Rizky
Sitompul yang tak kalah memberi dukungan besar selama ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat saya Fanani Rizky
Pohan, Febrina Soraya Tanjung, Nuraidah Nasution, Dewi Purnamasari Damanik,
Dian Utami Rangkuty, dan Karina Sukma Br Tobing untuk setia atas suka dan
duka selama menjalani masa perkuliahan di kampus serta dalam menyelesaikan
skripsi ini. Dan juga teman-teman stambuk 2009 agribisnis di Fakultas Pertanian
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
dalam mengerjakan skripsi ini dan selama masa perkuliahan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan skripsi ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan semoga skripsi
ini dapat berguna bagi banyak pihak
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
RIWAYAT HIDUP ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Kegunaan Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 6
2.1 Tinjauan Pustaka 6
2.2 Landasan Teori 9
2.2.1 Penawaran (Supply) 9
2.2.2 Permintaan (Demand) 13
2.2.3 Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan 20
2.3 Kerangka Pemikiran 22
2.4 Hipotesis Penelitian 24
BAB III METODE PENELITIAN 25
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian 25
3.2 Metode Pengumpulan Data 27
3.3 Metode Analisis Data 28
3.4 Definisi dan Batasan Operasional 36
3.4.1 Definisi 36
3.4.2 Batasan Operasional 37
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DATA 38
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 38
4.1.1 Letak, Tofografi dan Iklim Daerah Penelitian 38
(8)
4.1.3 Keadaan Ekonomi 43
4.1.4 Sarana dan Prasarana 44
4.2 Karakteristik Data 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 47
5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Telur ayam Ras di Sumatera Utara 47
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur ayam Ras di Sumatera Utara 52
5.3 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Telur ayam Ras di Sumatera Utara 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 61
6.1 Kesimpulan 61
6.2 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
1 Pergeseran Kurva Penawaran 9
2 Kurva Permintaan Hicks 18
3 Model Cobweb 21
4 Skema Kerangka Pemikiran 23
5 Grafik Histogram Uji Normalitas Penawaran Telur Ayam Ras 50 6 Scatterplot Uji Normalitas Penawaran Telur Ayam Ras 51 7 Grafik Histogram Uji Normalitas Permintaan Telur Ayam Ras 56 8 Scatterplot Uji Normalitas Permintaan Telur Ayam Ras 57
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
1 Produksi Telur di Sumatera Utara Tahun 2007-2011 2
2 Populasi Ayam Ras Petelur di Sumatera Utara Tahun 2007-2011
3
3 Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram 7
4 Produksi Telr Ayam Ras di Indonesia Menururt Provinsi Tahun 2007-2010 (Ton)
26
5 Produksi Telur Ayam Ras Tahun 2007-2010 (Ton) di Sumatera Utara
27
6 Spesifikasi Pengumpulan Data 28
7 Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
40
8 Jumlah Penduduk Menururt Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
42
9 Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 42
10 Produk Domestik Regioal Sumatera Utara Menururt
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 (miliar Rupiah)
43
11 Produk Domestik Regional Sumatera Utara Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 (miliar Rupiah)
44
12 Panjang Jalan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 45 13 Karakteristik Data Untuk Analisis Penawaran Telur Ayam
Ras di Sumatera Utara Tahun 2001-2011
45
14 Karakteristik Data Untuk Analisis Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara Tahun 2001-2011
46
15 Analisis Regresi Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
48
16 Nilai Collinearity Statistics Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penawaran Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
51
17 Analisis Regresi Fakor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
53
18 Nilai Collinearity Statistics Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan
1 Produksi Telur Ayam Ras Tahun 2007-2010 (Ton) Menururt Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
2 Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
3 Panjang Jalan Menururt Satus dan Kobupaten/Kota (Km) di Provinsi Sumatera Utara 2011
4 Penawaran Telur ayam Ras di Sumatera Utara Tahun 2000-2011 5 Permintaan Telur ayam Ras di Sumatera Utara Tahun 2000-2011 6 Harga Telur Ayam Ras Tingkat Produsen di Sumatera Utara
Tahun 2000-2011
7 Harga Telur Ayam Ras, Telur Buras dan Telur Bebek Tingkat Konsumen di Sumatera Utara Tahun 2000-2011
8 Populasi Ayam Ras Petelur di Sumatera Utara Tahun 2000-2011 9 Jumlah Penduduk di Sumatera Utara Tahun 2000-2011
10 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Telur ayam Ras di Sumatera Utara
11 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Telur ayam Ras di Sumatera Utara
12 Hasil analisis Regresi Harga Terhadap Penawaran Telur ayam ras di sumatera Utara
13 Hasil analisis Regresi Harga Terhadap Permintaan Telur ayam ras di sumatera Utara
(12)
ABSTRAK
NURHIDAYATI MA’RIFAH SITOMPUL (090304088), dengan judul skripsi Analisis Penawaran dan Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Ir. A. T. Hutajulu, M.S.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara dan untuk menganalisis keseimbangan permintaan dan penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara. Dan model cobweb digunakan untuk menganalisis keseimbangan permintaan dan penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara.
Hasil penelitian menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara adalah penawaran telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sebelumnya dan populasi ayam ras petelur terhadap penawaran telur ayam ras. Penawaran telur ayam ras sebelumnya dan harga telur ayam ras sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran telur ayam ras, sedangkan populasi ayam ras petelur berpengaruh nyata terhadap penawaran telur ayam ras. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang, harga telur ayam buras sekarang, harga telur bebek sekarang dan jumlah penduduk sekarang terhadap permintaan telur ayam ras. Permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang dan jumlah penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan telur ayam ras, sedangkan harga telur ayam buras sekarang dan harga telur bebek sekarang berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras. Penawaran dan permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah divergen atau menjauhi keseimbangan. Ini memberikan arti bahwa pengaruh harga terhadap penawaran sangat besar sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telur ayam merupakan sumber makan yang bernilai gizi baik. Hampir semua
jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi telur ayam sebagai sumber protein
hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang
mudah diperoleh, mudah pula cara pengolahannya dan harganya relatif
terjangkau. Hal ini menjadikan telur merupakan jenis bahan makanan yang selalu
dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Pada gilirannya
kebutuhan telur juga akan terus meningkat (Anonim, 2013).
Sumber telur konsumsi yang paling mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah
yang cukup adalah ayam petelur (layer). Telur jenis ini diproduksi dari ayam ras petelur yang diternakkan dalam jumlah besar dengan cara budidaya dan
pemberian pakan yang modern dan teratur, serta dengan produktivitas telur yang
tinggi. Berbagai pembiakan (breed) ayam petelur telah dikembangkan dan sekarang pada umumnya produktivitas dan mutu produksinya tidak banyak
berbeda satu sama lain. Tingkat produktivitasnya telah mencapai 250 - 300 butir
telur per tahun. Jika terjadi gangguan pada kesehatan atau dalam pemberian
pakan, produksi telurnya turun drastis (Anonim, 2013).
Perkembangan jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun terus
diimbangi dengan kesadaran akan pentingnya peningkatan gizi dalam kehidupan.
(14)
meningkat. Disamping tujuan penggunaan utama makanan sebagai pemberi zat
gizi bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga
menggunakannya untuk nilai-nilai sosial. Oleh karena itu makanan dalam
lingkungan masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial.
