Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Telur Ayam Ras Di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara

(1)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan

Penawaran Telur Ayam Ras Di Kota Binjai Provinsi Sumatera

Utara

SKRIPSI

OLEH :

Vicha Debby A. Sianipar 060304056

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

ABSTRAK

VICHA DEBBY A. SIANIPAR (0603040456), dengan judul penelitian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN DAN PENAWARAN TELUR AYAM RAS DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA”

.

Penelitian ini dibimbing oleh

Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan Ibu DR. Ir. Salmiah, MS.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di kota Binjai.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di kota Binjai.

3. Untuk menganalisis trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai (1999 - 2009).

4. Untuk mengetahui trend proyeksi pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai (2011 - 2021).

Daerah Penelitian ditetapkan secara purposive. Teknik pengambilan sampel dengan metode accindental. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, analisis trend dan metode proyeksi.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Dari hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa permintaan telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan sedangkan harga komoditi lain yaitu telur itik tidak mempengaruhi permintaan telur ayam ras.

2. Dari hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa penawaran telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran dan keuntungan.

3. Terdapat trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam kurun waktu 1999 – 2009 yaitu trend menurun sebesar -55,3 % atau sekitar - 4.052.646 kg dengan persentase rata-rata -5,53 % per tahun.

4. Berdasarkan hasil proyeksi maka tahun 2011 – 2021 mendatang produksi telur ayam ras di Kota Binjai diperkirakan mengalami penurunan produksi sebesar - 106,61 % dengan persentase rata-rata -8,88% per tahun.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Vicha Debby Agustina Sianipar, lahir di Medan pada tanggal 27

Agustus 1987. Anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak S. Sianipar

dan Ibu D. Sitindaon.

Pendidikan yang telah ditempuh Penulis adalah:

1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 060888, Medan dan tamat

tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 7

Medan dan tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 4 Medan dan

tamat tahun 2006.

4. Tahun 2006 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juni-Juli 2010 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Parbuluan V, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat

dan kasih-Nya yang memberi kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul penelitian ini adalah ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN TELUR AYAM

RAS DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA ” sebagai salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Anggota Anggota Komisi Pembimbing dan

juga selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan yang telah memberi waktu dalam

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi Penulis.

4. Seluruh Konsumen dan pedagang telur ayam ras yang telah bersedia menjadi

sampel dalam penyusunan skripsi Penulis dan semua instansi yang terkait

yang turut membantu dalam penyusunan skripisi ini.

Teristimewa kepada kedua orang tua yang saya sayangi (S. Sianipar dan


(5)

terimakasih untuk kasih sayang, dukungan semangat, materi dan doa yang diberi

pada Penulis sampai pada saat ini. Dan juga buat seluruh teman-teman stambuk 06

(Rani, Tycha, Ester, Friska, Susanti, Ocan, Deni, Freddywan, Agus, Martha, Tina,

Agatha, dan teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu)

senior dan junior atas seluruh bantuan, dukungan dan semangat yang diberikan

selama proses penulisan skripsi sampai dengan selesai. Dan juga kepada Josua

Tampubolon, YPDPA Sumut dan rekan – rekan di 88LaFemme atas perhatian,

semangat dan dukungannya.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini ke depannya.

Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Landasan Teori ... 12

2.3. Kerangka Pemikiran ... 19

2.4. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III. METODE PENELITAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 24

3.2.1. Konsumen ... 24

3.2.2. Pedagang ... 24

3.3. Metode Pengambilan Data ... 24

3.4. Metode Analisis Data ... 25

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 28

3.5.1. Definisi ... 28

3.5.2. Batasan Operasional ... 29

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

4.1.1. Letak Geografis, Luas Wilayah, Batas dan Iklim ... 31


(7)

4.1.3. Keadaan Penduduk ... 32

4.1.3.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 32

4.1.3.2 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 33

4.1.4. Sarana dan Prasarana ... 33

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 35

4.2.1. Konsumen ... 35

4.2.1.1. Umur... 35

4.2.1.2 Tingkat Pendidikan ... 35

4.2.1.3. Jumlah Tanggungan ... 36

4.2.1.4 Pendapatan ... 36

4.2.2. Pedagang ... 37

4.2.2.1. Biaya Pemasaran ... 37

4.2.2.2. Profit ... 37

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Permintaan Telur Ayam Ras ... 39

5.2. Penawaran Telur Ayam Ras ... 43

5.3. Trend Pertumbuhan Produksi Telur Ayam Ras ... 45

5.4. Proyeksi Produksi Telur Ayam Ras ... 48

BAB VI.KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Pembentukan Harga Ekuilibrium ... 17

2. Skema Kerangka Pemikiran... 21

3. Produksi Telur Ayam Ras Tahun 1999-2009 ... 46


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Konsumsi Telur Perkapita di Sumatera Utara Tahun 2004-2009 ... 3

2. Produksi Telur Ayam Ras Petelur di Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota ... 5

3. Kandungan Gizi Telur Ayam ... 9

4. Jumlah Pasar Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Binjai ... 23

5. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai, tahun 2009 ... 32

6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kota Binjai, Tahun 2009 ... 33

7. Sarana dan Prasarana di Kota Binjai Tahun 2009 ... 34

8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 35

9. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

10. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 36

11. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Rata-rata /keluarga/bulan (Rp) ... 36

12. Distribusi Sampel Berdasarkan Biaya Pemasaran (Rp/bln) ... 37

13. Distribusi Sampel Berdasarkan Profit (Rp/bln) ... 38

14. Koefisien Permintaan Telur Ayam Ras ... 40

15. Koefisien Penawaran Telur Ayam Ras... 44


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Karakteristik Konsumen ... 54

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras .... 55

3. Biaya Pemasaran ... 56

4. Total Penerimaan ... 57

5. Keuntungan/Profit ... 58

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Telur Ayam Ras ... 59

7. Hasil Output SPSS Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras ... 60

8. Hasil Output SPSS Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Telur Ayam Ras ... 65

9. Data Produksi Telur Ayam Ras di Kota Binjai Tahun 1999-2009 ... 71

10. Proyeksi Produksi Telur Ayam Ras di Kota Binjai 10 Tahun Mendatang (2011-2021) ... 72


(11)

ABSTRAK

VICHA DEBBY A. SIANIPAR (0603040456), dengan judul penelitian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN DAN PENAWARAN TELUR AYAM RAS DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA”

.

Penelitian ini dibimbing oleh

Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan Ibu DR. Ir. Salmiah, MS.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di kota Binjai.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di kota Binjai.

3. Untuk menganalisis trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai (1999 - 2009).

4. Untuk mengetahui trend proyeksi pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai (2011 - 2021).

Daerah Penelitian ditetapkan secara purposive. Teknik pengambilan sampel dengan metode accindental. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, analisis trend dan metode proyeksi.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Dari hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa permintaan telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan sedangkan harga komoditi lain yaitu telur itik tidak mempengaruhi permintaan telur ayam ras.

2. Dari hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa penawaran telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran dan keuntungan.

3. Terdapat trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam kurun waktu 1999 – 2009 yaitu trend menurun sebesar -55,3 % atau sekitar - 4.052.646 kg dengan persentase rata-rata -5,53 % per tahun.

4. Berdasarkan hasil proyeksi maka tahun 2011 – 2021 mendatang produksi telur ayam ras di Kota Binjai diperkirakan mengalami penurunan produksi sebesar - 106,61 % dengan persentase rata-rata -8,88% per tahun.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer dikalangan

masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis

lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber

protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan

yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya (Setiawan, 2009).

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik

liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak dan ini

disebut proses pengembangbiakan. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah

dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi

yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka

arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang

terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan

untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur (Gallus, 2010).

Produk ayam (telur dan daging) dan limbahnya diperlukan manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Telur dan daging ayam yang diperlukan oleh ratusan juta

manusia di dunia ini mengakibatkan tumbuhnya peternakan ayam skala kecil,

menengah dan industri ayam modern hampir diseluruh dunia berkembang pesat.

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa


(13)

waktu tersebut dapat satu tahun dan keadaan-keadaan yang harus diperhatikan

antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan

konsumen, dan lain-lain (Arsyad, 2000).

Telur adalah komoditi ekonomi, karena memang ada permintaannya. Tetapi

permintaan konsumen terhadap telur ini dipengaruhi selera, dan selera ini

dipengaruhi antara lain, oleh tingkat pendidikan konsumen itu. Dahulu prinsip

konsumen kita adalah “biar kecil, keriput, kotor, yang penting makan telur”.

