this PDF file EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN ALTERNATIF DI KOTA BANDAR LAMPUNG | Ananda | PEDAGOGIA 1 PB
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN ALTERNATIF DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Nandang Kosasih Ananda dan Herpratiwi
Universitas Lampung Email: nandanggmail.com
Abstrak
Pendidikan alternatif sebagai pilihan alternatif bagi masyarakat yang memiliki akses pendidikan terbatas, dan pelaksanaan pendidikan alternatif memiliki kontribusi signifikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sejak pendidikan alternatif ada di Kota Bandar Lampung, tidak ada proses evaluasi yang dilakukan ke sekolah- sekolah pendidikan alternatif. Jadi, merupakan suatu keharusan untuk mengevaluasi sekolah-sekolah tersebut untuk mendapatkan informasi dalam membantu pembuat kebijakan untuk memiliki keputusan yang baik terkait dengan pendidikan alternatif di kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan mendeskripsikan secara empiris tentang pendidikan alternatif, dan memberikan rekomendasi kepada instansi terkait seperti dinas pendidikan kabupaten tentang: (1) masyarakat, lembaga lembaga pelaksana, dan persepsi siswa tentang pendidikan alternatif. (2) prestasi belajar siswa, (3) sistem pembelajaran, (3) faktor pendukung, dan (5) hambatan untuk melaksanakan pendidikan alternatif di Kota Bandar Lampung. Teknik purposive sampling digunakan dalam penelitian ini, dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Rekomendasi untuk masa yang akan datang: (1) Untuk siswa sekolah RoKiA (12 kelas) yang memiliki kompetensi dalam sains dapat mengembangkan minat dan kompetensi mereka, akan lebih baik bagi mereka untuk diizinkan oleh dinas pendidikan kabupaten untuk mengikuti ujian atau sains Paket C ujian yang setara, (2) Agar lebih efisien, akan lebih baik bagi sekolah RoKiA untuk memiliki rasio murid-guru sesuai dengan standar nasional atau setidaknya 1: 10, (3) Untuk melaksanakan artikel UU Guru No. 142005 8,
9, dan 11, akan lebih baik bagi guru sekolah RoKiA untuk memiliki setidaknya kualifikasi akademik S1 atau D4, dan sertifikat guru sebagai pendidik profesional, dan (4) pemerintah daerah harus lebih proaktif untuk memberikan perhatian dan dukungan terhadap alternatif lembaga pendidikan seperti sekolah RoKiA.
Kata kunci: evaluasi pendidikan, homeschooling, pendidikan alternatif
Abstract
Alternative education as an alternative choice for the community who has limited access to education, and the implementation of alternative education has significant contribution to achieve the national education goal. Since the alternative education existed in Bandar Lampung city, there was no evaluation process conducted to the alternative education schools. So it was a must to evaluate those schools to get information in helping the policy makers to having good decision related to alternative education in Bandar Lampung city. The purpose of this study was to get information and describe empirically about the alternative education, and give some recomendations to related institutions such as district education office about: (1) the community, the implementing agenciesinstitutions, and the students’ perception about alternative education, (2) students’ achievement, (3) instructional system, (3) supporting factors, and (5) the obstacles to implement the alternative education in Bandar Lampung city. Purposif sampling technique was used in this study, and the data was collected by using questionnaire, in-depth interview, and documentation study. The data was analysed by using qualitative-descriptive technique. Recommendations for the future: (1) In order to RoKiA school students (12 grade) who have competency in science could develop their interest and competencies, it would be better for them to be permitted by district education office to take Paket C examination or science equivalent examination, (2) To be more efficient, it would be better for RoKiA school to have student-teacher ratio suitable with the national standard or at least 1 :
10, (3) To implement the Teacher Law No. 142005 article 8, 9, and 11, it would be better for RoKiA school teachers to have at least S1 or D4 academic qualification, and teacher certificate as a professional educator, and (4) local government should be more proactive to give attention and support to alternative education institutions such as RoKiA school.
Keywords: education evaluation, alternative education, homeschooling.
A. PENDAHULUAN
Setiap peserta didik usia wajib belajar mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan
layanan
pendidikan.
Pendidikan bukan hanya sebagai pro-ses transfer pengetahuan dan tekno-logi, tetapi juga sebagai sarana infor-masi dan regenerasi
kehidupan
sosial.
Perkembangan pendidikan di Indone-sia mengalami kemajuan demikian pesat, setidaknya dalam hal kuantitas. Hal ini ditandai dengan semakin besarnya APBN yang di-alokasikan oleh pemerintah dalam bidang pendi-dikan. Besarnya anggaran tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan munculnya sekolah gratis untuk SD dan SMP sebagai penera- pan wajib belajar 9 tahun, beasiswa pendidikan, pening-katan gaji guru dan dosen, sertifikasi guru dan dosen, dll. Kita patut memberi apresiasi terhadap segala usaha pemerintah untuk mening-katkan kualitas dan kuantitas pendidikan, meskipun ma-sih banyak masyarakat yang belum tersentuh oleh program- program pen-didikan tersebut.
Data dari UPPKH Kemensos (2014) terdapat 3.200.000 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memi-liki anak yang belum tersentuh pen-didikan. Anak- anak tersebut mayori-tas berada di daerah-daerah pelosok dan terpencil. Masalah umum yang terjadi di daerah tersebut adalah minimnya fasilitas sekolah dan kurangnya guru yang bertugas, dan tentunya kurangnya kemampuan se-cara finansial bagi mereka untuk bersekolah. Hal itu pula yang menye-babkan
program-program
Kementrian Riset Teknologi
dan
Pendidikan Tinggi belum berhasil dilaksanakan. Kondisi di atas akan berpengaruh pada beberapa hal, yaitu angka putus sekolah (drop out) yang setiap tahun bertambah, dan angka penduduk yang buta huruf semakin meningkat. Data UNICEF (2015) menyebutkan bahwa saat ini ada 4.6 juta anak usia sekolah yang tidak bersekolah
(out of school children) di tanah air tercinta ini.
Manajemen sekolah yang tidak tersis-tem dengan baik, ditambah dengan kondisi sarana dan prasana sekolah yang kurang
memadai,
menyebabkan
masyarakat yang tidak mampu berse- kolah di pendidikan formal terutama anak-anak jalanan, anak-anak pekerja semakin tertinggal dalam dunia pen- didikan. Bagi keluarga yang mampu secara ekonomi akan mendidik anak- anaknya sendri di rumah. Untuk itu dibutuhkan solusi alternatif untuk peningkatan kualitas pendidikan bagi mereka agar mampu bersaing secara akademik dan praktis dengan anggota masyarakat lain. Hal ini diperkuat dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1989, bahwa semua anak berhak memperoleh pendidikan tanpa adanya diskriminasi dalam bentuk apapun. Deklarasi ter-sebut dilanjutkan dengan The Sala-manca Statement and Framework for Action on Special Needs Education yang memberikan kewajiban bagi sekolah untuk mengakomodasi semua anak termasuk anak-anak yang memi-liki kelainan fisik, intelektual, sosial, emosional, linguis-tik atau kelainan lainnya. Sekolah-sekolah juga harus memberikan layanan pendidikan un-tuk anak-anak yang berkelainan, ber- bakat, anak-anak jalanan, pekerja anak, anak-anak dari masyarakat ter-pencil atau ber-pindah-pindah tempat, etnik atau budaya minoritas dan anak-anak yang rawan termarjinalkan lain-nya.