Menurut Sudaryani (2006), bahwa telur mengandung zat gizi yang dibutuhkan
tubuh, dari sebutir telur didapatkan gizi yang sempurna. Selain itu zat gizi tersebut
mudah dicerna oleh tubuh. Kandungan protein kuning telur yaitu sebanyak 16,5%
dan pada putih telur sebanyak 10,9%, sedangkan kandungan lemak pada kuning
telur mencapai 32% dan pada putih telur terdapat dalam jumlah yang sedikit.
Menururt Rasyaf (1991), kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak
diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan
persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal. Sumatera Utara
merupakan daerah penghasil telur dengan jumlah yang mencukupi permintaan di
daerah itu sendiri. Baik telur ayam buras, telur ayam ras, dan telur bebek. Namun
produksi telur terbanyak di Sumatera Utara merupakan telur ayam ras. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Produksi Telur di Sumatera Utara tahun 2007-2011 Jenis
Komoditi Tahun
(Ton) 2007 2008 2009 2010 2011
Ayam Buras 13.355,25 9.273,01 9.433,43 9.538,26 9.776,72
Ayam Ras 73.691,03 68.978,58 72.489,59 79.204,16 80.590,23
Bebek 16.958,51 8.752,22 9.265,98 13.637,58 13.941,70 Total 104.004,79 87.003,81 91.189,00 102.380,00 104.308,65
Sumber: Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara 2011
(15)
Pada tabel 1 dapat dilihat jumlah produksi telur di Sumatera Utara yaitu telur
ayam buras, telur ayam ras, dan telur bebek. Dari ketiga jenis telur tersebut, telur
ayam ras merupakan produksi terbanyak di setiap tahunnya. Pada tahun 2007
sebanyak 73.691,03 ton telur ayam ras dihasilkan. Produksi telur ayam ras
mengalami penurunan di tahun 2008 dengan jumlah produksi sebesar 68.978,58
ton. Dan terus meningkat di tahun 2010 sebesar 79.204,16 ton dan di tahun 2011
sebesar 80.590,23 ton.
Produksi telur ayam ras sangat berkaitan dengan jumlah ternak ayam ras petelur.
Dimana ayam ras petelur sebagai penghasil telur ayam ras. Maka dari itu populasi
ayam ras di Sumatera Utara berkaitan dengan produksi telur ayam ras di Sumatera
Utara. Untuk mengetahui jumlah populasi ayam ras petelur di Sumatera Utara
pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Populasi Ayam Ras Petelur di Sumatera Utara Tahun 2007-2011
Tahun Jumlah Populasi Trend
(Ekor) (%)
2007 8.224.445 -
2008 7.698.504 -6,83
2009 8.168.685 5,76
2010 8.839.750 7,59
2011 9.060.742 2,44
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka (dari berbagai edisi tahun)
Dari tabel 2 dapat dilihat jumlah populasi ayam ras petelur pada tahun 2007
sebanyak 8.224.445 ekor. Pada tahun 2008 mengalami penurunan dengan jumlah
populasi sebesar 7.698.504 ekor dengan persentase perkembanagan -6,83%.
Peningkatan populasi pada tahun 2009 sebesar 5,76% dari tahun sebelumnya
(16)
sebesar 7,59% dengan jumlah populasi sebesar 8.839.750 ekor dan meningkat lagi
pada tahun 2011 sebesar 2,44% dengan jumlah populasi sebesar 9.060.742 ekor.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Penawaran dan Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi beberapa permasalah
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di
Sumatera Utara?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di
Sumatera Utara?
3. Bagaimana keseimbangan penawaran dan permintaan telur ayam ras di
Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur
ayam ras di Sumatera Utara.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur
ayam ras di Sumatera Utara.
3. Untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan telur ayam
(17)
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini sebagai:
1. Sebagai bahan informasi bagi peternak ayam ras petelur dalam mengelola
dan mengembangkan usahanya.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan
dalam menyusun kebijakan terkait dengan produksi dan pemasaran telur
ayam ras.
3. Sebagai bahan referensi ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh
masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia yang pada saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Pada
periode 1940-an, masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar. Pada
saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan ayam
liar Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam
kampong sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan sebutan ayam negeri.
Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi
ayam. Pada saat itu, sifat ayam dipandang sebagai ayam kampung saja. Ayam
yang pertama kali masuk dan mulai diternakan pada periode ini adalah ayam ras
petelur white leghorn yang kurus dan umumnya diternakan setelah masa produktifnya (Rasyaf, 2001).
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang dikenal bernilai gizi
tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia seperti asam-asam amino yang lengkap dan seimbang, vitamin serta
mempunyai daya cerna yang tinggi. Telur ayam mengandung protein 12,8%, telur
bebek 13,1%. Selain itu telur mengandung aneka vitamin seperti vitamin A, B, D,
E, dan K. Telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor,
(19)
Tabel 3. Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram
No Zat Gizi Telur Ayam Telur Bebek
1 Kalori (Kal) 162.00 189.00
2 Protein (g) 12.80 13.10
3 Lemak (g) 11.50 14.30
4 Karbohidrat (g) 0.70 0.80
5 Kalsium (mg) 54.00 56.00
6 Fosfor (mg) 180.00 175.00
7 Besi (mg) 2.70 2.08
8 Vit A (UI) 900.00 1,230.00
9 Vit B (mg) 0.10 0.18
10 Air (g) 74.00 70.00
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI dalam Haryoto, 1996
Menurut Haryoto (1996), struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang
dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua
komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi,
bersifat elastis dan dapat mengabsorbsi goncangan yang mungkin terjadi pada
telur tersebut. Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dalam dari telur yang
dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan
biologis.
Peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia, mempunyai posisi yang
cukup rawan dalam pencaturan bisnis unggas yang secara statistik sangat pesat.
Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang perlu diambil agar posisi
rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang menguntungkan. Untuk
menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan yang dihadapi peternak
ayam Indonesia. Menurut Suharno B. (1999), permasalahan tersebut yaitu :
1). Permintaan fluktuatif
Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas
(20)
mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah
dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran,
tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan
program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program peningkatan
produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan
langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena barang
hidup. Harga pun langsung merosot tajam.
2). Pasarnya masih tradisional
Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang disebut di
atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan teknologi
penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat
diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil,
sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai
dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi
pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam Indonesia
masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi makin
menjadi-jadi dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi
berulang-ulang setiap tahun.
3). Konsumen belum tahu persis tentang ayam
Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah yang
cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan
(21)
karena masyarakat lebih percaya pada media massa maka konsumen dapat selalu
mencurigai baik buruknya daging ayam.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penawaran (Supply)
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan
para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual
untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula
keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu
barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah
barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2003).
(22)
Pergeseran kurva penawaran dari kurva S0 ke S1 merupakan pergeserankurva
penawaran, menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang
ditawarkan (Nuraini, 2006).
Menurut Kadariah (1994), kurva penawaran menanjak ke atas, yang
menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga.
Yang dimaksud dengan penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran,
melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap (seluruh
hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang
mungkin terjadi dari komoditi yang bersangkutan. Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah seluruh komoditi yang ditawarkan
dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel lain dianggap tetap. Satu
titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu :
1). Harga barang itu sendiri
Menurut Djojodipuro (1991), untuk mengembangkan teori tentang penentuan
harga suatu komoditi, perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan
dari setiap komoditi dan harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar
menjelaskan bahwa makin tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah
barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh
dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga
(23)
Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya
terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika
harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya
menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif
dengan harga (Djojodipuro, 1991).
2). Harga barang lain
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah
barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran.Jika ada
produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan
ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan
permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.