Tetapi pandangan konsumen kini berubah, telur yang kotor, keriput dan kecil

tidak laku. Konsumen cenderung pada produk yang penggunaannya praktis, cepat,

kualitas terjamin dan tahan lama, sekalipun itu harus membayar lebih

(Rasyaf, 1991).

Konsumen akan membuat keputusan dalam hal pemilihan membeli suatu barang.

Keputusan itu meliputi pilihan produk, merek, waktu pembelian, jumlah

pembelian, dan tempat pembelian seperti pasar tradisional atau pasar swalayan.

Konsumen akan mencari informasi mengenai pilihan akan keputusannya tersebut

(Sumarwan, 2003).

Penjual/pedagang dapat memilih antara menjual barang itu untuk mendapatkan

uang atau menahan barangnya untuk dipakai sendiri. Keinginan atau keseganan

penjual menahan barangnya menentukan permintaan akan barangnya sendiri. Dan

fungsi penawaran merupakan penawaran yang dinyatakan dalam hubungan

matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu harga barang

bersangkutan, biaya produksi, harga faktor produksi, teknologi, harga produksi


(14)

Bisnis ayam ras di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat

mengesankan. Konsumsi masyarakat terhadap produk hasil ternak yang dua puluh

tahun lalu masih didominasi oleh daging sapi kini telah digantikan oleh daging

dan telur ayam ras. Hal ini dapat terjadi karena peternakan ayam ras dikelola

secara lebih efisien dan harga daging dan telur ayam ras yang terjangkau

(Suharno, 1999).

Masyarakat yang semakin maju tingkat pengetahuannya serta semakin

meningkatnya pendapatan, semakin sadar akan pentingnya kebutuhan protein

dalam kehidupan mereka. Sumber protein dalam makanan dapat diperoleh baik

dari sumber nabati maupun hewani. Sumber protein dari hewani dapat diperoleh

dari ternak, salah satunnya adalah ayam. Ternak memberikan kontribusi yang

sangat penting untuk memproduksi zat-zat makanan yang esensial bagi manusia.

Tabel 1. Konsumsi Telur Perkapita di Sumatera Utara Tahun 2004-2009

No Jenis Komoditi Tahun Rata-rata/Tahun Kg/Kpt/Thn 2004 2005 2006 2007 2008

1 Ayam Buras 1,57 1,33 1,31 1,04 0,71 1,2 2 Ayam Ras 10,42 3,99 3,95 5,74 5,29 5,88 3 Itik 0,91 0,74 0,73 1,32 0,67 0,87 Jumlah 12,9 6,06 5,99 8,10 6,67 7,94

Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2009

Tabel 1 diatas memperlihatkan perkembangan telur unggas di Sumatera Utara

Tahun 2004-2008. Jika dilihat dari tabel konsumsi masyarakat akan telur ayam ras

paling tinggi pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 sangat menurun, hal ini

dikarenakan wabah flu burung yang menyerang Sumatera Utara dari akhir tahun


(15)

Sumut, dan produksi ternak ayam petelur merupakan yang terparah persentase

penurunannya.

Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi

telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila

pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Di masa yang akan

datang, pendapatan per kapita per tahun akan meningkat terutama pada

negara-negara yang saat ini negara-negara yang berkembang dan sedang berkembang. Dengan

demikian konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Dengan

memanfaatkan data proyeksi penduduk tiap tahun dan proyeksi konsumsi telur per

kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun

tersebut mencapai harapan (Setiawan, 2009).

Meskipun permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras fluktuatif, tetapi pada

saat-saat tertentu permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras sangat tinggi,

misalnya untuk keperluan hajatan, hari-hari besar dan sebagainya. Dan terdapat

kecenderungan permintaan telur ayam ras akan selalu ada setiap saat, karena

potensi pasar telur ayam ras cukup besar dalam peranannya sebagai bahan baku

pembuatan makanan ringan (roti, kue, martabak, dan lain-lain). Dan juga telur

ayam ras merupakan subtitusi dari daging. Ketika harga daging meningkat

masyarakat akan mensubtitusikan daging terhadap telur ayam ras sehingga

permintaan telur ayam ras akan meningkat.

Produksi telur ayam ras petelur di Sumatera Utara yang paling banyak berada di


(16)

Produksi telur ayam ras petelur di Sumatera Utara pada tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Produksi Telur Ayam Ras Petelur di Sumatera Utara Menurut Kabupaten /Kota No Kabupaten/Ko ta Tahun Rata-rata /tahun (Ton) %Rata-rata/tah un 2004 2005 2006 2007 2008

1 Nias 0 0 0 421,12 448 173,82 0

2 Tapanuli Tengah

670,50 8,96 13,67 10,75 8,96 142,57 -24,67 3 Labuhan Batu 209,45 125,44 179,20 179,20 179,2 174,49 -3,61 4 Asahan 5.910,76 10.169,6 16.728,33 12.381,11 13.025,15 11.642,99 30,09 5 Simalungun 3.858,68 695,71 769,23 9.099,94 1.275,13 3.139,74 -16,74 6 Deli Serdang 50.777,96 29.151,26 31.483,37 36.075,30 38.177,66 37.133,11 -6,2 7 Langkat 13.511,49 5.129,60 5.642,56 6.206,82 6.247,81 7.347,65 -13,44

8 Nias Selatan 0 0 0 0 24,47 4,89 0

9 Serdang Bedagai

28.474,38 3.416,49 3.846,03 3.709,44 5.734,85 9.036,24 -19,96

10 Batu Bara 0 0 0 0 107,52 21,51 0

11 Tanjung Balai 0 0 0 574,52 2,37 115,38 0

12 Pematang Siantar

0 0 0 69,89 0 13,98 0

13 Tebing Tinggi 112,68 122,81 8,96 0 0 48,89 0 14 Medan 73,02 250,88 658,18 720,38 720,38 484,57 221,64 15 Binjai 20.356,44 6.393,21 3.978,24 4.229,12 3.016,33 7.594,67 -21,3 16 Padang

Sidempuan

0 0 0 13,44 10,75 4,838 0

Jumlah 123.955,36 55.463,96 63.307,77 73.691,03 68.978,58 77.079,32 -11,09 Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2009

Produksi telur ayam ras di Sumatera Utara mengalami kenaikan dan penurunan.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui produksi paling tinggi diperoleh pada tahun 2004

dan tahun 2005 tercatat produksi yang paling rendah karena wabah flu burung

yang melanda Sumatera Utara. Dan ditahun-tahun berikutnya produksi telur ayam

ras mengalami kenaikan dan penurunan. Dan persentase rata-rata produksi telur

ayam ras di Sumatera Utara adalah -11,09 yang menunjukkan penawaran telur

ayam ras di Sumatera Utara mengalami penurunan. Dan kota Binjai sebagai salah


(17)

yang terbesar setiap tahunnya setelah kabupaten Tapanuli Tengah karena kota

Binjai sebagai salah satu kota endemik flu burung ditahun 2005 dan juga karena

semakin meningkatnya produksi telur di luar kota Binjai, seperti di kota Medan

dan Kabupaten Asahan yang menyebabkan penawaran telur ayam ras dari kota

Binjai semakin berkurang. Hal inilah yang mendasari perlu dilakukan penelitian

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran telur ayam

ras di kota Binjai dan sebuah kajian untuk mengetahui pertumbuhan produksi

teluar ayam ras di Kota Binjai dalam beberapa tahun terakhir dan bagaimana

perkembangan produksi telur ayam ras dalam kurun waktu sepuluh tahun kedepan

(2011 - 2021).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kota

Binjai?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Kota

Binjai?

3. Bagaimana trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai

(1999 - 2009) ?

4. Bagaimana trend proyeksi pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

5. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

telur ayam ras di kota Binjai.

6. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur

ayam ras di kota Binjai.

7. Untuk menganalisis trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota

Binjai (1999 - 2009).

8. Untuk mengetahui trend proyeksi pertumbuhan produksi telur ayam ras di

Kota Binjai (2011 - 2021).

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang

memiliki ketertarikan dalam mengembangkan pemasaran telur ayam ras.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi peternak telur ayam ras

dalam memprediksi persediaan dan permintaan konsumen akan telur ayam

ras.

3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pembuat kebijakan dalam

proyeksi kebutuhan telur ayam ras dimasa mendatang serta penyusunan


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah

orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam memasok

dua sumber protein dala

ayam terbagi atas:

broiler), untuk dimanfaatkan

dagingnya.

layer), untuk dimanfaatkan telurnya.

pet, klangenan), untuk dilepas di

kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan

penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan

bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan

sejati).

Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

1. Tipe Ayam Petelur Ringan.

Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini

mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya


(20)

saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur,

karena dagingnya hanya sedikit.