Ada dua alternatif solusi yang dita- warkan oleh pemerintah untuk me-ngatasi anak-anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan di sekolah formal, antara lain: (1) membangun pendidikan luar sekolah, dan (2) me-ngajak keluarga untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan melalui model homeschooling. Dua alternatif tersebut telah mendapat persetujuan pemerintah melalui UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Na-sional (Sisdiknas). Pendidikan luar 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Na-sional (Sisdiknas). Pendidikan luar
program-program pendidikan alternatif
satu upaya pemerintah dalam menerapkan
yang ada di daerah dan negara lain se-
pendidikan layanan khu-sus seperti yang
hingga mendapat gambaran yang
diamanatkan dalam Undang-Undang
komprehensif terhadap program ter-
Sisdiknas tersebut. Pendidikan layanan
sebut” (Robert Kunzman, 2013).
khusus merupa-kan pendidikan bagi daerah terpencil atau terbelakang,
B. KAJIAN LITERATUR
masyarakat adat ter-pencil, danatau
1. Pendidikan Alternatif
mengalami bencana alam, bencana sosial,
Pendidikan alternatif merupakan
dan tidak mampu secara ekonomi. Salah
isti-lah generik dari berbagai program
satu tujuan pendidikan layanan khusus
pendidikan yang dilakukan dengan cara
adalah melayani kebutuhan pendidi-kan
berbeda dari cara tradisional. Secara
pada masyarakat yang tidak ter-jangkau
umum pendidikan alternatif memiliki ciri
pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan
yang
sama,
yaitu meng-gunakan
program pemerintah dalam pemerataan
pendekatan yang bersifat individual,
pendidikan, pem-berdayaan masyarakat,
memberi perhatian besar kepada peserta
khususnya masyarakat terpinggirkan
didik, orangtua, ke-luarga, dan pendidik
dalam upaya pengentasan kemiskinan
serta dikem-bangkan berdasarkan minat
yang disebabkan oleh berbagai hal. Di
dan peng-alaman. Menurut Mintz (1994)
sini-lah pendidikan alternatif mengambil
pendi-dikan alternatif dapat dikategorikan
peran untuk menjawab kebutuhan dan
dalam empat bentuk pengorganisa-sian,
tujuan dari anak sekelompok masya-rakat
yaitu: (1) sekolah pilihan publik (public
tertentu seperti diuraikan di atas.
choice), (2) sekolahlembaga pendidikan
publik untuk siswa bermasalah (student at
pendidikan alternatif dapat diidentifikasi
risk), (3) seko-lahlembaga pendidikan
dalam bentuk taman bacaan, sanggar
indepen-denswasta dan (4) pendidikan di
anak, rumah singgah, sekolah alam dan
rumah (homeschooling).
homeschooling. Perjalanan pendidi-kan
Sekolah pilihan publik adalah lem-
alternatif di Indonesia secara teo-ritis
baga pendidikan dengan biaya negara
menemui hambatan terutama yang terkait
(disebut sekolah negri) yang menye-
dengan “institusionali-sasi”,
dimana
lenggarakan program belajar dan
pembelajaran yang berbeda dengan
program regularkonvensional, namun
Hambatan lainnya adalah struk-tur
mengikuti sejumlah aturan baku yang
telah ditentukan. Contoh sekolah pili-han
akomodatif, dan kurang adaptatif ter-
publik di Indonesia antara lain: sekolah
terbukakorespondensi (jarak jauh), yaitu
alternatif. Pada tingkat tertentu pen-
SMP Terbuka, SMA Terbuka, dan
didikan alternatif berhasil menentang
Universitas Terbuka.
tatanan sosial yang sudah survive, disisi
Sekolahlembaga pendidikan publik
lain masalah yang ditemukan adalah
untuk siswa bermasalah, meliputi mereka
terbatasnya ruang gerak baik dari sisi
yang tinggal kelas karena lambat belajar,
komunitas, wilayah maupun ranah
nakal atau meng-ganggu lingkungan
akademik; dan pendidikan alter-natif
(termasuk lem-baga pemasyarakatan
belum dapat dikatakan berhasil menjadi
anak), korban penyalahgunaan narkoba,
sebuah subkultur pendidikan. Untuk
korban trauma dalam keluarga karena
menjawab kebenaran hal di atas perlu
pen-ceraian orangtua, ekonomi, etnis
dilakukan evaluasi terhadap program
budaya (termasuk bagi anak suku terasing
pendidikan alternatif khu-susnya yang ada
dan anak jalanan dan gelan-dangan),
di Kota Bandar Lampung, “sebagaimana
putus sekolah karena ber-bagai sebab, putus sekolah karena ber-bagai sebab,
hobi, (komik, film, fotografi), dan
sebelumnya. Namun tidak termasuk di
sebagainya. Internet dan teknologi audio
dalamnya sekolah luar biasa yang
visual juga dapat digunakan sebagai
dibangun untuk penyan-dang kelainan
fisik danatau kelainan mental seperti
(Sumardiono, 2007).
tunarungu, tunanetra, tunadaksa, dsb.
Menurut Mulyadi (2007), home-
Sedangkan
sekolahlembaga
schooling akan membelajarkan anak-anak
pendidi-kan swasta: mempunyai jenis,
dengan berbagai situasi, kondisi, dan
bentuk dan progam yang sangat
lingkungan sosial yang terus berkembang.
beragram, termasuk di dalamnya program
Orangtua memberikan perhatian kepada
pen-didikan bercirikan agama seperti
anak di setiap waktu dan selama anak
pesantren dan sekolah minggu; lem-baga
beraktivitas, kede-katan orangtua dengan
pendidikan bercirikan keteram-pilan
anak dapat dijadikan metode belajar yang
fungsional, seperti kursus atau magang;
efektif dan dapat dikaitkan dengan penga-
lembaga pendidikan dengan program
laman menyenangkan yang konteks-tual.
perawatan atau pendidikan usia dini
Pada hakekatnya, baik home-schooling
seperti penitipan anak, kelompok
maupun sekolah umum, sama-sama
bermain, dan taman kanak-kanak.