3) Biaya produksi
Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi,
seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk
bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat,
maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan
menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan
karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka
produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga
akan meningkat.
4). Jumlah produksi
Jumlah telur yang tersedia yang diperoleh pedagang dari pemasok sangat
(24)
maka harga akan turun dan sebaliknya ketika jumlah telur yang tersedia sedikit
maka harga akan naik.
5). Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang
ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen
dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan
mesin-mesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen
untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak.
6) Perkiraan harga dimasa depan
Perkiraan harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah
penawaran. Jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik,
sedangkan penghasilan masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya pada saat krisis ekonomi,
harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan relatif tetap. Akibatnya
perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut tidak
laku.
Bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana yang menjelaskan
hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran adalah:
S = f (Px, Py, Pi, N, T, Hpro)
Dimana :
S = Penawaran komoditas
Px = Harga barang itu sendiri
(25)
Pi = Biaya produksi
N = Jumlah Produksi
T = Kemajuan teknologi
Hpro = Perkiraan harga dimasa depan
2.2.2 Permintaan (Demand)
Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa
yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode
waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain
harga barang yang di beli, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan, selera dan
lain-lain (Arsyad, 2000).
Suatu barang dihasilkan oleh produsen karena dibutuhkan oleh konsumen dan
karena konsumen bersedian membeli. Konsumen mau membeli barang-barang
yang mereka perlukan itu bila harganya “sesuai” dengan keinginan mereka dan
bila barang tersebut berguna bagi mereka (Sugiarto dkk, 2000).
Menurut Hanafie (2010), kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan
bawah (menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak P dan
jumlah diukur pada sumbu horizontal Q). Kurva permintaan pasar diperoleh dari
penjumlahna berbagai jumlah yang mau dibeli oleh sekian banyak konsumen pada
masyarakat pada tingkat tertentu.
Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan
harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Kurva ini memiliki lereng
(slope) yang negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the quantity demanded) naik dengan turunnya harga (Kadariah, 1994).
(26)
Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi selera harga
suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat
hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para
pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap
barang yang mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang
pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain
tersebut (Sukirno, 2003).
Adapun variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan
oleh rumah tangga adalah : harga barang bersangkutan, pendapatan rata-rata
rumah tangga, jumlah penduduk, harga-harga komoditi yang ada hubungannya
dengan komoditi tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel
tersebut diatas, semua variabel dianggap tetap (Djojodipuro, 1991).
Permintaan seseorang terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor,
seperti :
1). Harga barang itu sendiri
Menurut Sagiarto dkk (2000), dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan
suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dengan asumsi
bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus. Secara umum bila harga suatu barang tinggi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu
membelinya. Sebaliknya jika harga barang tersebut diturunkan, lebih banyak
orang yang mau dan mampu membelinya sehingga jumlah barang yang dibeli
(27)
2). Harga komoditi lain (barang substitusi)
Menurut Sukirno (2003), Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi
oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun
terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang
subtitusi dan komplementer ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki
kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
mempengaruhi atas suatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan
masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan
juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan
dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut
mengalami kenaikan.
Menurut Rasyaf (1991), antara telur ayam ras dengan itik komersil ada tingkat
subtitusinya, bila telur ayam naik, konsumen akan beralih ke telur itik komersil
yang memang mirip dengan telur ayam ras, perbedaannya hanya pada kulitnya
yang “kebiruan”.
3). Tingkat pendapatan perkapita
Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan
selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang. Pendapatan
yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk
dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan sedikit uang untuk
(28)
terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut
dinamakan barang normal (normal goods) (Sukirno, 2003) . 4).Jumlah tanggungan/penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan
kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang
tersebut. Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan.
Pertambahan jumlah tanggungan/penduduk tidak akan dengan sendirinya
menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertumbuhan jumlah
tanggungan/penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja.
Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini
menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan
menambah permintaan (Sukirno, 2003).
5). Cita rasa
Perubahan cita rasa masyarakat mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen
akan suatu barang meningkat, permintaan akan barang tersebut akan meningkat.
Sebaliknya bila selera konsumen berkurang, permintaan kan barang tersebut
menurun (Sugiarto dkk, 2000).
Menurut Setiawan (2006), selera berpengaruh besar terhadap keinginan untuk
membeli. Naiknya intensitas keinginan seseorang terhadap suatu barng pada
umumnya menyebabkan naiknya jumlah permintaan terhadap barang tersebut,.
Apabila selera konsumen berubah, permintaan kan suatu barang juga akan
(29)
6). Kualitas Komoditas
Menurut Rahim dan Diah (2008), kualitas komoditas yang bagus akan
meningkatkan permintaan. Semakin tinggi komoditas suatu barang, maka semakin
tinggi minat masyarakat.
7). Ramalan masa yang akan datang terhadap harga
Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh
terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan
harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan
barang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga
suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan saat sekarang
akan berkurang (Bangun, 2007).
Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis
secara umum dan sederhana untuk menjelasakan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan komoditas pertanian sebagai berikut:
D=f (Px, Py, I, N, T, Q, EsP)
Dimana:
D = Permintaan Komoditas
Px = Harga barang itu sendiri
Py = Harga barang lain
I = Pendapatan konsumen
N = Jumlah penduduk
(30)
Q = Kualitas komoditas
EsP = Perkiraan harga dimasa yang akan datang
Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimalisasikan pengeluaran dengan
kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu yang akan menghasilkan kurva
permintaan Hicks. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar kurva permintaan
Hicks sebagai berikut:
(31)
Pada gambar 2 panel (a) menggambarkan konsep utilitas, aksis horizontal
menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya
(Y). Garis M0-m1 menggambarkan garis anggaran (budget line) dengan kondisi awal. Titik persinggungan antara kurva U0 dengan garis M0-m1, pada titik A merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y.
Gambar 2 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan
dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel
(a) di[etakan pada panel (b) sebagai titik a. Dimisalkan terjadi penurunan harga
dari P0 ke P1, maka garis anggaran M0-m0 bergerak menjadi M0-m1. Kurva
permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan.
Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan danyanya
perubahan harga dari P0 ke P1. Salah satu cara adalah dengan mengubah
pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari M0 ke M1),
sehingga dia tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru,
yakni M1-m1 yang mempunyai garis paralel dengan M0-m1, adalah garis yang
menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis
anggaran M1-m1 dengan kurva indeferen lama U0 menghasilkan tingkat konsumsi
barang X sebesar X, jika kita petakan titik ini dengan titik harga baru pada tingkat
P1 pada panel (b) akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika kita
hubungkan titik perpotongan c, akan diperoleh kurva permintaan Hicks (Fauzi,
(32)
2.2.3 Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan
Sistem dinamis memiliki waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh).
Sebagai contoh didalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan
secara kontiniu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin
mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah
keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ia akan memperkenalkan
waktu kedalam sistem yang bersangkutan.Oleh karena itu ia bekerja dengan suatu
sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995).