2. Tipe Ayam Petelur Medium.

Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam

petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk.

Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam

ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. (Gallus, 2010).

Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi

tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang

cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah

dicerna. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan gizi sebutir telur ayam

dengan berat 50g terdiri dari 6,3gr protein, 0,6gr karbohidrat, 5gr lemak dan

vitamin dan mineral (Sudaryani, 2003).

Kandungan gizi telur ayam selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Gizi Telur Ayam

Komponen Putih Telur (%) Kuning Telur (%)

Protein 10,9 16,5

Lemak Sedikit 32,0

Hidrat arang 1,0 1,0

Air 87,0 49,0

Sumber: Sudaryani, 2003

Semua telur ayam adalah sama. Itulah yang berlaku dalam bisnis perunggasan saat


(21)

Kalau sama-sama telur ayam kampung atau sama-sama telur ayam ras yang

membedakan hanyalah telur utuh dan telur yang rusak. Di berbagai pasar, pembeli

diberi keluasaan memilih sendiri, mau telur yang besar atau yang kecil.

Berdasarkan beratnya, grading telur umumnya menghasilkan klasifikasi telur

dengan sebutan telur jumbo, telur ekstra besar, telur besar, telur ukuran sedang,

telur kecil, dan telur kecil sekali. Secara lengkap grading telur berdasarkan ukuran

berat dapat dilihat dibawah ini :

Grading Berat telur (gram/butir)

 Jumbo 70,5

 Ekstra Besar 63,5 - 70,5

 Besar 52,3 -63,6

 Sedang 42,9 – 52,2

 Kecil 34,4 – 42,8

 Kecil Sekali 34,3

Sementara itu grading telur berdasarkan mutunya akan menghasilkan telur dengan

mutu AA, mutu A, B dan C. Berikut ini beberapa mutu telur berikut cirri-cirinya :

Mutu Ciri Spesifik

AA Kulit bersih, tidak retak, normal, diameter kantung udara tidak

lebih dari 1/8 inchi, putih telur cerah, kuning telur normal, dan

tidak cacat.

A Kulit bersih, tidak retak, normal, diametrer kantung udara tidak

lebih dari 1/6 inchi, putih telur cerah tetapi agak encer, kuning telur


(22)

B Kulit tidak retak, sedikit abnormal, diameter kantung udara tidak

lebih dari 3/8 inchi, putih telur cerah tetapi agak encer, kuning telur

normal dan membesar serta agak cacat.

C Kulit retak, bernoda dan abnormal, diameter kantung udara tidak

lebih dari 3/8 inchi, putih telur cerah tetapi agak encer, kuning telur

membesar dan cacat. (Suharno, 1999).

Pada kenyataannya, peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia,

mempunyai posisi yang cukup rawan dalam pencaturan bisnis unggas yang secara

statistik sangat pesat. Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang

perlu diambil agar posisi rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang

menguntungkan. Untuk menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan

yang dihadapi peternak ayam Indonesia. Menurut Suharno, B. (1999),

permasalahan tersebut yaitu :

1). Permintaan fluktuatif

Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas

peternakan dalam menu sehari-hari, tidak semua masyarakat di Indonesia dapat

mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah

dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran,

tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan

program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program

penningkatan produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran

permintaan langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena


(23)

2). Pasarnya masih tradisional

Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang disebut di

atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan teknologi

penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat

diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil,

sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai

dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi

pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam Indonesia

masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi makin

menjadi-jadi dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi

berulang-ulang setiap tahun.

3). Konsumen belum tahu persis tentang ayam

Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah yang

cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan

mengenai ayam yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun,

karena masyarakat lebih percaya pada media massa maka konsumen dapat selalu


(24)

2.2 Landasan Teori

a. Permintaan (Demand)

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan

dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang

menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan

terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka

makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu :

1. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap

barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan

kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan

bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negative (negatively related) dengan

harga (Djojodipuro, 1991).

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah

barang yang diminta adalah negative. Bila harga naik maka permintaan turun dan

sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus.

Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang

berkebalikan (Pracoyo, 2006).

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya

pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas


(25)

uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan

sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang.

Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang,

barang tersebut dinamakan barang normal (normal good).

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif.

Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan

permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah

barang yang berkualitas tinggi maka denggan adanya kenaikan pendapatan,

konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut

(Pracoyo, 2006).

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak

tanggungan, maka jumlah permintaan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan

usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu

tempat.

Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah

tanggungan/penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan

permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah tanggungan/penduduk diikuti

oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak

orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.

Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2003).


(26)

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga

barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga barang

komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer

ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang

langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari

harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan

saling menggantikan fungsi kegunaan, dan juga saling melengkapi. Jika barang

yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah

permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno,

2003).

Antara telur ayam ras dengan itik komersil ada tingkat subtitusinya, bila telur

ayam naik, konsumen akan beralih ke telur itik komersil yang memang mirip

dengan telur ayam ras, perbedaannya hanya pada kulitnya yang “kebiruan”

(Rasyaf, 1991).

b. Penawaran (Supply)

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan

para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual

untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula

keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu


(27)

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah

barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2003).

Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu

barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya,

makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang

ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak

berubah (Daniel, 2002)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu :

1. Harga beli pedagang

Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi, perlu

dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap komoditi dan harga

komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin tinggi

harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebabnya

ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan

naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan input yang

dipakainya tetap (Djojodipuro, 1991).

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya

terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika

harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya

menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif

dengan harga (Djojodipuro, 1991).


(28)

Biaya pemasaran adalah semua pengeluaran pedagang yang akan digunakan untuk

menjual barang-barang yang akan ditawarkan. Untuk analisis biaya pemasaran

perlu diperhatikan dua jangka waktu yaitu jangka panjang (jangka waktu dimana

semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, misalnya sewa tempat, dll)

dan jangka pendek (jangka waktu dimana sebagian factor produksi dapat berubah

dan sebagian lainnya tidak dapat berubah, misalnya biaya keamanan, dll).

3. Profit/keuntungan

Pedagang telur dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.

Artinya bahwa pedagang telur selalu memilih tingkat output yang dapat

memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan

dikurangi total biaya yang dikeluarkan pedagang telur (Kadariah, 1994).

4. Jumlah telur yang tersedia

Jumlah telur yang tersedia yang diperoleh pedagang dari pemasok sangat

mempengaruhi penawaran pedagang. Ketika jumlah telur yang tersedia banyak

maka harga akan turun dan sebaliknya ketika jumlah telur yang tersedia sedikit

maka harga akan naik.

Ekuilibrium terjadi jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang

ditawarkan. Harga ekuilibrium adalah harga yang terjadi ketika jumlah yang

diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Harga ekuilibrium merupakan titik

potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran. Yang dapat dilihat pada

gambar berikut ini :


(29)

Makanan penting sekali untuk hidup. Jadi, untuk makanan dalam arti

keseluruhannya, permintaan bersifat inelastis pada rentang harga yang cukup

besar. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa setiap makanan seperti roti dan daging

sapi merupakan kebutuhan hidup dalam arti yang sama. Setiap makanan secara

individual dapat memiliki permintaan yang elastis. Untuk kebanyakan jenis

barang, kenaikan pendapatan berakibat pada kenaikan permintaan dan elastisitas

terhadap pendapatan akan positif. Barang – barang demikian disebut barang

normal. Barang – barang yang konsumsinya menurun sebagai tanggapan terhadap

terhadap kenaikan pendapatan memiliki elastisitas pendapatan yang negatif atau

disebut barang inferior (Lipsey, 1997).

Trend adalah salah satu peralatan statistik yang dapat digunakan untuk

memperkirakan keadaan dimasa yang akan datang berdasarkan pada masa lalu.

Trend juga merupakan gerakan dan data deret berkala selama beberapa tahun dan

cenderung menuju pada suatu arah, dimana arah tersebut bisa naik, turun maupun

mendatar (Ibrahim, 2009). 0

10 20 30 40 50 60 70 80

20 40 60 80 100

H

a

rga

Jumlah

permintaan penawaran


(30)

Perhitungan trend linier dapat menggunakan analisis regresi linier sederhana,

dengan metode kuadrat terkecil (least square method), yang dapat dinyatakan

dalam bentuk : Y = a + b(x). Proyeksi menjelaskan hubungan antara satu variabel

dengan variabel lainnya. Trend linier dilihat melalui garis lurus pada grafik trend

yang dibentuk berdasarkan data proyeksi. Penyimpangan trend menunjukkan

besarnya kesalahan nilai proyeksi dengan data aktual (Pasaribu, 1981).