sebagai
sebuah
sarana untuk
Pendidikan di rumah (home-
menghantarkan anak-anak mencapai
schooling), yang termasuk dalam kategori
tujuan
pendidikan
seperti yang
diharapkan. Akan tetapi, home-schooling
diselenggarakan oleh keluarga sendiri
dan sekolah juga memiliki beberapa
terhadap anggota keluarganya yang masih
perbedaan. Pada sistem se-kolah,
dalam usia sekolah. Pendidikan ini
tanggungjawab
pendidikan anak
didelegasikan kepada guru dan pengelola
sekolah. Pada home-schooling, tanggung
pertimbangan, seperti: menjaga anak-
jawab pendi-dikan anak sepenuhnya
anak dari kontaminasi aliran atau fal
berada di tangan orangtua. Sistem sekolah
safah hidup yang bertentangan de-ngan
ter-standardisasi untuk memenuhi kebu-
tradisi keluarga (misalnya pen-didikan
tuhan anak secara umum, sementara
yang dberikan keluarga yang menganut
sistem pada homeschooling disesuai-kan
fundalisme agama atau kepercayaan
dengan kebutuhan anak dan kondisi
tertentu); menjaga anak-anak agar
keluarga. Pada sekolah, jad-wal belajar
selamataman dari penga-ruh negatif
telah ditentukan dan seragam untuk
lingkungan; menyela-matkan anak-anak
seluruh siswa. Pada homeschooling
secara fisik mau-pun mental dari
jadwal belajar flek-sibel, tergantung pada
kelompok sebayanya; menghemat biaya
kesepakatan antara anak dan orangtua.
pendidikan; dan berbagai alasan lainnya.
Pengelo-laan di sekolah terpusat, seperti
Proses
pembelajaran
peng-aturan dan penentuan kurikulum
homesschooling dapat memanfaatkan
dan materi ajar. Pengelolaan pada home-
fasilitas yang ada di dunia nyata, seperti
schoolng terdesentralisasi pada ke-
museum, lembaga penelitan), fasilitas
Kurikulum dan materi ajar dipilih dan
umum (taman, stasiun, jalan raya),
ditentukan oleh orangtua (Simbolon,
fasilitas sosial (taman, panti asuhan,
rumah sakit), maupun fasilitas bisnis
Homeschooling sering disebut seko-
(mall, pameran, restoran, pabrik, sawah,
lah rumah, terkadang diterjemahkan
perkebunan). Selain itu, home-schooling
dengan
istilah
sekolah mandiri.
dapat mempergunakan guru privat, tutor,
Pengertian umum homeschooling adalah
mendaftarkan anak pada kursus atau klub
model pendidikan di mana sebuah model pendidikan di mana sebuah
tanggungjawab sendiri atas pendidi-kan
pun, kapan pun, dan oleh atau dengan
anak-anaknya dan mendidik anaknya
siapa saja. Banyak alasan sehingga
dengan mengunakan rumah sebagai basis
masyarakat dan orangtua memilih
pendidikan. Orangtua bertanggung jawab
homeschooling sebagai tem-pat belajar.
secara aktif atas proses pendidikan
Secara umum, alasan utama orang
anaknya, mulai dari penetuan tujuan
memilih homeschooling adalah tidak puas
pendidikan, nilai-nilai (values) yang ingin
dengan model sekolah umum dan ingin
memberikan pendidikan yang lebih
berkualitas kepada anak mereka. Selain
kurikulum dan materi pembelajaran
itu, ada yang melakukan homeschooling
hingga metode belajar serta praktik
karena faktor geografis suatu daerah yang
belajar kese-harian anak (Sumardiono,
sangat terisolasi dari daerah perkotaan
2007). Homeschooling sebagai sekolah
sehingga tidak dapat melaksanakan
ru-mah adalah sebuah aktivitas untuk
pendidikan secara for-mal, sebab segala
menyekolahkan anak di rumah secara
sumber daya pendidikan sulit di peroleh
dan karena alasan kondisi khusus yang
sebuah pilihan dan khazanah alter-natif
terjadi pada anak mereka; misalnya anak
autis, anak fokus, anak berbakat, dll.
Homeschooling merupakan suatu
mengembangkan nilai iman (agama), dan
pendidikan alternatif
yang dapat
menginginkan suasana belajar yang lebih
dilaksanakan dimana pun. Proses
menyenangkan.
penentuan kurikulum dapat diseleksi
Menurut Ransom (2001), terdapat
sendiri oleh orangtua untuk dise-suaikan
dua hal penting dalam pendidikan
dengan need and demand mereka. Namun
homeschooling, yaitu;
proses
penyeleksian hendaknya
a. sebagian
besar
pelaksana
berdasarkan pada penge-tahuan yang
homeschooling
me-lakukan
cukup tentang kurikulum dan materi yang
aktivitas belajarnya di rumah
berlaku pada sekolah-sekolah yang ada.
dengan “membeli” kurikulum
Dengan kata lain materi homeschooling
yang telah terstruktur;
harus disesuaikan dengan kurikulum
b. dalam
melaksa-nakan
yang ada, jika tidak maka homeschooling
homeschooling, orangtua dan anak
hanya dianggap sebagai bimbingan
bertanggungjawab terhadap pen-
belajar atau belajar mandiri.
didikan dan proses belajar, serta
Analisis terhadap beberapa kasus
memutuskan apa yang akan
pendidikan alternatif menurut Yusuf-hadi
dipela-jari, kapan waktu untuk
(2007), pada awal penyelengga-raannya
belajar, dan bagaimana cara
menunjukan adanya kesama-an atas
belajarnya.
sejumlah azas dan prinsip yang dianut.
Menurut Simbolon (2007), home-
Kesamaan itu meliputi hal-hal berikut:
schooling terdiri dari tiga jenis. Pertama,
a. Penghargaan atas martabat dan
homeschooling tunggal yang dilakukan di
nilai-nilai kemanusia-an, termasuk
rumah. Penggiat utamanya adalah satu
kodrat hidup, dan harga diri,
b. Pendekatan yang lebih ber-sifat
majemuk terdiri dari dua keluarga.
individual, mengingat per-bedaan
Ketiga, homeschooling komunitas yang
minat, kemampuan, penga-laman,
di-bangun dari komunitas masyarakat
kondisi keluarga dan lingku-ngan,
setempat dengan metode
pembe-
c. Pengakuan atas perlunya perlakuan
lajarannya secara tutorial. Substansi dari
yang berbeda berkenaan dengan
homeschooling
adalah
proses
adanya
perbedaan-perbedaan perbedaan-perbedaan
dan suburnya
karakteristik, dengan memberikan
perkembangan semangat etis,
kebebasan me-milih dan berbuat,
yaitu
saling meng-hargai,
d. Tujuan yang diarahkan pada
memperhatikan dan kerja sama,
terbentuknya watak dan moral
(norlidah alias, 2012). Pen-didikan
merupakan unsur
berkembangnya potensi optimal
imperatif dalam masyarakat, dan
masing-masing peserta didikwarga
karena itu perlu terus dikem-
belajar,
bangkan dan dibina dalam usaha
e. Perlunya partisipasi ma-syarakat
reformasi
pembangunan
dan orangtua dalam penye-
pendidikan
untuk menuju
lenggaraan pendidikan, termasuk
pendidikan yang viable, (Khati
peluang untuk berprakarsa,
Moreau, 2012).