Menurut Setiawan (2010), salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model
Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap
b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan
c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan
jarak yang semakin membesar
Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan
sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis
(33)
Gambar 3. Model Cobweb
Menurut Chiang dan Wainwright (2008), bila berinteraksi antara
permintaan dan penawaran akan menghasilkan osilasi eksplosif. Dengan harga
awal P0 (disini diasumsikan di atas P), kita dapat megikuti anak panah dengan membaca kurva S bahwa kuantitas yang ditawarakan dalam periode selanjutnya
(periode 1) akan menjadi Q1. Dalam pasar bebas, kuantitas yang diminta dalam periode 1 juga harus Q, yang hanya mungkin jika dan hanya jika harga ditentukan pada tingkat P1. Sekarang, memlalui kurva S, harga P1 akan menghasilkan Q2 sebagai kuantitas yang ditawarkan dalam periode 2, dan pada pasar bebas dalm
periode berikutnya, harga harus ditentukan pada tingkat P2 sesuai dengan kurva permintaan . Dengan mengulangi kembali alasan ini, kita dapat menentukan harga
dan kuantitas dalam periode berikutnya dengan mengikuti anak panah dlam
diagram, sehingga memutari “cobweb” atau jaring laba-laba disekitar kurva
permintaan dan penawaran. Dengan cobweb (jaring laba-laba) berputar dari dalam
(34)
Dimana , proses perputaran akan menimbulkan suatu cobweb yang
sentripetal. Dari P0, bila kita mengukuti anak panah, kita akan lebih mendekat pada perpotongan kurva permintaan dan penawaran, dimana P berada. Jika tetap berosilasi, jalur harga ini adalah konvergen (Chiang dan Wainwright, 2008),.
2.3 Kerangka Permikiran
Dalam kajian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras
adalah penawaran telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sebelumnya
dan populasi ayam ras petelur. Dengan mengetahui berbagai faktor berpengaruh
tersebut diharapkan akan menjadi salah satu upaya agar peternak telur ayam ras
dapat mengoptimalkan produksinya.
Diketahui bahwa telur merupakan bahan pangan yang sangat digemari untuk
dikonsumsi sebab rasanya nikmat dan harganya yang relatif murah. Permintaan
pangan hewani ini dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan
permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang, harga telur
ayam buras sekarang, harga telur bebek sekarang dan jumlah penduduk sekarang.
Faktor-faktor inilah yang perlu diteliti apakah memang benar berpengaruh
terhadap permintaan telur ayam ras.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan
telur ayam ras di Sumatera Utara maka keseimbangan akan tercapai, yaitu jumlah
(35)
Adapun skema kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan tersebut
disajikan pada gambar berikut :
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh
Faktor yang mempengaruhi :
1.Harga telur ayam ras 2.Harga telur ayam buras 3.Harga telur bebek 4.Jumlah penduduk Faktor yang
mempengaruhi :
1.Harga telur ayam ras 2.Populasi ayam ras
petelur
Permintaan telur ayam ras Penawaran
telur ayam ras
(36)
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang telah
dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras dan populasi ayam ras
petelur terhadap penawaran telur ayam ras.
2. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras, harga telur ayam
buras, harga telur bebek dan jumlah penduduk terhadap permintaan telur ayam
ras.
3. Penawaran dan Permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah konvergen
(37)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian dipilih secara purposive (sengaja) yaitu Provinsi Sumatera Utara. Dasar pertimbangan ditunjuk Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah
penelitian adalah karena Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra
produksi telur ayam ras di Indonesia.
Di Indonesia hampir setiap daerah menghasilkan telur ayam ras. Dari data
produksi telur ayam ras di Indonesia menurut provinsi tahun 2007-2010 secara
keseluruhan Indonesia menghasilkan telur ayam ras sebanyak 1.930.716 Ton pada
tahun 2008, dan pada tahun 2012 menghasilkan telur ayam ras sebanyak
1.059.266 Ton.
Sumatera Utara memiliki produktifitas yang baik, seperti yang tertera pada tabel 4
yang menunjukkan bahwa Sumatera utara menduduki peringkat ke empat sebagai
penghasil telur ayam ras di Indonesia sepanjang tahun 2008-2012. Penghasil telur
ayam ras terbesar di Indonesia dihasilkan dari Provinsi Jawa Timur, pada
peringkat ke dua sebagai penghasil telur ayam ras terbesar di Indonesia berasal
dari Provinsi Jawa Tengah dan disusul oleh Jawa Barat sebagai peringkat ketiga.
Dan D.K.I. Jakarta merupakan satu-satunya Provinsi yang tidak menghasilkan
telur ayam ras sama sekali. Untuk melihat jumlah telur yang dihasilkan dapat
(38)
Tabel 4. Produksi Telur Ayam Ras di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2007-2010 (Ton)
No Provinsi Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 N. Aceh Darussalam 896 1.868 1.962 2.419 2.586
2 Sumatera Utara 67.979 69.323 74.302 79.204 80.590
3 Sumatera Barat 48.938 55.538 55.538 60.148 20.624
4 Riau 4.833 5.049 1.748 1.384 1.089
5 Jambi 3.178 3.393 3.848 4.771 3.978
6 Sumatera Selatan 42.974 45.683 47.616 48.726 49.778
7 Bengkulu 609 435 452 582 605
8 Lampung 12.427 34.231 40.470 44.878 52.891
9 Bangka Belitung 1.629 1.463 580 593 497
10 Kepulauan Riau 3.729 5.433 6.935 7.129 8.059
11 D.K.I. Jakarta 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 105.046 95.628 103.428 115.787 118.945
13 Jawa Tengah 135.057 169.146 174.884 179.974 185.891
14 D.I. Yogyakarta 23.921 25.250 23.361 26.111 26.851
15 Jawa Timur 292.786 204.147 209.516 235.832 244.379
16 Banten 54.856 43.620 41.581 57.626 58.951
17 Bali 28.694 29.894 29.472 36.606 37.759
18 Nusa Tenggara Barat 29.747 648 9.008 1.268 1.235
19 Nusa Tenggara Timur 691 607 705 1.385 1.385
20 Kalimantan Barat 22.092 15.988 16.257 15.613 17.995
21 Kalimantan Tengah 507 522 538 120 260
22 Kalimantan Selatan 15.431 30.645 28.990 20.286 20.887
23 Kalimantan Timur 5.254 8.023 12.164 8.032 12.164
24 Sulawesi Utara 7.380 7.219 7.316 7.838 8.517
25 Sulawesi Tengah 4.202 4.897 4.445 5.297 5.881
26 Sulawesi Selatan 36.804 45.148 45.903 50.003 52.074
27 Sulawesi Tenggara 654 1.248 1.414 1.369 1.405
28 Gorontalo 1.039 1.039 1.551 1.565 1.025
29 Sulawesi Barat 0 44 138 607 604
30 Maluku 213 267 285 348 371
31 Maluku Utara 90 134 140 10.838 1.253
32 Papua Barat 640 305 338 494 495
33 Papua 683 676 752 1.013 1.102
Indonesia 1.930.716 909.519 945.635 1.027.845 1.059.266
(39)
Tabel 5. Produksi Telur Ayam Ras Tahun 2007-2010 (Ton) di Sumatera Utara
No. Tahun Produksi Telur Persentase
Pertumbuhan (%)
1 2007 73.691,03 -
2 2008 68.978,60 -6,83
3 2009 69.323,47 0,49
4 2010 73.721,91 5,96
5 2011 81.184,27 9,19
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka (dari berbagai edisi tahun)
Dari tabel diatas dapat dlihat produksi telur ayam ras pada tahun 2007 sebesar
73.691,03 ton. Penurunan produksi telur ayam ras dialami pada tahun 2008
dengan pertumbuhan -6,83% dari tahun sebelumnya sebesar 68.978,60 ton. Pada
tahun 2009 hanya mengalami sedikit pertumbuhan sebesar 0,49% dari tahun
sebelumnya sebesar 69.323,47 ton. Di tahun 2010 mengalami peningkatan
sebesar 5, 96% dari tahun sebelumnya sebesar 73.721,91 ton. Pada tahun 2011
mengalami peningkatan produksi telur ayam ras sebesar 9,19% dari tahun
sebelumnya sebesar 81.184,27 ton. Dapat disimpulakan bahwa hampir terjadi
peningkatan produksi telur ayam ras di tiap tahunnya.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 2001-2011.. Data-data tersebut di peroleh dari beberapa instansi. Adapun jenis dan sumber data yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel
(40)
Tabel 6. Spesifikasi Pengumpulan Data
No. Jenis Data Sumber Metode
1. Jumlah konsumsi telur ayam ras
Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara
Mencari publikasi Instansi terkait
2. Harga telur ayam ras, telur ayam buras, dan telur bebek
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Mencari publikasi Instansi terkait
3. Populasi ayam ras petelur
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Mencari publikasi Instansi terkait 4. Jumlah penduduk Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Utara
Mencari publikasi Instansi terkait 5. Jumlah produksi telur
ayam ras
Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara
Mencari publikasi Instansi terkait
3.3Metode Analisis Data
Untuk hipotesis 1 dan 2 dianalisis dengan Regresi Linier Berganda melalui
program SPSS mengunakan metode OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil. Fungsi penawaran didefinisikan sebagai fungsi dari harga telur
ayam ras, dan populasi ayam ras petelur yang secara matematis dirumuskan
sebagai berikut :
Qst = b1Prt + b2Popt + k
Model fungsi permintaan telur ayam ras pada tahun t didefinisikan sebagai fungsi dari harga telur ayam ras, harga telur ayam buras, harga telur bebek dan jumlah
(41)
Dimana :
Qst = Penawaran telur ayam ras pada tahun sekarang
Qdt = Permintaan telur ayam ras pada tahun sekarang
Prt = Harga telur ayam ras pada tahun sekarang
Pbt = Harga telur ayam buras pada tahun sekarang
Pet = Harga telur bebek pada tahun sekarang
Popt = Jumlah populasi ayam ras petelur
Pndt = Jumlah penduduk pada tahun sekarang a, b = Parameter Estimasi
c, k = Konstanta regresi
Agar dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik secara statistik yang di sebut
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
Uji Kesesuaian
1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Penilaian terhadap koefisien determinasi bertujuan untuk melihat apakah kekuatan
variabel bebas dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin banyak
variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefisien determinasiny
(Nachrowi dan Usman, 2006).
Koefisien determinasi untuk mengukur tingkat ketepatan. Besarnya koefisien
(42)
Makin banyak ariabel didalam model, maka semakin naik fungsi tersebut, artinya
semakin besar nilai R2. Jika R2 semakin dekat dengan satu, maka semakin cocok
regresi untuk meramalkan Y (Firdaus, 2004).
R2=
2. Secara Serempak (Uji F)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas
terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit (Sulianto, 2011). Kriteria pengujian:
Jika nilai Signifikansi ≥ 0.1, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 90 %
Jika nilai Signifikansi < 0.1, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 90 %
Hipotesis yang diajukan:
H0 : Variabel bebas secara serempak tidak memiliki pengaruh yang nyata
terhadap variabel terikat.
H1 : Variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh yang nyata terhadap
variabel terikat.
3. Secara Parsial (Uji t)
Analisis untuk menguji signifikansi nilai koefisien regresi secara parsial yang
diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) adalah statistik uji t (t test) dengan taraf signifikan yang memadai (Firdaus, 2004).
Kriteria pengujian:
(43)
Jika nilai Signifikansi < 0.1, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 90 %
Hipotesis yang diajukan:
H0 : Variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
H1 : Variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
Pendugaan dengan metode kuadrat terkecil OLS (Ordinary Least Square) memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) sehingga dilakukan uji asumsi klasik yang terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Asumsi Normalitas
Menurut Andryan (2010), uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel
dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal.
Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan
melihat penyebaran data, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas hanya digunakan jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk
mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal.Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak perlu dilakukan uji normalitas. Sebab, distribusi
(44)
2. Uji Asumsi Multikolinieritas
Menurut Sulianti (2011), uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji
apakah pada model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau
sempurna diantara variabel bebas atau tidak.
Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka memiliki koefisien korelasi
yang tidak sama dengan nol terhadap variabel bebas lainnya (Nugroho, 2011).
Menurut Firdaus (2004), untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat ditinjau
dari beberapa hal berikut:
a. Nilai R2 tinggi tetapi nilai t statistik sangat kecil atau bahkan tidak ada
variabel bebas yang signifikan maka hal ini menunjukkan adanya gejala
smultikolinearitas.
b. Menganalisis korelasi diantara variabel bebas. Jika diantara variabel bebas
ada korelasi yang cukup tinggi (lebih besar dari 0,90), hal ini merupakan
indikasi adanya multikolinieritas.
c. Jika nilai VIF (variance inflating factor) tidak lebih dari 10 (VIF < 10), tingkat kolinieritas dapat ditoleransi.
3. Uji Asumsi Autokorelasi
Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa korelasi
diantara faktor gangguan. Korelasi dapat terjadi pada suatu pengamatan dari data
yang diperoleh pada suatu waktu tertentu yaitu data seksi silang (data cross sectional) atau data runtutan menurut waktu (time series data). Untuk mengetahui adanya masalah autokorelasi pada suatu model regresi adalah dengan Uji Durbin
(45)
autokorelasi linier orde pertama, artinya faktor pengganggu et berpengaruh faktor
penganggu et-1 (Firdaus, 2004).
Menurut Firdaus (2004), menentukan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi
adalah sebagai berikut :
a. Bila nilai DW berada diantara dU sampai dengan 4-dU, berarti koefisien
korelasi sama dengan nol dan artinya tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih kecil dari pada dL, berarti koefisien korelasi lebih
besar dari pada nol da artinya terjadi autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4-dL, berarti koefisien korelasi lebih
kecil dari pada nol dan artinya terjadi autokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak diantara 4-dU dan 4-dL, maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
Hipotesis 3 dianalisis menggunakan Model Cobweb dengan fungsi penawaran dan
permintaan yang dipengaruhi oleh faktor harga. Model cobweb bukan sebagai
fungsi dari harga yang berlaku saat ini, tetapi harga dari periode aktu terdahulu
(Chiang, 2005)
Menurut Chiang dan Wainwright (2008), situasi dimana keputusan output
produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan aktual seperti dalam
produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului dalam waktu yang
cukup panjang dari panen dan penjualan hasil. Mari kita asumsikan bahwa
keputusan dalam periode t didasarkan pada harga Pt yang berlaku kemudian. Namun karena output ini tidak akan tersedia untuk penjualan sebagai periode
(t+1), Pt tidak akan menentukan Qst melainkan Qs, t+1. Jadi sekarang kita mempunyai fungsi penawaran yang “ketinggalan” (lagged).
(46)
Qs, t+1 = S(Pt)
Atau, secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dalam satu
periode
Qst = S(Pt-1)
Bila fungsi penawaran semacan itu berinteraksi dengan fungsi permintaan yang
berbentuk
Qdt = D(Pt)
akan menghasilkan suatu pola harga yang dinamis yang menarik.