Menurut Tarigan (2006), metode trend merupakan suatu metode untuk melihat

kecenderungan suatu kondisi yang terjadi di masa lampau dan melanjutkan

kecenderungan tersebut ke masa yang akan datang dalam bentuk proyeksi.

Metode trend mengasumsikan bahwa kondisi yang terjadi saat ini akan berlanjut

kemasa yang akan datang.

2.3 Kerangka Pemikiran

Telur ayam ras merupakan salah satu sumber protein hewani yang terbesar dan

paling digemari masyarakat semua golongan, selain karena harganya yang relatif

terjangkau juga mudah didapat. Akan tetapi sekitar tahun 2004 wabah flu burung

melanda Indonesia. Penyakit ini menyerang sebagian besar ternak ayam di

Sumatera Utara. Wabah flu burung sampai Agustus 2006 sudah menyerang 16

dari 25 kabupaten/kota di Sumut dan Kota Binjai salah satu kota endemik flu

burung. Hal ini menyebabkan anjloknya produksi dan berkurangnya kepercayaan

masyarakat. Maka daripada itu perlu dianalis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan dan penawaran telur ayam ras.

Pedagang telur ayam ras melakukan penawaran di pasar tradisional. Penawaran


(31)

harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang

tersedia. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah memang berpengaruh

terhadap penawaran telur ayam ras.

Konsumen telur ayam ras adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian

(mengkonsumsi) telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun yang

mempengaruhi permintaan telur ayam ras adalah harga beli konsumen,

pendapatan rata-rata per bulan, jumlah tanggungan, dan harga komoditi lain atau

barang subtitusi. Untuk itu maka faktor-faktor ini perlu diteliti apakah memang

benar berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras.

Ketika ada permintaan tentu akan ada penawaran, dan penawaran ini dipengaruhi

oleh produksi telur ayam ras. Maka dari itu perlu dianalisis bagaimana trend

produksi telur ayam ras dari beberapa tahun yang lalu, kemudian akan dapat

diproyeksikan produksi telur ayam ras tersebut untuk waktu yang akan datang,


(32)

Faktor yang mempengaruhi : 1. Harga Beli Pedagang 2. Biaya Pemasaran 3. Profit/Keuntungan 4. Jumlah Telur Yang

Tersedia

Pedagang Telur Ayam Ras

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: menyatakan hubungan

: menyatakan pengaruh Penawaran Telur Ayam Ras

Pasar

Permintaan Telur Ayam Ras Konsumen Telur Ayam Ras

Faktor yang mempengaruhi : 1. Harga Beli Konsumen 2. Pendapatan

rata-rata/bulan

3. Jumlah Tanggungan 4. Harga komoditi

lain(barang subtitusi) Telur Ayam Ras

Trend produksi telur ayam ras (1999 – 2009)

Proyeksi produksi telur ayam ras (2011 – 2021)


(33)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Permintaan konsumen terhadap telur ayam ras di kota Binjai dipengaruhi

oleh beberapa faktor (harga beli konsumen, pendapatan konsumen, jumlah

tanggungan dan harga komoditi lain).

2. Penawaran pedagang telur ayam ras di kota Binjai dipengaruhi oleh

beberapa faktor (Harga beli pedagang, biaya pemasaran,

profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia).

3. Terdapat trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai (1999

– 2009).

4. Proyeksi trend produksi telur ayam ras dalam kurun waktu 2011 – 2021


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian kajian permintaan konsumen telur ayam ras yaitu Kota Binjai,

dengan pertimbangan daerah ini merupakan salah satu kota penghasil dan

pengkonsumsi telur ayam ras di Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan

secara sengaja (purposive) dibeberapa Pasar Tradisional yang ada di Kota Binjai.

Tabel 4. Jumlah Pasar Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Binjai

Sumber : BPS, Binjai Dalam Angka 2009

Tabel 3 diatas terdapat 13 pasar yang ada di kota Binjai, dan akan diambil 3 pasar

untuk diteliti yaitu Pasar Rambung di Kecamatan Binjai Selatan, Pusat Pasar

Tavip di Kecamatan Binjai Kota, Pasar Pagi di Kecamatan Binjai Utara, dengan

pertimbangan ketiga pasar tersebut adalah pasar terbesar di kota Binjai dan hal ini

sesuai dengan pendapat Gay yang menyatakan bahwa ukuran minimum sampel

yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk

populasi yang relatif kecil minimal 20% populasi (Umar, 1998). No Kecamatan Banyaknya Pasar

1. Binjai Selatan 1 2. Binjai Kota 10 3. Binjai Timur 1 4. Binjai Utara 1 5. Binjai Barat


(35)

3.2. Metode Penentuan Sampel

3.2.1. Konsumen

Metode penentuan responden dilakukan dengan metode Accedental (penelusuran).

Konsumen diambil dari kelompok populasi (Rumah Tangga) di kota Binjai,

dimana setiap anggota populasi (Rumah Tangga ) mempunyai Probability yang

sama untuk dijadikan sebagai responden (Bungin, 2005).

Dari seluruh populasi Rumah Tangga penduduk Kota Binjai diambil 30 jiwa

responden konsumen telur ayam ras, masing-masing 10 responden disetiap pasar.

Pengambilan responden dengan metode ini adalah dari konsumen yang sedang

membeli telur ayam ras. Responden yang diambil dalam penelitian adalah ≥ 30 responden sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang

menggunakan analisa statistic, ukuran responden paling minimum 30 (Hasan,

2002).

3.2.2. Pedagang

Untuk responden pedagang telur ayam ras adalah semua pedagang telur ayam ras

yang berjualan di pasar tradisional yang menjadi tempat penelitian. Dengan

metode sensus.

3.3. Metode Pengambilan Data

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil

pengamatan di pasar tradisional serta wawancara kepada konsumen dan pedagang

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan


(36)

Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas Peternakan Sumatera Utara, dan instansi

terkait lainnya.

3.4. Metode Analisis Data

Hipotesis 1 untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur

ayam ras secara serempak diuji dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga telur ayam ras, pendapatan

rata-rata/keluarga/bulan, jumlah tanggungan dan harga komoditi lain (barang subtitusi)

dengan menggunakan rumus :

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+µ

Keterangan :

Y = Jumlah konsumsi telur ayam ras (butir/bln)

a = Koefisien intersep

, , ,b4 = Koefisien regresi

= Harga beli konsumen (Rp/butir)

= Pendapatan rata-rata (Rp/bln)

= Jumlah Tanggungan (Jiwa)

= Harga komoditi lain (Rp/butir)

µ = Kesalahan pengganggu

Pengambilan Keputusan :

Jika : Jika th ≤ t tabel, tolak ; terima Jika th t tabel, tolak ; terima


(37)

Hipotesis 2 untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur

ayam ras secara serempak diuji dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang, biaya pemasaran,

profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia, dengan menggunakan rumus :

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+µ

Keterangan :

Y = Jumlah telur ayam ras yang ditawarkan. (butir/bln)

a = Koefisien intersep

, , = Koefisien regresi

= Harga beli pedagang (Rp/butir)

= Biaya pemasaran (Rp)

= Profit/keuntungan (Rp)

= Jumlah telur yang tersedia (Rp/butir)

µ = Kesalahan pengganggu

Pengambilan Keputusan :

Jika : Jika th ≤ t tabel, tolak ; terima Jika th t tabel, tolak ; terima

Hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis trend dengan melihat grafik

pertumbuhan yang terbentuk dari data produksi telur ayam ras di Kota Binjai

dalam kurun waktu 1999 – 2009.

Hipotesis 4 dianalisis dengan menggunakan metode proyeksi, untuk

memproyeksikan produksi telur ayam ras pada tahun 2011 – 2021, melalui


(38)

Trend dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier sederhana dengan

menggunakan cara Ordinary Least Square (metode kuadrat terkecil) yang

menggunakan persamaan garis tren yang linier tersusun, kemudian dapat

diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang. Dalam pasaribu (1981)

persamaan garis trend linier dapat dibentuk sebagai berikut :

y = a +bx

Dimana :

y : produksi telur ayam ras (kg)

a : Koefisien intercept

b : Koefisien regresi dari x

x : Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka)

dimana nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus – rumus sebagai

berikut :

( )( )

( )

2

2

− − = x x n y x xy n b dan

( )

∑ ∑ ∑

− − = 2 2 2 x x n xy x y x a

Dimana

(

x=−4,−3,−2,−1,0,1,2,3,4⇒

x=0

)

, maka :

= 2

x xy

b dan a y

x n

y x

a= ⇒ =

∑ ∑

2 2

Menurut Pasaribu (1981) setelah persamaan garis trend yang linier tersusun,

kemudian dapat diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang dengan

persamaan berikut :

y* = a+bx*

Dimana :


(39)

a : Koefisien intercept

b : Koefisien regresi dari x

x* : Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka)

Uji hipotesis :

-t α/2 ≤ th ≤ t α/2 : H1ditolak. Hoditerima -t α/2 ≥ th ≥t α/2 : H1diterima. Hoditolak

Menurut Ibrahim (2009) melalui proyeksi dengan analisis trend dapat

diperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang apabila tidak ada

intervensi terhadap kecenderungan yang ada saat ini.