f. Peni-laian hasil pendidikan yang di-dasarkan azas manfaat dampak
Pembangunan pendidikan secara
bagi pribadi yang bersangkutan
sis-temik merupakan perubahan yang
maupun bagi masyarakat,
bersifat menyeluruh. Perubahan da-lam
g. Perhatian lebih besar terhadap
suatu aspek akan mempengaruhi aspek
lingkungan, baik sebagai sumber
lain secara berantai. Perubahan itu harus
belajar maupun untuk menjaga
meliputi semua kegiatan pendidikan,
kelestariannya.
mulai dari kelas, sekolah wilayah, sampai seluruh Negara (Reigeluth,1994).
Hasil analisis empirik di atas kalau
Pendidikan alternatif cenderung
dikaitkan dengan landasan ontologi
memberikan prioritas pada lapis sistem
pendidikan alternatif menunjukan bahwa
pembelajaran dan lapis penga-laman
belajar (Sandra Martin-Chang 2011).
kontribusi yang bermakna terhadap
Sementara
kebijakan pendidi-kan
nasional memberikan prioritas pada
Masyarakat madani atau masyarakat
lapisan pengendalian. Hal ini ditunjukan
warga yang demokratis tidak hanya
dengan berbagai indikator seperti
ditandai oleh adanya keseimbangan antar
kurikulum nasional yang kaku dan padat,
pengadaan buku dan bahan belajar lain
pemerintah, pada umumnya juga ditandai
yang diselenggarakan oleh pusat, evaluasi
oleh:
hasil belajar secara nasional yang
a. Hidup
dan
berkembangnya
diselenggarakan serentak dan baku di
lima tahun terakhir ini, pemusatan
berbagai bentuk, sifat dan besaran
kewenangan dihampir segala hal tanpa
yang tergabung dalam satu ikatan
pendele-gasian dan peranan guru yang
kesamaan dan kebersamaan etika,
masih cenderung dominan. Implikasi dari
b. Kehidupan moral yang menjujung
pengembangan pendidikan alternatif yang
tinggi nilai dasar kemanusian;
dilaksanakan
dengan pendeka-tan
manusia sebagai subyek dan
sistemik serta dengan prioritas pada lapis
bukan obyek,
sistem pembelajaran dan pengalaman
c. Warga masyarakat berperanserta
belajar, antara lain:
dalam membentuk suatu keluarga
a. Dilakukan inventarisasi atas pendi-
besar (global community) yang
dikan alternatif, baik yang masih
dijiwai semangat persaudaraan
ber-langsung
hingga sekarang
universal (universal brotherhood),
maupun yang telah dihentikan, serta
dan
mengkaji pelajaran dan pengalaman mengkaji pelajaran dan pengalaman
basis untuk pendi-dikan selanjutnya,
pendidikan alter-natif,
melalui
berbagai program
b. Dikembangkan dan dibina-nya
pendidikan luar sekolah dan
berbagai kegiatan inovasi pen-
pemberdayaan
organisasi
didikan pada lapis pengalaman bela-
kemasyara-katan,
jar dan sistem pembelajaran, dengan
h. ditingkatkannya profesio-nalisme
diberikannya status dan wewenang
tenaga pendidikan sesuai dengan
kepada unit khusus untuk mengko-
missi pembaruan dan tuntutan
ordinasikan kegiatan perintisan sam-
perkembangan zaman dan
pai implementasinya,
i. diangkat,
ditempatkan dan
c. Dikembang-kannya kurikulum inti
dibinanya
karier tenaga
kependidikan yang memenuhi syarat
kurikulum inti ini ditunjukan untuk
profesional
untuk menduduki
penguasaan kecakapan dasar dan
jabatan jabatan fungsional dan
kesatuan bangsa,
Diharapkan dengan diperhatikan
d. Difasilitasikannya pengembangan
dan dilaksanakannya butir-butir pengem-
ku-rikulum lokal secara inovatif,
bangan pendidikan tersebut maka
kreatif, dan aspiratif serta yang
pendidikan alternatif akan berkem-bang,
sesuai kebu-tuhan lingkungan dan
dan akan mempercepat terca-painya
pasaran kerja, dengan porsi yang
masyarakat belajar yang se-kaligus
lebih besar, (5) tujuan dan isi
menjadi masyarakat madani, (Yusufhadi,
pembentukan dan pembinaan watak, budi pekerti imtaq, wawa-san
2. Evaluasi Program
kedepan, integritas dan keman-
Banyak kajian evaluasi program
dirian peserta didik, dan bukannya
yang membawa implikasi semakin
beban mata pelajaran yang harus
banyak-nya model evaluasi yang berbeda
dihafal,
cara dan penyajiannya, namun jika ditelu-
e. disusunnya peraturan per-undangan
suri semua model bermuara kepada satu
yang sesuai dengan dina-mika
tujuan yang sama, yaitu menye-diakan
pembangunan, merangsang pra-
informasi dalam kerangka “decision”
karsa dan partisipasi masyarakat,
atau
keputusan
bagi peng-ambil
namun dengan disertai aturan dan
kebijakan.
kewenangan
pengawasan oleh
Beberapa definisi tentang evaluasi
yang dikemukan oleh pakar, dianta-ranya
kepentingan peser-ta didik dan
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses
menjaga keutuhan bangsa,
yang digunakan untuk menilai. Djaali,
f. desentralisasi pengelolaan pen-
didikan dengan memberikan wewe-
mendefinisikan evaluasi dapat diarti-kan
nang kepada daerah untuk mengem-
sebagai
proses
menilai sesuatu
bangkan pendidikan sesuai dengan
berdasarkan kriteria atau standar objektif
kondisi dan situasi lingkungan,
yang dievaluasi. Evaluasi sebagai
diser-tai dengan penyederhanaan
kegiatan investigasi yang sistimatis
tentang kebenaran atau keberhasilan suatu
Model evaluasi yang digunakan
g. perhatian lebih besar diberikan
dalam penelitian ini adalah Stake’s
kepada pendidikan keluarga sebagai
Countenance
Model, Center for
Instructional Research and Curri-culum
kasus (a case study). Tempat penelitian
Evaluation University of Illinois. Model
ditetapkan secara purposive, yaitu
Stake’s sama dengan model CIPP dan
homeschooling Dolpins di Kota Bandar
CSE-UCLA (Center for Study of
Lampung. Alasan penentuan sekolah ini
Evaluation at the University of California
adalah karena sekolah tersebut telah
at Los Angeles) dimana ketiganya
cukup lama melaksanakan pendidikan
cendrung komprehensif dan mulai dari
alter-natif dan sudah mempunyai lulusan.