Dengan menggunakan versi linear dari fungsi penawaran (ketinggalan dan fungsi
permintaan (tidak ketinggalan), dan dengan mengasumsi bahwa dalam setiap
periode waktu harga pasar selalu ditetapkan pada tingkat pasar bebas, kita
mempunyai model pasar dengan tiga persamaan berikut:
Qdt = Qst
Qdt = t
Qst = t-1 (
Namun denga mensubsitusikan dua persamaan yang terakhir kedalam yang
pertama, modelnya dapat disederhanakan menjadi satu persamaan diferens orde
pertama sebagai berikut:
(47)
Agar persamaan ini dapat diselesaikan, terlebih dahulu kita harus
menormalisasikan dan menggeser subskrip waktu yang lebih awal satu periode
[ubah t ke (t + 1), dan seterusnya]. Hasilnya.
t+1 + Pt =
yt+1 + ayt = c
Maka diperoleh
y = P dan c =
Karena dan keduanya positif, maka a -1
yt = A ( a)t +
Dimana
A = yo
Akan diperoleh persamaan berikut P0
Pt = t +
dimana P0 menggambarkan harga awal.
Ekspresi , yang merupakan integral khusus dari persamaan
diferens, dapat dianggap sebagai ekuilibrium harga intertemporal dari model:
(48)
Sepanjang berkenaan dengan ekuilibrium dalam pasar bebas, harga yang dicapai
dalam tiap priode merupakan suatu harga ekuilibrium, karena kita telah
mengasumsikan bahwa Qdt – Qst untuk setiap t. Karena ini merupakan suatu
konstantan, maka merupakan suatu ekuilibrium stasioner. Dengan
mensubstitusikan P kedalam penyelesaian, dapat mengekspresikan jalur waktu Pt dengan cara lain dalam bentuk:
Pt = t + P
Atau
yt = Abt + yp
Keseimbangan divergen jika |b| > 1
Keseimbangan konvergen jika |b| < 1
3.4 Definisi dan Batasan Operasional
Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat di skripsi ini.
3.4.1 Definisi
1. Penawaran telur ayam ras adalah banyaknya jumlah telur ayam ras yang
ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu.
2. Harga telur ayam ras adalah harga yang sudah ditetapkan oleh produsen
ataupun oleh pedagang telur ayam ras.
3. Harga telur ayam buras adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang
(49)
4. Harga telur bebek adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang telur
bebek.
5. Populasi ayam ras petelur adalah jumlah ayam ras petelur yang
menghasilkan telur ayam ras.
6. Permintaan telur ayam ras adalah jumlah telur ayam ras yang dibeli
konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
7. Jumlah penduduk adalah jumlah penduduk yang ada di Sumatera Utara.
8. Keseimbangan adalah keadaan yang menunjukkan jumlah telur yang
ditawarkan sama dengan jumlah telur yang diminta, baik konsumen
maupun produsen telah menyetujui pada tingkat harga tertentu.
3.4.2 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Daerah penelitian di Sumatera Utara.
2. Data yang digunakan adalah data mengenai pengaruh penawaran dan
permintaan telur ayam ras dalam kurun waktu 2001-2011
(50)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK DATA
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak, Topografi dan Iklim Daerah Penelitian
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1o
-4o Lintang Utara dan 98o-100o Bujur Timur. Luas datan Provinsi Sumatera Utara
adalah 71. 680,68 km2. Secara administratif, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari
25 kabupaten dan 8 kota dan memiliki batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Provinsi Aceh
- Sebelah Timur : Negara Malaysia di Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Provinsi Riau dan Sumatera Barat
- Sebelah Barat : Samudera Hindia
Berdasarkan topografi wilayah Sumatera Utara dibagi atas 3 daerah yaitu:
1. Pantai Barat terdiri dari Kabupaten: Nias, Nias Selatan, Mandailing Natal,
Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah dan Kota Padang Sidempuan.
2. Dataran Tinggi terdiri dari Kabupaten: Tapanuli Utara, Toba Samosir,
Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, dan Pakpak Bharat.
3. Pantai Timur terdiri dari Kabupaten: Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang,
(51)
Karena terletak dekat garis khatiulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong
kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera
Utara sangat bervariasi, sebagimana daerahnya datar, hanya beberapa meterr
diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2oC sebagian
daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian
lagi berada di daerah ketinggia yang suhunya minimal bisa mencapai 20oC.
Sebagaimana Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai
musim kemarau dan musim penghuja. Musim kemarau biasanya terjadi pada
bulan juni sampai dengan september dan musim penghujan biasanya terjadi pada
bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi
dengan musim pancaroba. Kelembaban udara rata-rata 78%-91% dengan curah
hujan (800-4000) mm/tahun, kecepatan angin mencapai 0,2-2,9 mis/sec dan
penyinaran matahari 43%.
Luas daerah dan ketinggian permukaan dataran Provinsi Sumatera Utara
(52)
Tabel 7. Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
No Kabupaten/Kota Luas Letak/Ketinggian (Km2) (m dpl) Kabupaten/Kota
1 Nias 980,32 0-800
2 Mandailing Natal 6.620,70 0-1000
3 Tapanuli Selatan 4.352,86 0-1915
4 Tapanuli Tengah 2.158,00 0-1266
5 Tapanuli Utara 3.764,65 150-1700
6 Toba Samosir 2.352,35 900-220
7 Labuhan Batu 2.561,38 0-700
8 Asahan 3.675,79 0-1000
9 Simalungun 4.386,60 0-369
10 Dairi 1.927,80 400-1600
11 Karo 2.127,25 120-1420
12 Deli Serdang 2.486,14 0-500
13 Langkat 6.263,29 0-1200
14 Nias Selatan 1.625,91 0-800
15 Humbang Hasundutan 2.297,20 330-2075
16 Pakpak Bharat 1.218,30 700-1500
17 Samosir 2.433,50 904-2157
18 Serdang Bedagai 1.913,33 0-500
19 Batu Bara 904,96 0-50
20 Padang Lawas Utara 3.918,05 0-1915
21 Padang Lawas 3.892,74 0
22 Labuhan Batu Selatan 3.116,00 0-500
23 Labuhan Batu Utara 3.545,80 0-700
24 Nias Utara 1.501,62 0-478
25 Nias Barat 544,09 0-800
Kota
26 Sibolga 10,77 0-50
27 Tanjung Balai 61,52 0-3
28 Pematang Siantar 79,97 400-500
29 Tebing Tinggi 38,44 26-34
30 Medan 265,10 2,5-37,5
31 Binjai 90,24 0-28
32 Padangsidimpunan 114,65 260-1100
33 Gunung Sitoli 469,36 0-600
Sumatera Utara 71.698,68
(53)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah dengan luas tebesar adalah Kabupaten
Mandailing Natal dengan Luas 6.620,70 Km2, namun pada daerah ini tidak
menghasilkan telur ayam ras (Lampiran). Sedangkan daerah dengan luas terkecil
adalah Sibolga dengan luas 10,77 Km2, daerah ini juga bukan penghasil telur
ayam ras. Daerah yang memiliki dataran paling tinggi diatas permukaan laut
adalah Kabupaten Toba Samosir dengan letak 2.200 m dpl, daerah ini tidak
meghasilkan telur ayam ras. Sedangkan yang paling rendah adalah Tanjung Balai
dengan letak 0-3 m dpl, daerah ini menghasilkan telur ayam ras dalan jumlah yang
sedikit, pada tahun 2010 hanya menghasilkan telur ayam ras sebanyak 2,42 ton.