3. 5. Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari

kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat di skripsi ini.

3.5.1. Definisi

1. Permintaan telur ayam ras adalah jumlah telur ayam ras yang dibeli

konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

2. Harga beli konsumen adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang

telur ayam ras.

3. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan.

4. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

5. Harga komoditi lain adalah harga barang subtitusi telur ayam ras yaitu


(40)

6. Penawaran telur ayam ras adalah banyaknya jumlah telur ayam ras yang

ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu.

7. Harga beli pedagang telur ayam ras adalah harga yang dibayarkan

pedagang telur kepada pemasok telur ayam ras.

8. Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan dalam

penjualan telur ayam ras.

9. Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang telur ayam ras.

10.Jumlah telur yang tersedia adalah jumlah rata-rata telur ayam ras yang bisa

didapat pedagang telur ayam ras dari pemasok setiap bulannya.

11.Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli

telur ayam ras.

12.Pedagang telur ayam ras adalah pedagang yang hanya berjualan telur ayam

ras.

13.Trend adalah gerakan dan data deret berkala selama beberapa tahun dan

cenderung menuju pada suatu arah, dimana arah tersebut bisa naik, turun

maupun mendatar yang dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan

dimasa yang akan datang berdasarkan pada data masa lalu.

14.Proyeksi produksi telur ayam ras adalah suatu peramalan terhadap jumlah

produksi telur ayam ras di daerah penelitian berdasarkan trend pada masa


(41)

3.5.2. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian diadakan di pasar tradisional yang menjual telur ayam ras di

Kota Binjai, Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian diadakan tahun 2011.

3. Responden yang akan dijadikan sampel adalah :

a. Konsumen yang membeli telur ayam ras di pasar tradisional yang telah

ditentukan menjadi tempat penelitian.

b. Pedagang yang menjual telur ayam ras di pasar tradisional di kota


(42)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, Batas dan Iklim

Daerah penelitian yaitu Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis

Kota Binjai terletak pada 3˚31’40’’ - 3˚40’22” Lintang Utara dan 98˚27’3” - 98˚32’32” Bujur Timur dan terletak pada ketinggian 28 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Binjai 90, 23 yang terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Binjai

Selatan, Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Barat yang terbagi atas 37

kelurahan dan 284 lingkungan. Kota Binjai memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamata

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Sebelah Timur : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Sebelah Selatan : Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

Sebelah Barat : Kecematan Selesai Kabupaten Langkat.

Kota Binjai adalah daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim hujan dan musim

kemarau. Kecamatan Binjai Selatan curah hujannya cukup besar dibandingkan

dengan kecamatan lainnya di Kota Binjai yaitu 241 mm/15 hari hujan, diikuti

dengan Kecamatan Binjai Barat 102 mm/8 hari hujan.


(43)

Pola penggunaan lahan di kota Binjai sangat beragam jenisnya. Penggunaan lahan

terdiri dari bangunan-bangunan pemukiman penduduk, perkantoran,

pemerintahan, tempat ibadah, pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional,

fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel, lahan

pertanian dan peternakan.

4.1.3. Keadaan Penduduk

4.1.3.1. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk Kota Binjai berjumlah 257.105 jiwa dengan 60.523 rumah tangga (RT)

yang tersebar disetiap kecamatan di Kota Binjai. Untuk mengetahui lebih jelas

mengenai jumlah dan persentase penduduk adalah pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai,

tahun 2009

Golongan Umur (tahun)

Laki-laki Perempuan

Jumlah Jiwa

Persentase

(%) Jiwa Persentase(%)

0 – 4 9244 49,06 9600 50,94 18844

5 – 9 10273 49,75 10376 50,25 20649

10 – 14 11422 49,38 11707 50,62 23129

15 – 19 14511 47,00 16363 53,00 30873

20 – 24 13982 49,99 13989 50,01 27971

25 – 29 13244 50,18 13169 49,90 26393

30 – 34 11656 50,12 11598 49,88 23254

35 – 39 9373 48,13 10100 51,87 19473

40 – 44 9109 50,24 9022 49,76 18131

45 – 49 7836 52,65 7047 47,35 14882

50 – 54 6889 55,75 5467 44,25 12356

55 – 59 3638 49,79 3668 50,21 7306

60 – 64 2673 47,80 2918 52,18 5592

65 + 3792 45,96 4459 54,04 8251

Total 127642 49,70 129483 50,30 257104


(44)

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Binjai pada tahun 2009

sebesar 257.104 jiwa yang terdiri dari 127.642 jiwa laki-laki (49,70 %) dan

129.483 jiwa perempuan (50,30 %). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah

penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 5 diatas

menunjukkan bahwa usia non produktif (0 – 14 tahun) yang terdiri dari bayi,

balita, anak-anak dan remaja berjumlah 62.622 jiwa (24,36 %). Jumlah usia

produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar 173.355 jiwa (67,42%). Dan

jumlah manula (≥ 55 tahun) sebesar 21.148 jiwa (8,22%).

4.1.3.2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk kota Binjai bervariasi jenisnya, ada yang bekerja

sebagai pegawai/karyawan, wiraswasta, buruh dan lain sebagainya. Untuk

mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kota Binjai dapat

dilihat pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kota Binjai,

Tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Wiraswasta 47603 27,46

2. Buruh Tidak Tetap 18948 10,93

3. Buruh Tetap 6345 3,66

4. Karyawan/Pegawai 69412 40,04

5. Petani 2514 1,45

6. Lain-lain 28552 16,47

Total 173355 100

Sumber : BPS, Binjai Dalam Angka 2010

Tabel 6 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Kota Binjai yang


(45)

wiraswasta 47.603 (27,46%), buruh tidak tetap 18.948 jiwa (10,93%), buruh tetap

6.345 jiwa (3,66%), petani 2.514 jiwa (1, 45%) dan mata pencaharian lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu persatu sebesar 28.552 jiwa (16,47%).

4.1.3.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat, semakin baik sarana dan prasarana akan semakin mempercepat laju

pembangunan. Sarana dan Prasarana di Kota Binjai dapat dilihat pada tabel 7

berikut :

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Kota Binjai Tahun 2009

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Fasilitas Pendidikan

a. SD 153

b. SLTP 40

c. SMU 26

d. SMK 21

e. Perguruan Tinggi 5

2. Fasilitas Kesehatan

a. Rumah Sakit 10

b. Puskesmas 8

c. Puskesmas Pembantu 18

d. Klinik KB 30

f. Praktik Dokter 16

3. Tempat Peribadatan

a. Masjid 146

b. Langgar/Musholla 185

c. Gereja 39

d. Pura 3

e. Vihara 14

4. Pasar

a. Tradisional 11

b. Pasar Swalayan 2

Total 727


(46)

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Kota Binjai saat ini sudah

baik. Jenis-jenis sarana dan prasarana yang tersedia baik sarana pendidikan,

kesehatan, tempat peribadatan, pasar dan lainnya sudah cukup memadai.

Pasar-pasar atau pusat perbelanjaan di kota Binjai juga sudah cukup memadai.

Pasar-pasar di Kota Binjai dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar

swalayan. Pasar tradisional identik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja

atau tidak terlalu megah dan modern, sedangkan pasar swalayan identik dengan

bangunan yang bagus dan besar. Dan saat ini pasar di Kota Binjai masih

didominasi oleh pasar-pasar tradisional.

4.1.3.5. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen telur ayam ras yang melakukan

pembelian pada tradisional dikota Binjai yaitu Pusat Pasar Tavip, Pasar Pagi dan

Pasar Rambung dan pedagang telur ayam ras yang melakukan penjualan di ketiga

pasar tersebut.

a. Konsumen

Karakteristik konsumen yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi

yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pendapatan.

1. Umur

Adapun keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut


(47)

Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur (Tahun) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

1. 20 – 24 2 6,7

2. 25 – 29 5 16,7

3. 30 – 34 4 13,3

4. 35 – 39 5 16,7

5. 40 – 44 7 23,3

6. 45 – 49 4 13,3

7. ≥ 50 3 10

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran1.