proses evaluasi selama tahap perencanaan
Model riset evaluasi yang digunakan,
dari pengembangan program. Stake
yaitu Stake’s Countenance Model.
mengidentifikasi 3 (tiga) tahap eva-luasi
Pemilihan informan dilakukan secara
program pendidikan dan faktor yang
purposif, maka informan kunci dalam
mempengaruhinya, yaitu:
penelitian ini, yaitu: kepala sekolahwakil
a. Antecedents phase; sebelum
kepala sekolah, ketua pengembang
pro-gram diimplementasikan: Kondisi
kuriku-lum, 5 orang guru, 7 orangtua
kejadian apa yang ada sebelum
siswa, dan 14 siswa. Sedangkan informan
implementasi program? Apakah kon-
pendukung dalam penelitian ini ter-diri
disikejadian ini akan mempengaruhi
dari: wakil pengembang kuriku-lum,
program?
ketua bidang kesiswaan, ketua bidang
b. Transactions
phase;
pengembang sumberdaya manusia.
pelaksanaan program: Apakah yang
Ada tiga jenis teknik pengumpulan
sebenarnya terjadi selama program
data yang digunakan dalam penelitian ini,
dilaksanakan? Apakah program yang
yaitu: studi dokumentasi, angket, dan
sedang di-laksanakan itu sesuai dengan
wawancara mendalam. Angket digunakan
rencana program?
untuk mengumpulkan data primer,
c. Outcomes phase, mengetahui
sedangkan studi dokumentasi dan
aki-bat implementasi pada akhir program.
wawancara mendalam dilakukan untuk
Apakah program itu dilaksanakan sesuai
mengumpulkan data pendu-kung dan
dengan yang diharapkan? Apakah klien
sekaligus melakukan triangulasi data.
menunjukkan perilaku pada level yang
Analisis data dilakukan secara des-kriptif
tinggi dibanding dengan pada saat mereka
terhadap keteranganinformasi yang
berada sebelum program dilaksanakan?
bermakna atas sekumpulan ang-ka,
(Kaufman,1982). Setiap tahapan ter sebut
simbol, atau tanda-tanda yang di-
dibagi menjadi dua bagian aitu
dapatkan dari lapangan.
description (deskripsi) dan judgment (penilian)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persepsi Terhadap Penyeleng-garaan
memberikan
gambaran pelaksanaan
Pendidikan
Alternatif
program se-cara mendalam dan rinci.
(Homeshooling)
Oleh karena itu persepsi orang-orang
Sekolah RoKiA adalah sekolah
yang terlibat dalam sistem pendidikan
yang menggabungkan antara sistem
seperti pri-laku guru, peran kepala
klasikal dengan sistim individual
sekolah, peran industri, perilaku siswa
sehingga keberadaan se-kolah ini sangat
dan situasi proses belajar mengajar di
dinantikan baik oleh para orangtua
sekolah dan pelatihan kerja di industri
maupun anak-anak yang memiliki
adalah kenyataan yang harus diper-
keterbatasan-keterba-tasan tertentu seperti
hatikan.
waktu, kecer-dasan, dan ekonomi. Di sekolah ini anak mendapatkan perhatian
C. METODE PENELITIAN
dan layanan yang sangat baik terutama
Penelitian ini adalah penelitian
terkait dengan pembentukan karakter
evaluasi dengan menggunakan studi
seperti disiplin, etika, kejujuran, cinta seperti disiplin, etika, kejujuran, cinta
3. Persepsi Peserta didik,
Sebagai contoh, di sekolah ini,
Di sekolah RoKiA, kami mendapat
perbandingan antara peserta didik dengan
perhatian, layanan, bimbingan dan
tutor (guru) adalah 83:25 atau 1:3, artinya
bantuan yang sangat baik dari para guru
secara rata-rata seorang guru hanya
sehingga kami dapat belajar dengan
melayani 3 orang anak. Sedangkan di
tenang dan nyaman sesuai dengan minat
sekolah-sekolah formal hampir di setiap
dan waktu yang kami miliki. Kami bisa
kelas jumlah siswa-nya lebih dari 40
mengambil materi pelajaran apa saja dan
orang, bahkan ada kelas yang memiliki
kapan saja sesuai dengan minat dan
siswa sebanyak 50 orang. Jadi
waktu yang kami miliki dengan
perbandingan antara siswa dengan guru
bimbingan guru.
adalah 40:1 atau 50:1. Permasalahannya
4. Persepsi Pengambil Kebijakan.
adalah “apa-kah seorang guru mampu
Menurut beberapa pengambil kebi-
memper-hatikan anak sebanyak itu
jakan, sekolah ini sangat baik karena ikut
dengan baik, terutama yang terkait
berperan serta dalam mencerdas-kan
dengan perkembangan intelektual dan
anak. Sekolah ini sangat mem-bantu,
pem-bentukan karakter siswa?” Secara
karena menerima anak-anak yang tidak
teknis, dengan jumlah murid per kelas
dapat belajar di sekolah formal
begitu banyak, seorang guru tidak akan
disebabkan kondisi keluarga yang tidak
mampu menangani dan memperhatikan
memungkinkan anak-anaknya berada di
siswanya dengan baik.
sekolah formal. Misalnya, anak dari
2. Persepsi
MasyarakatOrangtua
konsultan asing di perusahaan yang
Peserta didik .
berada di Provinsi Lampung, anak dari
Di sekolah formal, anak-anak
orangtua ter-utama ayah yang sibuk dan
kurang dapat mengikuti pelajaran, kurang
mem-punyai keinginan untuk mendidik
terlayani dan kurang mendapat per-hatian
anaknya dengan cara khusus.
dari guru dengan baik. Misal-nya, anak
5. Sistim Pembelajaran
membutuhkan perhatian khusus dari guru,
Sistim pembelajaran yang digunakan
sedangkan guru tidak punya waktu untuk
di Sekolah RoKiA adalah gabungan antara
memper-hatikan anak satu persatu karena
sistem kelompok (klasikal) de-ngan sistem
banyaknya anak yang harus diper-hatikan,
individual (perorangan) atau disebut sistim
akhirnya anak merasa ter-abaikan. Contoh
pembelajaran klasi-kal-individual, yang
lain adalah peker-jaan rumah (PR) anak-
mengkondisikan anak-anak berada dalam
anak kadang tidak diperiksa oleh guru,
satu
kelas
na-mun layanan
padahal anak-anak mengerjakan PR
pembelajarannya
diberi-kan secara
tersebut semalaman untuk mendapatkan
individual atau kelompok sesuai dengan
peni-laian dan masukan dari guru
keunikannya.