4.1.2 Keadaan Penduduk
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya
di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 2011
sebesar 13.103.596 jiwa. Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin
laki-laki berjumlah sekitar 6.544.092 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 6.559.504
jiwa dengan luas wilayah 71.680,68 km2. Dapat digambarkan kepadatan
penduduk Provinsi Sumatera Utara sebesar 183 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya
(54)
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
(Tahun) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
0-4 732.656 694.839 1.427.495
5-9 752.129 706.672 1.458.801
10-14 721.596 681.556 1.403.152
15-19 641.981 626.059 1.268.040
20-24 565.045 574.551 1.139.596
25-29 539.250 541.393 1.080.643
30-34 506.864 504.274 1.011.138
35-39 453.479 459.973 913.452
40-44 406.192 417.633 823.825
45-49 354.147 370.305 724.452
50-54 301.078 307.192 608.270
55-59 222.538 224.381 446.919
60-64 132.909 152.241 285.150
65+ 214.228 298.435 512.663
Jumlah 6.544.092 6.559.504 13.103.596
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak yaitu pada
golongan umur 5-9 tahun sebesar 1.458.801 jiwa, diman jumlah laki-laki sebesar
752.129 jiwa dan perempuan sebesar 706.672 jiwa. Dan yang paling sedikit
jumlah penduduknya yaitu pada golongan umur 60-64 tahun sebesar 258.150
jiwa, dimana jumlah laki-laki sebesar 132.909 jiwa dan perempuan sebesar
152.241 jiwa.
Tabel 9. Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 No. Uraian Perkotaan Pedesaan Total
1 Jumlah 6.442.356 6.661.240 13.103.596
2 Persentase (%) 49,16 50.84 100
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
(55)
Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,66 juta jiwa (50,84%) dan yang tinggal
didaerah perkotaan sebesar 6,44 juta jiwa (49,16%).
4.1.3 Keadaan Ekonomi
Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2011 tumbuh
sebesar 6,58% meningkat jika dibanding tahun sebelumnya. PDRB Provinsi
Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2011 sebesar Rp
314,157 triliun. Dengan sektor industri masih sebagai kontributor utama dengan
peranan mencapai 22,50%. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan sebesar 22,48% dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 19,11%. Sementara itu sektor-sektor lainnya memberi total
konstribusi sebesar 35,91% terhadap perekonomian di Sumatera Utara dengan
sektor listrik, gas, dan air bersih memberi konstribusi terkecil sebesar 0,94%.
Untuk lebih jelasnya dapat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Produk Domestik Regional Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 (Miliar Rupiah)
No. Lapangan Usaha PDRB
Persentase (%)
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 70.636 22,48
dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 4.341 1,38
3 Industri Pengolahan 70.672 22,50
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2.966 0,94
5 Konstruksi Bangunan 20.173 6,42
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 60.033 19,11
7 Pengangkutan dan Komunikasi 28.833 9,18
8 Keuangan, Real Estate dan Jasa 21.888 6,97
Pengangkutan
9 Jasa-jasa 34.615 11,02
Total 314.157 100
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
(56)
Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka
digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan Harga
Konstan Tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2011 sebesar Rp 126,451
triliun. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 23,23%,diikuti sektor industri pengolahan
sebesar 20,96%, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,74%.
Untuk lebih jelasnya dapat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Produk Domestik Regional Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 (Miliar Rupiah)
No. Lapangan Usaha PDRB
Persentase (%)
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 29.377 23,23
dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 1.495 1,18
3 Industri Pengolahan 26.549 21,00
4 Listrik, Gas, Air Bersih 944 0,75
5 Konstruksi Bangunan 8.755 6,92
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23.693 18,74
7 Pengangkutan dan Komunikasi 12.676 10,02
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan 9.992 7,90
Bagunan & Tanan dan Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 12.970 10,26
Total 126.451 100
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Jalan merupakan prasarana pengangkut yang penting untuk memperlancar dan
mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan
menntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
(57)
Tabel 12. Panjang Jalan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 No. Uraian Panjang Jalan (Km)
1 Negara 2.831.127
2 Provinsi 3.048.505
3 Kabupaten/Kota 33.078.178
Jumlah 38.957.810
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Jalan yang terpanjang di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan status jalan
Kabupaten/Kota, yaitu 33.078.178 Km dan yang paling pendek adalah jalan
negara, yaitu 2.831.127 Km. Sedangkan jalan Provinsi sepanjang 3.048.505 Km.
4.1.5 Karakteristik Data
Sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai hal yang mempengaruhi
penawaran dan permintaan telur ayam ras dalam kurun waktu 2001-2011. Untuk
analisis penawaran data yang digunakan adalah data jumlah penawaran telur ayam
ras tahun 2001-2011, harga telur ayam ras tingkat produsen tahun 2001-2011 dan
jumlah populasi ayam ras petelur tahun 2001-2011. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Karakteristik Data Untuk Analisis Penawaran Telur Ayam Ras di Sumatera Utara tahun 2001-2011
No. Uraian Satuan 2001 2011 Persentase
Pertumbuhan
1. Penawaran Telur Ton 99.498,84 81.184,27 -22,55%
Ayam Ras
2. Harga Produsen Rp/Ton 5.077.050 13.261.870 61,71% Telur Ayam Ras
3. Populasi Telur Ekor 13.825.929 9.060.742 -52,59% Ayam Ras
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
(58)
Untuk analisis permintaan, data yang diginakan adalah jumlah permintaan telur
ayam ras tahun 2011, harga telur ayam ras tingkat konsumen tahun
2001-2011, harga telur ayam buras tingkat konsumen tahun 2001-2001-2011, harga telur
bebek tingkat konsumen tahun 2001-2011 dan jumlah penduduk tahun 2001-2011.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14. Karakteristik Data Untuk Analisis Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara tahun 2001-2011
No. Uraian Satuan 2001 2011 Persentase
Pertumbuhan
1. Permintaan Telur Ton 87.332,98 80.587,12 -8,37%
Ayam Ras
2. Harga Konsumen Rp/Ton 5.384.750 15.385.000 65%
Telur Ayam Ras
3. Harga Konsumen Rp/Ton 30.000.000 62.500.000 52%
Telur Ayam Ras
4. Harga Konsumen Rp/Ton 10.000.200 22.857.600 56,25% Telur Bebek
5. Jumlah Penduduk Jiwa 11.722.548 13.103.596 10,53%
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
(59)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
Berdasarkan persamaan pada metode analisis data yang digunakan sebagai
variabel bebas (Dependen Variable) terdiri dari harga telur ayam ras (Prt), populasi ayam ras petelur (Popt). Dari variabel bebas tersebut tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara
sebagai variabel terikat (Dependen Variable). Setelah variabel terikat dan variabel bebas dimasukkan maka akan terbentuk persamaan sebagai berikut:
Qst = b1Prt + b2Popt + k Dimana :
Qst = Penawaran telur ayam ras pada tahun sekarang
Pr1 = Harga telur ayam ras pada tahun sebelumnya
Popt = Jumlah populasi ayam ras petelur b = Parameter Estimasi
k = Konstanta Regresi
Hasil analisis regresi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara secara dinamis
(60)
Tabel 15. Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
Penduga
Koefisien
Regresi Sig. t Sig. F Toleransi VIF
(Constant) -7777,462 0,652
HargaTelurRas 0,001 0,620 0,692 1,444
PopulasiAyamRas 0,009 0,000 0,692 1,444
R2 0,928
0,000
Sumber: Diperoleh dari hasil analisis regresi Lampiran 10
Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan sebagai berikut:
Qst = 7777,462 + 0,001 Prt + 0,009 Popt + k
Dari persamaan tersebut diperoleh konstanta sebesar 7777,462, nilai ini
menunjukkan jumlah penawaran telur ayam ras pada tahun sekarang di Sumatera
Utara adalah sebesar 7777,462 ton apabila tidak dipengaruhi oleh faktor harga
telur ayam ras (Prt), populasi ayam ras petelur (Popt).