Dari tabel 8 diatas dapat dilihat range umur konsumen yang terbesar berada pada

kelompok 40 – 44 tahun dengan jumlah 7 jiwa (23,3%) dan yang terkecil pada

kelompok 20 – 24 tahun dengan 2 jiwa (6,7%).

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang

baik dari segi kualitas ataupun manfaatnya. Adapun pendidikan konsumen sampel

di daerah penelitian kota Medan bervariasi mulai tingkat SLTP sampai Perguruan

Tinggi. Tingkat pendidikan konsumen telur ayam ras di kota Binjai dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan (Tahun) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

1. SMP 4 13,3

2. SMU 16 53,3

3. Sarjana 10 33,4

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat pendidikan konsumen yang terbesar berada


(48)

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No. Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Sampel (jiwa) Besar Sampel (%)

1. 0 – 2 8 26,7

2. 3 – 5 22 73,3

3. ≥ 6 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah tanggungan konsumen yang terbesar berada

pada kelompok 3 – 5 tahun dengan jumlah 22 jiwa (73,3%) dan yang terkecil pada

kelompok umur ≥ 6 dengan jumlah 0 jiwa (0%).

4. Pendapatan

Pendapatan sampel penelitian sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga/Bulan (Rp)

No. Pendapatan (Rp) Besar Sampel (jiwa) Besar Sampel (%)

1. < 2.000.000 19 63,3

2. 2.000.000 – 4.000.000 11 36,7

3. ≥ 4.000.000 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan konsumen terbesar

berada pada kelompok < 2.000.000 dengan jumlah 19 jiwa (63,3%) dan yang

terkecil pada kelompok


(49)

b. Pedagang

Karakteristik pedagang yang dimaksud meliputi biaya pemasaran dan

keuntungan/profit.

a. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan pedagang dalam

penjualan telur ayam ras. Semakin banyak telur yang ditawarkan semakin besar

biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang. Biaya pemasaran pedagang telur

ayam ras dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Biaya Pemasaran (Rp/bln)

No. Biaya Pemasaran (Rp) Besar Sampel (jiwa) Besar Sampel (%)

1. < 1.000.000 9 75

2. 1.000.000 – 3.000.000 3 25

3. ≥ 3.000.000 0 0

Jumlah 12 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 3.

Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat jumlah biaya pemasaran terbesar berada pada

kelompok

< 1.000.000 dengan jumlah 9 pedagang (75%) dan yang terkecil pada kelompok ≥ 3.000.000 dengan jumlah 0 pedagang (0%).

b. Profit

Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang dalam menjual hasil

dagangannya. Jika keuntungan yang diperoleh pedagang tinggi maka jumlah

barang yang ditawarkan juga tinggi. Profit/keuntungan pedagang telur ayam ras

dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel


(50)

Tabel 13. Distribusi Sampel Berdasarkan Profit (Rp/bln)

No. Pendapatan (Rp) Besar Sampel (jiwa) Besar Sampel (%)

1. < 2.000.000 9 75

2. 2.000.000 – 6.000.000 2 16,7

3. ≥ 6.000.000 1 8,3

Jumlah 12 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 5.

Dari tabel 13 diatas dapat dilihat jumlah profit atau keuntungan yang terbesar

berada pada kelompok < 2.000.000 dengan jumlah 9 pedagang (75%) dan yang


(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Permintaan Telur Ayam Ras

Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel yang dilakukan di 3 pasar yang ada di

Kota Binjai yaitu Pasar Rambung di Kecamatan Binjai Selatan, Pusat Pasar Tavip

di Kecamatan Binjai Kota, Pasar Pagi di Kecamatan Binjai Utara dapat dilihat

faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kota Binjai.

Menurut hasil estimasi dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

variabel – variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan adalah :

1. Harga telur ayam ras

2. Pendapatan rata-rata/keluarga/bulan

3. Jumlah tanggungan dan

4. Harga komoditi lain (barang subtitusi) yaitu telur itik.

Dari hasil analisis didapat nilai R square adalah 0,719 (lampiran 7) yang berarti

bahwa keempat variabel bebas yaitu harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata

keluarga/bulan, jumlah tanggungan dan harga komoditi lain mampu menjelaskan

varians permintaan sebesar 71,9% dan sisanya 28,1% dijelaskan oleh faktor lain.

Analisis regresi linier berganda dilakukan terhadap semua variabel independen


(52)

Tabel 14. Koefisien Permintaan Telur Ayam Ras

Sumber : Hasil olahan lampiran 2

Dari tabel 14 diatas diperoleh persamaan perhitungan sebagai berikut :

Y = 169,853 – 0,155 + 0,000006 + 2,998 - 0,019

Nilai 169,853 adalah titik potong garis regresi tersebut dengan sumbu tegak Y.

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel harga memiliki

nilai probabilitas sebesar 0,001 < 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel

harga telur ayam ras berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan telur

ayam ras. Dengan koefisien regresi yang bernilai negatif sebesar – 0, 155

menunjukkan bahwa semakin mahal harga telur ayam ras maka permintaan

konsumen untuk membeli telur ayam ras semakin menurun.

Hal ini sesuai dengan teori dimana menurut Nopirin, 1994 dalam hukum

permintaan dikatakan bahwa apabila harga suatu barang turun maka permintaan

konsumen akan barang itu meningkat dan sebaliknya, apabila harga suatu barang

naik maka permintaan konsumen akan barang itu menurun dan apabila semua

faktor – faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak

Model Koefisien

Regresi Std. Error

Koefisien

Korelasi Sig

1 Constant 169,853 65,875 2,578 ,016

Harga -,155 ,040 -,498 -3,901 ,001

Pendapatan 6,071E-06 ,000 ,473 4,024 ,000

Jumlah

Tanggungan 2,998 1,313 ,297 2,284 ,031

Harga Komoditi


(53)

berubah atau cateris paribus. Artinya jumlah yang diminta meningkat ketika

harganya menurun, dan dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta

berhubungan negatif (negatively related) dengan harga.

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel pendapatan

memiliki nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,1. Dengan demikian secara parsial

variabel pendapatan berpengaruh signifikan terhadap permintaan telur ayam ras

di Kota Binjai. Dengan koefiisien regresi yang bernilai positif sebesar

0,000006071 menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan maka semakin

besar permintaan telur ayam ras.

Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan

semakin tinggi pula peluang konsumen untuk mengkonsumsi telur ayam ras.

Dengan bertambahnya tingkat konsumsi konsumen terhadap telur ayam ras

maka permintaan terhadap telur ayam ras juga bertambah.

Menurut Setiadi (2003) pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli

masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi

kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti

bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga

masyarakat akan membelanjakan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula

terhadap sebagian besar barang.

Menurut Rasyaf (1991) kemajuan pembangunan sejak Pelita I hingga kini

menyebabkan kenaikan penghasilan masyarakat, tercatat tinggal 30% saja


(54)

sebagai menu harian mereka. Semua ini jelas akan menyebabkan permintaan

bergeser atau berubah dari posisinya semula. Pada harga tetap (Ceteris paribus)

jumlah yang diminta menjadi lebih banyak dari semula.

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel jumlah

tanggungan memiliki nilai probabilitas sebesar 0,031 < 0,1. Dengan demikian

secara parsial variabel jumlah tanggungan berpengaruh secara signifikan terhadap

permintaan telur ayam ras. Dengan koefisien regresi sebesar 2,988 menunjukkan

semakin besar jumlah tanggungan maka semakin banyak permintaan konsumen

akan telur ayam ras.

Menurut Rasyaf (1991) jumlah penduduk akan mempengaruhi permintaan

pangan. Penduduk Indonesia pada bulan September 1990 berjumlah lebih dari 179

juta jiwa, ini jelas sangat potensial, untuk menghasilkan permintaan akan telur.

Kemajuan pembangunan umumnya dan pendidikan khususnya membuat

masyarakat sadar akan pentingnya gizi yang baik, dan gizi yang baik ini diperoleh

dari bahan makanan sumber hewani, di antaranya adalah telur. Ditopang dengan

penghasilan yang meningkat maka permintaan akan berubah dengan

bertambahnya penduduk.

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel harga komoditi

lain yaitu telur itik memiliki nilai probabilitas sebesar 0,670 > 0,1. Dengan

demikian secara parsial variabel harga komoditi lain tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan telur ayam ras. Dengan koefisien regresi yang


(55)

permintaan konsumen terhadap telur itik semakin menurun dan masyarakat akan

tetap memilih membeli telur ayam ras.