sehingga anak merasa bahwa pekerjaan
Sebagai lembaga pendidikan yang
yang telah dilakukannya siasia. Contoh
menerapkan sistem semi home-schooling,
lain adalah bila ada masalah anak di se-
sekolah RoKiA memprio-ritaskan konsep
kolah, kadang guru tidak dapat me-
pendidikan yang sifat-nya melayani
nyelesaikannya secara tuntas se-hingga
perbedaan individu dan mendorong
masalah tersebut berlarut-larut. Oleh
penerapan multi-grade teaching atau
sebab itulah para orangtua memutuskan
pembelajaran kelas rang-kap (PKR).
untuk memasukan me-mindahkan anak-
Implementasi PKR di sekolah RoKiA
anak mereka ke homeschooling dengan
bercirikan sifat yang generik dan kekhasan
harapan anak-anak
mereka dapat
berikut ini:
mengikuti pela-jaran, mendapat perhatian
a. Unsur Guru
dan laya-nan yang terbaik dari guru
Dalam kegiatan PKR, seorang
mereka.
guru lebih banyak dituntut secara guru lebih banyak dituntut secara
berdekatan,
misalnya mata
pembelajaran
dan
pelajaran IPA dengan Mate-matika.
bertanggungjawab mengelola kelas
d. Unsur Interaktif Edukatif
secara mandiri karena memang di
Di sekolah RoKiA, interaktif
sekolah tersebut tidak ada guru lain.
edukatif atau hubungan timbal balik
Sebetulnya keadaan seperti ini bisa
antara guru dengan siswa atau siswa
saja terjadi di sekolah formal yang
dengan siswa lainnya dalam
jumlah gurunya lebih sedikit
konteks
penca-paian tujuan
pembelajaran baik seba-gai dampak
belajar-nya. Misalnya, sekolah yang
langsung proses pembe-lajaran atau
memi-liki 6 rombongan belajar,
efek pengiring (nurturant effects)
namun gurunya hanya 4 orang.
cukup baik. Misalnya, di saat
Dengan kon-disi seperti ini dua
pembelajaran
dimulai, guru
orang
guru di-tuntut
untuk
bertanya tentang sesuatu yang menangani dua rombo-ngan belajar. terkait dengan topik pembelajaran
b. Unsur Siswa
yang akan diba-has di dalam kelas,
Di sekolah RoKiA, kegiatan
namun tidak se-orang siswa pun
PKR secara edukatif menangani
yang mampu menja-wab pertanyaan
aneka ragam kemampuan siswa
guru dengan benar. Setelah
dalam satu rombongan belajar atau
pembelajaran berakhir, kemu-dian
siswa dari dua rombongan belajar
guru bertanya dengan pertanya-an
atau lebih, misalnya kelas IV dan V.
yang sama dengan pertanyaan di-
Hal ini di-sebabkan perbedaan usia
awal pembelajaran, dan ternyata
siswa di kedua kelas tersebut.
ham-pir semua siswa dapat
menjawab pertanyaan guru dengan
belajar juga terjadi di kelas VI dan
benar.
VII karena alasan efisiensi, jumlah
Penggunaan takaran di setiap
siswa kelas VI dan VII sangat kecil
selesai pembelajaran menunjukan
(kurang dari 20 orang). Hal itu bisa
adanya perubahan prilaku dari yang
terjadi karena ruangan yang ada
tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mencukupi sehingga dua
yang tidak mampu menjadi mampu
mela-kukan sesuatu. Perubahan
disatukan dalam satu ruangan.
prilaku
(behavioral changes)
c. Unsur Mata Pelajaran,
merupakan takaran keberhasilan
Di sekolah RoKiA, PKR
interaksi edu-katif. Perubahan
digunakan dalam menangani satu
prilaku bisa terjadi karena adanya
mata pelajaran dengan beberapa
kesengajaan dari guru, artinya guru
topik yang berbeda. Misalnya
mampu
mempengaruhi siswa
dalam pelajaran IPS dengan topik
dengan baik. Dalam pelaksa-naan
Budaya Lokal atau mungkin topik
PKR tersebut, peran guru lebih
yang sama tentang Budaya Lokal,
banyak sebagai pengarah belajar
namun berbeda dalam tuntutan
(director of learning) dan sebagai
prilaku yang dihasilkannya. Misal-
pemberi kemudahan belajar (facili-
nya, yang satu tuntutan prilaku yang
tator of learning).
diharapkannya tentang Bahasa
e. Pengelompokan Siswa
Lokal dan yang lain prilaku yang
Untuk
efektivitas
diharap-kannya tentang Tarian
pembelajaran, di sekolah RoKiA,
siswa dikelompok-kan atas dasar:
digunakan dalam menangani dua
1) Rombongan belajar.
mata pelajaran atau secara teoritik
Dengan pengelompokan seperti
seperti buku pelajaran yang ada di
ini, di jenjang sekolah dasar
sekolah. Selain itu, ling-kungan
misalnya, kelas I sampai dengan
alam
sekitar, sosial atau
kelas VI diperlukan sebagai
masyarakat, budaya dan spiritual
suatu kesatuan. Namun tidak
telah diberdayakan secara optimal
menutup kemungkinan di dalam
sesuai dengan karakteristik siswa
se-buah ruangan terdapat tiga
yang dilayani dan tujuan pedagogis
kelompok siswa (rombongan
guru dalam upaya mendidik siswa
belajar), misalnya kelas IV, V,
sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan VI.
yang telah ditentukan.
2) Kesamaan kemampuan (same
g. Prinsip-prinsip model PKR yang
ability group),
digunakan oleh sekolah RoKiA
Dengan pengelompokan seperti
adalah berikut ini:
ini, siswa dibagi menjadi
1) Keserempakan
kegiatan
kelompok-kelompok kecil atas
pembelajaran
dasar kemam-puannya sesuai
Keserampakan
kegiatan
dengan hasil tes kemampuan
pembelajaran
di sekolah
atau catatan prestasi sebelumnya.
RoKiA bertujuan peman-faatan
Misalnya, siswa dike-lompokan
sumberdaya yang ada dan
menjadi kelompok diatas rata-
tersedia pada saat yang
rata (upper group) dan dibawah
bersamaan
secara lebih
rata-rata (lower group).
optimal. Misalnya, pada saat
3) Kesamaan usia (same age group)
yang bersamaan seorang guru
Dengan pengelopokan seperti
menangani pembelajaran IPS
ini, suatu rombongan belajar
pembelajaran IPA untuk kelas
kelompok-kelompok
siswa
VI dalam satu ruang yang sama
berdasarkan persamaan usia.
atau dua ruang yang berbeda.