Untuk harga telur ayam ras diperoleh nilai koefisien sebesar 0,001, hal ini
menunjukkan bahwa penawaran telur ayam ras akan naik sebesar 0,001 ton untuk
setiap kenaikan harga telur ayam ras tahun sebelumnya sebesar 1 rupiah per ton
per tahun, dimana faktor yang lain dianggap konstan.
Untuk jumlah populasi aym ras petelur pada tahun sekarang diperoleh nilai
koefisien sebesar 0,009, hal ini menunjukkan bahwa penawaran telur ayam ras
tahun sekarang akan naik sebesar 0,009 ton untuk setiap kenaikan jumlah populasi
ayam ras petelur per ekor per tahun, dimana faktor yang lain dianggap konstan.
(61)
Dari tabel diperoleh nilai R-Square (R2) sebesar 0,928 artinya bahwa variabel
bebas (harga telur ayam ras dan populasi ayam ras petelur) mampu menjelaskan
variabel terikat (penawaran telur ayam ras) sebesar 92,8% sementara 7,2% lagi
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan didalam model.
2. Secara Serempak (Uji F)
Dari tabel diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil
dibandingkan dengan sebesar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 tolak, H1 terima.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki penngaruh
secara nyata terhadap penawaran telur ayam ras di daerah penelitian.
3. Secara Parsial (Uji t)
Dari tabel diperoleh nilai signifikan t.
Harga telur ayam ras tahun sebelumnya (Prt) sebesar 0,620 yaitu lebih besar dibandingkan dengan sebesar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 diterima, H1
ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh harga telur ayam ras (Prt) terhadap penawaran telur ayam ras pada tahun sekarang adalah tidak nyata.
Populasi ayam ras petelur (Popt) sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan sebesar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini
menunjukkan pengaruh populasi ayam ras petelur (Popt) terhadap penawaran telur ayam ras pada tahun sekarang adalah nyata.
(62)
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dapat dilihat dari histogram hasil pengolahan dengan SPSS
sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik Histogram Uji Normalitas Penawaran Telur Ayam Ras
Berdasarkan histogram diatas terlihat bahwa variabel keputusan berdistribusi
normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data terlihat data menyebar mengikuti
pola garis diagonal dan diagram yang tidak condong ke kiri aupun ke kanan.
(63)
Gambar 6. Scatterplot Uji Normalitas Penawaran Telur Ayam Ras
Scatterplot diatas memiliki aturan jarak titik-titik (gradient antara probabilita
kumulatif observasi dan probabilita kumulatif harapan) berada sepanjang garis,
maka residual mengikuti distribusi normal. Melihat gambar diatas dimana
titik-titik yang relatif tidak jauh dari garis, maka dapat disimpulakan bahwa variabel
keputusan telah mengikuti distribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF dari masing-masing variabel dibawah ini:
Tabel 16. Nilai Collinearity Statistics Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
Penduga Tolerance VIF
HargaTelurRasSebelumnya 0,692 1,444
PopulasiAyamRas 0,692 1,444
(64)
Berdasarkan tabel nilai Tolerance dari masing-masing variabel besar dari 0,1 dan kolerasi antara variabel independen (bebas) juga dapat dilihat dari VIF ( variance-inflating-factor) yaitu < 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa didalam persamaan tidak terjadi multikolinieritas.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi tidak disunakan dalam tulisan ini, karena terdapat variabel lag
dalam variabel bebas.
5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara
Berdasarkan persamaan pada metode analisis data yang digunakan sebagai
variabel bebas (Dependen Variable) terdiri dari harga telur ayam ras (Prt), harga telur ayam buras (Pbt), harga telur bebek (Pet) dan jumlah penduduk pada (Pndt). Dari variabel bebas tersebut tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya
terhadap permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara (Qdt) sebagai variabel terikat (Dependen Variable). Setelah variabel terikat dan variabel bebas dimasukkan maka akan terbentuk persamaan sebagai berikut:
Qdt = a1Prt + a2 Pbt + a3 Pet + a4Pndt + c Dimana :
Qdt = Permintaan telur ayam ras pada tahun sekarang
Prt = Harga telur ayam ras pada tahun sekarang
Pbt = Harga telur ayam buras pada tahun sekarang
(1)
Collinearity Diagnosticsa
Model Dim ensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) Htelurras Htelurburas Htelurbebek
Permintaansebel um
1 1 4.753 1.000 .00 .00 .00 .00 .00
2 .182 5.107 .01 .09 .00 .01 .21
3 .038 11.238 .01 .78 .03 .17 .03
4 .021 15.119 .75 .12 .00 .05 .75
5 .006 27.137 .23 .02 .97 .77 .00
a. Dependent Variable: permintaan
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 5.9109E4 1.3223E5 8.3413E4 23203.29899 11 Std. Predicted Value -1.047 2.104 .000 1.000 11 Standard Error of Predicted
Value 7499.152 1.589E4 1.070E4 2737.551 11
Adjusted Predicted Value -4.2056E4 1.4073E5 7.9346E4 47407.88329 11 Residual -2.47905E4 2.36189E4 .00000 12657.26433 11
Std. Residual -1.517 1.445 .000 .775 11
Stud. Residual -2.005 1.751 .005 1.188 11
Deleted Residual -6.84737E4 1.22643E5 4.06634E3 48133.12530 11 Stud. Deleted Residual -3.187 2.287 -.047 1.573 11
Mahal. Distance 1.197 8.546 3.636 2.432 11
Cook's Distance .001 10.653 1.333 3.215 11
Centered Leverage Value .120 .855 .364 .243 11 a. Dependent Variable: permintaan
(2)
(3)
Lampiran 12. Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Penawaran Telur
Ayam Ras di Sumatera Utara
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 HargaTelurRasS
ebelumnyaa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Penawaran
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .399a .159 .066 27582.41762 .159 1.706 1 9 .224 .947 a. Predictors: (Constant),
HargaTelurRasSebelumnya
b. Dependent Variable: Penawaran
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.298E9 1 1.298E9 1.706 .224a
Residual 6.847E9 9 7.608E8
Total 8.145E9 10
a. Predictors: (Constant), HargaTelurRasSebelumnya b. Dependent Variable: Penawaran
(4)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order
Partia l Part
Toler ance VIF 1 (Constant) 116375.988 24577.830 4.735 .001
HargaTelur RasSebelu mnya
-.004 .003 -.399 -1.306 .224 -.399 -.399 -.399 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Penawaran
(5)
Lampiran 13. Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Permintaan Telur
Ayam Ras di Sumatera Utara
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 hargatelurrasa . Enter a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: permintaan
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F
Change df1 df2
Sig. F Change
1 .345a .119 .021 26154.72568 .119 1.212 1 9 .299 1.224 a. Predictors: (Constant),
hargatelurras
b. Dependent Variable: permintaan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8.294E8 1 8.294E8 1.212 .299a
Residual 6.157E9 9 6.841E8
Total 6.986E9 10
a. Predictors: (Constant), hargatelurras b. Dependent Variable: permintaan
(6)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) 105408.981 21477.088 4.908 .001
hargatelurras -.002 .002 -.345 -1.101 .299 -.345 -.345 -.345 1.000 1.000 a. Dependent Variable: permintaan