Dalam teorinya Rasyaf (1991) menyatakan antara telur ayam ras dengan telur itik

ada tingkat substitusinya, bila telur ayam ras naik, konsumen akan beralih ke telur

itik yang mirip dengan gizi yang sama. Tetapi kenyataan dilapangan, masyarakat

kota Binjai tetap memilih mengkonsumsi telur ayam ras dan perubahan harga telur

itik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan telur ayam ras

karena cita rasa dan kesukaan masyarakat terhadap telur ayam ras.

5.2. Penawaran Telur Ayam Ras

Dari hasil penelitian terdapat 12 sampel pedagang yang berjualan telur di daerah

penelitian yang dilakukan di 3 pasar yang ada di Kota Binjai yaitu Pasar Rambung

di Kecamatan Binjai Selatan, Pusat Pasar Tavip di Kecamatan Binjai Kota, Pasar

Pagi di Kecamatan Binjai Utara, dan setelah analisis data ternyata terdapat 2

outlier pada pedagang sampel di daerah penelitian.

Menurut hasil estimasi dengan menggunakan metode analisis regresi linier

berganda jumlah telur yang tersedia tidak dimasukkan kedalam persamaaan

regresi karena jumlah telur yang disediakan autokorelasi dengan jumlah

penawaran, sehingga variabel – variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan,

yaitu :

1. Harga beli pedagang

2. Biaya pemasaran


(56)

Berdasarkan hasil analisis didapat nilai R square adalah 0,996 yang berarti bahwa

ketiga variabel bebas secara serempak yaitu harga beli pedagang, biaya pemasaran

dan profit/keuntungan mampu menjelaskan varians penawaran secara nyata

sebesar 99,6% dan sisanya yaitu sebesar 0,4% dijelaskan oleh faktor lain.

Analisis regresi linier berganda dilakukan terhadap semua variabel independen

dengan tingkat signifikansi 10%. Dan dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Koefisien Penawaran Telur Ayam Ras

Sumber : Hasil olahan lampiran 6

Dari tabel 15 diatas diperoleh persamaan perhitungan sebagai berikut :

Y = -51857,975 + 66,036 + 0,015 + 0,015

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel harga memiliki

nilai probabilitas sebesar 0,069 < 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel

harga berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran. Dengan koefisien

regresi yang positif sebesar 66,036 menunjukkan bahwa semakin besar harga telur

ayam ras yang ditawarkan maka semakin besar jumlah penawaran telur ayam ras

yang ditawarkan pedagang telur ayam ras.

Hal ini menunjukkan walaupun harga beli pedagang akan telur ayam ras

meningkat maka penawaran pedagang juga meningkat. Ini disebabkan pedagang

akan tetap melakukan penawaran bila memperoleh keuntungan besar. Ini sesuai

Model Koefisien

Regresi Std. Error

Koefisien

Korelasi Sig

1 Constant -51857,975 24673,41 -2,102 0,08

Harga 66,036 29,921 0,114 2,207 ,069

Biaya Pemasaran 0,015 0,001 0,427 16,052 ,000


(57)

dengan teori Daniel (2002), dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan

makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan

oleh pedagang. Sebaliknya makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah

barang tersebut yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan

faktor-faktor lain tidak berubah.

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel biaya pemasaran

memilki nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,1. Dengan demikian secara parsial

variabel biaya pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran.

Dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0, 015 menunjukkan bahwa semakin

besar biaya pemasaran maka semakin besar jumlah telur ayam ras yang

ditawarkan pedagang.

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel keuntungan

memiliki nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,1. Dengan demikian secara parsial

variabel keuntungan berpengaruh signifikan terhadap penawaran telur ayam ras.

Dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,015 menunjukkan bahwa semakin

besar keuntungan maka semakin besar jumlah telur ayam ras yang ditawarkan

pedagang.

5.3. Trend Pertumbuhan Produksi Telur Ayam Ras

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat besarnya laju

pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai (1999 – 2009) pada tabel

berikut. Laju pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam kurun


(58)

Tabel 16 . Laju pertumbuhan produksi telur ayam ras per tahun di Kota Binjai

Tahun Produksi Telur Ayam Ras (kg)

Perubahan (kg)

Persentase Perubahan (%)

1999 7.328.556 0 0

2000 4.203.239 -3.125.317 -42,65

2001 6. 624.000 2.420.761 57,6

2002 10.144.000 3.520.000 53,14

2003 10.147.050 3.050 0,03

2004 20.356.440 10.209.390 100,61

2005 6.393.210 -13.963.230 -68,6

2006 3.978.240 -2.414.970 -37,77

2007 4.229.120 250.880 6,31

2008 3.016.330 -1.212.790 -28,68

2009 3.275.910 259.580 8,61

Sumber : Data diolah dari lampiran 9

Pada tabel 18 dapat dilihat bahwa produksi telur ayam ras mengalami kenaikan

dan penurunan. Produksi telur ayam ras di Kota Binjai yang terbesar disepanjang

tahun 2002 – 2004 terjadi pada tahun 2004 sebesar 20.356.440 kg dan jumalah

produksi terendah di tahun 2008 sebesar 3.016.330 kg. Pada tahun 2005 terjadi

penurunan yang sangat drastis sebesar 13.963.230 kg dan terus menurun sampai

tahun 2007 produksi telur ayam ras sedikit meningkat sebesar 250.880 tetapi di

tahun berikutnya produksi telur ayam ras di Kota Binjai kembali lagi menurun.

Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan produksi telur ayam ras

terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 100, 61 % dari tahun sebelumnya

atau meningkat sebesar 10.209.390 kg. Penurunan produksi telur ayam ras

terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar – 68,6 % atau menurun sebesar

13.963.230 kg. Secara keseluruhan dari kurun waktu 1999 – 2009 telah terjadi

penurun produksi telur ayam ras sebesar - 55, 3 % atau sekitar 4.052.646 kg dan


(59)

% (lampiran 9). Kondisi produksi telur ayam ras di Kota Binjai di atas untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

Gambar 3. Produksi telur ayam ras tahun 1999 – 2009 di Kota Binjai

Sumber : BPS – Kota Binjai berbagai tahun terbit

Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa produksi telur ayam ras di Kota

Binjai disepanjang tahun 2001 – 2004 produksi telur ayam ras semakin meningkat

akan tetapi ditahun-tahun berikutnya peningkatan ini tidak mampu bertahan.

Khususnya pada tahun 2005 terjadi penurunan yang sangat besar. Hal ini

disebabkan karena pengaruh wabah flu burung yang melanda dunia dan sampai ke

Indonesia sekitar akhir tahun 2004, sehingga banyak ayam yang mengalami

kematian. Keadaan ini juga berdampak pada banyaknya usaha peternakan ayam

yang tutup. Masyarakat menjadi enggan mengkonsumsi daging ayam dan telur

ayam akibat dari wabah flu burung dan beralih mengkonsumsi ikan. Menurut

Wasito (2006) daging ayam broiler, telur ayam ras dan ikan memiliki hubungan

atau bersifat substitusi. Umumnya ikan merupakan salah satu komoditi substitusi

utama daging atau telur ayam ras. Artinya, pada saat tingkat keamanan produk 0

5000000 10000000 15000000 20000000 25000000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

P

ro

d

u

ks

i (

kg

)

Tahun

produksi tahun


(60)

Pada gambar 3 juga dapat dilihat trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di

Kota Binjai dari tahun 1999 – 2009 mengalami trend menurun. Dari analisis diatas

dapat disimpulkan dari tahun ke tahun produksi telur ayam ras mengalami trend

menurun sebesar -55,3 % atau sekitar - 4.052.646 kg dalam kurun waktu sebelas

tahun dengan persentase rata-rata -5,53 % per tahun.

Trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam kurun waktu

sebelas tahun mengalami trend menurun, hal ini sesuai dengan hipotesis 3 yang

menyebutkan adanya trend pada produksi telur ayam ras di Kota Binjai, maka

hipotesis 3 dapat terjawab.

5.4. Proyeksi Produksi Telur Ayam Ras

Dari data-data produksi telur ayam ras di Kota Binjai sepanjang tahun 1999 –

2009 yang telah terdapat sebelumnya, maka dapat diperoleh model trend linier

untuk proyeksi produksi telur ayam ras yang diolah dari lampiran 10, yaitu :

y* = 7245099,545 - 438916,964x*

Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa setiap bertambah 1 tahun, produksi

telur ayam ras di Kota Binjai cenderung berkurang sebesar 438.916,964 kg atau

dibulatkan menjadi 438.917 kg.

Proyeksi produksi telur ayam ras di Kota Binjai tahun 2021 seperti yang terlihat

pada lampiran 11 yakni -216.488,843 kg atau dibulatkan menjadi -216.489 kg.