Misalnya, kelompok siswa usia 9 tahun atau kelompok siswa usia
1) Kadar
waktu keaktifan
10 tahun.
akademik
4) Kebutuhan pembelajaran
(WKA) di sekolah RoKiA
Dengan pengelompokan seperti
adalah waktu yang benar-
ini siswa dikelompokan sesuai
benar digunakan oleh para
dengan tugas dan atau peran
siswa untuk belajar, seperti
yang harus dila-kukan pada saat
membaca,
menyimak,
itu untuk mendukung pencpaian
menulis, ber-latih ketrampilan
tujuan pembelajaran suatu topik
dan berdiskusi. Misalnya,
dengan model pembelaran ter-
waktu untuk dua jam yang
tentu. Misalnya, dalam kegiatan
tersedia adalah 2 x 40 menit
karyawisata.
atau 80 menit. Selama 15
f. Lingkungan belajar
menit digunakan guru untuk
Lingkungan belajar di sekolah
mencek kehadiran siswa,
Ro-KiA cukup memadai. Misalnya,
berdoa,
dan mengatur
terdapat ruangan sesuai dengan
kelompok, dan sisa waktu (65
jum- lah rombongan belajar yang
menit) inilah digu-nakan
ada dan fasilitas belajar seperti meja
siswa untuk melakukan ber-
dan kursi siswa, papan tulis, meja
bagai kegiatan belajar atau
disebut on task. Namun bila
pembelajaran, serta sumber belajar
dalam waktu 65 menit dalam waktu 65 menit
MTTS), model tutorial lintas
misalnya 10 menit yang
kelas (MTLK), dan model
tugas tutorial
ngobrol dengan teman-nya
terbukatertutup (MATT).
atau melamun, maka waktu
h. Model PKR Yang Digunakan di
yang benar-benar digunakan
Sekolah RoKiA
belajar oleh siswa adalah 55
1) Model Proses Arahan Sendiri
menit (on task). Sedangkan
(PBAS)
waktu 10 menit yang siswa
Model ini digunakan di
gunakan untuk mengobrol
jenjang seko-lah dasar kelas
atau melamun disebut off
tinggi (kelas IV, V, dan VI),
task. Dengan melaksanakan
sekolah menengah pertama
PKR, seorang guru di-
(SMP) dan sekolah menengah
harapkan dapat mengurangi
atas (SMA) karena kegiatan
lama waktu kosong atau
belajar ini adalah atas
dengan kata lain waktu
prakarsa siswa atau secara
keaktivan akademik menjadi
mandiri dengan mendapat
semakin tinggi.
bimbingan seperlunya dari
2) Kontak psikologis guru - murid
guru. Dalam model ini guru
yang berkelanjutan
berperan sebagai pemberi
Di sekolah RoKiA, interaksi
kemudahan dalam belajar atau
guru– murid baik yang berupa
faci-litator
of learning.
perhatian, pengarahan, dan
Misalnya,
menye-diakan
bimbingan dilaku-kan secara
sumber belajar, memberi
bervariasi dan terus mene-rus
tugas kepada siswa, mencek
khususnya dalam PKR satu
kemajuan be-lajar siswa,
rua-ngan. Interaksi guru–
memberi dorongan, mem-beri
murid secara psikologis yang
petunjuk,
memeriksa
dilakukan secara bervariasi
kemajuan belajar, memberi
dan terus menerus ini sangat
balikan, dan meng-evaluasi
penting untuk selalu dibangun
hasil belajar siswa.
dan dipelihara dengan baik
a) Model
Mastery Learning
sehingga
pembinaan
Method (MLM)
khususnya terkait dengan
Model MLM ini digunakan di
disiplin siswa terus terjaga
seko-lah RoKiA dengan
dan tetap tinggi.
tujuan
untuk
3) Pemanfaatan sumber belajar
mengadaptasikan
yang efisien.
pembelajaran pada sistem
kelompok besar
pemanfaatan sumber belajar
(pembe-lajaran klasikal),
menerapkan berbagai model
perbedaan-perbedaan yang
pem-belajaran
yang
ter-dapat pada siswa, dan
berpotensi
untuk
berguna untuk menciptakan
mengaktifkan
siswa.
kecepatan belajar (rate of
dan juga
diharapkan mampu mengatasi
(PBAS), dan model belajar
kelemahan-kele-mahan yang
melalui kerjasama seperti
melekat pada pembe-lajaran
model tutorial teman sebaya
klasikal. Model belajar ini klasikal. Model belajar ini
pembelajaran tuntas atau
prosedur
belajar yang
penguasaan materi secara
sistematis, praktis dan sangat
penuh oleh siswa.
baik untuk kepen-tingan
Langkah-langkah
model
membaca yang sifatnya inten-
MLM yang biasa dilakukan
sif dan rasional. Melalui
guru sekolah RoKiA sebagai
kegiatan (1) survey, anak
berikut: (1) menentukan tuju-
dibimbing untuk mela-kukan
an pembelajaran yang harus
penyelidikan terlebih dahulu
dicapai baik yang bersifat
agar mendapatkan gambaran
umum maupun khusus, (2)
selintas mengenai isi atau
menjabarkan materi pela-
pokok-pokok materi yang
jaran dari sejumlah unit
akan dipelajarinya se-hingga
pelajaran yang dirangkaikan,
anak secara psikologis siap
dan masing-masing dapat
untuk menerima pelajaran
diselesaikan tidak lebih dari
tersebut. Misalnya, anak
dua minggu, (3) memberi
melihat judul, sub-judul, dan
pelaja-ran secara klasikal
sebagainya; (2) question atau
sesuai dengan unit pelajaran
bertanya, anak mampu meng-
yang sedang dipelajari, (4)
ajukan pertanyaan dari isi
memberikan tes kepada siswa
atau
pokok-pokok yang
pada akhir masing-masing
dibacanya secara sepintas,
misalnya dengan mengubah
mengecek kemajuan masing-
judul atau sub-judul dengan
tanya, bisa
mengolah materi pelajaran.
menggunakan kata apa, siapa,
Tes bersifat formatif yang
mengapa, bagaimana, kapan,
bertujuan untuk mengetahui
dan dimana; (3) read atau
sebe-rapa jauh siswa berhasil
membaca
secara aktif
dalam penge-lolaan materi
keseluruhan bahan bacaan
pelajaran (diagnostic progress
atau membaca bagian demi
test), (5) siswa yang belum
bagian untuk menemukan
mencapai tingkat penguasaan
jawaban dari perta-nyaan-
materi yang dituntut untuk
pertanyaan diajukan dan
diselesaikan selama
dua
tersusun; (4) recite, yaitu
minggu, maka diberikan
meng-ucapkan kembali
bantuan khusus, misalnya
jawaban-jawa-ban yang
bantuan dari seorang teman
diberikan
terhadap per-
yang bertindak sebagai tutor,
tanyaan dengan tidak melihat
dan bisa juga mendapat
buku atau menengok catatan
pengajaran dalam kelompok
kecil
yang meru-pakan
kecil atau diarahkan untuk
pokok-pokok materi tadi. Inti
mempelajari buku pelajaran
kegiatan ini adalah berhenti
lain.