Hal ini menunjukkan bahwa proyeksi produksi telur ayam ras cenderung menurun

dalam kurun waktu 12 tahun sejak tahun 2009 sebesar -3.492.399 kg. Berikut


(61)

y* = a + bx*

keterangan :

y* : produksi telur ayam ras (kg) untuk tahun yang diramalkan

a : Koefisien intercept

b : Koefisien regresi dari x

x* : Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka) tahun 2021

(17)

maka, y* = 7245099,545 - 438916,964x* y* = 7245099,545 - 438916,964 (17)

y* = -216.488,843 ≈ -216.489 kg

Penurunan produksi telur ayam ras yang terjadi di Kota Binjai sejak tahun 1999 –

2009 dengan laju - 55, 3 % apabila tidak diatasi pemerintah dan faktor – faktor

lain yang mempengaruhi produksi dianggap tetap, maka diproyeksikan di tahun

2021 produksi telur ayam ras di Kota Binjai menjadi -216.488,843 kg atau

berkurang sebesar -3.492.399 kg sejak tahun 2009 dengan persentase perubahan

produksi - 106,61 % dan -8,88% per tahun (lampiran 11). Artinya apabila selama

kurun waktu tahun 2009 – 2021 tidak ada tindakan tegas untuk mengatasi

penurunan produksi telur ayam ras di Kota Binjai maka dikhawatirkan persediaan

sumber pangan hewani dan sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani berupa

telur ayam ras akan berkurang di Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Binjai

pada khususnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :


(62)

Sumber : Hasil olahan lampiran 11.

Berdasarkan lampiran 10 nilai thit = - 0,908 dengan nilai ttabel = -2,228, dapat

dilihat bahwa nilai thit lebih kecil daripada nilai ttabel maka hipotesis 4 dapat

diterima yaitu proyeksi trend produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam kurun

waktu 2011 – 2021 adalah menurun. -500

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

P

ro

duk

si

T

e

lur

(

to

n)

Tahun

Tahun Produksi telur


(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dar hasil analisis yang telah dilakukan

yakni sebagai berikut :

5. Dari hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa permintaan telur ayam

ras dipengaruhi oleh faktor harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah

tanggungan sedangkan harga komoditi lain yaitu telur itik tidak

mempengaruhi permintaan telur ayam ras.

6. Dari hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa penawaran telur ayam

ras dipengaruhi oleh faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran dan

keuntungan.

7. Terdapat trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam

kurun waktu 1999 – 2009 yaitu trend menurun sebesar -55,3 % atau sekitar

- 4.052.646 kg dengan persentase rata-rata -5,53 % per tahun.

8. Berdasarkan hasil proyeksi maka tahun 2011 – 2021 mendatang produksi

telur ayam ras di Kota Binjai diperkirakan mengalami penurunan produksi

sebesar - 106,61 % dengan persentase rata-rata -8,88% per tahun

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

• Kepada konsumen


(64)

harganya terjangkau. Dan dapat mengembangkan telur ayam ras sebagai

bentuk pangan lainnya.

• Kepada pedagang

Agar para pedagang lebih dapat mengembangkan usaha dagang telur ayam

ras dan memperoleh untung yang maksimal.

• Kepada pemerintah

1. Harus ada upaya pengembalian terhadap kepercayaan masyarakat akan

isu – isu wabah penyakit dan virus yang terjadi untuk mengkonsumsi

telur ayam ras kembali.

2. Mengawasi setiap serangan penyakit dan virus yang datang pada

unggas dengan vaksinasi dan pemusnahan total unggas yang terserang

penyakit.

3. Membuat strategi produksi untuk menjaga dan mengembangkan

produktivitas dari setiap daerah di Kota Binjai yang memiliki potensi

besar dalam menghasilkan telur ayam ras.

4. Mengupayakan standar produksi ayam serta standar manajemen

pemeliharaan yang dapat digunakan oleh para peternak dalam

memelihara ternaknya sehingga produksi telur dapat terus meningkat.

• Kepada peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat meneliti masalah-masalah yang


(1)

4 4,579E-5 277,616 1,00 1,00 ,09 ,78

a. Dependent Variable: Penawaran

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 8878,3164 43940,8164 23600,0000 9815,02654 10

Std. Predicted Value -1,500 2,072 ,000 1,000 10

Standard Error of Predicted Value

302,293 719,812 444,800 141,312 10 Adjusted Predicted Value 8899,4932 36461,2188 22904,1602 8297,20768 10 Residual -441,36282 1574,22852 ,00000 599,74861 10

Std. Residual -,601 2,143 ,000 ,816 10

Stud. Residual -,662 2,354 ,141 1,126 10

Deleted Residual -535,65051 7788,78027 695,83975 2595,64436 10


(2)

Centered Leverage Value ,069 ,860 ,300 ,254 10 a. Dependent Variable: Penawaran


(3)

Lampiran 9. Data produksi telur ayam ras di Kota Binjai tahun 1999 - 2009

Tahun Produksi Telur Ayam Ras (kg) Perubahan Produksi Telur Ayam Ras terhadap tahun sebelumnya (kg)

Persentase*(%)

1999 7.328.556 0 0

2000 4.203.239 -3.125.317 -42,65

2001 6. 624.000 2.420.761 57,6

2002 10.144.000 3.520.000 53,14

2003 10.147.050 3.050 0,03

2004 20.356.440 10.209.390 100,61

2005 6.393.210 -13.963.230 -68,6

2006 3.978.240 -2.414.970 -37,77

2007 4.229.120 250.880 6,31

2008 3.016.330 -1.212.790 -28,68

2009 3.275.910 259.580 8,61

*:

[

tahun

( )

xitahun

( )

xi1

]

/tahun

( )

xi1 ×100%

I. Perubahan produksi telur ayam ras dari tahun 1999 – 2009 :

• 3.275.910 – 7.328.556 = - 4.052.646

II. a. Persentase perubahan produksi telur ayam ras dari tahun 1999 – 2009 :

• 3.275.910 – 7.328.556/7.328.556 x 100% = - 55, 3 %

b. Persentase perubahan rata-rata per tahun produksi telur ayam ras dari tahun 1999 – 2009 :

{

(

)

}

100%

10 556 . 328 . 7 / 556 . 328 . 7 910 . 275 . 3 × −


(4)

Lampiran 10. Proyeksi produksi telur ayam ras di Kota Binjai sepuluh tahun mendatang (2011 – 2021)

No. Tahun Notasi Tahun Produksi Telur Ayam Ras (kg)

1 1999 -5 7.328.556

2 2000 -4 4.203.239

3 2001 -3 6. 624.000

4 2002 -2 10.144.000

5 2003 -1 10.147.050

6 2004 0 20.356.440

7 2005 1 6.393.210

8 2006 2 3.978.240

9 2007 3 4.229.120

10 2008 4 3.016.330

11 2009 5 3.275.910

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,290a ,084 -,018 5,06971E6 ,084 ,825 1 9 ,388 1,440

a. Predictors: (Constant), tahun


(5)

Sambungan lampiran 10.

ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 2,119E13 1 2,119E13 ,825 ,388a

Residual 2,313E14 9 2,570E13

Total 2,525E14 10

a. Predictors: (Constant), tahun

b. Dependent Variable: produksi.telur.ayam.ras (kg)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7245099,545 1528575,359 4,740 ,001


(6)

Lampiran 11. Proyeksi trend produksi telur ayam ras

Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan regresi di atas, maka dapat diperoleh ramalan produksi telur ayam ras tahun 2011 – 2021

Tahun Notasi Tahun (x) Produksi Telur Ayam Ras (kg)

y* = 7245099,545 - 438916,964x*

2011 7 4.172.680,797

2012 8 3.733.763,833

2013 9 3.294.846,869

2014 10 2.855.929.905

2015 11 2.417.012,941

2016 12 1.978.095.977

2017 13 1.539.179,013

2018 14 1.100.262,049

2019 15 661.345,085

2020 16 222.428,121

2021 17 -216.488,843

Dimana : x = notasi tahun (1, 2, 3, ..., dst)

1. Proyeksi produksi telur ayam ras 2009 – 2021 yakni :

• -216.488,843 - 3.275.910 = - 3.492.398,843 ≈ -3.492.399 kg 2. Persentase perubahan produksi telur ayam ras dari tahun 2009 – 2021 :

{

(

-216.488,843-3.275.910

)

/3.275.910

}

x100%= - 106,61 %

3. Persentase perubahan rata-rata per tahun produksi telur ayam ras dari tahun 2009 – 2021 :

{

(

− −

)

}

100%=

12 910 . 275 . 3 / 910 . 275 . 3 843 , 488 . 216 x -8,88%