sejenak untuk menjawab
b) Model Metode Membaca
pertanyaan atau menye-but
SQ3R (Survey, Question,
hal-hal penting setelah selesai
Read, Recite, Review)
membaca suatu sub-judul;
(5) review, yaitu
digunakan di sekolah RoKiA
mengulang
apa yang
dengan alasan bahwa metode
dibacanya dengan memeriksa dibacanya dengan memeriksa
tingkat SMP (Paket B) statusnya sebagai
atau menelusuri kembali
berikut: 2 orang siswa tetap melan-jutkan
judul, subjudul dan bagian-
di sekolah ini, dan 2 orang siswa masuk
bagian penting lainnya guna
ke sekolah formal serta 1 orang tidak
melanjutkan sekolahnya karena faktor
memper-jelas
pemahaman,
ekonomi. Untuk tahun ini, siswa
dan untuk menda-patkan hal-
homeschooling yang meng-ikuti ujian
hal penting yang terlewat-kan
Paket C jurusan IPS sebanyak 5 orang
dari bacaan tadi.
dan semuanya lulus dengan baik.
i. Evaluasi Model
PKR
yang
Sekarang mereka ada yang kuliah di
digunakan di Sekolah RoKiA
Universitas
Lampung, Universitas
Dalam mengevaluasi model PKR
Darmajaya
Bandar Lam-pung,
yang digunakan guru-guru sekolah
Universitas Bandar Lampung, Universitas
RoKiA berpedoman pada tiga hal
Teknokrat Bandar Lam-pung, dan
pokok, yaitu: (1) perolehan belajar
malahan satu
orang melanjutkan
siswa dalam menyerap materi dari
kuliahnya di Sidney, Australia dan satu
sumber belajar yang digunakan,
orang lagi melan-jutkan kuliahnya di
termasuk guru, (2) intensitas
Florida, Amerika Serikat. Menurut
kegiatan belajar siswa dalam
informasi dari yang diterima, ke-lima
berinteraksi sosial dan bekerjasama
alumni home-schooling ini dapat
dengan siswa lain, misalnya
mengikuti per-kuliahan dengan baik (bisa
berdiskusi, dan berlatih ketrampilan tertentu, dan (3) peman-faatan
7. Faktor-faktor Pendukung
waktu secara efektif dan efisien
a. Para orangtua siswa sadar akan
yang dilakukan oleh siswa dalam
pentingnya pendidikan yang baik
belajar. Untuk menilai proses
bagi anak-anak mereka. Anak-anak
tersebut, guru-guru di sekolah
mereka perlu mendapat layanan dan
RoKiA menggunakan alat evaluasi
perhatian yang lebih dari sekolah
berupa catatan lepas mengenai
sehingga anak merasa nyaman dan
ketiga hal tersebut di atas, misalnya
belajar dengan tenang tanpa merasa
pertanyaan siswa, jumlah siswa
dipaksa. Oleh sebab itulah para
yang bertanya, interaksi siswa
orangtua berani memasukan anak-
dengan sumber bela-jar, interaksi
anaknya ke hoomeshooling ini.
antar siswa, suasana kelas secara
b. Peserta didik (anak-anak) merasa
keseluruhan.
lebih nyaman dan bebas memilih materi dan waktu belajar sehingga
6. Hasil Belajar Siswa
mereka tidak merasa dipaksa untuk
Secara umum perolehan hasil belajar
belajar, dan tidak merasa terbebani
siswa di sekolah RoKiA sangat baik.
sehingga
mereka bisa
Sebagai contoh, sejak berdirinya sekolah
mengembangkan diri sesuai dengan
RoKiA, sudah banyak siswa mengikuti
potensi yang ada pada dirinya.
ujian penyetaraan tingkat SD (Paket A)
c. Gurututor: menjadi tutor merupaka
dan persentase kelulu-sannya adalah
panggilan (fassion) sehingga dapat
100. Kebanyakan siswa yang telah lulus
menerima dengan senang hati
mengikuti ujian Paket A tidak
apapun yang terjadi dengan segala
melanjutkan ke sekolah formal, tetapi
resikonya. Mereka siap untuk
tetap mene-ruskan di sekolah ini.
menghadapi segala kendala apa saja
Sedangkan 5 (lima) orang siswa yang
dengan ikhlas dan sabar.
telah lulus mengikuti ujian penyetaraan telah lulus mengikuti ujian penyetaraan
orang, kualifikasi pendidikan S1
kan sarana yang tersedia yang
sebanyak 8 orang, tutor yang
dimiliki sekolah, dan berusaha
berstatus mahasiswa seba-nyak 10
untuk menda-patkan sarana yang
dibutuhkan sekolah sesuai dengan
pendidikan SMA sebanyak 5 orang.
kemampuan lembaga dan batuan
d. Kurikulum dan Silabus.
masyarakat.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum dari luar dengan
8. Sarana dan Komponen Pembela-
dimodi-fikasi
sesuai dengan
jaran
kebutuhan lokal. Ada penambahan
a. SaranaRuangan.
dan pengurangan materi pada topik-
Sekolah RoKiA menggunakan 7
topik tertentu se-hingga sesuai
ruang belajar pada gedung bertingkat,
dengan kebutuhan masyarakat
yaitu: 2 ruang berada di lantai dasar
Indonesia.
Misalnya ten-tang
dan 5 ruangan di lantai 2. Ruangan
keberagaman, multi budaya, agama,
cukup nyaman bagi anak-anak dan
suku
bangsa,
dan tentang
setiap anak mendapat cukup perha-
kewarganegaraan Indonesia, apel
tian dari para tutor karena perban-
bendera, penggunaan batik sebagai
dingan tutor dengan siswa di sekolah
seragam sekolah, dan sebagainya.
ini adalah 85:25. Rasio siswa – guru
e. Rencana Pelaksanaan Pembela-jaran
yang sangat memadai bagi tercip-
(RPP)
tanya pembelajaran yang efektif
Setiap guru membuat dan
(aktif, kreatif, inovatif, dan menye-
merenca-nakan RPP sesuai dengan
nangkan). Disaat peneliti melakukan
tugasnya masing-masing sesuai
wawancara tiba-tiba aliran listrik
dengan buku Petunjuk Pelaksanaan
mati dan ruangan menjadi gelap serta
Kurikulum 2013 dari Kementrian
udara terasa panas. Peneliti sempat
Pendidikan
dan Kebudayaan
menyaksikan beberapa siswa datang
Republik Indonesia.
dan bertanya kepada kepala sekolah
f. Media Pembelajaran
“apakah ada lilin pak kepala sekolah,
Media pembelajaran yang
dan beliau menjawab: ada, tanya ke
digunakan sangat bervariasi sesuai